Anda di halaman 1dari 2

NAMA : PRADANA PUTRA HERIARTO

NIM : 1970201182

KELAS : C MALAM

PRODI : ILMU KOMUNIKASI

DOSEN : EKO WAHYONO

1. Fungsi sosiologi dalam melihat masyarakat adalah sebagai penengah dan juga sebagai
solusi yang tidak menimbulkan masalah, sejatinya sosiologi itu netral dalam melihat
suatu masalah, tidak memihak pada siapapun atau apapun yang terlibat dalam suatu kasus

2. Perspektif konflik lebih bersifat kritis, tidak menganggap masyarakat adalah suatu
kekuatan sebuah kelompok. Akan tetapi, lebih kepada bertemunya individu atau
kelompok yang memiliki kepentingan sendiri. Sedangkan perspektif structural fungsional
melihat bahwa masyarakat adalah sebuah organisme yang saling membuthkan, dapat juga
di contohkan sebagai organ tubuh. Artinya, semua masyarakat mempunyai hubungan dan
tugas yang berbeda-beda

Contoh konkritnya adalah ormas FPI. FPI berdiri karena maraknya penghinaan dan
cacian kepada umat islam di Indonesia, ormas FPI juga ingin islam di Indonesia semakin
kokoh dengan menyuarakan ketidaknyamanannya terhadap peraturan Negara yang
bertentangan dengan ajaran islam. Didalam ormas FPI juga terdapat struktur yang
otomatis setiap individu memiliki kebutuhan dan tujuan yang sama.

3. Menurut Wawan Masudi, seorang pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada yang
kalimatnya juga dikutip oleh CNN Indonesia, melihat bahwa ini ada dimensi fenomena
sosial. Diciptakan untuk membangun sinisme dalam pemilu. Istilah cebong dan kampret
ini dihasilkan dan dibuat oleh para pendukung dari kedua capres dan cawapres saat ini,
dan istilah itu dipakai untuk kebutuhan fanatisme dengan mengindentifikasi capres nomor
1 atau 2.

Dalam perspektif konflik, cebong dan kampret sama sama memiliki kepentingan.
Cebongers ingin mempertahankan pilihannya agar terus memimpin Indonesia sampai 2
periode, karena menurut mereka pilihannya adalah pasangan yang sesuai untuk
memimpin Indonesia dan bisa membawa ekonomi Indonesia ke yang lebih baik. Dengan
meningkatnya kualitas ekonomi Indonesia, maka rakyat akan sejahtera dan para cebong
pun berbangga karena pilihannya benar.
Begitu pula dengan kampret, kampreters menganggap bahwa pilihannya adalah pasangan
yang cocok untuk memimpin Indonesia dan membawa ekonomi Indonesia menjadi lebih
baik. Sejatinya, baik cebongers ataupun kampreters hanya ingin kaya.
Sedangkan dalam perspektif structural fungsional, cebongers dan kampreters terdiri dari
beberapa lapisan masyarakat. Para pejabat cebongers, atau yang biasa disebut “petahana”
ingin mempertahankan pak Jokowi menang. Karena kalau pak Prabowo yang menang,
kabinet-kabinet pemerintahan akan diganti dengan pilihan atau koalisi partai dari pak
Prabowo.
Sebaliknya, timses dan pejabat kampreters (oposisi) ingin memenangkan pak Prabowo
sebagai presiden Indonesia, agar mereka-mereka masuk dan menggantikan kabinet pak
Prabowo.

Dalam perspektif simbolik, cebong dan kampret mencerminkan bahwa kontestasi politik
di tahun ini sangat ketat dan juga mencerminkan bahwa antusiasme masyarakat terhadap
politik masih ada dan berkembang. Namun, dari sisi lain dua istilah ini mencerminkan
ketidaksehatannya kontestasi politik yang terjadi di tahun ini atau bahkan dimulai dari
tahun sebelumnya dan juga dapat mencerminkan rakyat Indonesia yang senang berselisih
dan mudah diadu domba, karena hal-hal yang diperdebatkan antara cebong dan kampret
dikalangan masyarakat cenderung issue-issue yang tidak penting.

4. Teori dalam menganalisa suatu masalah berfungsi sebagai kiblat atau dasar untuk
menganalisa sesuatu. Karena, dengan adanya teori analisis kita tau harus dengan landasan
apa kita menganalisa, bagaimana kita menganalisa, kesesuaian hasil analisa dsb.

Anda mungkin juga menyukai