NIM : 22058147
ISBN : 979-8140-30-3
Menurut Berger salah satu hal yang dianggap sebagai ancaman terhadap
hal yang oleh masyarakat telah diterima sebagai kenyataan ataupun kebenaran
ialah disintregrasi kesatuan masyarakat abad pertengahan, khususnya disintregrasi
dalam agama Kristen.
Para pemuka pemikiran sosiologi terdiri atas sejumlah tokoh klasik ialah
Saint-Simon, Comte, Spencer, Durkheim, Weber, Marx, dan tokoh modern seperti
Sorokin, Mead, Cooley, Simmel, Goffman, Homans, Thibaut dan Kelly, Blau,
Parsons, Merton, Mills, Dahrendorf, Coser, dan Collins.
Antara pemikiran para perintis awal dan pemikiran para tokoh sosiologi
masa kini terdapat suatu kesinambungan. Sebagian besar konsep dan teori
sosiologi masa kini berakar pada sumbangan pikiran para tokoh klasik. Para ahli
cenderung sepaham bahwa Auguste Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim,
Karl Marx dan Max Weber merupakan perintis sosiologi.
Dalam sosiologi, tokoh yang sering dianggap sebagai Bapak ialah Auguste
Comte. Nama “sosiologi” merupakan hasil ciptaan Comte. Yang merupakan suatu
gabungan antara kata Romawi socius dan kata Yunani logos. Comte pun dianggap
sebagai perintis positivisme. Sumbangan pikiran penting lain yang diberikan
Comte ialah pembagian sosiologi ke dalam dua bagian besar: statika sosial (social
statics) dan dinamika sosial (social dynamics).
Sumbangan Weber yang tidak kalah pentingnya ialah kajiannya mengenai konsep
dasar dalam sosiologi (lihat Weber, 1964). Dalam uraiannya Weber menyebutkan
pula bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial.
Durkheim berpendapat bahwa sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari fakta
sosial (fait social). Menurut Durkheim fakta sosial merupakan cara bertindak,
berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan
memaksa yang mengendalikannya (Durkheim, 1965:3-4).
Bagi Weber sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari tindakan sosial, yaitu
tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan
berorientasi pada perilaku orang lain. Karena sosiologi bertujuan memahami
(Verstehen) mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan akibat tertentu,
sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya, maka ahli
sosiologi harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut
menghayati pengalamannya (Weber, 1964:90).
Peter Berger
Berger mengajukan berbagai citra yang melekat pada ahli sosiologi (lihat Berger,
1978:11-36). Citra pertama, menurut Berger, ialah bahwa seorang ahli sosiologi
ialah seseorang yang suka bekerja dengan orang lain, menolong orang lain,
melakukan sesuatu untuk orang lain. Citra berikut ialah bahwa ahli sosiologi
adalah seorang teoretikus di bidang pekerjaan sosial. Citra lain menggambarkan
ahli sosiologi sebagai seorang yang melakukan reformasi sosial-seorang
perekayasa sosial. Citra lain menyajikan ahli sosiologi sebagai seseorang yang
pekerjaannya mengumpulkan data statistik mengenai perilaku manusia. Dalam
gambaran lain, ahli sosiologi dianggap orang yang mencurahkan perhatiannya
pada pengembangan metodologi ilmiah untuk dipakai dalam memelajari
fenomena manusia. Citra terakhir memandang ahli sosiologi sebagai seorang
pengamat yang memelihara jarak-seseorang manipulator manusia. Berger
mengemukakan bahwa berbagai citra yang dianut orang tersebut tidak tepat,
keliru, dan menyesatkan.
Suatu konsep lain yang disoroti Berger ialah konsep “masalah sosiologi”
(sociological problem). Menurut Berger suatu masalah sosiologi tidak sama
dengan suatu masalah sosial. Masalah sosiologi, menurut Berger, menyangkut
pemahaman terhadap interaksi sosial (Berger, 1978:49).
BAB 3 Sosialisasi
PEMIKIRAN MEAD
AGEN SOSIALISASI
POLA SOSIALISASI
INTERAKSI SOSIAL
Sejumlah ahli sosiologi mengkhususkan diri pada studi terhadap interaksi sosial.
Ini sesuai dengan pandangan ahli sosiologi seperti Max Weber bahwa pokok
pembahasan sosiologi ialah tindakan sosial.
INTERAKSIONISME SIMBOLIK
KOMUNIKASI NONVERBAL
Suatu hal penting yang dikemukakan Hall ialah bahwa dalam interaksi
orang lain membaca perilaku kita-bukan kata kita (lihat Hall, 1981:14). Ini
penting untuk diperhatikan, karena dalam interaksi kita tidak hanya
memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya.