FAKULTAS PSIKOLOGI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Rollo May menyoroti ada tiga masalah utama manusia modern, yaitu kekosongan, kesepian,
dan kecemasan.
a. Kekosongan
b. Kesepian
c. Kecemasan
Rollo May mencoba menjelaskan tentang motivasi yang kemudian menjelaskan bahwa
penyebab dasar motivasi adalah “the daimonic”. Istilah ini dapat diartikan sebagai keseluruhan
sistem motivasi yang ia yakini pasti berbeda terhadap setiap orang. Daimonic adalah campuran
dari insting (biologis), pengalaman (sejarah pribadi, emosi), dan pengaruh lingkungan (budaya,
sosial, hubungan keluarga). Daimonic terdiri dari kumpulan macam-macam motif yang ia sebut
sebagai Daimon. Daimon meliputi kebutuhan rendah (kebutuhan dasar) seperti makan, minum
dan seks serta kebutuhan tinggi seperti cinta. Situasi dimana daimon dapat mengendalikan
keinginan seseorang dari dalam disebut “daimonic possession”.
PEMBAHASAN
2. Konsep Dasar
Konsep dasar yang digunakan May dalam teori yang dikemukakannya adalah
konsepeksistensialisme. Sebelum beranjak menuju konsep May, berikut ini merupakan konsep
dasareksistensialisme yang akan mampu membantu kita untuk dapat memahami teori May.
b. Mitwelt, yaitu hubungan manusia dengan manusia lain dalam rangka kebersamaan.
Kebersamaan ini berlangsung dalam suatu interaksi yang jauh lebih kompleks,
komunikasi yang penuh kebersamaan, dan makna orang lain juga ditentukan oleh
hubungan sesama.
c. Eigentwelt, adalah hubungan individu dengan dirinya sendiri, pusat bagi dunia manusia
sendiri, dan dari pusat itulah manusia menjalani hubungannya dengan orang lain atau
sesame manusia lain. Dalam dunia ini, manusia menjalin keberadaan sebagai subjek yang
merefleksikan, mengevaluasi, menilai atau menghakimi dirinya sendiri. Pribadi yang
sehat hidup dalam umwelt, mitwelt, dan eigentwelt sekaligus. Mereka beradaptasi dengan
dunia alamiah, berhubungan dengan orang lain sebagai manusia dan memiliki kesadaran
mendalam tentang apakah makna semua pengalaman ini bagi dirinya.
Nonbeing (ketidakadaan)
Being in the world mensyaratkan kesadaran diri sebagai makhluk yang hidup dan eksis.
Namun kesadaran ini pada giliranya juga dapat membawa manusia pada kesadaran akan sesuatu
yang menakutkan yaitu nonbeing dan nothingness. Untuk memegang apa yang akan dimaknai
eksis, manusia perlu memegang lebih dulu fakta bahwa dirinya mungkin tidak eksis, bahwa
setiap saat dirinya menghadapi tepi jurang peniadaan dan tidak pernah dapat lari dari fakta
bahwa kematian akan datang di momen tertentu yang tidak dapat diketahuinya dimasa depan.
Kita masih bisa mengalami nonbeing (ketidakadaan) ini dalam bentuk lain seperti ketagihan pada
alkohol atau obat-obatan terlarang, aktivitas seksual yang immoral, atau perilaku-perilaku
kompulsif lainnya.
Di lain pihak, May tidak terlalu tertarik dengan kecemasan sebagaimana yang
diungkapkan oleh kaum eksistensialis murni. Buku pertama dari May “The Meaning of Anxiety”
mendefinisikan kecemasan sebagai rasa cemas yang dipancing oleh satu ancaman
dimana eksistensi seorang individu merasa sangat terganggu sedemikian rupa sebagai sebuah
diri. Walaupun pemikirannya tidak dapat digolongkan ke dalam eksistensialis murni, namun
May tetap memasukkan kecemasan akan kematian ke dalam teorinya. May berpendapat bahwa
manusia sudah terasingkan dari dunia alamiah manusia lain dan yang paling besar adalah
menjadi terasingkan dari dirinya sendiri. May yakin bahwa dalam batasan takdir mereka,
manusia memiliki kemampuan untuk membuat pilihan bebas. Setiap manusia pasti juga memiliki
tujuan untuk bereksistensi. Jika manusia tidak bereksistensi, maka ia akan menjadi seorang yang
neurosis. Setiap manusia adalah unik, masing-masing dari kita bertanggung jawab untuk
membentuk kepribadian kita sendiri dalam batasan- batasan yang ditetapkan oleh takdir
c. Kekosongan, adalah kondisi individu yang tidak mengetahui lagi apa yang
diinginkannya dan tak lagi memiliki kekuasaan terhadap apa yang terjadi dan dialaminya.
Ini banyak dialami dalam masyarakat modern. Mereka hanya bisa merespon, tetapi tidak
bisa memilih respon apa yang paling baik untuk dirinya. Contohnya adalah manusia
giroskop (takut mati, dengan segala kekuasaan yang dimiliki), apatis, pasivitas dan lain-
lain.
d. Kesepian, sering dialami masyarakat modern karena rutinitas, robotisasi dan alienasi.
Merekatakut ditolak oleh sesama, dan memiliki hasrat untuk diterima orang lain. Mereka
berkegiatan bersama, seperti pesta, berkumpul, dan lain-lain, namun ini semua bukan
didasari oleh kehendak untuk menciptakan kebersamaan dan mendapatkan kehangatan,
melainkan semata-mata didasari oleh ketakutan berada sendirian atau ketakutan diisolasi
oleh orang lain .Kesendirian ditakuti bukan karena kesendiriannya, melainkan karena
individu itu akan kehilangan diri dan keberadaannya.
e. Kecemasan, juga merupakan masalah lain yang dialami manusia modern. Mereka tidak
tahu lagi apa yang harus dilakukan, apa yang harus diperankan dan dimainkan, serta asas-
asas apa yang harus diikuti. Semuanya sudah otomatisasi, globalisasi, efisiensi dan
seterusnya. Tetapi manusia juga memiliki kesadaran diri yaitu kapasitas yang
memungkinkan manusia mampu mengamati dirinya sendiri maupun membedakan dirinya
dari dunia (orang lain), serta kapasitas yang memungkinkan orang mampu menempatkan
dirinya di dalam waktu (masa kini, lampau dan yang akan dating). Kecemasan adalah
fokus khusus psikologi eksistensial May. Dia menganggap bahwa kecemasan merupakan
reaksi yang terjadi karena nilai eksistensi dasar manusia terancam. Walaupun May
berfokus pada kecemasan, akan tetapi dia masih melihat setiap usaha yang dilakukan
manusia.
a. Kecemasan Normal
Tak seorang pun dapat lepas dari efek-efek kecemasan. Menumbuhkan nilai-nilai berarti
mengalami kecemasan yang konstruktif atau normal. May mendefinisikan kecemasan
normal sebagai “sesuatu yang proporsional bagi ancaman, tidak melibatkan represif dan bisa
ditentang secara konstruktif di tingkatan sadar”. Ketika manusia tumbuh
dari bayi sampai usia senja, nilai-nilai mereka berubah dan di setiap langkahnya mengalami
kecemasan normal. “semua pertumbuhan terdiri atas penyerahan diri yang memicu kecemasan
terhadap nilai-nilai masa lalu”. Kecemasan normal juga dialami selama momen-momen kreatif
ketika seniman, ilmuwan atau filsuf yang tiba-tiba mendapat sebuah pencerahan yang mengarah
kepada pengakuan bahwa hidupnya, dan mungkin hidup banyak orang, akan berubah secara
permanen.
b. Kecemasan Neurotik
May mendefinisikan kecemasan neurotik sebagai “reaksi tidak proporsional terhadap
ancaman, melibatkan represi, dan bentuk-bentuk konflik intrapsikis lainnya, dan diatur oleh
beragam jenis pemblokiran aktivitas dan kesadaran”. Jika kecemasan normal dirasakan ketika
nilai yang dianut terancam, maka kecemasan neurotik dialami ketika nilai ditransformasikan
menjadi dogma. Untuk bisa menjadi benar sepenuhnya, iman seseorang harus bisa
menyediakan rasa aman temporer, namun rasa aman ini harus dibayar dengan penyerahan
kepentingan untuk pembelajaran hal-hal baru dan pertumbuhan pembelajaran.
2. Rasa Bersalah
Rasa bersalah muncul saat manusia menyangkal potensinya, gagal memahami secara akurat
kebutuhan sesamanya, atau masih tetap bersikukuh dengan ketergantungan mereka dengan dunia
alamiah (May, 1958). Menurut May, kecemasan dan rasa bersalah dalam hal ini bukanlah
sekedar perasaan yang muncul dari situasi tertentu akan tetapi mengacu pada hakikat
kemengadaan. (1) Bentuk rasa bersalah Umwelt mengacu pada kurangnya kesadaran akan
mengada-dalam-dunia. Rasa besalah ini merupakan hasil dari rasa ketercabutan dari alam. (2)
Mitwelt merupakan bentuk rasa bersalah yang berasal dari ketidakmampuan kita memahami
secara akurat dunia orang lain. Seringkali kita hanya melihat dari sudut pandang kita sendiri dan
jarang bahkan tidak pernah untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Sehingga kita merasa
bahwa kita tidak sejalan dengan pemikiran mereka. (3) Bentuk yang ketiga merupakan Eigenwelt
yang berupa rasa bersalah terkait dengan kegagalan pemenuhan dan penyangkalan potensi. Rasa
bersalah ini merupakan kemunculan atas konflik dengan diri kita sendiri.
3. Intensionality
Proses pengambilan keputusan membutuhkan kemampuan yang berada diatas struktur dasar
dimana pilihan keputusan tersebut diambil. Struktur yang memberikan makna bagi pengalaman
dan mengizinkan manusia melakukan pilihan terhadap masa depan itulah yang disebut dengan
intensionalitas (May, 1969). Tanpa intensionalitas, manusia tidak akan pernah bisa memilih atau
mengambil keputusan akan pilihan tersebut.
4. Mitos-Mitos
Rollo May berpendapat bahwa permasalahan terbesar abad 20 ini adalah hilangnya nilai-nilai
kehidupan karena terlalu banyak nilai-nilai yang ada di sekitar kita sehingga membuat kita
meragukan nilai-nilai tersebut. Setiap orang harus membuat nilai-nilainya sendiri dan untuk
membuatnya kita membutuhkan pertolongan yang ditawarkan kepada kita, yang dapat digunakan
sesuai keinginan kita. Mitos dapat diartikan sebagai cerita penuntun untuk memahami kehidupan
yang kita jalani. Mitos ini dapat disadari maupun tidak disadari dan bersifat kolektif maupun
personal. Contoh terbaik dari mitos adalah menjalankan kehidupan kita sesuai dengan ajaran
kitab suci.
Mayoritas mitos menjelaskan tentang adanya bantuan tak terduga untuk memenuhi keinginan
(pengkhayal) atau melalui kerja keras dan pengorbanan (neo-Puritan). Mitos-mitos yang ada
sekarang menyatakan bahwa nilai terbaik adalah ketiadaan nilai. Namun, May berpendapat
bahwa kita harus bekerja aktif membuat mitos-mitos baru yang mendukung usaha orang-orang
untuk membuat kehidupan mereka menjadi yang terbaik, bukan untuk mengecilkan hati mereka.
Gagasan Rollo May ini terlihat baik namun sangat eksistensial. Mayoritas penganut
eksistensialisme berpendapat bahwa kenyataan hidup harus dihadapi langsung bukan hanya
melalui cara-cara yang ada dalam mitos. Mereka memilih bersikap seperti orang-orang pada
umunya yang menyerah sebagai bagian dari kejatuhan, konvensional dan tidak otentik.
C. Dinamika Kepribadian
Dalam usahanya merekonsiliasi teori Freud dan para penganut eksistensialis, May mengubah
perhatiannya ke konsep motivasi. Rollo May mencoba menjelaskan tentang
motivasi yang kemudian menjelaskan bahwa penyebab dasar motivasi adalah “the daimonic”.
Istilah ini dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem motivasi yang ia yakini pasti berbeda
terhadap setiap orang. Daimonic adalah campuran dari insting (biologis), pengalaman (sejarah
pribadi, emosi), dan pengaruh lingkungan (budaya, sosial, hubungan keluarga). Daimonic terdiri
dari kumpulan macam-macam motif yang ia sebut sebagai Daimon. Daimon meliputi kebutuhan
rendah (kebutuhan dasar) seperti makan, minum dan seks serta kebutuhan tinggi seperti cinta.
Situasi dimana daimon dapat mengendalikan keinginan seseorang dari
dalam disebut “daimonic possession”.
Jika keseimbangan antar daimon dalam diri seseorang terganggu, maka orang tersebut dapat
disebut “jahat”. Daimon yang paling penting adalah Eros yang diartikan sebagai cinta. Cinta
diartikan sebagai kebutuhan individu untuk bersatu dengan orang lain. Eros dapat memiliki sifat
baik ketika ia tidak menguasai kepribadian seseorang.
Konsep penting lainnya adalah will (kehendak) yang diartikan sebagai pengorganisasian diri
manusia terkait pencapaian tujuannya. Kehendak juga dapat mengusai diri seseorang seperti
daimon. Pengertian lain dari kehendak adalah kemampuan untuk mewujudkan keinginan atau
harapan. Keinginan juga dapat diartikan sebagai imajinasi dari kemungkinan-kemungkinan dan
manifesti dari daimon-daimon yang ada. Keinginan-keinginan yang ada berasal dari eros namun
kita membutuhkan kehendak untuk mewujudkannya.
D. Tipe Kepribadian
1. neo-Puritan
Tipe ini dimiliki seseorang ketika semuanya adalah kehendak, bukan cinta. Orang-orang neo-
Puritan sangat menjunjung tinggi disiplin diri dan dapat mewujudkan segalanya, namun mereka
tidak memiliki keinginan untuk merealisasikan. Mereka akan menjadi perfeksionis.
2. Infantile (pengkhayal)
Tipe ini memiliki keinginan-keinginan namun tidak memiliki kehendak. Kehidupan orangtipe ini
hanya dipenuhi oleh mimpi dan hasrat tanpa memiliki disiplin diri untuk mewujudkan mimpi dan
hasratnya. Biasanya, orang tipe pengkhayal ini akan menjadi bergantung pada orang lain dan
mudah kompromi dengan keadaan. Mereka memiliki cinta namun tidak banyak berarti untuk
mereka sendiri.
3. Creative
Tipe ketiga ini merupakan penyeimbang dari dua tipe sebelumnya. May berpendapat bahwa
tugas manusia adalah menyatukan cinta dan kehendak. Ide seperti in telah banyak dibahas oleh
tokoh-tokoh lainnya, seperti Otto Rank yang membahas tentang hidup dan mati.
E. Perkembangan Kepribadian
Tahap-tahap ini tidak berdasarkan rentang umur tertentu melainkan yang biasanya terjadi pada
kebanyakan orang. Sebagai contoh, tahap pemberontakan biasanya terjadi pada anak usia dua
tahun hingga remaja. Tahap-tahap ini juga tidak terbatas pada sifat tertentu. Seperti,anak-anak
tidak hanya dalam tahap pemberontakan namun bisa saja mereka dalam tahap kepolosan, awam
dan kreatif.
BAB III
PENUTUP
A. DAFTAR PUSTAKA
Boeree, C George. 2005. Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog
Dunia. Yogyakarta : PrismaSophie.
Feist, Jess & Gregory J. Feist. Teori Kepribadian. 2013. Jakarta: Salemba Humanika
Hall, Calvin S & Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). (Editor : A
Supratiknya). Yogyakarta : Kanisius.
Olson, Mattew H dan B.R Hergenhahn. 2013. Pengantar Teori-teori Kepribadian. (Alih bahasa :
Yudi santoro). Yogyakarta : Pustaka Pelajar