Anda di halaman 1dari 13

A.

Biografi Rollo May

Rollo May lahir 21 april 1909 di Ohio, anak laki-laki pertama dari pasangan
Earl Tittle May dan Matie Boughthon May, kedua orang tuannya tidak ada yang
terdidik dengan baik sehingga May tidak memperoleh dukungan dalam
intelektualya. Bahkan ketika saudara perempuannya mengalami masalah psikotik
beberapa tahun kemudian, ayah Rollo May menganggap hal itu disebabkan oleh
pendidikan yang telalu tinggi.

Ketika masih kecil, Rollo May pindah bersama keluarganya ke Marine city,
Michigan, tempay dia menghabiskan sebagian masa kanak-kanaknya. Rolllo May
tidak begitu dekat dengan keduan orang tuanya, hingga keduanya berduanya
berpisah. Rollo May menghabiskan masa kecilnya dengan ketenangan dan
kebebasan dari kekengan orang tua. Rollo May memilih bermain di tepi sungai
dan menjadikan sungai sebagai teman. Dia mengaku belajar banyak hal dari air
daripada di sekolahnya di Marine City.

Pada tahun 1946, Rollo May membuka praktek private dan bergabung
sebagai pengajar di Institute William Allanson Write dua tahun kemudian. Pada
tahun 1949, Rollo May mendapatkan gelar Ph.D, dalam psikologi klinis di
University Of Columbia. Dia terus bekerja sebagai guru besar pembantu di
institute ini.

Pada awal usia 30 tahun May didiaknosis menderita TBC dan menghabiskan
waktu selama 5 tahun di Sanitarium Sarana New York. Pada saat itu obat TBC
belum ditemukan sehingga membuat Rollo merasa tidak berdaya sama sekali ia
hanya menunggu hasil diagnosis ronsen selama berbulan apakah penyakit itu talah
menggerogoti seluruh paru-parunya atau belum. Namun, Rollo mulai menyadari
bahwa penyakit ini menyebabkan ketidakberdayaan bagi pasien. Rollo mengamati
pasien penderita TBC yang pasrah terhadap kondisinya adalah orang- orang yang
cenderung cepat mati, sedangkan mereka yang berjuang melawan kondisi itu
cenderung dapat bertahan lebih lama (Feist dan Feist, 2008).

1
B. Pandangan Dasar Rollo May
a. Eksistensial Fenomenologi Rollo May
Rollo may merupakan salah satu tokoh yang membentuk pemikiran para
psikolog, pekerja sosial, psikoterapi dan professional kesehatan mental
lainnya. Adapun inti konsepsi kemanusian menurut may adalah ide-ide
sebagai berikut :
 Manusia tidak seperti benda mati dan mereka menyadari diri mereka
sendiri sebagai makhluk yang sadar dan mengalami dunia yang
bermakna.
 Pengalaman individu dari dunia-dunia fisik, dunia fikiran dan ide- ide
serta dunia antar pribadi yang digambarkan secara langsung tanpa
menggunakan konsep-konsep abstrak yang mengacu pada proses
impersonal atau badan
(seperti, resepsi, id, ego dan superego dan drive).
 Manusia bisa menyadari kematian mereka sendiri. Kesadaran mereka
seperti kesadaran orang lain yang menekankan pentingnya pilihan dan
komitmen di masa sekarang.
 Kecemasan adalah lebih dari suatu bentuk psikopatologi.
 Manusia selalu mampu melakukan perubahan dan perkembangan.
 Sebagian besar bertanggung jawab untuk hidup mereka sendiri, mereka
memiliki potensi besar untuk hidup lebih baik atau lebih buruk. Untuk
kehancuran atau untuk kehancuran.
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa ada dua filosofis yang
menginspirasi May. Fenomenologi dan eksistensial yang kemudian
digabungkan kedalam pendekatan tunggal untuk mengetahui sifat manusia
yang dikenal dengan istilah psikologi eksistensial dan fenomenologikal.
Istilah fenomenologis ditemukan oleh Edmund Husserl dan Mat Heidegger
yang berfokus pada deskripsi pengalaman manusia yang muncul. Konsep
penting pendekatan ini adalah cara individu mendefinisikan secara singkat
dan menentukan dasein, mitwelt, umwelt dan eigenwelt.

2
 Dasein menunjukkann bahwa manusia adalah makhluk yang eksis.
Eksistensi manusia berkaitan dengan waktu tertentu dan makna tertentu
atau khusus dalam hubungannya. Manusia secara aktif terlihat dalam
membentuk makna hidup dalam keberadaan mereka.
 Umwelt adalah objek disekitar manusia yang bisa mempengaruhi
dorongan biologis, kebutuhan dan naluri individu. Umwelt dianggap sesuai
dengan apa yang dimaksud dengan aspek fisik dunia atau yang disebut
dengan lingkungan.
 Mitwelt adalah hubungan manusia dengan manusia lain. Manusia menjalin
hubungan dengan orang lain dan menemukan makna dari orang lain.
 Eingenwelt adalah hubungan individu dengan dirinya sendiri. Dunia
subjektif mencakup reaksi seseorang. Dalam dunia ini, individu
menjadikan keberadaannya sebagai subjek yang merefleksikan,
mengevaluasi, menilai atau menghakimi dirinya sendiri.
Menurut sudut pandang ini, salah satu yang dibutuhkan untuk memahami
bagaimana seseorang mengalami pengalaman dunia fisik adalah dengan cara
memahami bagaimana dunia impersonal dan hubungan pribadi dan reaksi
batin.
b. Principles Ontologis
1. Keterpusatan fenomena (Phenomenal Centeredness) : setiap orang
berpusat pada diri mereka, karena hidup itu seperti mencintai atau
membenci, kreatif atau hancur, fleksibel atau kaku dengan alasan yang
berpusat.
2. Keberanian untuk penegasan diri (Self-affirmation and courage) : setiap
orang memiliki karakter penegasan diri yang merupakan kebutuhan
keterpusatan dan dapat memobolisasi keberanian untuk melakukan
sesuatu.
3. Partisipasi dengan orang lain (Participant in orher being) : setiap orang
memiliki kebutuhan yang memungkinkan mereka untuk keluar dan
berinteraksi dengan orang lain.
4. Kesadaran (Awareness) : sisi subjektif dari keterpusatan adalah kesadaran.

3
5. Malu- malu (Self-consciousness) : bentuk unik manusia yang memiliki
kesadaran yaitu kesadaran diri mereka sendiri.
6. Kecemasan dan ketidakberadaan (Anxiety and non being) : kecemasan
adalah orang yang sedang dalam keadaan berjuang melawan apa yang
akan menghancurkannya sebagai makhluk yang bermakna.
c. The Problem of Nothingness
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa kecemasan subjektif
dari individu untuk sadar bahwa keberadaannya menjadi terancam,
individu mungkin dapat kehilanga dirinya dan dunianya. Feist dan Feist
(2008) mengemukakan kecemasan dapat muncul dari kesadaran atas
nonbeing seseorang atau ancaman atas nilai- nilai yang dianggap penting
untuk eksistensi seseorang. Kecemasan ada saat seseorang mengalami
masalah pemenuhan potensi. Hal ini dapat berakibat pada stagnasi atau
kehancuran, namun dapat pula berakibat pada pertumbuhan dan
perubahan.

C. Struktur Kepribadian
a. Anxiety
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa kecemasan manusia
berasal dari ancaman terhadap diri sendiri dan makna dalam berkomitmen.
Fiest dan Fiest (2008) mengemukakan bahwa kecemasan terbagi atas dua,
yaitu:
1. Kecemasan yang Normal
May mendefinisikan kecemasan norma sebagai sesuatu yang
proporsional bagi ancaman, tidak melibatkan represi dan bisa ditentang
secara konstruktif di tingkatan sadar.
2. Kecemasan yang Neurotik
May mendefinisikan kecemasan neurotik sebagai reaksi tidak
proporsional terhadap ancaman, melibatkan represi dan bentuk-bentuk
konflik intrapsikis lainnya, dan diatur oleh beragam jenis pemblokiran
aktivitas dan kesadaran.

4
b. Awareness
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa kesadaran adalah
sebuah bentuk dari perlindungan diri, tetapi bukan kewaspadaan manusia
yang unik. Hal ini mungkin dapat dipahami sebagai “sistem peringatan
awal” umum dari hewan dan manusia yang merasakan bahaya pada diri
mereka.
c. Fear
May (Monte & Sollod, 2003) mengemukakan bahwa rasa takut adalah
ancaman yang diterima dan mengarah pada sebagian kecil eksistensi individu.
Hal ini bisa bersifat objektif dan dapat terlihat oleh orang lain.
d. Guilt
Fiest dan Fiest (2008) mengemukakan bahwa rasa bersalah muncul ketika
individu menyangkal potensinya, gagal memahami secara akurat kebutuhan
sesamanya, atau tetap bersikukuh dengan ketergantungan terhadap dunia
alamiah.
Monte dan Sollod (2003) mengungkapkan bahwa rasa bersalah ontologis
memiliki empat karakteristik, yaitu:
1. Setiap orang memiliki rasa bersalah dalam dirinya yang berasal dari
kegagalan individu dalam memenuhi beberapa kemungkinan yang ada,
2. Rasa bersalah tidak bergantung pada larangan budaya, tetapi dari
kenyataan bahwa individu sadar bahwa ia dapat memilih atau gagal dalam
memilih.
3. Individu yang menyadari rasa bersalahnya memiliki kesempatan untuk
menerimanya daripada menekan rasa bersalahnya.
4. Rasa bersalah tidak selamanya mengarah pada hal negative, rasa bersalah
mungkin menjadi dasar untuk membangun kepribadian konsturktif.

D. Dinamika Kepribadian
a. Love and Will
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa individu telah berusaha
keras untuk cinta dan kemauan akan kekuasaan yang baik sevagai solusi

5
untuk beberapa masalah eksistensi. Namun, May menunjukkan bahwa solusi
ini tidak lagi efektif dalam masyarakat. May (Feist & Feist, 2008)
mendefinisikan cinta sebagai perasaan bahagia terhadap kehadiran orang lain
dan menegaskan nilai serta perkembangan (dari orang lain) seperti milik kita
sendiri. Sedangkan kehendak atau keinginan adalah kapasitas untuk mengatur
diri seseorang agar pergerakan dalam arah tertentu atau menuju suatu sasaran
tertentu dapat terjadi.
May (Monte & Sollod, 2003) mengemukakan bahwa manusia pada saat
masa kini percaya bahwa cinta dan kemauan adalah ilusi. Kehidupan
kontemporer menurut May telah menghasilakan penarikan skizofrenia. Dia
tidak lagi menggunakan istilah skizofrenia dalam arti psikopatologis
diagnostiknya. Sebaliknya ia mengacu pada jenis mati rasa, kekosongan atau
apatis. Individu menggunakan hal tersebut sebagai cara untuk menghindari
atau membela atas dilema eksistensi. Jika individu merasakan
ketidakberdayaan dan tidak mampu untuk mengubah hidupnya, konsep dari
cinta dan kemauan memiliki arti yang kecil. Makna yang kecil akan cinta dan
kemauan akan menghilangkan perhatian terhadap orang lain dan kepedulian
terhadap diri sendiri.
Four Form Of Loving
a. Agapé or Care
May (Feist & Feist, 2008) mendefiniskan Agapé sebagai penghargaan
untuk orang lain, kepedulian atas kesejahteraan orang lain tanpa pamrih.
Cinta ini tidak memerdulikan perilaku atau karakteristik dari orang lain.
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa kepedulian dikaitkan
dengan kasih sayang dan empati. Peduli adalah prasyarat untuk cinta
karena memanifestasikan dirinya dalam tiga bentuk yang terpisah.
b. Sex
Feist dan Feist (2008) mengemukakan bahwa seks adalah fungsi
biologis yang dapat dipuaskan melalui hubungan seksual atau dengan cara
melepaskan tekanan seksual lainnya. Walaupun nilai seks telah berkurang
di dalam masyarakat modern, seks tetap menjadi kekuatan untuk
menghasilkan keturunan, sumber utama kenikmatan paling intens dari
individu.

6
c. Eros
May (Monte & Sollod, 2003) mengemukakan bahwa eros adalah
dorongan biologis untuk menyatu dengan orang lain. Eros melibatkan
kerinduan dan keinginan untuk melampaui diri kita sendiri. Tapi, eros juga
memiliki sisi gelap. Untuk mencintai orang lain, kita harus membuka diri
untuk kemungkinan akan berduka, kesedihan, kekecewaan, dan
kehilangan,
d. Philia
Feist dan Feist (2008) mengemukakan bahwa Philia merupakan
hubungan pertemanan yang intim antara dua orang, namun nonseksual.
Philia membutuhkan waktu untuk tumbuh, berkembang, dan mengakar.
Philia tidak menuntut kita untuk berbuat apa-apa pada orang yang kita
cintai selain menerima, mendampingi, dan menikmati bersamanya. Hal ini
merupakan pertemanan dalam bentuk yang paling sederhana. Monte dan
Sollod (2003) mengungkapkan bahwa Philia perlu agapé untuk
berkembang, mutualisme, dan penerimaan yang diwujudkan dalam Philia
berkembang hanya bila hal tersebut benar-benar tanpa pamrih.
b. Good and Evil
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa manusia memiliki dua
sisi dalam kehidupan yaitu sifat baik dan sifat buruk.
The Daimonic
Monte dan Sollod (2003) mengungkapkan bahwa daimonic terdiri dari
kumpulan macam- macam motif yang disebut sebagai daimon. Daimon
meliputi kebutuhan dasar seperti makan, minum, dan seks serta kebutuhan
yang tinggi seperti cinta. Situasi dimana daimon dapat mengendalikan
keinginan seseorang dari dalam disebut daimonic posession. Jika
keseimbangan antar daimon dalam diri seseorang terganggu maka individu
tersebut dapat disebut jahat. Daimon yang paling penting adalah eros yang
diartikan sebagai cinta. Cinta dapat diartikan sebagai kebutuhan individu
untuk bersatu dengan orang lain. Eros dapat memiliki sifat baik ketika ia tidak
menguasai kepribadian seseorang.

7
c. Will
1. Intentionality : subjek-objeck bridge
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa intensionalitas adalah
jembatan antara subjek-objek, antara knower-known hal ini mengacu pada
hubungan yang tidak terpisah antara kesadaran kita dan objek dari
kesadaran, gagasan mengenai tidak adanya tindakan kesadaran tanpa
adanya objek dari kesadaran. Konsep intensionalitas adalah cara untuk
mengatakan bahwa individu tidak dapat mengetahui apa-apa kecuali telah
(dalam beberapa cara) sudah berpartisipasi di dalamnya.
2. Will and Intentionality
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa will (kemauan) and
intentionality saling berkaitan. Hubungan antara kemuan dan
intensionalitas sama seperti niat dan tindakan yang dihasilkan merupakan
bagain dari proses yang sama. Sebuah tindakan berkemauan tersirat oleh
niat, dan niat mengarah pada tindakan yang kehendaki.
3. Love and Will United
Cinta dan kemauan bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. cinta
dan kemampuan adalah cara untuk membentuk atau membangun
hubungan dengan dunia. Cinta dan kemauan tidak akan menjadi satu tanpa
adanya niat dari individu untuk menyatukan keduanya. Menyatukan cinta
dan kemauan adalah tugas penting dari remaja dalam setiap perilaku
mereka agar dapat menumbuhkan rasa peduli terhadap orang lain.
d. Freedom
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa kebebasan dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat pilihan. Jika kita
melakukan sesuatu tanpa membuat pilihan, itu bukan merupakan tindakan
bebas. Sebagai contoh May bertanya apa nilai yang akan ditempatkan pada
cinta seseorang jika kita tau bahwa seseorang dipaksa mencintai kita. Namun
jika cinta diberikan secara bebas, hal itu justru akan mengurangi nilai dari
cinta itu sendiri. Bahkan, seseorang mungkin mempertanyakan apakah hal
tersebut dapat disebut sebagai cinta.

8
1. Freedom of doing
Monte dan Sollod (2003) mengemukan bahwa freedom of doing adalah
kebebasan yang dimiliki individu dalam menghadapi rangsangan dari
berbagai arah sekaligus dan memilih satu respon diantara banyaknya
respon yang dapat dilakukan. Contoh, individu dapat bebas memili
program TV yang ingin di tonton.
2. Freedom of Being
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa freedom of being
tidak berfokus pada tindakan atau proses pengambilan keputusan, namun
dalam kondisi ini individu menjadi bimbang dalam menentukan sikap
apakah seseorang akan bertindak atau tidak. Contoh seorang narapidana
yang berada di dalam penjara tidak memiliki kebebasan dalam bertindak
namun, dapat bebas menentuka sikap terhadap musuhnya.
e. Destiny
May (Feist & Feist, 2008) mendefinisikan takdir sebagai “rancangan dari
alam semesta terhadap masing-masing individu”. Takdir yang utama adalah
kematian, namun dalam skala yang lebih kecil dapat mencakup karakteristik
biologis lainnya seperti intelegensi, gender, ukuran, dan ketakutan serta
predesposisi genetik atas kecenderungan dari beberapa penyakit. Faktor
psikologis dan budaya juga memiliki kontribusi atas takdir kita.
Feist dan Feist (2008) mengemukakan bahwa takdir tidak berarti telah
ditentukan sebelumnya atau dituliskan sebelumnya. Takdir adalah tujuan atau
target kita, dalam batasan takdir, individu memiliki kekuatan, serta kekuatan
ini mampu untuk menghadapi dan menantang takdir kita. Namun, tidak
berarti bahwa semua perbuatan yang kita inginkan dapat terjadi.
1. Perbedaan bentuk takdir
Monte dan Sollod (2003) mengemukakan bahwa takdir memiliki
beberapa takdir beberapa level, yaitu:
a) Cosmic destiny, atau disebut sebagai “tindakan tuhan” meliputi. Kelahiran,
kematian, bencana alam yang tidak dapat diprediksi dan dapat
mempengaruhi kehidupan individu.

9
b) Genetic destiny, gen yang diwarisi meliputi warna mata, kulit, dan jenis
kelamin. Gen mempengaruhi dalam berbagai bidang kehidupan.
c) Cultural destiny, menyangkut keluarga kehidupan sosial dan budaya
ditempat individu dilahirkan.
d) Circumstantial destiny, menyangkut kejadian kemanusiaan yang dilakukan
oleh individu dengan tidak terkontrol seperti teroris.
2. Cara individu untuk berhubungan atau menerima takdir
a) Bekerja sama dengan takdir dan mnerima bahwa salah satu yang
membentuk kehidupan adalah takdir.
b) Mengakui takdir dalam keterbatasan, seperti tinggi, berat badan dan
kematian.
c) Melawan takdir dengan secara aktif menantang keterbatasan kita dan
mencoba untuk melampauinya.
d) Menghadapi dan menantang takdir dengan melihat jalan yang paling
produktif yang tersedia oleh takdir dan mengatasi takdir yang merusak.
e) Memberontak melawan takdir dengan menolak untuk menerimanya atau
bekerja sama dengan. Misalnya kemarahan terhadap kematian.

E. Kritik Terhadap Rollo May


a. May tidak merumuskan pandangan-pandangannya dalam struktur teoritis
dan kesimpulan tentang hipotesisnya baru diperoleh setelah menyimpulkan
seluruh tulisannya.
b. Teori May dianggap terlalu lentur untuk menghasilkan hipotesis spesifik
agar konsep-konsep utamanya dapat dibenarkan atau tidak.
c. Tulisan-tulisan filosofis May berhasil mencapai kedalaman pengalaman
manusia yang sangat jauh dan May telah mengeksplor seluruh aspek
kemanusiaan yang tidak digali oleh teoritis lainnya.
d. May tidak menyajikan definisi operasaional dari istilah-istilah yang
digunakan, seperti kecemasan, rasa bersalah, intensionalitas, kehendak dan
takdir. Termonologi yang tidak begitu akurat ini menyebabkan kurangnya
riset terhadap gagasan-gagasan May.

10
F. Kesimpulan
Rollo may merupakan salah satu tokoh yang mengkaji mengenai
eksintensial manusia. Rollo may juga menggunakan pendekatan psikoanalisa.
Namun berbeda dengan Freud, May tidak menyetujui bahwa sebagian besar
diri individu ditentukan oleh alam bawah sadar. May berpendapat bahwa
manusia memiliki kendali dan kehendak atas dirinya sendiri. Individu
memiliki kebebasan dalam menentukan apa yang terbaik untuk dirinya
sendiri. Selain kebebasan, kepribadian menusia juga ditentukan oleh takdir
yang dimiliki oleh individu. Individu tidak dapat menghindari takdir yang
telah ditentukan untuknya. Namun individu memiliki berbagai cara agar dapat
menerima takdirnya dan mencapai eksistensinya sebagai manusia.

11
Daftar Pustaka

Feist, J. Feist, G. J. (2008). Teori Kepribadian. Edisi 6. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.
Montem C. F. Sollod, R. N. (2003). Beneat the Mask, An Intoduction to Theories
of Personality. Seventh Edition. America: John Wiley & Sons, Inc.

12
Dosen Pengampu:
 Faradillah Firdaus, S.Psi., M.A
 Andi Nasrawati Hamid, S.Psi.,M.A

TEORI KEPRIBADIAN ROLLO MAY


“Psikologi Eksistensial”

Kelompok 6

Inna Muthmainnah (1571040002)


Mutmainnah (1571040018)
Irma (1571040022)
Nuradilah (1571042019)
Bambang Pratama J (1571042024)
Arya Hidayat Syam (1671041029)

Kelas D

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2017

13

Anda mungkin juga menyukai