Anda di halaman 1dari 9

Nama : Alfi Amalia Khairani

NIM : P0122010
Kelas : A
Tanggal : 10 Oktober 2022

Resume Insight Pertemuan Kesembilan Psikologi Kepribadian 1

Erich Fromm
A. Biografi
• Erich Pinchas Fromm dikenal sebagai psikoanalisis sosial. Ia merupakan anak tunggal
yang lahir pada tanggal 23 Maret 1900 di kota Frankfurt, Jerman.
• Pada usia 12 tahun, ia menyaksikan seorang wanita bunuh diri agar dapat masuk ke liang
kubur yang sama dengan ayahnya. Pada usia 14 tahun, ia melihat irasionalitas melanda
Jerman saat Perang Dunia 1. Karena pengalaman itu ia melakukan observasi terhadap
tingkah laku neurotis, Erich Fromm mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat
manusia dan sumber tingkah laku irasional. Dia menduga hal itu adalah akibat kekuatan
sosio-ekonomis, politis, dan historis yang secara masif mempengaruhi kodrat
kepribadian manusia.
• Erich Fromm memulai akademiknya di Universitas Frankfurt dengan major
yurisprudensi yang hanya bertahan setahun. Kemudian ia memutuskan belajar sosiologi
di Universitas Heidelberg. Selama disana, dia belajar di bawah bimbingan Frieda
Richmann. Di tahun 1930, ia bergabung dengan Frankfurt Institute for Social Research,
sebuah institut yang melahirkan Mazhab Frankfurt. Saat itu, ia juga mengembangkan
ilmunya dengan belajar psikoanalisis di Munich dan di Institut Psikoanalisis Berlin. Di
tahun 1934, ketika Nazi mengambil alih Jerman, ia pindah ke Amerika Serikat.
Kehidupannya di Amerika diisi dengan bekerja sebagai lecture di Institut Psikoanalisis
Chicago dan melakukan praktik privat di New York City. Sebelum pensiun, ia
membangun psikoanalisis di Meksiko dan menjadi profesor di sana. Terakhir, Erich
Fromm tinggal di Swiss dan meninggal di Muralto, Swiss pada tanggal 18 Maret 1980.
• Erich Fromm bukan bagian dari Freudian, tetapi teorinya lebih condong ke humanistik.
Dan ia tidak ingin disandingkan dengan teori Freud. Freud berpandangan pada masa kecil
dan psikoseksual.
B. Asumsi Dasar
• Asumsi dasar Fromm adalah bahwa individu dapat dipahami hanya dengan memahami
sejarah manusia yang mendahulukan fakta dan berdasarkan konsep antropologis-
fisiologis akan keberadaan manusia.
1. Dikotomi pertama: antara hidup dan mati.
➢ Realitas diri dan nalar: mengatakan manusia akan mati. Namun, manusia
berusaha mengingkari hal ini dengan menganggap adanya kehidupan setelah
kematian, hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa hidup manusia akan
berakhir dengan kematian.
2. Dikotomi kedua: manusia mampu membentuk konsep tujuan dari diri utuh,
namun menyadari bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan tersebut.
➢ Untuk mengatasi dikotomi ini, beberapa orang berasumsi bahwa masa lalunya
adalah sempurna dalam kemanusiaan. Dan beberapa orang yang menganggap
adanya kehidupan setelah kematian.
3. Dikotomi ketiga: bahwa manusia pada akhirnya hanya sendiri, namun tetap tidak
bisa menerima pengucilan atau isolasi.
➢ Manusia sadar sebagai individu yang terpisah dan percaya bahwa manusia
bergantung pada manusia lain. Jika manusia tidak dapat menyelesaikan
masalah-masalah kesepian atau kebersamaan, manusia akan terancam gila .
Dan hal yang harus dilakukan adalah berusaha untuk mengatasi masalah
tersebut.
C. Kebutuhan Manusia (Human Needs)
➢ Kebutuhan dasar manusia secara fisiologis adalah rasa lapar, seks dan keamanan.
Kebutuhan-kebutuhan eksistensial telah muncul saat evolusi budaya manusia, tumbuh
dari usaha mereka untuk menemukan jawaban atas keberadaan mereka dan untuk
menghindari ketidakwarasan.
➢ Keterhubungan (Relatedness)
Fromm mengatakan tiga cara dasar bagi manusia untuk terhubungan dengan dunia:
a. Kepasrahan
b. Kekuasaan
c. Cinta
• Ketika seseorang dominan dan seseorang pasrah (submisif) saling menemukan,
mereka sering kali menciptakan hubungan simbiosis, yang memuaskan keduanya.
Orang-orang dalam hubungan simbiosis saling tertarik bukan oleh cinta, namun
karena putus asa dalam memenuhi kebutuhan akan keterhubungan, yang tidak akan
terpuaskan secara utuh dengan hubungan seperti itu. Kesatuannya didasari oleh
permusuhan. Orang-orang dalam hubungan simbiosis menyalahkan pasangan
mereka karena mereka tidak memuaskan kebutuhan yang lain secara utuh. Mereka
akan mencari kepasrahan atau kekuasaan tambahan dan hasilnya, mereka akan
semakin bergantung pada pasangan mereka dan semakin tidak individual.
• Fromm percaya cinta adalah satu-satunya jalan untuk seseorang bersatu dengan
dunia dan dalam waktu yang sama, mencapai individualitas dan integritas.Ia
mendefinisikan cinta sebagai sebagai, “kesatuan dengan seseorang atau sesuatu
diluar diri dengan kondisi memegang teguh keterpisahan dan integritas diri sendiri”
(Fromm, 1981, hlm 3). Seni mencintai (The Art Of Loving), Fromm (1956)
menyebutkan empat elemen dasar yang biasa dalam sebuah cinta yang tulus yakni:
1. Rasa peduli, seseorang yang mencintai orang lain harus peduli akan orang tersebut
dan mau menjaganya.
2. Tanggung jawab, yaitu kemauan dan kemampuan untuk merespon dan
menanggapi kebutuhan fisik dan psikologis pasangannya.
3. Rasa hormat, menghormati mereka apa adanya dan menghindari keinginan untuk
berusaha mengubah mereka.
4. Pengetahuan, seseorang bisa menghormati orang lain hanya jika mereka memiliki
pengetahuan orang tersebut.
➢ Keunggulan (Transcendency)
• Manusia dapat mengungguli sifat pasif mereka baik dengan cara menciptakan
maupun menghancurkan kehidupan. Berkreasi berarti aktif dan peduli akan hal hal
yang diciptakan. manusia menjadi kreatif dengan banyak cara lain seperti seni,
agama, gagasan, hukum, produksi materi, dan cinta.
➢ Keberakaran (Rootedness)
• Ketika manusia berevolusi sebagai spesies terpisah kehilangan rumah mereka di
dunia alam. Di saat yang bersamaan, kapasitas pikiran mereka membuat mereka
menyadari bahwa mereka tidak memiliki rumah dan tidak memiliki akar.
Konsekuensinya adalah perasaan keterasingan dan ketidakberdayaan ini tak
tertahankan. Keberakaran juga dapat dicari melalui cara produktif dan nonproduktif.
Dengan cara produktif, ketika manusia berhenti disapih oleh ibu mereka dan lahir
secara utuh, mereka secara aktif dan kreatif berhubungan dengan dunia dan menjadi
utuh atau terintegrasi. Ikatan baru dengan dunia alam ini memberikan rasa aman dan
dan menciptakan kembali rasa keterlibatan dan keberakaran.
• Secara nonproduktif keberakaran yaitu fiksasi (keengganan yang kuat untuk
bergerak melampaui keamanan dan perlindungan yang diberikan oleh seorang ibu.
Orang-orang mencari keberakaran melalui fiksasi adalah orang-orang yang “takut
akan langkah selanjutnya setelah kelahiran dan untuk berhenti disapih oleh ibu
mereka. Mereka adalah orang-orang yang bergantung secara eksternal dan takut
serta merasa tidak aman ketika tidak lagi mendapat perlindungan sang ibu” (Fromm,
1955, hal. 40). Ibu adalah yang menyediakan akar bagi anak-anak dan memotivasi
mereka untuk mengembangkan individualitas dan nalar mereka atau menjadi
terfiksasi dan tidak mampu tumbuh secara psikologis. Fromm (1977) memilih teori
Bachofen dimana ibu sebagai pusat yang berkaitan pada setiap situasi oedipal
(menyukai wanita yang lebih tua) dibanding pemikiran Freud yang lebih berpusat
pada ayah. Menurut Fromm tentang Oedipus complex adalah keinginan untuk
kembali ke rahim ibu atau seseorang dengan fungsi keibuan yang harus dilihat dalam
ketertarikannya pada wanita lebih tua.
➢ Kepekaan akan Identitas (Identity)
• Kebutuhan manusia keempat adalah kepekaan akan identitas (sense of identity) atau
kemampuan untuk menyadari diri sendiri sebagai wujud terpisah. Oleh karena kita
telah terpisahkan dari alam, maka kita harus membentuk konsep akan diri kita
sendiri dan untuk mampu berkata “saya adalah saya” atau “saya adalah subjek dari
dari tindakan saya” . Fromm (1981) percaya bahwa manusia primitif
mengidentifikasi diri mereka lebih dekat dengan klan mereka dan tidak melihat
dirinya sebagai individu yang terpisah dari kelompok. Fromm setuju dengan Marx
bahwa bangkitnya kapitalisme lebih memberikan kebebasan politik dan ekonomi
kepada manusia. Identitas sebagian besar orang tetap bergantung pada keterikatan
mereka dengan orang-orang lain atau institusi, seperti bangsa, agama, pekerjaan, dan
kelompok sosial.
• Orang-orang neurotik berusaha untuk mengikat diri mereka dengan orang yang lebih
berkuasa atau institusi sosial atau politik. Akan tetapi, orang normal memiliki sedikit
kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan kelompoknya dan sedikit kebutuhan
untuk menyesuaikan diri dengan kelompoknya dan sedikit kebutuhan untuk
menyerahkan rasa dan kesadaran mereka secara individu.
➢ Kerangka Orientasi (Frame of Orientation)
• Oleh karena terpisah dari dunia alam, maka manusia membutuhkan peta jalan,
kerangka arah atau orientasi, untuk mencari jalannya dalam dunia. Tanpa peta
tersebut “manusia tidak akan mampu dan kebingungan melakukan tindakan dengan
tujuan dan konsistensi” (Fromm, 1973, hlm. 230). Kerangka orientasi membuat
manusia bisa mengatur berbagai macam rangsang yang mengganggu mereka.
• Banyak orang terlalu menggangap benar filosofi dan kerangka panduan mereka
sehingga apapun yang asing dalam pandangan mereka akan di nilai “gila” atau
“tidak masuk akal”. Apapun yang konsisten dengan filosofi dan kerangka panduan
mereka semata-mata dianggap sebagai “akal sehat” (common sense). Peta jalan
tanpa sasaran atau tujuan tidak ada artinya. Untuk menjaga kewarasan,
bagaimanapun, mereka membutuhkan sasaran akhir atau “objek pengabdian”
(Fromm, 1976, hlm. 137). Sasaran objek pengabdian ini memusatkan energy
manusia menuju satu arah, memungkinkan manusia untuk mengungguli
keberadaannya yang terasing, dan mengubah arti hidup mereka.
D. Beban Kebebasan
➢ Erich Fromm megembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke
abad, tetapi juga makin merasa kesepian. Hal ini dikarenakan adanya kecemasan yang
timbul dan menguasai manusia. Kecemasan dasar menghasilkan rasa keterasingan dan
kesendirian yang menakutkan. Oleh karena itu, manusia berusaha lari dari kebebasan
melalui berbagai macam mekanisme pelarian.
• Mekanisme Pelarian
Dalam buku Escape from freedom (1941/1997), menyebutkan tiga mekanisme
dasar pelarian, yakni otoritarianisme, sifat merusak, dan konformitas. Mekanisme
pelarian Fromm adalah kekuatan yang mendorong manusia. Kebebasan yang
pertama yaitu semangat, cinta, dan kerjasama yang menghasilkan manusia
sehingga mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Kedua, yaitu
manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
• Otoritarianisme (Authoritarianism)
Kebutuhan untuk bersatu dapat berupa dua hal:
1. Masokisme: Timbul dari rasa ketidakberdayaan, lemah, serta rendah diri dan
bertujuan untuk menggabungkan diri dengan orang atau institusi yang lebih kuat.
2. Sadisme : Bertujuan mengurangi kecemasan dasar dengan kesatuan-kesatuan
dengan satu orang atau lebih. Terdapat tiga jenis kecenderungan sadisme :
(1) kebutuhan untuk membuat orang lain bergantung pada dirinya dan kekuatan
mereka yang lemah.
(2) keinginan untuk mengeksploitasi orang lain memanfaatkan mereka, dan
menjadikan mereka sebagai sarana memperoleh keuntungan dan kesenangan
dirinya sendiri.
(3) keinginan untuk melihat orang lain menderita baik secara fisik maupun
psikologis.
• Sifat merusak/ sifat destruktif (Destructiveness)
Berasal dari perasaan kesepian, keterasingan, dan ketidakberdayaan. Dengan
menghancurkan orang dan benda, seseorang atau suatu bangsa berusaha
mengembalikan perasaan kekuasaan yang hilang. Namun, dengan
menghancurkan orang atau negara lain, orang-orang yang merusak
menghilangkan sebagian besar dunia luar dan dengan demikian memperoleh
semacam isolasi yang menyimpang.
• Konformitas (Conformity)
Berusaha mencari diri dari rasa kesendirian dan keterasingan dengan
menyerahkan individualitas mereka dan menjadi apapun yang diinginkan oleh
orang lain. Mereka jarang mengungkapkan pendapat mereka sendiri,
berpegangan erat pada patokan perilaku, dan sering tampak kaku dan terprogram.
Manusia dapat lepas dari siklus konformitas dan ketidakberdayaan dengan
realisasi diri dan kebebasan positif.
• Kebebasan Positif ( Positive Freedom )
Menurut Erich Fromm suatu masyarakat dikatakan sehat bila membiarkan
anggotanya mengembangkan cinta satu sama lain, menjadi produktif dan kreatif,
mempertajam dan memperluas tenaga dan pikiran objektivitasnya. Kebebasan
positif merepresentasikan keberhasilan mencari solusi bagi dilema manusia yang
menjadi bagian dari dunia alam, tetapi juga terpisah dari alam. Dengan kebebasan
positif dan aktivitas spontan, manusia dapat mengatasi ketakutan akan
kesendirian, mencapai kesatuan dengan dunia, dan mempertahankan
individualitas. Fromm (1941) menyatakan bahwa cinta dan kerja adalah dua
komponen kembar dari kebebasan positif. Melalui cinta dan kerja yang aktif,
manusia bersatu satu sama lain dan dengan dunia tanpa mengorbankan integritas
mereka.
E. Karakter Orientasi
➢ Menurut Fromm (Alwisol, 2006:152), karakter berkembang berdasarkan kebutuhan
mengganti insting kebinatangan yang hilang ketika manusia berkembang tahap demi
tahap. Karakter akan berkembang dan terbentuk berdasarkan social arrangements
(pengaturan sosial) di lingkungan yang menjadi wadah untuk hidup dan bertumbuh.
Secara umum, manusia dapat menghubungkan dirinya dengan hal atau orang lain
dengan cara non produktif (hidup yang berorientasi negatif) dan produktif (hidup yang
berorientasi positif). Fromm menggunakan istilah “non produktif” untuk menerangkan
cara-cara yang gagal untuk menggerakkan manusia lebih dekat pada kebebasan positif
dan realisasi diri. Namun, orientasi non produktif tidak sepenuhnya negatif. Masing-
masing memiliki aspek negatif dan positif. Manusia dapat memperoleh sesuatu melalui
keempat orientasi non produktif, yaitu:
1. Orientasi Reseptif (Receptive) Karakter reseptif (receptive characters) merasa
bahwa sumber segala hal yang baik berada di luar diri manusia dan satu-satunya
cara untuk berhubungan dengan dunia luar adalah dengan menerima sesuatu,
yaitu cinta, pengetahuan, dan kepemilikan materi. Manusia lebih berpikir untuk
menerima daripada memberi dan manusia ingin orang lain melimpahnya dengan
cinta, gagasan, dan hadiah. Sifat negatif orang-orang reseptif mencakup
kepasifan, kepasrahan, dan kurangnya rasa percaya diri. Sifat positif manusia
reseptif adalah kesetiaan, penerimaan dan rasa kepercayaan.
2. Orientasi Eksploitatif (Exploitative)
Karakter eksploitatif percaya bahwa sumber segala kebaikan ada di luar dirinya.
Seorang pria eksploitatif mungkin "jatuh cinta" dengan seorang wanita yang
sudah menikah, bukan karena dia benar-benar menyukainya, tetapi karena dia
ingin mengeksploitasi suaminya. Orang eksploitatif lebih suka mencuri atau
menjiplak daripada mencipta. Di sisi negatif, karakter eksploitatif adalah
egosentris, sombong, arogan, dan merayu. Sisi positifnya, mereka impulsif,
bangga, menawan, dan percaya diri.
3. Orientasi Menimbun (Hoarding)
Karakter menimbun bertujuan untuk menyimpan apa yang sudah didapatkan.
Manusia dengan orientasi menimbun akan menyimpan uang, perasaan, dan
pikirannya sendiri. Dalam hubungan cinta, orang tipe ini berusaha untuk memiliki
orang yang mereka cintai karena mengutamakan keamanan dan perasaan
pribadinya. Orang dengan tipe ini cenderung hidup di masa lampau dan menolak
segala sesuatu yang baru. Sifat negatif dari kepribadian menimbun termasuk
kekakuan, kegersangan, bersikeras, perilaku kompulsif, dan kurangnya
kreativitas. Karakter positif mereka adalah keteraturan, kebersihan, dan ketepatan
waktu.
4. Orientasi Memasarkan (Marketing)
• Tipe ini mengasumsikan kemampuan untuk mewujudkan potensi dalam
mengembangkan diri. Fromm memiliki pandangan bahwa individu akan
mencapai hakikat manusiawi seutuhnya di dalam lingkungan masyarakat yang
memberi ruang bagi individu untuk mencapai pengertian tentang diri dengan
mengalami dirinya sebagai subjek dari potensi, bukan dengan bertindak sesuai
konformitas.
• Orang yang berkepribadian memasarkan tidak memiliki masa lalu maupun
masa depan karena tidak memiliki prinsip atau nilai yang tetap. Mereka
memiliki lebih sedikit sifat positif dibandingkan orientasi lain karena pada
dasarnya mereka adalah bejana kosong yang siap diisi oleh karakteristik apapun
yang paling dapat dipasarkan. Sifat negatif dari karakter ini adalah tanpa tujuan,
tidak konsisten, dan sia-sia. Sifat positifnya adalah kemampuan untuk berubah,
berpikiran terbuka, kemampuan adaptasi, dan kemurahan hati.
➢ Orientasi produktif tunggal memiliki tiga dimensi, yaitu bekerja, mencintai, dan
bernalar. Orang produktif bekerja menuju kebebasan positif dan realisasi
berkesinambungan akan potensi mereka. Oleh karena itu, orang orientasi produktif
merupakan karakter yang paling sehat. Hanya melalui aktivitas produktif, manusia
dapat menyelesaikan dilema, yaitu bersatu dengan dunia dan hal-hal lainnya dengan
mempertahankan keunikan dan individualitas. Solusi ini dapat tercapai hanya dengan
kerja, cinta, dan berpikir menggunakan nalar.
➢ Cinta yang produktif digambarkan melalui empat sifat cinta, yaitu rasa peduli,
tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Orang yang sehat memiliki “biofilia”
, yaitu cinta penuh hasrat akan hidup dan segala sesuatu untuk hidup. Orang dengan
biofilia menginginkan hidup lebih lanjut. Mereka memikirkan pertumbuhan dan
perkembangan diri mereka. Individu dengan biofilia ingin mempengaruhi manusia lain
melalui cinta, alasan dan teladan, tetapi tidak dengan pemaksaan.
➢ Semua orang mampu untuk memiliki cinta produktif, tetapi kebanyakan orang tidak
mencapainya karena mereka tidak bisa mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Manusia
yang sehat melihat orang apa adanya, bukan sebagai orang yang mereka ingin jadikan.
Sama halnya seperti mereka mengenali diri sendiri apa adanya dan tidak membutuhkan
pemahaman akan diri mereka.
➢ Fromm (1947) meyakini bahwa orang yang sehat bergantung pada kombinasi dari
kelima orientasi karakter yang ada. Bertahannya mereka sebagai individu yang sehat
bergantung pada kemampuan mereka menerima sesuatu dari orang lain, mengambil
saat sesuai, memelihara suatu hal, menukar suatu hal, dan untuk bekerja, mencintai,
serta berpikir secara produktif.
F. Psikopatologi Teori Fromm
➢ Psikopatologi adalah patologi kelainan jiwa, sebuah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari sebab-sebab dan sifat gangguan jiwa. Orang yang mengalami gangguan
jiwa ditandai dengan perilaku sebagai berikut:
1. Atipikal atau tidak biasa
2. Berbahaya baik untuk diri sendiri maupun orang lain
3. Menyimpang baik secara hukum maupun budaya
4. Kegagalan untuk mencintai secara produktif
➢ Erich Fromm (1981) menyatakan bahwa orang-orang yang terganggu secara psikologis
tidak mampu mencintai dan gagal mencapai kesatuan dengan yang lainnya. Beliau
membahas tiga gangguan kepribadian yang berat, yakni:
1. Nekrofilia
• Nekrofilia berarti cinta akan kematian dan biasanya mengacu pada kelainan
seksual dimana seseorang menginginkan kontak seksual dengan mayat akan
tetapi, Fromm menggunakan istilah nekrofilia dalam arti yang lebih umum
untuk menunjukan ketertarikan akan kematian. Kepribadian nekrofilia
membenci kemanusiaan yang memiliki ciri-ciri rasis, penghasut orang, dan
menyukai kekerasan. Ciri orang yang seperti itu mereka menyukai
pertumpahan darah kehancuran, teror, dan penyiksaan. mereka adalah
pendukung hukum dan keteraturan mereka juga suka membicarakan penyakit,
kematian, dan penguburan. Mereka menyukai kotoran, pembusukan, mayat,
dan feses.
2. Narsisme Berat
• Fromm (1964) membahas hipokondriasis moral atau keterpakuan dengan rasa
bersalah akan pelanggaran yang sebelumnya terjadi. Orang-orang narsistis
berpikir jika mereka memiliki penampilan, fisik, dan harta sangatlah hebat,
mereka percaya bahwa mereka tidak perlu melakukan apapun untuk
membuktikan betapa bernilainya diri mereka. Ketika usaha mereka dikritik
oleh orang lain, mereka bereaksi dengan amarah dan kemurkaan, bahkan
sering kali melawan orang yang mengkritik nya dan berusaha
menghancurkannya.
3. Simbiosis Inses
• Simbiosis inses (incestous symbiosis) merupakan ketergantungan ekstrem
pada sosok ibu maupun pengganti ibu. Simbiosis inses adalah bentuk
berlebihan dari fiksasi terhadap ibu yang lebih umum dan lebih baik. Pria
dengan fiksasi terhadap ibu membutuhkan wanita yang peduli, memanjakan,
dan mengagumi mereka. Mereka sedikit cemas dan tertekan apabila
kebutuhan ini tidak terpenuhi. Fromm lebih setuju dengan Harry Stack
Sullivan daripada dengan Freud bahwa keterikatan terhadap ibu didasari oleh
kebutuhan rasa aman, bukan kebutuhan sex. Mereka yakin mereka tak dapat
hidup tanpa pengganti ibu. Sebagian individu patologis memiliki tiga
gangguan kepribadian, yaitu mereka tertarik pada kematian (necrophilia),
memiliki kesenangan dalam menghancurkan mereka yang inferior dan
memiliki hubungan simbiosis neurotik dengan ibu mereka atau pengganti ibu.
Orang- orang yang seperti itu membentuk Fromm sindrom pembusukan
(syndrome of decay). Ia membandingkan orang-orang patologis ini dengan
mereka yang memiliki sindrom pertumbuhan (syndrome of growth) yang
terbentuk oleh kualitas yang berlawanan, yaitu biofilia, cinta, dan kebebasan
positif (Feist &; Feist, 2010).
G. Psikoterapi
➢ Fromm dilatih sebagai analis Freudian ortodoks tetapi menjadi bosan dengan teknik
analitik standar. "Dengan waktu saya datang untuk melihat bahwa kebosanan saya
berasal dari fakta bahwa saya tidak berhubungan dengan kehidupan pasien saya"
(Fromm, 1986, hlm. 106).Dia kemudian mengembangkan sistem terapinya sendiri,
yang dia sebut psikoanalisis humanistik. Dibandingkan dengan Freud, Fromm jauh
lebih peduli dengan interpersonal sebagai bagian dari pertemuan terapeutik. Dia
percaya bahwa tujuan terapi adalah agar pasien mengenal dirinya sendiri. Tanpa
pengetahuan tentang diri kita sendiri, kita tidak dapat mengetahui orang atau benda
lain.
➢ Fromm percaya bahwa pasien datang ke terapi mencari kepuasan kebutuhan dasar
manusia mereka keterkaitan, transendensi, kebakaran , rasa identitas, dan kerangka
orientasi. Oleh karena itu, terapi harus dibangun di atas hubungan pribadi antara terapis
dan pasien. Karena komunikasi yang akurat sangat penting untuk pertumbuhan
puncaknya, terapis harus berhubungan "sebagai satu manusia dengan yang lain dengan
konsentrasi penuh dan ketulusan" (Fromm, 1963, hlm. 184).
➢ Sebagai bagian dari upayanya untuk mencapai komunikasi bersama, Fromm meminta
pasien untuk mengungkapkan impian mereka. Dia percaya bahwa mimpi, seperti juga
dongeng dan mitos, diekspresikan dalam bahasa simbolik, satu-satunya bahasa
universal yang dikembangkan manusia (Fromm, 1951).
H. Kelebihan Teori Erich Fromm
1. Pendekatan fromm pada kepribadian mempunyai pandangan yang luas, karena
mencakup dari berbagai sudut pandang tidak hanya psikoanalisis tetapi juga sudut
pandang sosial, politik, dan sejarah.
2. Melalui teori Fromm memberitahukan pada khalayak interpretasi yang unik
mengenai hubungan antara umanism dan rakyat yang menurut hal itu juga
semakin menyadarkan kita imbas antara faktor-faktor sosial, ekonomi, psikologi
dalam hakikat kemanusiaan.
3. Sebagai pemandu tindakan, nilai primer dari tulisan Fromm mendorong pembaca
agar berpikir produktif.
I. Kekurangan Teori Erich Fromm
1. Beberapa kata dari fromm yang samar sehingga menjadikan gagasan sulit untuk
dijadikan bahan acuan generator penelitian empiris.
2. Teori yang dikemukakan fromm terlalu filosofis untuk dibenarkan atau sekedar
pada verifikasi.
3. Pandangan Fromm konsisten secara internal, artinya masih ada tema tunggal pada
semua tulisannya. Akan tetapi, teori tadi kurang memiliki taksonomi yang
terstruktur, serangkaian kata yang didefinisikan secara operasional, dan batasan
lingkup yang jelas. Oleh karena itu, teori Fromm menerima nilai rendah pada hal
konsistensi internal.

Anda mungkin juga menyukai