Anda di halaman 1dari 18

RESUME BUKU PENGANTAR SOSIOLOGI KAMANTO SUNARTO

SOSIOLOGI KELAS D

DIBUAT OLEH :
DEVIANA CANTIKA
B1A021104

UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Bab 1
SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
 SEBAB MUNCULNYA SOSIOLOGI
Menurut Berger sosiologi berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman
terhadap hal yang selama ini dianggap sebagai hak yang memang seharusnya
demikian,benar,nyata. salah satu hala yang menurut Berger dianggap sebagai ancaman ialah
disintegrasi kesatuan masyarakat abad pertengahan, khususnya disintegrasi dalam agama
kristen.
 PARA PERINTIS SOSIOLOGI
Para pemuka pemikiran sosiologi terdiri atas sejumlah tokoh klasik seperti Saint-
Simon,Comte,Spencer,Durkhelm,Weber,Marx, dan tokoh modern seperti
Sorokin,Mead,Cooley,Simmel,Mead,Goffman,Homans,Thibaut dan
Kelly,Blau,parsons,Meron,Mills,Dahrendort,Coser, dan Collns.
 Auguste Comte ( 1798 – 1857 )
Tokoh yang sering dianggap sebagai Bapak ialah Auguste Comte,seorang ahli filsafat dari
Perancis. Nama “ sosiologi” merupakan hasil ciptaan Comte suatu gabungan antara kata
Romawi socius dan kata Yunani logos.sumbangan pikiran penting lain yang diberikan Comte
ialah pembagian sosiologi ke dalam duan bagiana besar yaitu : statika sosial ( social statics) dan
dinamika sosial ( social dynamics ), Comte menyatakan bahwa hubungan antara statika sosial
dengan dinamika sosial dapat disamakan dengan hubungan antara anatomi dan fisiologi.
 Karl Marx ( 1818 – 1883 )
Marx lebih dikenal sebagai seorang tokoh sejarah ekonomi, ahli filsafat dan aktivis yang
mengembangkan teori mengenai sosialisme, meskipun demikian sebenarnya marx merupakan
seorang tokoh teori sosiologi. Sumbangan utama Marx bagi sosiologi pada teorinya mengenai
kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan kelas
yang berbeda : kaum bourgeuisie dan kaum proletar. Menurut lamaran Marx konfik yang
berlansung antara kedua kelas akan dimenangkan oleh kaum proletar,yang kemudian akan
mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas.
 Emile Durkheim ( 1858 – 1917 )
Durkheim merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif, pada buku The Division of
Labor in Society ( 1968 ) Duekheim mengkaji suatu gejala yang melanda masyarakat yaitu
pembagian kerja dalam masyarakat,Durkheim melihat bahwa masyarakat manusia
memerlukan solidaritas, ia membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu solidaritas mekanik
dan solidaritas organik. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat semakin berkembang
sehingga solidaritas mekanik akan berubah menjadi solidaritas organik.
Dalam buku Rules of Sociological Method ( 1965 ) Duekheim menawarkan definisinya
mengenai sosiologi , bidang yang harus di pelajari sosiologi ialah fakta sosial. Buku Suicide
( 1968 ) Durkheim menerapkan metode yang dirintisnya dalam buku Rules of Sociological
Method untuk menjelaskan angka bunuh diri, usaha menjelaskan angka bunuh diri itu
dilakukannya dengan mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif.
 Max Weber ( 1864 – 1920 )
Max Weber lahir di Jepang pada tahun 1864, pada bukunya The Protestant Ethic and the
Spirit of Capitalism ( 1904 ) dalam buku ini Max mengemukakan tesisnya yang terkenal
mengenai keterkaitan anatara Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat.
Sumbangan Weber ialah kajiannya mengenai konsep dasar sosiologi. Weber menyebutkan
bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial. Arti penting tulisan ialah
bahwa di kemudian hari tulisan ini menjadi acuan bagi dikembangkannya teori sosiologi yang
membahas interaksi sosial. Sumbangan penting Weber bagi sosiologi usaha menjelaskan
proses perubahan jangka panjang yang kemudian diikuti oleh sejumlah besar ahli sosiologi
masa kini.
Bab 2
POKOK – POKOK BAHASAN SOSIOLOGI
 Pandangan Para Perintis
 Entile Durkheim : Fakta Sosial
Entile Durkheim berpendapat bahwa sosiologi suatu ilmu yang mempelajari apa yang
dinamakannya fakta sosial, fakta sosial merupakan cara bertindak,berpikir,dan berperasaan.
Salah satu contoh konsep fakta sosial yaitu menghormati adat dan kebiasaan, tegang rasa
terhadap orang lain. Pendapat Durkheim ini nampak bahwa dalam pandanggannyaangka
bunuh diri bukan di sebabkan oleh faktor pribadi melainkan bersumber pada masyarakat gejala
angka bunuh diri merupakan suaru fakta sosial.
 Max Weber : Tindakan Sosial
Menurut Weber tidak semua tidakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Suatu
tindakan dapat disubut tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain. Sosiologi
bertujuan memahami ( Verstehen ) mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan akibat
tertentu,sedangkan setiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya maka ahli
sosiologi harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati
pengalamannya.
 Pandangan ahli sosial masa kini
 C. Wright Mills : The Sociological Imagination
C. Wring Mills berpandangan bahwa manusia memerlukan imajinasi sosial, menurutnya akan
memungkinkan kita untuk memahami sejarah masyarakat,riwayat hidup pribadi,dan hubungan
antara keduannya. Untuk melakukan sociological imagination diperlukan dua per-alatan pokok
yaitu personal troubles of milieu dan public issues of social structure.
 Peter Berger
Berger mengawali tulisannya dengan mengajukan berbagai citra yang melekat pada ahli
sosiologi, Berger mengemukakan bahwa berbagai citra yang dianut orang tidak tepat,keliru,dan
menyesatkan. Kegemaran menolong orang lain bukan ciri khas ahli sosiologi, menurut Berger
seorang ahli sosiologi bertujuan untuk memahami masyarakat,tujuannya bersifat teoretis,yaitu
memahami semata – mata.
 PEMBAGIAN SOSIOLOGI : MAKROSOSIOLOGI,MESOSOSIOLOGI,DAN MIKROSOSIOLOGI
Di kalangan para ahli sosiologi mengklasifikasikan pokok bahasan sosiologi ke dalam dua bagian
ada pula yang membagi kedalam tiga bagian. Broom dan Selznick membdakan antara tatanan
makro dan tantanan mikri; Douglas membedakan anatara perspektif makrosisial dan perspektif
mikrososial; Johnson membedakan antara jenjang makro dan jenjang mikro; dan Colliris
membedakan anatara makrososiologi dan mikrososiologi. Lenski menggemunkakan bahwa
dalam sosiologi terdapat tiga jenjang analisi: mikrososiologi,mesososiologi,dan makrososiologi.
Inkelas pun melihat bahwa sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan yang khas : hubungan
sosioal, institusi,dan masyarakat.
Bab 3
SOSIALISASI
Peter Berger mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan makhluk lain. Manusia
merupakan makhluk tak berdaya karena dilengkapi dengan naluri yang relatif tidak lengkap.
Kemudian mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak di isi oleh naluri.
Kebiasaan – kebiasaan yang berkembang dalam tiap kelompok tersebut kemudian menghasilkan
bermacam – macam sistem pernikahan yang berbeda satu dengan yang lain. Kebiasaan yang
dipunyai manusia yaitu di bidang ekonomi,kekeluargaan,pendidikan,agama,politik dan masih banyak
lainnya.
 PEMIKIRAN MEAD
Mead menguraikan tahap pengembangan diri ( self) manusia. Manusia yang baru lahir belum
mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota
masyarakat lain. Tahap tahap pengembangan diri manusia antara lain yaitu play stage, tahap
game stage, dan tahap generalized other. Menurut Mead setiap anggota baru masyarakat harus
mempelajari peran – peran yang ada dalam masyarakat suatu proses yang dinamakannya
pengambilan peran ( role taking ). Proses untuk mengetahui peran yang harus dijalankannya
serta peran yang harus dijalankan orang lain. Dari pandangan – pndangan Mead nampak jelas
pendiriannya bahwa diri seorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.
 PEMIKIRAN COOLEY
Menurut Cooley konsep diri (self- concept ) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan
orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi
nama looking- glass self. Cooley berpendapat bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga
tahap. Yang pertama yaitu presepsi mengenai pandangan orang lain, yang kedua yaitu persepsi
mengenai penilaian orang lain terhadap pemampilannya, yang ketiga mempunyai perasaan
terhadap apa yang dirasakkannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya.
 AGEN SOSIALISASI
Fuller dan Jacobs mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama yaitu keluarga, kelompok
bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
 KELUARGA
Gertrude Jaeger ( 1977 ) mengemukakan bahwa peran agen sosialisasi tahap awal ini, terutama
orang tua, sangat penting, sang anak. Arti penting agen sosialisasi pertama terletak pada
pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Berinteraksi dengan significant others,
seorang bayi belajar berkomunikasi secara verbal dan nonverbal. Berbahasa ditanamkan pada
tahap ini , proses sosiologi akan gagal bilamana dilaksanakan terlambat atau pun terlalu dini.
 Taman Bermain
Dalam keluarga interaksi yang dipelajari di rumah melibatkan hubungan yang tidak sederajat
maka dalam kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan orang yang sederajat
karena sebaya. Pada tahap ini anak memasuki tahap hame stage yang mengatur peran orang
yang kedudukannya sederajat. Dalam kelompok bermain pulalah seorang anak mulai belajar nilai
– nilai keadilan.
 Sekolah
Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah , disamping membaca,
menulis dan berhitung. Aturan mengenai kemandirian ( independence), prestasi ( achievement ),
universalisme ( universalims )dan spesifisitas ( specificity). Dari padangan Dreeben kita dapat
melihat bahwa sekolah merupakan suatu jenjang peralihan antara keluarga dan masyarakat.
Sekolah memperkenalkan aturan baru yang diperlukan bagi anggota masyarakat dan aturan
baru tersebut sering berbeda dan bahkan dapat bertentangan dengan aturan yang dipelajari
selama sosialisasi berlangsung anak di rumah.
 Media Massa
Media masa diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap
perilaku khalayaknya peningkatan teknologi yang memungkinkan peningkatan kualitas pesan
serta peningkatan frekuensi penerapan masyarakat pun memberi peluang bagi media massa
untuk berperan sebagai sosialisasi yang semakin penting.
 KESEPADANAN PESAN AGEN SOSIALISASI BERLAINAN
Adapun pesan – pesan yang disampaikan oleh agen – agen sosialisasi dalam masyarakat
sepadan dan tidak saling bertentangan melainkan saling mendukung maka proses sosialisasi
diharpkan dapat berjalan relatif lancar, menurut Bronfrenbrenner di Amerika Serikat peran
orang tua dalam proses sosialisasi semakin menurun, sedanagkan peran agen – agen sosialisasi
lain seperti taman bermain yang cenderung menentang orang tua dan televisi yang cenderung
menumpuk perilaku antisosial.
 SOSIALISASI PRIMER DAN SKUNDER
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia, dalam kaitan
inilah para ahli berbicara mengenai bentuk – bentuk proses sosiologi seperti sosialisasi setelah
masa kanak – kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan. Bentuk
sosiologi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat ialah apa yang dinamakan proses
resosialisasi yang di dahului dengan proses desosialisasi.
 POLA SOSIALISASI
Pola sosialisasi yang oleh Jaeger dinamakan sosialisasi represif ( repressive socialization )
represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Pola kedua yang
disebutkan Jaeger ialah sosialisasi partisipatoris ( participatory socialization ) partisipatoris
merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik.

Bab 4

INTERAKSI SOSIAL
 INTERAKSI SOSIAL
Sejumlah ahli sosiologi mengkhuskan diri pada studi terhadap interaksi sosial. Ini sesuai dengan
pandangan ahli sosiologi seperti Max Weber bahwa pokok pembahasan sosiologi ialah tindakan
sosial.
 INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Simbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
mempergunakannya.menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga yaitu yang
pertama ialah bahwa manusia bertindak ( act ) terhadap sesuatu ( thing ) atas dasar makna (
meaning ) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Selanjutnya ia mengemukakan makna yang
dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan
sesamanya. Pokok pikiran yang ketiga yaitu bahwa makna diperlakukan atau diubah melalui
suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainnya.
 DEFINISI SITUASI
Thomas terkenal karena orang yang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, makan
konsekuensinya nyata.yang dimaksud disini ialah bahwa definisi situasi yang di buat orang akan
membawa konsekuensi nyata. Ada dua macam definisi situasi yaitu definisi situasi yang dibuat
secara spontan oleh individu,dan definisi situasi yang di buat oleh masyarakat.
 ATURAN YANG MENGATUR INTERAKSI
Dari penelitiannya Hall menyimpulkan bahwa dalam situasi sosial orang cenderung mengunakan
empat macam jarak antara lain jarak intim ( intimate distance ), jarak pribadi ( personal distance
), jarak sosial ( social distance ) dan jarak publik ( public distance ). Hall menyimpulkan bahwa
penduduk setempat tidak membedakan antara masa lampau dan masa kini.
 KOMUNIKASI NONVERBAL
Hall mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal atau bahasa tubuh yang menurutnya ada
sebelum ada bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang dipelajar manusia,
kita tidak dapat menggerakkan tangan atau mengambil sikap tubuh dengan sekehendak hati
kita, karena berbagai sikap tubuh dan gerak tangan telah diberi makna tertentu oleh masyarakat
dan dijadikan petunjuk untuk mendefinisikan situasi.
 INTERAKSI DAN INFORMASI
Dalam buku berjudul Symbols Selves and Society mereka mengemukakan bahwa untuk
berinterksi, untuk dapat mengambil peran orang lain seseorang perlu mempunyai informasi
mengenai oranag yang berada di hadapannya. Menurut Karp dan Youles ialah ciri fisik yang
diwarisi sejak lahir adalah jenis kelamin,usia,dan ras serta penampilan daya tarik fisik, bentuk
tubuh,penampilan berbusana dan percakapan.
 WARNA KULIT
Dalam masyarakat yang mengenai deskriminasi ras seperti Amerika Serikat misanya interaksi
tergantung warna kulit orang yang berinteraksi.
 USIA
Dalam banyak masyarakat interaksi dengan orang yang dianggap lebih tua kakek-nenek, ayah –
ibu, paman – bibi, sering berbeda dengan interaksi dengan orang yang sebaya serta orang yang
lebih muda seperti anak,adik dan cucu.
 JENIS KELAMIN
Jenis kelamin sangat mempengaruhi interaksi, perang penting dalam kelancaran interaksi Karp
dan Yoels mengisahkan kesukaran dalam berinteraksi yang terjadi manakalah salah satu pihak
jenis kelaminnya tidak jelas.
 PENAMPILAN FISIK
Karp dan Yoels menyajikan sejumlah hasil penelitian yang antara lain memperlihatkan bahwa
orang yang berpenampilan fisik menarik lebih mudah memperoleh pasangan, dan bahwa orang
yang merasa dirinya tidak menarik mengeluh karena mengalami kesukaran dalam pergaulan.
 BENTUK TUBUH
Menurut Wells dan Slegel bahwa orang yang berbentuk tubuh endomorph mempunyai ciri
watak yaitu tenang , santai, dan pemaaf, orang yang bertubuh mesomorph dominan aktif, dan
yakin, orng yang berbentuk ectomorph dominan tegang dan pemalu.
 WACANA
Dari berbagai macam sumber informasi yang digunakan manusia agar dapat dapat berinteraksi
dengan orang lain Karp dan Yoels menyimpulkan bahwa interaksi yaitu suatu keahlian yang
memerlukan kemampuan yang tinggi.dikemukakan bahwa proses ini tidak selalu lancar
kekeliruan dan salah paham pun sering terjadi.
 GOFFMAN DAN PRINSIP DRAMATURGI
Erving Goffman mengemukakan prinsip dramaturgi yang oleh margareta poloma didefinisikan
sebagai “ pendekatan yang menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan
fakta subjektif dan ojektif dari interaksi sosial”. Menurut Goffman dalam suatu perjuangan
masing masing pihak membuat pernyataan pihak lain memperoleh kesan. Pernyataan di bagi
menjadi dua yaitu pernyataan diberikan dan pernyataan dilepaskan.
 DARI BERJUMPA SAMPAI BERPISAH
Knapp membahas berbagai tahapan yang dapat dicapai dalam interaksi yaitu tahap memulai,
menjajaki,meningkatkan,menyatupadukan,dan mempertalikan.tahap interaksi disebutkannya
dapat kita bagi dalam dua kelompok besar tahap yang mendekatkan peserta interaksi, dan tahap
yang menjauhkan mereka.

BAB 5

TATANAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL


 POKOK PEMBAHASAN MAKROSOSIOLOGI
Makrososiologi menggunakan sudut pandang struktur makrososiologi menggunakan sudut
pandang klasik Emile Durkhelm, menurut Douglas citinya antara lain mengikuti ilmu ilmu
alamiah. Perumusan Durkheim mengenai pokok pembahasan sosiologi menunjukkan bahwa
pokok perhatian sosiologi ialah tantanan meso dan makro , karena fakta sosial mengacu pada
institusi yang mengendalikan individu dalam masyarakat.
 STRUKTUR SOSIAL
George C. Homans mengkaitan struktur dengan prilaku sosial elementer dalam hubungan sosial
sehari hari, sedangkan Lenski berbicara mengenai struktur masyarakat jangka panjang menandai
sejarah, sedangkan Talcott Parsons berbicara mengenai kesaling terkaitan antara institusi, bukan
kesalingterkaitan antar manusia. Linton menggunakan dua konsep penting yaitu status dan
peran. Tipologi juga dipopulerkan Linton pembagian status menjadu status yang diperoleh dan
status yang diraih.
 INSTITUSI SOSIAL
Definisi konsep institusi yaitu suatu struktur ststus dan peran yang diarahkan ke pemenuhan
keperluan dasar anggota massyarakat.menurut M.Johnson institusi ialah seperangkat norma
yang terinstitusionalisasi. Perumusan terakhir Peter L. Berger yeitu institusi adalah suatu
tindakan manusia laksana naluri mengatur tindakan hewan.
 MASYARAKAT
Menurut Parsons masyarakat ialah suatu sistem sosial yang swasembada melebihi masa hidup
individu normal, dan merekrut anggota secara repsoduksi biologis serta melakukan sosialisasi
terhadap generasi berikutnya. Shils pun menekankan pada aspek pemenuhan keperluan sendiri
yang dibaginya dalam tiga komponen yaitu pengaturan diri,reproduksi sendiri dan penciptaan
diri.
 PENGENDALIAN SOSIAL
Berger mendefinisikan pengendalian sosial diartikan sebagai berbagai cara yang digunakan
masyarakat untuk menerbitkan anggota yang membangkang. Roucek mengemukakan bahwa
pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses perencanaan
maupun tidak melalui mana indiividu diajarkan,dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan
diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok.menurut Berger hidup kita tidak hanya dikuasai
oleh orang yang hidup masa kini tetapi juga oleh mereka yang telah meninggal salama berabad-
abad.
BAB 6
INSTITUSI SOSIAL
 INSTITUSI SOSIAL
Institusi utama adalah institusi di bidang ekonomi,politik,keluarga,pendidikan dan agama.
Institusi telah menghasilkan berbagai cabang khusus dalam sosiologi yaitu sosiologi
perekonomian,sosiologi politik,sosiologi keluarga,sosiologi pendidikan dan sosiologi agama.
 INSTITUSI KELUARGA
 Tipe Keluarga
Pembedaan tipe keluarga ialah antara keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Orientasi
adalah keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan, keluarga prokreasi keluarga yang
dibentuk seseorang dengan jalan menikah dan mempunyai keturunan. Kemeduan keluarga
batin dan keluarga luas, keluarga batin adalah keluarga terkecil yang terdiri ayah, ibu dan
anak. Sedangkan keluarga luas terdiri atas beberapa keluarga batin.
 Aturan Mengenai Perkawinan
Ada beberapa peraturan perkawinan seperti berasal dari kelompok sendiri,mengenai jumlah
orang yang boleh dinikahi pada waktu yang sama,temoat menetap setelah menikah, dan
mengenai penentuan garis keturunan.
 Incest Taboo
Incest Taboo melarang hubungan perkawinan dengan keluarga yang sangat dekat seperti
perkawinan seorang anak dengan salah seorang orang tuanya atau perkakawinan antara
saudara kandung.
 Bentuk Perkawinan
Bentuk perkawinan antara lain monogami dan poligami.
 Aturan Mengenai Keturunan
Garis keturungan kita mengenal aturan patrilineal,bilateral,matrilineal, dan keturunan
rangkap.
 Pola Menetap
Pola yang berbeda – beda yaitu pola patrilokal,pola matri – patrilokal, pola matrilokal,pola
patri – matrilokal,pola bilokal,pola neoiokal, serta pola avunculokal.
 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang pertama adalah untuk mengatur penyaluran dorongan seks, kedua
reproduksi, ketiga sosialisasi, keempat afeksi, kelima definisi status, keenam perlindungan
dan ketujuh ekonomi.
 Bertemu dan Berpisah Dalam Keluarga
Ikatan yang mempertalikan suami dan istri dalam perkawaninan kadangkalarapuh dan
bahkan putus sehingga terjadi perpisahan atau bahkan bercerai.
 Berkembangnya Gaya Hidup Baru
Giddnes mengidentifikasikan tiga bentuk gaya hidup yaitu hidup bersama di luar
nikah,keluarga orang tua homeseks, dan hidup membujang.
 Kekerasan Dalam Keluarga
Kekerasan dalam keluarga antara lain penganiayaan suami terhadap istri,penganiayaan
orang tua terhadap anak,perkorsaan orang tua terhadap anak.
 INSTITUSI PENDIDIKAN
 Pokok Bahasan Sosiologi Pendidikan
Pokok bahasan utama dalam sosiologi pendidikan ialah institusi pendidikan formal. Para ahli
sosiologi pendidikan membagi pokok bahasan mereka menjadi sosiologi pendidikan
makro,meso dan mikro.
 Fungsi Pendidikan
Institusi pendidikan dikaitan dengan berbagai fungsi, dalam kaitan ini ada ahli sosiologi yang
membedakan antara fungsi manifes dan laten.
 INSTITUSI DI BIDANG AGAMA
Agama merupakan institusi penting yang mengatur kehidupan manusia, menurut Durkheim
agama suatu sistem terpadu yang terdiri atas sistem kepercayaan dan praktik yng berhubungan
dengan hal yang suci,serta kepercayaan dan praktik tersebut mempersatukan semua orang yang
beriman kedalam suatu komonitas moral yang dinamakan umat.
 Agama dan Institusi Lain Dalam Masyarakat
Kesalingterkaitan antara institusi agama dan institusi lain merupakan pokok kajian yang
ditekuni berbagai ahli sosiologi agama. Kesalingterkaitan yang di kaji antara lain mencakup
institusi keluarga,politik,ekonomi, dan pendidikan.
 INSTITUSI EKONOMI
Ahli sosiologi institusi perekonomian mempelajari institusi yang terdapat dalam produksi dari
distri busi barang dan jasa dalam masyarakat. Adapun berbagai ideologi ekonomi yaitu
merkantilisme,kapitalisme, dan sosialisme. Dalam masyarakat kita menjumpai berbagai bentuk
organisasi yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi barang dan jasa ini, seperti
oligopoli dan perusahaan multinasional.
 Ideologi Ekonomi
Ideologi menjadi dasar terciptanya beraneka sistem ekonomi yang mempengaruhi
perkembangan masyarakat.
 Kapitalisme
Giddens membedakan antara tiga macama kapitalisme yaitu keluarga,managerial capitalism
dan institutional capitalism.
 Sosialisme
Ideologi sosialisme dapat dibagi dalam sosialisme non- Marxis dan sosialisme Marxis,
 Perusahaan
Di bidang perindustrian dikenal adanya oligopoli yaitu didominasi beberapa perusahaan
rekayasa.
 INSTITUSI POLITIK
Institusi politik yaitu perangkat aturan dan status yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan
kekuasaan dan wewenang
 Tipe Dominasi
Menurut Weber kekuasaan ialah kemungkinan untuk memaksakan kehendak terhadap
perilaku orang lain, Weber membedakan antara kekuasaan dan domisili. Suatu dominasi
memerlukan keabsahan,ada tiga jenis domisili ialah domisili kharismatik,domisili
tradisional,domisili legal – rasional.
 Proses Politik
Proses politik ialah berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan ini dapat dengan
mudah mengarah ke konflik yang dapat mengancam keutuhan masyarakat. Webwe dan
Michels memutuskan perhatian mereka pada hubungan antara birokrasi dan demokrasi.
Keduanya berpadangan bahwa baik organisasi sosial maupun kapitalis akan mempunyai
kecenderungan untuk menjadi organisasi yang bersifat birokratis dan oligarkis.

BAB 7

STRATIFIKASI SOSIAL
 KONSEP STRATIFIKASI
Pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya dalam sosiologi dinamakan
stratifikasi sosdial, berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya,kita menjumpai adanya
berbagai macam stratifikasi. Anggota masyarakat dibeda – bedakan pula berdasarkan status
yang diraihnya, sehingga menghasilkan berbagai jenis stratifikasi lain.
 SISTEM STRATIFIKASI TERTUTUP DAN TERBUKA
Berdasarkan Kriteria Yinger ini suatu sistem kasta yang ditandai oleh keanggotaan mREelalui
kelahiran,endogami,kecenderungan dukungan institusi bagi perlakuan berbeda, dan
kecenderungan penerimaan status oleh kelompok yang rendah. Dalam sosiologi kita mengenal
pembedaan stratifikasi tertutup dan terbuka, stratifikasi diukur dari sering – tidaknya seseorang
mempunyai status tertentu dalam stara yang lebih tinggi.
 MOBILITAS SOSIAL
Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Mobilitas
vertikal mengacu pada mobilitas keatas atau ke bawah dalam stratifikasi sosial yang dinamakan
lateral mobility.
 JUMLAH LAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT
Bernard Barber memperkenalkan berbagai konsep antara lain yaitu konsep bentuk ( shape )
yang mengacu pada proposi yang terletak di kelas sosial yang berlainan. Suatu stratifikasi dapat
berbentuk segi tiga. Stratifikasi tidak selalu berbentuk segi tiga atau piramida karena kita sering
menjumpai situasi yang di dalamnya terdapat sejumlah besar posisi rendah dan sejumlah kecil
posisi tinggi.
 DIMENSI STRATIFIKASI
Pandangan mengenai stratifikasi yang sangat menonjol dalam sosiologi yaitu padangan
mengenai kelas yang dikemukakan oleh Karl Marx, Marx berpendapat kehancuran feudalisme
serta lahir dan berkembang kapitalisme dan industri modern telah mengakibatkan terpecahnya
masyarakat menjadi dua kelas yang saling bermusuhan yaitu kelas borjuis dan kelas proletar.
 KELAS SOSIAL
Weber mendefinisikan kelas sebagai sekelompok orang hal serupa yang sering kita jumpai dalam
definisi Jeffries. Namun ada ahli sosiologi yang berpandangan bahwa kelas tidak hanya
menyangkut orang tertentu. Bernard Barber mendefinisikan kelas sosial sebagai humpunan
keluarga.
 PENJELASAN BAGI ADANYA STRATIFIKASI
Moore dan Davis mengemukakan stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup masyarakat
dalam masyarakat terdapat status yang harus ditempati agar masyarakat dapat berlangsung.
 DAMPAK STRATIFIKASI
Sejumlah ahli sosiologi meneliti bagaimana kelas sosial terwujud dalam perbedaan dalam
prilaku. Perbedaan status tidak hanya tercermin dari cara menyapa, cara berbahasa dan cara
bergaya.
 Makna Stratifikasi bagi Peluang Hidup dan Perilaku
Max Weber mengkaitkan kedudukan dalam suatu kelas dengan life chances yaitu peluang
untuk hidup. Kekayaan dan pemilikan yang dimiliki seseorang dan keluarganya memang
mempunyai pengaruh besar terhadap peluang hidupnya dan peluang nasipnya.
 CARA MEMPELAJARI STRATIFIKASI SOSIAL
Dalam sosiologi digunakan tiga pendekatan berlainan untuk mempelajari stratifikasi sosial
seperti pendekatan obyektif,pendekatan subyektif dan pendekatan reputational.
 UPAYA MASYARAKAT UNTUK MENGURANGI KETIDAKSAMAAN
Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka di pihak lain menganut asas persamaan sosial dan
membenarkan serta menganjurkan mobilitas sosial.ada masyarakat yang berpandangan bahwa
apa yang dapat diperoleh seorang anggota masyarakat tergantung pada kemampuannya. Untuk
mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat pemerintah sebagai negara menerapkan berbagai
program. Beberapa masyarakat bahkan berusaha mengurangi ketidak samaan dalam masyarakat
dengan jalan membatasi perbedaan individu.

BAB 8

JENIS KELAMIN DAN GENDER


Bahan acuan yang sering digunakan untuk mengawali suatu pembahasan mengenai masalah jenis
kelamin dan gender ialah buku parah ahli antropologi Margaret Mead mengenal seksualitas dan
temperamen di tiga kelompok etnik di Papua Timur Laut. Mead mengemukakan bahwa dalam
sejarah kebudayaan masyarakat Barat dikenal pembedaan kepribadian laki – laki dan perempuan.
Perbedaan kepribadian antarmasyarakat maupun antar individu menurut Mead merupakan hasill
proses sosialisasi terutama pola asuhan dini yang dituntun oleh kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan.

 Jenis Kelamin
Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki –
laki. Ada perbedaan antara tubuh laki – laki dan perempuan. Definisi konsep seks tersebut
menekankan pada perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan kromosom pada janin.
 Gender
Konsep gender menyangkut pada psikologis, sosial dan budaya antara laki – laki dan perempuan.
Macionis mendefinisikan gender sebagai arti penting yang diberikan masyarakat pada kategori
biologis laki – laki dan perempuan. Ahli lain mengemukakan pada perbedaan yang
dikonstruksikan secara sosial perbedaan buaya, perilaku,kegiatan,sikap,perbedaan prilaku atau
pada perbedaan pengetahuan dan kesadaran seseorang.
 GENDER DAN SOSIALISASI
Sebagimana dikemukakan oleh Kerstan gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan
secara sosial. Gender tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisai, oleh sebab
itu menurutnya gender dapat berubah. Proses sosialisasi yang membentuk presepsi diri dan
aspirasi semacam ini dalam sosiologi dinamakan sosialisasi gender.
 Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Proses sosialisasi ke dalam perempuan dan laki laki berawal semenjak seseorang bayi
dilahirkan,kesadaran akan adanya sosialisasi gender melalui pola asuh anak ini telah
menimbulkan keinginan untuk menerapkan pola asuh yang tidak bersifat seksis . namun
dalam praktik terbukti bahwa ide semacam ini tidak mudah silaksanakan
 Kelompok Bermain Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Kelompok bermain merupakan agen sosialisasi yang telah sejak dini membentuk perilaku
dan sikap kanak – kanak. Di bidang sosialisasi gender pun kelompok bermain menjalankan
peran cukup besar, sebagai agen sosialisasi kelompok bermain pun menerapkan kontrol
sosial bagi anggota yang tidak menaati aturannya.
 Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Sebagai agen sosialisasi gender sekolah menerapkan pembelajaran gender melalui media
utamanya, pembelajaran gender di sekolah dapat pula berlangsung melalui buku – buku teks
yang digunakan. Pemisahan yang mengarah ke segregasi menurut jenis kelamin sering
terjadi manakala siswa mulai dijuruskan ke bidang – bidang ilmu tertentu.
 Media Massa Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Media massa pun sangat beperan dalam sosialisasi gender, baik melalui pemberitaannya,
kisah fiksi yang dimuatnya, maupun melalui iklan yang dipasang didalamnya.
 GENDER DAN STRATIFIKASINYA
Stratifikasi gender ketimpangan dalam pembagian kekayaan,kekuasaan, dan privilese antara
laki-laki dan perempuan di jumpai di berbagai bidang kehidupan. Adanya stratifikasi gender
telah mendorong lahirnya gerakan feminisme yang bertujuan membela dan memperluas hak –
hak kaum perempuan.
 Gender dan Pendidikan
Ada nilai yang menggemukakan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi tinggi ada juga
yang mengatakan bahwa perempuan harus menempuh pendidikan sebagai dengan kodrat
perempuan.
 Gender dan Pekerjaan
Semakin meningkatnya tingkat pendidikan penduduk di seluruh dunia telah mengakibatkan
berkurangnya kesenjanagan antara kedudukan laki – laki dan perempuan di bidang
pekerjaan. Namun bila mana jumlah perempuan dalam penduduk dijadikan patokan untuk
mengukur kesenjangan, maka kesenjangan yang dijumpai dalam angkatan kerja masih
sangat lebar.
 Gender dan Penghasilan
Pekerjaan memperoleh upah lebih tinggi dari pada upaya pekerja perempuan walaupun
pekerjaan yang dilakukan sama, pekerjaan perempuan ini ialah bahwa upaya yang mereka
terima dinilai terlalu rendah .
 DENDER DAN KEKUASAAN
 Gender dan Politik
Ketidak samaan hak di bidang politik yang hingga kini masih dialami kaum perempuan dalam
banyak masyarakat ialah tidak dimilikinya hak memilih dan dipilih. Masih relatif terbatasnya
jumlah posisi di dalam ranah publik yang berhasil di raih kaum perempuan seperti misalnya
di bidang eksekutif, legislatif dan yudikatif di tingkat lokal.
 Gender dan Keluarga
Dari hasil berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa kebanyakan pekerjaan rumah
tangga dilakukan perempuan dan kekuasaan pengelolahan keuangan cenderung berada
pada laki laki
 KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
Kekerasan dapat berbentuk hubungan seks secara paksa, kekrasan fiksi, ataupun pelecahan
secara lisan ada yang berbentuk perkosaan,kekerasan sewaktu kencan, kekerasan dalam rumah
tangga.
 Perkosaan
Perkosaan tidak hanya dilakukan terhadap seseorang berjenis kelamin berbeda,tetapi dapat
pula dilakukan terhadap seseorang yg berjenis kelamin sama. Perkosaan sering tidak
dilaporkan karena sang korban ingin secepat mungkin melupakan kejadian tersebut.
 Pelecahan Seks
Bukan rahasia umum lagi bahwa ada laki laki yang memanfaatkan kepadatan penumpang di
kendaraan umum, pelecehan seks didefinisikan isyarat atau kontak fisik yang bersifat seks
diulang uang dan tidak di kehendaki.

BAB 9

KELOMPOK SOSIAL
Merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia berlangsung di dalamnya,
tanpa kita sadari sejak lahir hingga sekarang kita telah menjadi anggota bermacam macam
kelompok.

 KONSEP KELOMPOK
 Klasifikasi Bierstedt
Berstedt menggunakan tiga kriteria untuk membedakan jenis kelompok yaitu
organisasi,hubungan sosial di antara anggota kelompok dan kesadaran jenis. Ada juga empat
jenis kelompok yaitu statistik,kemasyarakatan,sosial,asosiasi. Bierstedt mengingatkan kita
bahwa di luar klasifikasi ini masih ada kelompok lain yang tidak tercangkup.
 KLASIFIKASI MERTON
Merton menyebutkan tiga kriteria objektif bagi suatu kelompok yaitu, kelompok ditandai oleh
sering terjadinya interaksi, pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota,
pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok.
 KLASIFIKASI KELOMPOK
 Durkheim : Solidaritas mekanik dan solidaritas organik
Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik, dan
kelompok yang didasarkan pasa solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang
menandai masyarakat yang masih sederhana, sedangkan solidaritas organik merupakan
bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang telah mengenal pembagian
kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antarbagian.
 Tonnies : Gemeinschaft dan Gesellschaft
Tonnies mengadakan pembedaan antara dua jenis kelompok yang dinamakannya
Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft digambarkannya sebagai kehidupan bersama
yang intin,pribadi,dan eksklusif suatu keterkaitan yang dibawa sejak lahir dan dibagi dalam
tiga jenis yaitu Gemeinschaft by blood, Gemeinschaft of place, dan gemeinschaft of mind.
Gesellschaft merupakan kehidupan publik yang terdiri atas orang yang kebetulan hadir
bersama tetapi masing – masing tetap mandiri dan bersifat sementara dan semu.
 Cooley : Primary Group
Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer. Sebagai lawannya, sejumlah ahli
sosiologi menciptakan konsep kelompok sekunder – suatu konsep yang tidak kita jumpai
dalam karya cooley.
 Sumner : In Group dan Out Group
Suatu klasifikasi lain yaitu pembedaan antara kelompok dalam dan kelompok luar di
dasarkan pada pemikiran Sumner. Sumner mengemukakan bahwa di kalangan anggota
kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerja sama,keteraturan dan kedamaian sedangkan
hubungan antara kelompok dalam dengan kelompok luar cenderung di tandai
kebencian,permusuhan,perang dan perampokan.
 Merton : membership group dan reference group
Merton mengamati bahwa kadang – kadang prilaku seseorang tidak mengacu pada
kelompok yang di dalamnya ia menjadi anggota, melainkan pada kelompok laim. Di kala
seseorang berubah keanggotaan kelompok, ia sebelumnya dapat menjalani perubahan
orientasi suatu proses yang oleh Merton di beri nama sosialisasi antisipatoris.
 Parsons : Variabel Pola
Parsons memperkenalkan perangkat variabel pola. Menurut parsons variabel pola
merupakan seperangkat dilema universial yang dihadapi dan harus dipecahkan seorang
pelaku dalam setiap situasi sosial.
 Geertz : Priayi, Santri, dan Abangan
Suatu klasifikasi yang di gali Geertz dari masyarakat Jawa ialah pembedaan antara subtradisi
abangan, santri,dan priayi. Menurut Geertz pembegian masyarakat yang ditelitinya ke dalam
tiga tipe budaya ini didasarkan atas perbedaan pandangan hidup di antara mereka.
 ORGANISASI FORMAL
Organisasi birokrasi yang disebutkan Weber mengandung sejumlah prinsip. Prinsip tersebut
hanya dijumpai pada birorasi yang oleh weber disebut tipe ideal. Yang tidak akan dijumpai
dalam masyarakat.
 KELOMPOK FORMAL DAN KELOMPOK INFORMAL
Suatu gejala yang menarik perhatian banyak ilmuan sosial ialah adanya keterkaitan antara
kelompok formal dan kelompok informal. Dalam organisasi formal akan terbentuk berbagai
kelompok informal. Nilai dan aturan kelompok informal dapat bertentangan dengan nilai dan
aturan yang berlaku dalam organisasi formal.
BAB 10

HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK


Dalam pembahasan kita mengenai kelompok kita telah melihat tipologi kelompok menurut
Robert Bierstedt, yaitu pembagian dalam empat tipe kelompok yaitu statiscal group, societal
group, social group dan associational group. Kata kelompok dalam konsep hubungan
antarkelompok mencangkup semua kelompok yang diklasifikasikan berdasarkan criteria cirri
fisiologis, kebudayaan, ekonomi, dan perilaku. Faktor yang mempengaruhi minoritas dapat dikaji
dangan menggunakan dimensi sejarah, demografi, sikap, institusi, gerakan sosial, dan tipe utama
hubungan antarkelompok. Hubungan antarkelompok masih ada dimensi lain yaitu dimensi
perilaku dan dimensi perilaku kolekif. Di Indonesia pun di kenal berbgai kebijaksaan yang
mengatur hubungan antarkelompok. Dimasa penjajahan, misalnya penduduk orang eropa,
oaring timur, orang asing, dan orang pribumi.Setelah merdeka kita mengenal berbagai peraturan
yang mengatur hubungan antarkelompok, khususnya antara kelompok pribumi dan kelompok
tionghoa. Masyarakat juga menerapkan kebijaksaan yang dikenal dangan nama reverse
discrimination. Hubungan antarkelompok sering melibatkan gerakan sosial, baik yang diprakarsai
oloeh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin memperthankan
yang ada. Hubungan antarkelompok pun sering berwujud perilaku kolektif. Tidak jarang suatu
gerakan antarkelompok berkembang menjadi huru-hara yang dapat mengakibatkan perusakan
harta benda atau koraban berjatuhan. Hubungan antar kelompok pun sering melibatkan gerak
sosial baik yang diprakarsai oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang
ingin mempertahankan keadaan yang ada.

Bab 11
PENDUDUK
Pertumbuhan demografi diawali pada abad 17 dan 18 sangat ditunjang dengan
perkembangan system pencatatan dan sensus. Mengenal letak demografi dalam pohon ilmu
dijumpai perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat bahwa demografi merupakan ilmu
bersifat antardisiplin, namun ada juga yang berpendapat bahwa demografi merupakan suatu
ilmu sosial. Masalah besar, komposisi, distribusi, dan perubahan penduduk ini dipelajari para ahli
demografi dengan mempelajari tingkat kelahiran, kematian, dan imigrasi. Salah satu indicator
tngkat kelahiran ialah angka kelahiran kasar. Konsep lain yang dapat dipakai untuk mengukur
pertumbuhan penduduk ialah angka kematian kasar. Faktor dasar lain yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk ialah perpindahan penduduk atau imigrasi. Pertumbuhan penduduk
dunia secara sangat cepat menumbuhkan keinginan kea rah tercapainya penghentian
pertumbuhan penduduk. Situasi ini hanya dapat tercapai menekala jumlah orang yang
meninggal dunia atau berimigrasi ke luar sam dengan jumlah yang dilhairkan atau berimigrasi ke
dalam. Komposisi penduduk merupakn suatu konsep yang memacu pada susunan penduduk
menurut criteria tertentu seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, suku bangsa, kebangsaan,
pendidikan, tempat tinggal, dan penghasilan. Para ahli demografi membuat teori-teori tarnsisi
demografi yang berusaha menjelaskan proses perubuhan demografi penduduk dengan angka
kelahiran dan angka kematian tinggi ke angka kelahiran dan angka kematian rendah. Menurut
teori ini suatu masyarakat yang mengalami proses indutrialisasi akan melewati tiga tahap.
Kebijaksaan prenatal merukan suatu kebijaksaan yang menujang angka kelahiran tinggi.
Kebijaksanaanantinatal, dipihak lain merupakan kebijaksanaan yang bertujuan membatasi
tungkat kelahiran.

Bab 12
KONFORMITAS DAN PENYIMPANGAN
Konsep konformitas didefinisikan Shepard sebagai bentuk interaksi yang didalamnya
seorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok. Pada umumnya kita
cenderung bersifat konformis. Berbgai studi memperlihatkan bahwa manusia mudah
dipengaruhi orang lain. Salah satunya ialah studi Muzafer Sherif, yang membuktikan bahwa
dalam situasi kelompok orang cnderung membentuk norma sosial. Vander Zanden
mendefinisikan penyimpangan sebgai perilaku yang oleh sejumlah besar orang di anggap sebagai
hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Menurut para ahli sosiologi penyimpangan bukan
sesuatu yang melekat pada bentuk perilaku tertentu, melainkan diberi cirri penyimpangan
melalui definisi sosial. Pemyimpangan terjadi karena adanya perbedaan pergaulan dan di peljari
melalui proses ahli budaya. Merton mengidentifikasikan lima tipe cara adaptasi individu
terhadap situasi tertentu, empat diantaranya berperilaku peran dalam menghadapi situasi.
tersebut merupkan perilaku menyimpang. Ada pun lima tipe tersebut adalah : 1. Conformity 2.
Innovation 3. Ritualism 4. Retreatism 5. Rebellion

Bab 13
PERILAKU KOLEKTIF DAN GERAKAN SOSIAL
Perilaku yang tidak berpedoman pada institusi yang terdapat dalam masyarakat dalam
sosiologi dinamakan perilaku koloktif, yaitu perilaku yang (1) dilakukan bersama sejumlah orang,
(2) tidak bersifat rutin, (3) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu. Perilaku
menyimpang yang merupakan tindakan bersama sejumlah orang dan berperilaku tidak rutin.
Perilaku kolektif di picu oleh suatu rangsangan yang sam dan dapat terdiri atas suatu peristiwa,
benda, atau ide. Perilaku kolektif selalu melibatkan perilaku sejumlah orang yang berkerumun.
Menurut Le Bon istilah kerumunan berarti sekumpulan orang yang mempunyai cirri baru yang
berbeda sama sekali dengan cirri individu yang membentuknya. Suatu kerumunan mempunyai
cirri baru yang emula tidak dijumpai pada masing-masing anggotanya. Gerakan sosial merupakan
perilaku kolektif yang ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka panjang, yaitu untuk
mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atu institusi yang ada di dalamnya. Cir lain
gerakan sosial ialah pengguna cara yang berada di luar institusi yang ada. Sejumlah sosiologi lain
berpendapat bahwa perubahan sosial memerlukan pengerahan sumber daya manusia maupun
alam. Tanpa adanya pengerahan sumber daya suatu gerakan sosial tidak akan terjadi, meskipun
tingkat deprivasi tinggi.
Bab 14
PERUBAHAN SOSIAL
Pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat digolongkan ke
dalam beberapa pola. Pola pertama ialah pola linier, pola siklus, pola ketiga, penggabungan
antara pola pertama dan pola kedua. Giddens mengemukakan bahwa proses peningkatan
kesaling tergantungan masyarakat dunia yang dinamakannya globalisasi ditandai kesenjangan
besar antara kejayaan dan tingkat hidup masyarakat-masyarakat industry dan masyarakat-
masyarakat dunia ketiga. Selain itu ia mencatat tumbuh dan berkembangnya Negara-negara
industry baru dan semakin meningkatnya komunikasi antarnegara sebagai dampak teknologi
komunikasi yang semakin canggih. Masalah globalisasi diulas pula oleh Waters yang
berpandangan bahwa globalisasi berlangsung di tiga bidang kehidupan, yaitu prekonomian,
politik, dan budaya. Teori-teori modern yang terkenal ialah teori modernisasi, teori
ketergantungan, dan teori mengenai system dunia.

Bab 15
TEORI SOSIOLOGI
Untuk menjelaskan proses perubahan sosial dan mendasar da berjangka pajang di eropa
seperti industrialisasi, urbanisasi, dan rasinalisasi para ahli sosiologi klasik di masa lampau mulai
berteori. Teori menurut Kornblum, merupakan seperangkat konsep salinh terkait yan bertujuan
menjelaskan sebab-sebab terjadinya yang dapat diamati. Inti penjelasan ilmiah ialah pencarian
factor penyebab. Dalam proses pencarian sebab ini di bedakan antara factor yang harus
dijelaskan dan factor penyebab, atau antara variable tergantung. Dan variable bebas. Teori
menjawab pertanyaan: “mengapa?” pertanyaa yang hendak dijawab leh teori sosiologi ialah
mengapa dan bagaimana masyarakat dimungkinkan, dan dikenal dengan nama the problem of
order. Menurut Ritzer teori sosiologi di Amerika sebelum tahun 80-an ditandai oleh ekstramisme
mikro-makro, yaitu konflik antara teori dan teoretikus ekstrem mikro dan ekstem makro. Namun
Ritzer mancatat bahwa sejak tahun 80an telah terjadi perkembangan baru sosiologi.

Bab 16
METODE SOSIOLOGI
Dalam usaha mengumpulkan data yang dapat menghasilkan temuan-temuan baru dalm
sosiologi, para ahli sosiologi perlu memperhatikan tahap penelitian, yang saling berkaitan secara
erat. Sebelum memulai suatu usaha penelitian seorang ahli sosiologi terlebih dahulu harus
melakukan tinjauan terhadap bahan-bahan pustaka agar dapat mengetahui temuan temuan
yang sebelumnya. Setelah pertanyaan penelitian dirumuskan, peneliti dituangkan dalam suatu
metode penelitian yang akan digunakannya. Dalam ilmu-ilmu sosial dikenal berbagai metode
pengumpulan data, seperti metode survai serta beberapa metode nonsurvai seperti metode
riwayat hidup, studi kasus, analisis isi, kajian data yang telah di kumpulkan oleh pihak lain, dan
eksperimen. Metode penelitian yang dipergunakan ahli sosiologi sering terkait dengan teori dan
paradigm sosiologi yang dianutnya. Menurut Ritzer masalah apa yang akan di teliti seorang
peneliti, pertanyaan peneliti yang akan diajukannya, caranya mengajukan pertanyaan penelitian,
dan aturan yang diikutinya dalam menafsirkan temuan penelitinya ditentukan oleh ditentukan
oleh paradigm yang dianut.
Menurut Ritzer sosiologi merupakan suatu ilmu yang berparadigma majemuk karena
mempunyai tiga paradigma yaitu : paradigma fakta sosial,paradigma definisi sosial,paradigma
perilaku sosial. Menurutnya ketiga paradigma tersebut dibedakan satu dengan yang lain dalam
tiga hal yaitu : exemplar,teori dan metode. Teknik analisis data kuantitatif pun berkembang
pesat dengan memanfaatkan perkembangan dalam statistika. Perkembangan ini mengakibatkan
kesenjangan anatara teknik yang digunakan dalam komunikasi ilmiah di tingkat internasional
dengan teknik yang kini masih mendominasi buku teks, bahan kuliah, dan praktek penelitian
kuantitatif para ilmuan sosial kita.

Anda mungkin juga menyukai