Anda di halaman 1dari 4

Nama : Akhmad Fauzan

NIM : 1710128210022
Nama Mata Kuliah : Ilmu Politik dan Pendidikan IPS
Tugas Anotasi

1. Aminuddin, M. F., & Ramadlan, M. F. (2015). Match-All Party: Pragmatisme Politik dan
Munculnya Spesies Baru Partai Politik di Indonesia Pasca Pemilu 2009. Jurnal Politik ,
VOL. 1, NO. 1.
Artikel ini membahas tentang menginvestigasi korelasi antara pragmatisme politik dengan
perubahan partai politik yang adaptif dalam pemilu maupun dalam parlemen pasca Pemilu. Si
peneliti menemukan kemunculan spesies match-all party yang hadir dalam kondisi politik
pragmatis. Terbukti bahwa demokratisasi di negara berkembang mengalami perjalanan yang
dinamis. Hampir semua partai politik di Indonesia saat ini, ialah partai baru atau setidaknya
merupakan “peranakan” dari partai lama yang mengalami perubahan pelembagaan dan
karakteristik seiring dengan dinamika yang berkembang pasca reformasi. Sedangkan partai-
partai yang sebelumnya telah terbentuk sejak Orde Baru (Golkar dan PPP), diharapkan untuk
beradaptasi dengan perubahan di internal dan eksternal partai

2. Anggariani, D. (2013). Politik Kekerabatan. Jurnal Politik Profetik , Volume 2 Nomor 2.


Artikel ini membahas mengenai hal Masyarakat pedesaan hidup dalam tingkat interaksi
antara sesamanya secara intensif. Interaksi anggota masyarakat berbentuk kelompok sosial
melahirkan perasaan senasib, sepenaggungan, saling membantu dan tolong menolong secara
tulus menimbulkan ikatan kekerabatan yang sangat kuat. Namun sifat manusia yang selalu
ingin berkuasa dan menanamkan pengaruhnya berhasrat membagun struktur politik.

3. Anshari, F. (2013). Komunikasi Politik di Era Media Sosial. Jurnal komunikasi , Volume
8, Nomor 1.
Artikel ini membahas tentang mengenai tantangan dan peluang dari media sosial terhada para
aktor politik. Adanya media sosial untuk para aktor politik harus menyadari meskipun dia
secara nyata adalah pejabat tinggi atau partai politik yang berkuasa, tetapi posisinya di media
sosial akan setara dengan pengguna lain. Banyak keuntungan yang ditawarkan dalam
pengunaan media sosial sebagai ajang branding tokoh politik, juga tidak boleh lepas dari sisi
komunikasi.

4. Faridl, M. (2007). Peran Sosial Politik Kyai di Indonesia. Jurnal Sosioteknologi Edisi 11 .
Artikel ini membahas tentang fenomena perbedaan perilaku sosial politik di kalangan kyai.
Secara umum dipengaruhi dua faktor. Faktor pertama, yaitu posisi sosial kyai berrdasarkan
studi-studi terdahulu bahwa ada suatu kekuatan penggerak perubahan yang terjadi di
masyarakat. Misalnya studi yang dilakukan oleh Horikoshi(1978) menunjukkan kyai
mempuyai kekuatan sebagai perubahan sosial baik di kalangan pesantren ataupun di
masyarakat luas. Faktor kedua, yaitu kekuatan personal yang diwarnai pemikiran teologis.
Kyai dipandang memiliki kemampuan kharismatik yang luar biasa untuk menggerakkan
masyarakat eperti halnya menentukan pilihan-pilihan politik. Karena kalkulasi politiknya
sering dianggap fatwa untuk diikuti.

5. Hawari, N. (2019). TAHÂLUF SIYÂSI DALAM PRAKTIK POLITIK PARTAI ISLAM


DI INDONESIA. MIQOT , Vol. 43 No. 2.
Artikel ini membahas tentang bagaimana konsep koalisi yang pernah dilakukan oleh
Rasulullah SAW. dan seperti apakah bentuk praktik tahâluf siyâsî yang dijalankan oleh partai
berbasis agama saat ini?. Peneliti menemukan bahwa koalisi (tahâluf siyâsî) menyimpan arti
suci dan bersih dari segala kepentingan pragmatis bahkan praktik politik generasi awal Islam
memberi sinyal kuat bahwa koalisi itu adalah berkorban untuk orang yang terzalimi, menekan
kebatilan dan mengangkat harkat dan martabat kebenaran, sedangkan praktik politik saat ini
justru memberi konotasi lain dari arti suci tersebut.

6. Hemay, I., & Munandar, A. (2016). Politik Identitas dan Pencitraan Kandidat Gubernur
terhadap Perilaku Pemilih. Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan , VOL. 12
No. 01.
Artikel ini membahas tentang Perilaku pemilih menjelang Pilkada Bengkulu 2015 sangat
dipengaruhi oleh identitas dan pencitraan calon gubernur yang akan dipilih. Metode yang
digunakan penulis yaitu pendekatan ilmu politik behavior (perilaku pemilih), politik identitas
kesukuan, citra
kandidat dan pilkada dalam perspektif sosiologi politik dengan pendekatan kuantitatif sesuai
survei opini publik.

7. Jurdi, S. (2013). GERAKAN SOSIAL ISLAM: Kemunculan, Eskalasi, Pembentukan


Blok Politik dan Tipologi Artikulasi Gerakan. Jurnal Politik Profetik , Volume 1 Nomor1.
Artikel ini membahas tentang Gerakan sosial Islam hadir untuk merespons berbagai kondisi
sosial
politik dan ekonomi yang dihadapi umat Islam. Eskalasi dan de-eskalasi GSI sangat
ditentukan oleh kondisi sosial, ekonomi dan politik suatu bangsa. Pada negara yang
menerapkan sistem demokrasi liberal, GSI memperoleh ruang artikulasi yang jauh lebih baik
bila dibandingkan negara-negara yang menganut sistem otoriter.

8. Pasaribu, P. (2017). Peranan Partai Politik dalam Melaksanakan Pendidikan Politik.


Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA , 5 (1).
Artikel ini membahas tentang partai politik sebagai salah satu intruksi inti dan demokrasi
modern. Demokrasi modern mengandalkan sebuah sistem yang disebut keterwakilan
(repressentif), baik keterwakilan lembaga formal kenegaraan seperti parlemen (DPRD/DPR)
maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam instruksi kepartaian. Partai politik berfungsi
untuk mencari dan mengajar orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik
sebagai angota partai dengan demikian turut berpartisipasi politik. Inilah yang menjadi peran
penting dalam partai politik untuk memberi pendidikan politik bagi masyarakat.
9. Prasetya, I. Y. (2011). Pergeseran Peran Ideologi dalam Partai Politik. Jurnal Ilmu Politik
dan Ilmu Pemerintahan , Vol. 1, No. 1.
Artikel ini membahas tentang ideologi adalah suatu tatanan masyarakat yang didalamnya
terdapat sistem ekonomi, politik, sosial dan budaya sebagai cita-cita individu, kelompok,
golongan atau masyarakat luas yang kemudian menjadi landasanuntuk bertindak. Ideologi
iadalah hal yang harus dimiliki oleh partai politik. Dengan ideologi itulah partai politik
bergerak Kader-kader yang ada di dalam partai kemudian menjadi cerminan dari partai
politik terkait dengan ideologi, yang harapannya nanti menjadi seorang pemimpin yang dapat
membuat kebijakan-kebijakan sesuai dengan ideologi partai.

10. Purwaningsih, T. (2015). Politik Kekerabatan dan Kualitas Kandidat di Sulawesi Selatan.
Jurnal Politik , VOL. 1, NO. 1.
Artikel ini membahas tentang elaborasi terhadap berkembangnya fenomena politik
kekerabatan di Sulawesi Selatan, terutama dari perspektif kualitas kandidat yang dimiliki oleh
calon yang berasal dari keluarga politik. Terjadinya pewarisan ketertarikan pada politik
dalam keluarga melalui diskusi politik dalam keluarga, aktivitas di partai politik maupun
organisasi sosial yang menjadi modal sebagai politisi. Terdapat kecenderungan fenomena
politik kekerabatan yang semakin menguat di era reformasi dipengaruhi oleh peluang yang
ada, baik melalui pemilihan kepala daerah secara langsung maupun pemilu dengan sistem
proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak, serta munculnya partai-partai baru.

11. Qodarsasi, U., & Khofifah, M. N. (2020). Hagia Sophia dan Kebangkitan Politik Islam di
Turki ? Jurnal Pemikiran Politik Islam , Vol.3 No.2.
Artikel ini membahas tentang perihal Peristiwa Hagia Sophia dan kebangkitan politik Islam
yang terjadi di Turki. Pada awalnya Hagia Sophia ialah gereja. Namun, setelah Sultan
Muhammad Al-Fatih dapat menaklukan Konstantinopel dari kekuasaan Byzantium pada
tahun 1453 yang dalam naungan kekuasaan Islam, Hagia Sophia dialihfungsikan sebagai
masjid. Peradaban Islam yakni pada masa Turki Usmani sebagai negara Islam yang pernah
menguasai dua pertiga dunia. Negara yang sangat maju disegala bidang. Namun, setelah
berkuasa sekitar 6 abad, mulai merasakan masa-masa keruntuhan, makin terpuruk pada saat
berakhirnya perang dunia I. Setelah runtuh, lalu kekuasaan diambil alih kelompok nasionalis
di bawah kepemimpinan Msutafa Kemal Laknatullah, yang menjadikannya negara sekuler.
Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi museum. Lalu pada tahun 2020 Hagia Sophia kembali
dialihfungsikan sebagai masjid oleh Presiden Reccep Tayyip Erdogan dari partai AKP.
Banyak yang mendukung dan bayak juga yang menolak Hagia Sophia kembali menjadi
masjid.

12. Ramdhani, H. (2019). Realitas Elit Politik Lokal dan Persepsi Masyarakat dalam Proses
Pemekaran Daerah. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA .
Artikel ini membahas tentang memahami dan mengidentifikasi belum terbentuknya
pemekaran provinsi Cirebon. Elit yang berkonflik antara setuju dan tidak setuju dengan
adanya pemekaran daerah, sesuai dengan apa yang dipahami olehmasyarakat di Kabupaten
Majalengka dan Kabupaten Kuningan yang tidak meyetujui adanya pemekaran provinsi
Cirebon dan masyarakat Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon dan ini
sesuai dengan teori Geatano Mosca bahwa tindakan elit terbentuk atas kehendak masyarakat.

13. Salim, K. (2015). Politik Identitas di Maluku Utara. Jurnal Kajian Politik Dan Masalah
Pembangunan , VOL. 11 No. 02.
Artikel ini membahas tentang politik identitas di Maluku Utara. Politik identitas etnis dalam
Pemilihan Gubernur Maluku Utara 2013 ialah kenyataan politik yang dikonstruksi oleh aktor-
aktor informal dan struktur partai politik, serta struktur birokrasi pemerintahan untuk
mengeksitensikan semangat etnis dalam meraih dukungan politik dari masyarakat ataupun
kelompok etnisnya.

14. Taufiq, F., & Putra, L. W. (2018). Media Sosial dan Gerakan Sosio-Politik Umat Islam di
Indonesia. Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan , Vol. 6 No.2.
Artikel membahas tentang bagaimana media sosial digunakan dalam gerakan sosial politik
umat Islam di Indonesia. Media sosial sangat berperan penting dalam bernegara. Bahwa
media sosial sebagai alat penggerak dan katalisator bagi tatanan masyarakat. Isu-isu gerakan
sosial atau keagamaan lebuh mudah menjadi sasaran. Hal ini menjadi fenimena perbedaan
masyarakat dalam menyikapi edan mengomentari permasalahn tersebut. Maka muncullah
perbedaan tafsir atas permasalahan. Seharusnya media sosial dimaksimalkan sebagai media
komunikasi dan tidak untuk disalah gunakan untuk kepentingan tertentu.

15. Zawawi, A. (2015). Politik dalam Pandangan Islam. Jurnal Ummul Qura , Vol V, No 1.

Artikel ini membahas tentang Politik Islam. Bahwa politik dalam Islam ialah mengurus
urusan masyarakat berdasarkan hukum syara’ dalam suatu negara. Dalil adanya politik dalam
Islam ialah pada Bani Israil dahulu urusannya diurusi oleh para nabi. Ketika seorang nabi
wafat maka ada nabi lainnya lagi yang datang untuk mengurusi Bani Israil. Nabi Muhammad
diutus sebagai Rasul Allah untuk seluruh alam, untuk semua manusia, namun setelah Nabi
Muhammad wafat tidak akan ada lagi nabi setelahnya karena Nabi Muhammad sebagai nabi
terakhir. Akan tetapi akan ada para khalifah yang menggantikannya bukan sebagai nabi tapi
sebagai pemimpin yang akan mengurusi urusan semuanya berdasarkan Hukum syara’.

Anda mungkin juga menyukai