Anda di halaman 1dari 6

diposting oleh sofia_rabbani-fpsi10 pada 07 August 2012

di kuliah - 0 komentar

Eksistensial : Rollo May

1. Biografi Singkat
Rollo May dilahirkan pada 21 April 1909 di Ohio, Amerika Serikat. Masa kecilnya tidak terlalu menyenangkan,
orang tuanya becerai dan adiknya mengalami gangguan psikotik. Setelah beberapa waktu belajar di Michigan
State, May terpaksa harus pindah dan masuk ke Oberlin Cololege di Ohio. Setelah lulus, May pergi ke Yunani
dimana dia mengajar Bahasa Inggris di Anatolia College selama tiga tahun. Selama itu, dia menghabiskan waktu
sebagai seniman jalanan dan sempat belajar secara singkat dengan Alfred Adler. Ketika May kembali ke Amerika
Serikat, dia masuk di Union Theological Seminary dan berteman dengan salah satu gurunya, Paul Tillich, seorang
teolog eksistensialis dan orang yang sangat mempengaruhi pemikiran May. Dia kemudian menerima gelar
sarjananya pada tahun 1938. Selain itu, karya-karya dari Soren Kiergaard yang merupakan pencetus dari
gerakan eksistensial memberikan inspirasi bagi teori-teori Rollo May.
May melanjutkan studi psikoanalisis di White Institute, di mana ia betemu dengan Harry Stack Sullivan dan Erich
Fromm. Kemudian ia pergi ke Universitas Columbia di New York, di mana pada tahun 1949 ia menerima gelar
PhD pertama dalam psikologi klinis yang pernah diberikan oleh universitasnya. Setelah itu, May mengajar di
berbagai sekolah unggulan. Pada 1958, dia menulis buku “Existence” bersama Ernest Angel dan Henri
Ellenberger, yang memperkenalkan psikologi eksistensial ke Amerika Serikat. Dia menghabiskan tahun terakhir
hidupnya di Tiburon, California, sampai ia meninggal pada tahun 1994.

2. Ulasan Umum Teori Kepribadian


Konsep dasar yang digunakan May dalam teori yang dikemukakannya adalah konsep eksistensialisme. Sebelum
beranjak menuju konsep May, berikut ini merupakan konsep dasar eksistensialisme yang akan mampu
membantu kita untuk dapat memahami teori May.
a. Being in the world (mengada dalam dunia)
Ketika ilmuwan mempelajari manusia dari kerangka acuan eksternal, mereka sudah merusak batasan subjek dan
dunia eksistensial mereka. Kesatuan dasar pribadi dan lingkungan dapat diartikan eksis di dunia, yang sering
disebut dengan being in the world. Banyak orang menderita rasa cemas dan putus asa yang diakibatkan oleh
alienasi diri sendiri atau dari dunianya. Mereka tidak memiliki gambaran yang jelas tentang diri mereka sendiri
atau mereka merasa terisolasi dari sebuah dunia yang tampaknya jauh dan asing. Saat manusia berjuang untuk
meraih penguasaan terhadap alam, mereka menjadi kehilangan sentuhan dalam hubungan mereka dengan dunia
alamiah. Ketika mereka menjadi semakin bergantung kepada produk-produk revolusi industri, mereka menjadi
lebih teralienasikan dari bintang-bintang, tanah dan laut.
Perasaan terisolasi dan keterasingan diri dari dunia diderita tidak hanya oleh individu yang terganggu secara
patologis namun juga individu dalam masyarakat modern. Alienasi adalah penyakit zaman ini, dan dia
termanifestasikan di ketiga wilayah ini: (1) keterpisahan dari alam, (2) kekurangan hubungan antarpribadi yang
bermakna, (3) keterasingan dari diri yang otentik. Being in the worldmembagi tiga model manusia yaitu:
i. Umwelt adalah dunia kebutuhan biologis, yaitu dunia objek-objek di sekitar manusia yang bisa
mempengaruhi manusia, membuat manusia sakit, menderita, dan tidak berdaya. Umwelt biasa disebut dengan
lingkungan (environment).
ii. Mitwelt adalah hubungan manusia dengan manusia lain dalam rangka kebersamaan. Kebersamaan ini
berlangsung dalam suatu interaksi yang jauh lebih kompleks, komunikasi yang penuh kebersamaan, dan makna
orang lain juga ditentukan oleh hubungan sesama.
iii. Eigentwelt adalah hubungan individu dengan dirinya sendiri, pusat bagi dunia manusia sendiri, dan dari
pusat itulah manusia menjalani hubungannya dengan orang lain atau sesama manusia lain. Dalam dunia ini,
manusia menjalin keberadaan sebagai subjek yang merefleksikan, mengevaluasi, menilai atau menghakimi
dirinya sendiri.
Pribadi yang sehat hidup dalam umwelt, mitwelt, dan eigentwelt sekaligus. Mereka beradaptasi dengan dunia
alamiah, berhubungan dengan orang lain sebagai manusia dan memiliki kesadaran mendalam tentang apakah
makna semua pengalaman ini bagi dirinya.
b. Nonbeing (ketidakadaan)
Being in the world mensyaratkan kesadaran diri sebagai makhluk yang hidup dan eksis. Namun kesadaran ini
pada giliranya juga dapat membawa manusia pada kesadaran akan seseuatu yang menakutkan
yaitu nonbeing dan nothingness. Untuk memegang apa yang akan dimaknai eksis, manusia perlu memegang
lebih dulu fakta bahwa dirinya mungkin tidak eksis, bahwa setiap saat dirinya menghadapi tepi jurang peniadaan
dan tidak pernah dapat lari dari fakta bahwa kematian akan datang di momen tertentu yang tidak dapat
diketahuinya di masa depan.
Kita masih bisa mengalami nonbeing (ketidakadaan) ini dalam bentuk lain seperti ketagihan pada alkohol atau
obat-obatan terlarang, aktivitas seksual yang immoral, atau perilaku-perilaku kompulsif lainnya. Ketidakadaan
kita juga dapat diungkapkan sebagai konformitas membuta terhadap ekspektasi masyarakat atau sebagai
kebencian umum yang merembesi hubungan kita dengan orang lain.
Rollo May merupakan salah satu tokoh dalam psikologi eksistensial Amerika yang paling terkenal. Ia juga sering
disebut sebagai bapak terapi eksistensial. Sebagian besar pemikirannya dapat dipahami dengan membaca teori
eksistensialisme secara umum. Terdapat banyak kesamaan antara teori Rollo May dengan teori para psikolog
eksistensialis lainnya. Namun, teori Rollo May tidak termasuk ke dalam mainstream psikologi eksistensial utama
karena ia lebih dipengaruhi humanisme Amerika daripada Eropa. Di samping itu, Rollo May juga lebih tertarik
untuk menggabungkan psikologi eksistensial dengan pendekatan-pendekatan lain, khususnya pendekatan dari
Freudian. Begitu juga cara May menggunakan istilah-istilah eksistensialisme tradisional yang cenderung berbeda
dengan pemikir lain dan ia juga menemukan istilah-istilah baru untuk ide eksistensial lama.
Rollo May juga merupakan salah satu tokoh psikologi eksistensial yang membicarakan tentang tahap-tahap
perkembangan yang berbeda dengan tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Freudian. Tahap- tahap
tersebut adalah tahap kepolosan, tahap pemberontakan, tahap awam, dan tahap kreatif. Tahap- tahap yang
dikemukakan oleh Rollo May tersebut dikaitkan dengan usia yang hanya berdasarkan pada apa yang sering
terjadi, misalnya sifat pemberontak biasanya terjadi di usia 2 tahun sampai usia remaja.
Di lain pihak, May tidak terlalu tertarik dengan kecemasan sebagaimana yang diungkapkan oleh kaum
eksistensialis murni. Buku pertama dari May “The Meaning of Anxiety” mendefinisikan kecemasan sebagai rasa
cemas yang dipancing oleh satu ancaman dimana eksistensi seorang individu merasa sangat terganggu
sedemikian rupa sebagai sebuah diri. Walaupun pemikirannya tidak dapat digolongkan ke dalam eksistensialis
murni, namun May tetap memasukkan kecemasan akan kematian ke dalam teorinya.
May berpendapat bahwa manusia sudah menjadi terasing dari dunia alamiah manusia lain dan yang paling
besar adalah menjadi terasing dari dirinya sendiri. May yakin dalam batasan takdir mereka, manusia memiliki
kemampuan untuk membuat pilihan bebas. Setiap manusia pasti juga memiliki tujuan untuk bereksistensi. Jika
manusia tidak bereksistensi maka ia akan menjadi seorang yang neurosis. Setiap manusia adalah unik, masing-
masing dari kita bertanggung jawab untuk membentuk kepribadian kita sendiri dalam batasan-batasan yang
ditetapkan oleh takdir.
3. Teori Eksistensialisme Rollo May
a. Kekosongan, Kesepian dan Kecemasan
Rollo May menyoroti ada tiga masalah utama manusia modern, yaitu kekosongan, kesepian, dan kecemasan.
i. Kekosongan adalah kondisi individu yang tidak mengetahui lagi apa yang diinginkannya dan tak lagi
memiliki kekuasaan terhadap apa yang terjadi dan dialaminya. Ini banyak dialami dalam masyarakat modern.
Mereka hanya bisa merespon, tetapi tidak bisa memilih respon apa yang paling baik untuk dirinya. Contohnya
adalah manusia giroskop (takut mati, dengan segala kekuasaan yang dimiliki), apatis, pasivitas dan lain-lain.
ii. Kesepian dialami masyarakat modern karena rutinitas, robotisasi dan alienasi. Mereka takut ditolak
oleh sesama, dan memiliki hasrat untuk diterima orang lain. Mereka berkegiatan bersama, seperti pesta,
berkumpul, dan lain-lain, namun ini semua bukan didasari oleh kehendak untuk menciptakan kebersamaan dan
mendapatkan kehangatan, melainkan semata-mata didasari oleh ketakutan berada sendirian atau ketakutan
diisolasi oleh orang lain. Kesendirian ditakuti bukan karena kesendiriannya, melainkan karena dengan itu maka
individu itu akan kehilangan diri dan keberadaannya.
iii. Kecemasan juga merupakan masalah lain yang dialami manusia modern. Mereka tidak tahu lagi apa
yang harus dilakukan, apa yang harus diperankan dan dimainkan, serta asas-asas apa yang harus diikuti.
Semuanya sudah otomatisasi, globalisasi, efisinsi dan seterusnya. Tetapi manusia juga memiliki kesadaran diri
yaitu kapasitas yang memungkinkan manusia mampu mengamati dirinya sendiri maupun membedakan dirinya
dari dunia (orang lain), serta kapasitas yang memungkinkan orang mampu menempatkan dirinya di dalam waktu
(masa kini, lampau dan datang). Kecemasan adalah fokus khusus psikologi eksistensial May. Dia menganggap
bahwa kecemasan merupakan reaksi yang terjadi karena nilai eksistensi dasar manusia terancam. Walaupun May
berfokus pada kecemasan, akan tetapi dia masih melihat setiap usaha yang dilakukan manusia. Kecemasan
menurut May digolongkan menjadi dua sifat, yaitu:
a) Kecemasan Normal
Tak seorang pun dapat lepas dari efek-efek kecemasan. Menumbuhkan dan nilai –nilai berarti mengalami
kecemasan yang konstruktif atau normal. May, mendefinisikan kecemasan normal sebagai “sesuatu yang
proporsional bagi ancaman, tidak melibatkan represif dan bisa ditentang secara konstruktif di tingkatan
sadar”. Ketika manusia tumbuh dari bayi sampai usia senja, nilai-nilai mereka berubah dan di setiap langkahnya
mengalami kecemasan normal. “semua pertumbuhan terdiri atas penyerahan diri yang memicu kecemasan
terhadap nilai-nilai masa lalu”. Kecemasan normal juga dialami selama momen-momen kreatif ketika seniman,
ilmuwan atau filsuf yang tiba-tiba mendapat sebuah pencerahan yang mengarah kepada pengakuan bahwa
hidupnya, dan mungkin hidup banyak orang, akan berubah secara permanen.
b) Kecemasan Neurotik
May mendefinisikan kecemasan neurotik sebagai “reaksi tidak proporsional terhadap ancaman, melibatkan
represi, dan bentuk-bentuk konflik intrapsikis lainnya, dan diatur oleh beragam jenis pemblokiran aktivitas dan
kesadaran”. Jika kecemasan normal dirasakan ketika nilai yang dianut terancam, maka kecemasan neurotik
dialami ketika nilai ditransformasikan menjadi dogma. Untuk bisa menjadi benar sepenuhnya, iman seseorang
harus bisa menyediakan rasa aman temporer, namun rasa aman ini “harus dibayar dengan penyerahan
kepentingan untuk pembelajaran hal-hal baru dan pertumbuhan pembelajaran.
b. Rasa Bersalah
Rasa bersalah muncul saat manusia menyangkal potensinya, gagal memahami secara akurat kebutuhan
sesamanya, atau masih tetap bersikukuh dengan ketergantungan mereka dengan dunia alamiah (May, 1958).
Menurut May, kecemasan dan rasa`bersalah dalam hal ini bukanlah sekedar perasaan yang muncul dari situasi
tertentu akan tetapi mengacu pada hakikat kemengadaan.
Rasa bersalah dibedakan menjadi tiga bagian yakni Umwelt, Mitwelt, dan Eigenwelt. (1) Bentuk rasa bersalah
Umwelt mengacu pada kurangnya kesadaran akan mengada-dalam-dunia. Rasa besalah ini merupakan hasil dari
rasa ketercabutan dari alam. (2) Mitwelt merupakan bentuk rasa bersalah yang berasal dari ketidakmampuan
kita memahami secara akurat dunia orang lain. Seringkali kita hanya melihat dari sudut pandang kita sendiri dan
jarang bahkan tidak pernah untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Sehingga kita merasa bahwa kita tidak
sejalan dengan pemikiran mereka. (3) Bentuk yang ketiga merupakan Eigenwelt yang berupa rasa bersalah
terkait dengan kegagalan pemenuhan dan penyangkalan potensi. Rasa bersalah ini merupakan kemunculan atas
konflik dengan diri kita sendiri.
c. Intensionality
Proses pengambilan keputusan membutuhkan kemampuan pengambilan keputusan yang berada diatas sturktur
dasar dimana pilihan keputusan tersebut diambil. Struktur yang memberikan makna bagi pengalaman dan
mengizinkan manusia melakukan pilihan terhadap masa depan itulah yang disebut dengan intensionalitas ( May,
1969). Tanpa intensionalitas manusia tidak akan pernah bisa memilih atau mengambil keputusan akan pilihan
tersebut.

d. Mitos-Mitos
Rollo May berpendapat bahwa permasalahan terbesar abad 20 ini adalah hilangnya nilai-nilai kehidupan karena
terlalu banyak nilai-nilai yang ada di sekitar kita sehingga membuat kita meragukan nilai-nilai tersebut. Setiap
orang harus membuat nilai-nilainya sendiri dan untuk membuatnya kita membutuhkan pertolongan yang
ditawarkan kepada kita, yang dapat digunakan sesuai keinginan kita. Mitos dapat diartikan sebagai cerita
penuntun untuk memahami kehidupan yang kita jalani. Mitos ini dapat disadari maupun tidak disadari dan
bersifat kolektif maupun personal. Contoh terbaik dari mitos adalah menjalankan kehidupan kita sesuai dengan
ajaran kitab suci.
Mayoritas mitos menjelaskan tentang adanya bantuan tak terduga untuk memenuhi keinginan (pengkhayal) atau
melalui kerja keras dan pengorbanan (neo-Puritan). Mitos-mitos yang ada sekarang menyatakan bahwa nilai
terbaik adalah ketiadaan nilai. Namun, May berpendapat bahwa kita harus bekerja aktif membuat mitos-mitos
baru yang mendukung usaha orang-orang untuk membuat kehidupan mereka menjadi yang terbaik, bukan untuk
mengecilkan hati mereka. Gagasan Rollo May ini terlihat baik namun sangat eksistensial. Mayoritas penganut
eksistensialisme berpendapat bahwa kenyataan hidup harus dihadapi langsung bukan hanya melalui cara-cara
yang ada dalam mitos. Mereka memilih bersikap seperti orang-orang pada umunya yang menyerah sebagai
bagian dari kejatuhan, konvensional dan tidak otentik.

4. Dinamika Kepribadian
Dalam usahanya merekonsiliasi teori Freud dan para penganut eksistensialis, May mengubah perhatiannya ke
konsep motivasi. Rollo May mencoba menjelaskan tentang motivasi yang kemudian menjelaskan bahwa
penyebab dasar motivasi adalah “the diamonic”. Istilah ini dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem motivasi
yang ia yakini pasti berbeda terhadap setiap orang. Daimonic adalah campuran dari insting (biologis),
pengalaman (sejarah pribadi, emosi), dan pengaruh lingkungan (budaya, sosial, hubungan keluarga).
Diamonic terdiri dari kumpulan macam-macam motif yang ia sebut sebagai Daimon. Daimon meliputi kebutuhan
rendah (kebutuhan dasar) seperti makan, minum dan seks serta kebutuhan tinggi seperti cinta. Situasi dimana
daimon dapat mengendalikan keinginan seseorang dari dalam disebut “daimonic possession”. Jika keseimbangan
antar daimon dalam diri seseorang terganggu, maka orang tersebut dapat disebut “jahat”. Daimon yang paling
penting adalah Eros yang diartikan sebagai cinta. Cinta diartikan sebagai kebutuhan individu untuk bersatu
dengan orang lain. Eros dapat memiliki sifat baik ketika ia tidak menguasai kepribadian seseorang.
May mengidentifikasi empat jenis cinta, yaitu (1) Seks merupakan hasrat biologis seseorang yang dapat
terpuaskan lewat hubungan seksual maupun dengan cara-cara seksual yg lain; (2) Ero merupakan keinginan
psikologis, hasrat untuk membangun hubungan menyatu dengan orang lain; (3) Philia merupakan dasar ero,
yaitu hubungan intim nonseks yang dijalani oleh dua orang; (4) Agape merupakan hasrat untuk menghargai dan
mementingkan kesejahteraan orang lain tanpa pamrih.
Konsep penting lainnya adalah will (kehendak) yang diartikan sebagai pengorganisasian diri manusia terkait
pencapaian tujuannya. Kehendak juga dapat mengusai diri seseorang seperti daimon. Pengertian lain dari
kehendak adalah kemampuan untuk mewujudkan keinginan atau harapan. Keinginan juga dapat diartikan
sebagai imajinasi dari kemungkinan-kemungkinan dan manifesti dari daimon-daimon yang ada. Keinginan-
keinginan yang ada berasal dari eros namun kita membutuhkan kehendak untuk mewujudkannya.

5. Tipe Kepribadian
a. neo-Puritan
Tipe ini dimiliki seseorang ketika semuanya adalah kehendak, bukan cinta. Orang-orang neo-Puritan sangat
menjunjung tinggi disiplin diri dan dapat mewujudkan segalanya, namun mereka tidak memiliki keinginan untuk
merealisasikan. Mereka akan menjadi perfeksionis.
b. Infantile (pengkhayal)
Tipe ini memiliki keinginan-keinginan namun tidak memiliki kehendak. Kehidupan orang tipe ini hanya dipenuhi
oleh mimpi dan hasrat tanpa memiliki disiplin diri untuk mewujudkan mimpi dan hasratnya. Biasanya, orang tipe
pengkhayal ini akan menjadi bergantung pada orang lain dan mudah kompromi dengan keadaan. Mereka
memiliki cinta namun tidak banyak berarti untuk mereka sendiri.
c. Kreative
Tipe ketiga ini merupakan penyeimbang dari dua tipe sebelumnya. May berpendapat bahwa tugas manusia
adalah menyatukan cinta dan kehendak. Ide seperti in telah banyak dibahas oleh tokoh-tokoh lainnya, seperti
Otto Rank yang membahas tentang hidup dan mati.

6. Perkembangan Kepribadian
Psikolog Eksistensial kebanyakan tidak merumuskan mengenai tahapan perkembangan. Rollo May merupakan
satu-satunya psikolog eksistensial yang membahas “tahap perkembangan”. Tahap-tahap tersebut yaitu:
a. Innocence atau Kepolosan
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap pra-ego atau tahap pra-kesadaran atau tahap pra-moral yang ada di
dalam diri seorang bayi yang penilaiannya berada di tengah-tengah, tidak baik maupun jelek. Seorang bayi yang
berada dalam tahap ini hanya melakukan suatu tindakan yang memang harus dilakukannya sesuai dengan hasrat
untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya.
b. Rebellion atau Pemberontakan
Pada tahap ini, ego atau kesadaran diri pada anak-anak dan remaja mulai berkembang untuk melawan orang
dewasa. Perkembangan ini berkembang dari sikap “tidak” pada anak-anak menjadi “tidak sama sekali” pada
remaja. Seseorang yang berada dalam tahap ini sangat menginginkan kebebasan namun tidak memahami
tanggung jawab yang ada dalam kebebasan tersebut. Sebagai contoh, remaja ingin mandiri namun ketika
hendak berpergian masih ingin diantar oleh orang tua dan akan marah ketika hal tersebut tidak diwujudkan oleh
orang tua mereka.
c. Ordinary atau Awam
Tahap ini sering disebut tahap ego yang berada pada orang dewasa normal yang sifatnya konvensional dan agak
membosankan. Pada tahap ini, perasaan tanggung jawab telah ada namun mereka merealisasikannya sebagai
beban berat yang harus mereka tanggung. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk keluar dari kekangan nilai
konformitas dan tradisional yang ada dalam masyarakat.
d. Creative atau Kreatif
Tahap ini sering disebut sebagai tahap kedewasaan otentik atau tahap eksistensial. Pada tahap ini, seseorang
tidak lagi memaksakan egonya namun telah beranjak untuk mencari dan memenuhi aktualisasi diri. Ciri-ciri
orang pada tahap kreatif ini adalah menerima takdir yang ada dan menghadapi kecemasan dengan berani.
Tahap-tahap ini tidak berdasarkan rentang umur tertentu melainkan yang biasanya terjadi pada kebanyakan
orang. Sebagai contoh, tahap pemberontakan biasanya terjadi pada anak usia dua tahun hingga remaja. Tahap-
tahap ini juga tidak terbatas pada sifat tertentu. Seperti, anak-anak tidak hanya dalam tahap pemberontakan
namun bisa saja mereka dalam tahap kepolosan, awam dan kreatif.

7. Contoh Kasus Terkait Teori


a. Alireza Pahlevi adalah anak mantan shah (Raja Iran) Muhammad Reza Pahlevi yang tewas bunuh diri
dengan menodong pistol ke kepalanya pada tanggal 4 Januari 2011 di rumahnya, Boston, Amerika Serikat. Ia
meninggal dalam usia 44 tahun karena depresi yang berkepanjangan akibat kematian sang ayah dan adiknya
Leila Pahlevi karena overdosis.
Ayahnya Muhammad Reza Pahlevi adah shah yang digulingkan saat Revolusi Islam Iran tahun 1979 dan
meninggal di tempat pengasingan di Mesir satu tahun setelah penggulingan. Kematian sang ayah membuat
Alireza Pahlevi sedih hingga berlarut-larut. Setelah kematian ayahnya, Alireza dan keluarganya hidup di beberapa
Negara di tempat pengungsian. Hal tersebut membuatnya semakin depresi. Ia merasa terhina karena
keluarganya hancur karena kepentingan politik dan ia terusir dari tanah kelahirannya hingga tidak bisa kembali.
Kesedihan yang mendalam belum selesai, ia harus menerima kematian adiknya karena overdosis narkoba.
Adiknya bunuh diri setelah lama berjuang melawan gangguan percernaan, perasaan tidak diterima kembali dan
keharusan mengasingkan diri dari Iran. Alireza menjadi semakin berbeda dan bertambah depresi lagi karena hal
itu. Ia tidak bisa mempercayai seorang pun di dunia ini, bahkan dokter kejiwaannya sekalipun. Ia pun
memutuskan untuk tidak memiliki pasangan. Mimpinya tentang Iran kembali pada sistem monarki yang tak
kunjung terwujud, membuatnya semakin putus harapan dan pergi meninggalkan keluarganya dalam kesedihan.
Ia dan keluarganya mengungsi di Williamstown dan ia bersekolah di Mount Greylock Regional High School. Di
mata teman-temannya, Alireza adalah seorang yang sangat misterius, pendiam, pemalu, tapi pekerja keras. Ia
seperti membuat jarak dengan teman-temanya sehingga tak ada seorangpun yang dekat dengannya. Alireza
memperoleh gelar S1 dari Universitas Princeton dan gelar master dari Universitas Columbia. Saat kematiannya,
Alireza tengah mengambil studi gelar doktor tentang Filogi dan Iran Kuno di Universitas Harvard. Ia sangat
terobsesi dengan kembalinya Iran menjadi negara monarki bahkan ketika ia dalam keadaan mabuk (setengah
sadar) hal yang paling sering ia bicarakan adalah mengenai kematian ayahnya dan tentang rezim baru Iran.
Menurut Rollo May, seorang Psikolog beraliran esksistensialis, manusia hidup karena memiliki motivasi
atau daimon. Daimon yang dimiliki Alireza Pahlevi adalah eros atau cinta pada Negara Iran. Cintanya pada Iran
sangat besar. Wishes atau keinginannya agar Iran kembali ke sistem monarki seperti saat ayahnya berkuasa
sangat besar. Ia merasakan kebahagiaan ketika ayahnya berkuasa, tetapi kebahagiaan itu sirna ketika
kepentingan politik menghancurkan kekuasaan ayahnya dan secara tidak langsung merebut kebahagiannya.
Kematian ayahnya, perasaan terasing di “negara orang”, dan tidak dapat kembali ke Iran membuat daimon-nya
semakin menguasai dirinya sehingga ia mengalami kecemasan neurotik.
Hal tersebut sangat terlihat pada will-nya atau kemampuannya untuk mengatur diri sendiri demi
tercapainya wishes yang terlihat pada usahanya mempelajari Iran Kuno saat studi doktor di Universitas Harvard.
Sayangnya, will milik Alireza sangat rendah. Ia tidak melakukan pergerakan yang memungkin terjadinya
perubahan di Iran seperti masuk ke dalam dunia politik dan menjadi seorang anggota parlemen. Ia memang
menginginkan Iran kembali ke sistem monarki tetapi ia tidak mewujudkannya dengan usaha yang yang
maksimal. Berdasarkan hal ini, kepribadian Alireza Pahlevi dapat digolongkan dalam tipe Infantile milik Rollo may
yaitu orang yang memiliki wishes yang tinggi namun memiliki will yang rendah. Ia memiliki cinta namun cinta
tersebut tidak ia gunakan dalam hal yang positif tetapi negatif yang membuatnya terpuruk dalam kesedihan dan
mimpi yang tidak terwujud.
Jika saja Alireza dapat mengatasi rasa bersalah yang timbul dalam dirinya, meskipun umwelt-nya atau
lingkungannya dalam hal ini tanah air Iran yang tidak menerima dia kembali, ia masih tetap bisa bahagia dan
diterima di lingkungan yang baru dengan membangun mitwelt atau hubungan sosial dengan orang-orang di
sekitarnya seperti memiliki pasangan dan teman dekat. Eigenwelt atau pemaknaan keberadaan
Alireza sebagai anggota kerajaan yang terbuang, anak yang kehilangan seorang ayah akibat revolusi, dan
kakak yang kehilangan adiknya akibat overdosis seharusnya diperbaiki. Sehingga Alireza tidak perlu melakukan
bunuh diri sebagai jalan satu-satunya untuk menghilangkan luka yang mendalam karena hal tersebut.
b. Jesse James adalah mantan suami bintang Hollywood penerima Oscar, Sandra Bullock. Ia terlibat
skandal perselingkuhan dengan model tato bernama Michelle Bombshell McGee. Hal itu terbongkar setelah
Sandra Bullock meraih Piala Oscar 2010. Michelle Bombshell McGee mengaku bahwa ia berselingkuh selama 11
bulan dengan Jesse saat Jesse masih berstatus suami Sandra Bullock. McGee mengaku ketika berselingkuh, ia
tidak tahu jika Jesse masih menikah. Hubungan keduanya bermula ketika Jesse menemani Sandra syuting “The
Blind Side” dan bertemu dengan McGee. McGee ingin menjadi model di perusahaan Jesse. Ia mulai mengirimkan
fotonya ke Jesse melalui email dan sejak saat itu Jesse mengajaknya berkencan.
Jesse berselingkuh dengan McGee demi pemenuhan hasrat sexnya. Ia bisa berhubungan sex dengan McGee lima
kali dalam seminggu dan hal tersebut terjadi saat Sandra syuting “The Proposal”. Jesse mengaku bahwa ia
berselingkuh karena memiliki pelecehan dan pengalaman traumatis saat berusia 7 tahun. Ia merasa malu, takut
dengan masa kecilnya dan berpikir selingkuh adalah cara yang tepat untuk mengatasinya. Setelah bercerai,
Jesse menjalani rehabilitasi di Arizona Sierra Tuscon, untuk mengobati ketakutan dan kecanduan seks yang
dialaminya. Belum genap setahun ia bercerai dengan Sandra Bullock, ia sudah bertunangan dengan Kat Von D,
seorang seniman tato dan bintang reality show, namun akhirnya kandas juga. Hal tersebut terjadi setelah Kat
Von D mengetahui perempuan ke-19 yang menjadi selingkuhan Jesse ketika berhubungan dengannya.
Dalam kasus ini, Jesse James dikuasai oleh daimon-nya yaitu motivasi untuk menghilangkan rasa malu dan takut
karena pelecehan di masa kecilnya. Perasaan tersebut muncul ketika ia gagal menyadari bahwa ada atau tidak
pengalaman buruk, orang lain bisa menerima kondisinya. Karena rasa malu dan ketakutan akibat pelecehan di
masa kecil selalu menghantui dirinya, ia pun nekat berselingkuh dengan McGee ketika masih menjadi suami
Sandra sebagai wujud will-nya. Bahkan ketika ia sudah bercerai dan menjalin hubungan baru dengan Kat Von D,
ia masih tetap saja berselingkuh dengan wanita lain. Kepribadian Jesse James yang demikian dapat digolongkan
dalam tipe neo-Puritan milik Rollo May, yaitu seseorang yang memiliki will atau kemampuan untuk mengatur
dirinya demi terwujudnya sebuah tujuan namun tidak memiliki cinta dan wishes atau keingingan. Will-nya sangat
besar, terlihat dari ia berselingkuh berulang kali namun ia tidak memiliki cinta yaitu kegembiraan dalam
kehadiran orang lain dan untuk menyatakan bahwa nilai dan perkembangan seseorang sebanyak miliknya.
Daftar Pustaka

Berger, Vincent. (2005). Famous Psychologist: Rollo May. Diakses pada 18 November 2011
dari http://www.psychologistanywhereanytime.com/famous_psychologist_and_psychologists/psychologist_famou
s_rollo_may.htmCopyright 2005 Dr Vincent Berger
Boeree, C. George. (2005). Personality Theories. Jogjakarta: Prisma Sophie.
Damayanti, Irina. Kronologi Perselingkuhan Suami Sandra Bullock. Diakses pada 20 November 2011 melalui
http://showbiz.vivanews.com/news/read/137257-kronologi_perselingkuhan_suami_sandra_bullock
Feist and feist. (2006). Theories of Personality. Boston: McGraw Hill.
Geuntanyao, Abang. Harakiri Alireza Pahlevi Akhiri Cinta dan Kekecewaan Mendalam untuk Iran. Diakses pada 19
November 20011 melalui http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/07/harakiri-alireza-pahlevi-akhiri-cinta-dan-
kekecewaan-mendalam-untuk-iran/-12

Irwansyah, Ade. Pacaran Lagi,


Mantan Suami Sandra Bullock
Selingkuh dengan 19 Wanita.
Diakses pada 20 November 2011
melalui
http://www.tabloidbintang.com/bar
at/gosip/17833-pacaran-lagi-
mantan-suami-sandra-bullock-
selingkuh-dengan-19-wanita.html
Kawilarang, Renne R.A, Armandhanu, Denny. Lagi, Anak Raja Iran Bunuh Diri. Diakses pada 19 November 2011
melalui http://dunia.vivanews.com/news/read/197597-lagi--anak-raja-iran-bunuh-diri,
Kodrati, Finalia. Alasan Suami Sandra Bullock Berselingkuh. Diakses pada 20 November 2011 melalui
http://showbiz.vivanews.com/news/read/153819-alasan_suami_sandra_bullock_berselingkuh
Patnistik, Egidus. Putra Mantan Shah Iran Bunuh Diri. Diakses pada 19 November 2011 melalui
http://nasional.kompas.com/read/2011/01/05/08325659/function.simplexml-load-file
Robbins, Brent Dean. (1999). Rollo May. Diakses tanggal 20 November 2011
dari http://mythosandlogos.com/May.html
Their, David. Alireza Pahlavi: The Lonely Life of an Exiled Prince. Diakses pada 19 November 2011 melalui
http://www.aolnews.com/2011/01/08/alireza-pahlavi-the-lonely-life-of-an-exiled-prince/
Tekanan Psikologis: Alireza Pahlevi, Putra Shah Iran Tewas Bunuh Diri. Diakses pada 19 November 2011
melalui http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=269820

Anda mungkin juga menyukai