Anda di halaman 1dari 15

CHUNKING

04/EXP/2019

Nama Peneliti : Saputra Try Sutrisno

NIM : 1671042002

Inisial Subjek :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Penelitian :

Waktu Penelitian :

Tempat Penelitian : Laboratorium Fakultas Psikologi UNM

4.1 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh chunking (pengelompokan huruf) terhadap jumlah huruf

yang dapat diingat?

4.2 Kajian Pustaka dan Hipotesis

4.2.1 Kajian Pustaka

4.2.1.1 Memori

Timotius (2018:201) mengemukakan bahwa memori merupakan proses

memperoleh, menyimpan dan mengingat kembali informasi. (Matsumoto,

2009:303) mengemukakan bahwa memori merupakan tempat penyimpanan

informasi yang relatif lama di dalam otak dengan proses penyandian,

1
2

penyimpanan dan pegambilan kembali saat dibutuhkan. Tulving (Sternberg &

Sternberg, 2012:187) mengemukakan bahwa memori merupakan cara individu

mengelola informasi yang diterima di masa lalu dan kemudian digunakan pada

masa kini.

Timotius (2018:192) mengemukakan bahwa memori terdiri dari dua jenis,

yaitu short-term memori dan long term memory. Timotius (2018:199)

mengemukakan bahwa Short-term memories merupakan memori yang digunakan

sebagai penyimpanan sementara, terdiri dari informasi baru dan hanya bertahan

dalam maksimal hitungan hari. Timotius (2018:192) mengemukakan bahwa Long

term memory merupakan penyimpanan yang dapat bertahan dalam hitungan hari

hingga akhir hayat, berada di luar kesadaran dan dibawa ke alam sadar jika

diperlukan.

Ginsberg (2008:14) mengemukakan bahwa memori dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu eksplisit dan implisit. Sternberg & Sternberg (2012:190)

mengemukakan bahwa memori eksplisit melibatkan ingatan sadar dan implisit

menggunakan informasi tanpa disadari oleh individu. Brady, Konkle, Gill, Alovia,

dan Alvarez (2013:981) mengemukakan bahwa memori visual jangka panjang

mampu menyimpan lebih banyak informasi dengan rinci dan signifikan.

Slavian (Riyadi, 2019:62) mengemukakan bahwa long term memory dapat

dibagi menjadi 3 bagian, yaitu episodik, semantik dan prosedural. Memori

episodik merupakan penyimpanan yang berisikan informasi mengenai waktu dan

tempat. Memori semantik merupakan penyimpanan informasi mengenai

pengetahuan umum dan fakta dalam bentuk gagasan. Memori prosedural

merupakan kemampuan yang tersimpan dalam long-term memory yang dapat


3

membuat individu melakukan aktivitas dengan hanya menggunakan sedikit

kesadaran.

Timotius (2018:192) mengemukakan bahwa memori dapat dibedakan menjadi

dua bentuk, yaitu deklaratif dan prosedural. Memori Deklaratif merupakan

informasi tentang pengalaman yang terkait dengan waktu dan tempat. Memori

Prosedural merupakan informasi yang diperlukan pada saat melakukan kegiatan

secara otomatis tanpa harus mengamati lebih lama. Putra dan Issetyadi (2010:32)

mengemukakan bahwa terdapat tiga bentuk memori yang diklasifikasikan

berdasarkan tempat penyimpanan, yaitu sensory, working and long-term memory.

Putra dan Issetyadi (2010:34) mengemukakan bahwa sensory memory

merupakan penyimpanan informasi sementara yang akan hilang setelah stimulus

berakhir. Setiap informasi yang ditangkap oleh pancaindera pertamakali akan

diterima oleh Sensory memory. Sensory memory terdiri dari dua macam, yaitu

memori visual dan audio. Memori visual berfungsi menyimpan semua aspek

informasi berbentuk gambar yang ditangkap oleh indra penglihatan dengan durasi

kurang dari 1 detik. Memori audio berfungsi menyimpan setiap informasi

berbentuk suara yang diterima oleh indra pendengaran kurang dari 3 detik.

Putra dan Issetyadi (2010:37) mengemukakan bahwa working memory

merupakan bagian yang berfungsi sebagai pusat pelaksana otak. Atkinson dan

Shiffrin (Sternberg & Sternberg, 2012:197) mengemukakan bahwa working

memory merupakan ruang penyimpanan yang mengorganisir informasi. Atkinson

dan Shiffrin (Sternberg & Sternberg, 2012:199) mengemukakan bahwa Long term

memory merupakan penyimpanan yang memuat informasi dalam jangka waktu

yang tidak terbatas dan telah berlangsung sejak individu mulai dapat
4

menggunakan aktivitas otak.

Baddeley, Brebion, Brown, dan Craik (Sternberg & Sternberg, 2012:187)

mengemukakan bahwa memori memiliki tiga sistem operasi yaitu pengodean,

penyimpanan, dan pengambilan kembali. Pengodean adalah transformasi data

sensoris ke dalam bentuk representasi mental yang memudahkan proses

penyimpanan dan pengambilan kembali. Penyimpanan adalah proses menyimpan

informasi yang telah diberi kode dalam memori. Pengambilan kembali adalah

penggunaan dan penarikan informasi yang tersimpan di memori.

Sternberg dan Sternberg (2012:197) mengemukakan bahwa individu dapat

mengakses informasi yang tersimpan di sort term memory meskipun memiliki

batas waktu penyimpanan. Atkinson dan Shiffrin (Sternberg & Sternberg,

2012:197) mengemukakan bahwa individu mengalami proses kontrol memori

ketika mengambil kembali informasi yang tersimpan di sort term memory. Proses

kontrol memori merupakan regulasi informasi yang berasal dari sort menuju long

term memory. Informasi pada sort term memory tersimpan dalam bentuk suara.

Haber (Sternberg & Sternberg, 2012:194) mengemukakan bahwa informasi

yang tersimpan di sort term memory disimpan dalam bentuk ikon gambar visual

yang memiliki periode penyimpanan singkat. Gambar visual adalah representasi

dari informasi yang ditransformasi ke dalam bentuk ikon. Boyd (2010:16)

mengemukakan bahwa penyimpanan sensoris memungkinkan individu

menyimpan informasi berbeda yang diterima alat indra.

Hulme (Sternberg & Sternberg, 2012:198) mengemukakan bahwa individu

memiliki kapasitas untuk mengingat informasi sebanyak tujuh aitem. Miller

(Sternberg & Sternberg, 2012:198) mengemukakan bahwa sort term memory


5

hanya dapat menyimpan tujuh aitem informasi. Individu memiliki kemampuan

untuk mengingat dalam waktu singkat dengan mengelompokkan informasi yang

diperoleh menjadi sederhana.

Bavelier, Wilson, dan Emmorey (Sternberg & Sternberg, 2012:199)

mengemukakan bahwa individu mudah mengingat empat aitem untuk huruf yang

memiliki kemiripan dan dikelompokkan dalam satu kategori. Lew, Pashler, dan

Vul (2015:1) mengemukakan bahwa individu dapat melakukan kesalahan ketika

ingin mengambil kembali informasi yang tersimpan di long term memory jika

tidak diberi kode terlebih dahulu.

Boyd (2010:18) mengemukakan bahwa long term memory memiliki kapasitas

yang tidak terbatas dan dapat menampung informasi sepanjang hidup individu.

Informasi yang tersimpan di long dan sort term memory saling memiliki makna

dan keterkaitan. Bransford dan Johnson (Boyd, 2010:19) mengemukakan bahwa

informasi yang berasal dari multi aitem mudah diingat jika memiliki keterkaitan

makna. Komponen informasi yang dikelompokkan berdasarkan keterkaitan makna

dapat meningkatkan jangka waktu penyimpanan.

Bousfield (Sternberg & Sternberg, 2012:232) mengemukakan bahwa individu

lebih mudah mengingat ketika mengklasifikasikan informasi berdasarkan makna

karena memudahkan untuk dipisahkan dengan yang lain. Sternberg dan Sternberg

(2012:231) mengemukakan bahwa informasi yang tersimpan di long term memory

diberi kode semantik untuk diklasifikasikan berdasarkan makna yang dimiliki.

Sternberg dan Sternberg (2012:232) mengemukakan bahwa individu

menggunakan strategi semantik untuk mengingat informasi dengan cepat.

Matsumoto (2009:5) mengemukakan bahwa individu jarang


6

mempertimbangkan semua pengetahuan yang dimiliki ketika diminta membuat

keputusan. Individu menggunakan informasi yang mudah untuk di akses dalam

memori ketika diminta untuk membuat sebuah keputusan. Metcalfe, Waters, dan

Schneider (Sternberg & Sternberg, 2012:234) mengemukakan bahwa individu

menggunakan strategi metamemori untuk meningkatkan integritas memori selama

proses penyatuan informasi berlangsung.

Sternberg dan Sternberg (2012:234) mengemukakan bahwa metamemori

merupakan bagian dari metakognisi yang berfungsi dalam kemampuan berpikir,

mengontrol proses, dan cara meningkatkan pikiran. Strategi metamemori penting

dilakukan ketika mentransfer informasi baru ke long term memory. Informasi

yang ditransfer ke long term memory dapat terjadi dengan memanfaatkan

kemampuan rehearsal. Sternberg dan Sternberg (2012:234) mengemukakan

bahwa kemampuan rehearsal merupakan cara yang digunakan individu untuk

mempertahankan informasi.

4.2.1.2 Lupa

Ling (Rahayuningsih & Jayanti, 2019:19) mengemukakan bahwa lupa

merupakan kondisi hilangnya informasi yang telah tersimpan di long term

memory. Ling (Rahayuningsih & Jayanti, 2019:19) mengemukakan bahwa lupa

dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu berdasarkan teori ketersediaan dan

eksesibilitas. Teori ketersediaan berpendapat bahwa memori hilang secara

permanen dari dalam otak sedangkan eksesibilitas beranggapan informasi tetap

ada tetapi sulit untuk di recall.

Sternberg & Sternberg (2012:247) mengemukakan bahwa melupakan dapat

dijelaskan menggunakan dua teori, yaitu interference dan Decay. Interference


7

merupakan penarikan kembali karena mengganggu informasi yang lain. Decay

merupakan lenyapnya informasi secara bertahap di dalam memori. Schacter

(Sternberg & Sternberg, 2012:256-257) mengemukakan bahwa penyimpangan

memori terjadi dalam tujuh bentuk, yaitu transience, absent-mindedness,

blocking, misattribution, suggestibility, bias, persistence.

Schacter (Sternberg & Sternberg, 2012:256) mengemukakan bahwa transience

merupakan memudarnya memori yang terjadi seiring waktu. Individu yang yang

mengalami transience tidak dapat mengetahui asal usul dari memori yang dimiliki

karena tidak diinginkan. Absent-mindedness merupakan kelupaan yang terjadi

karena individu tidak fokus. Individu yang mengalami Absent-mindedness

cenderung akan mencari dan berusaha menemukan informasi yang tidak diingat.

Schacter (Sternberg & Sternberg, 2012:256) mengemukakan bahwa blocking

merupakan kondisi dimana individu memiliki informasi yang harus diingat tetapi

tidak dapat untuk dibawa ke alam sadar. Hal ini disinyalir sebagai

ketidakmampuan otak untuk mendapatkan kembali memori. Misattribution

merupakan kondisi individu sedang mengingat namun tidak dapat menemukan

dimana informasi tersebut didapatkan. Misattribution terjadi ketika informasi

hanya sebagian yang diingat dengan tepat.

Schacter (Sternberg & Sternberg, 2012:256) mengemukakan bahwa

suggestibility merupakan kondisi memori dalam keadaan rentan terhadap stimulus

yang diberikan oleh orang lain. Saat mengalami Suggestibility individu seolah

mengingat informasi yang tidak pernah dialami. Bias merupakan kondisi

informasi realitas bercampur dengan persepsi yang datang dari pengetahuan,

pengalaman, kepercayaan dan mood yang dirasakan pada masa lalu, hasilnya
8

informasi pada memori tidak akurat.

Schacter (Sternberg & Sternberg, 2012:256-257) mengemukakan bahwa

persistence merupakan kondisi dimana memori selalu mengingat informasi yang

bersifat mengganggu sebagai konsekuensi dari peristiwa traumatis, perasaan

negatif dan ketakutan. Boyd (2010:21) mengemukakan bahwa kemampuan

individu untuk mengingat dan alasan melupakan informasi dipengaruhi oleh

encoding specificity. Encoding specificity merupakan pengodean berdasarkan latar

belakang tempat ketika informasi diterima.

4.2.1.3 Berpikir

Kanto & Rappana (2017:144) mengemukakan bahwa berpikir merupakan

kemampuan kognitif merangkai pengetahuan yang dimiliki individu untuk

mendapatkan satu kesimpulan. Suharna (2018:14) Mengemukakan bahwa berpikir

merupakan aktivitas mental yang menuntut individu untuk menyelesaikan

masalah. Vincent (Suharna, 2018:14) mengemukakan bahwa berpikir merupakan

proses mental yang merumuskan masalah untuk membuat keputusan dalam

pemenuhan hasrat.

Az-Za'balawi (2007:99) mengemukakan bahwa berpikir merupakan aktivitas

mental dan akal yang digunakan individu dalam memecahkan masalah dengan

mengambil informasi pada memori kemudian menyusun menjadi satu. Lismaya

(2019:8) mengemukakan bahwa berpikir merupakan aktivitas yang melibatkan

proses kognitif mengolah informasi yang diperoleh dalam menentukan tindakan

saat menghadapi masalah. Wibawa (2016:17) mengemukakan bahwa berpikir

merupakan kemampuan yang berfungsi merumuskan, memecahkan, membuat

keputusan dan mencari pemahaman.


9

Mayer (Suharna, 2018:15) mengemukakan bahwa berpikir dapat dibagi

menjadi tiga berdasarkan aktivitas kognitif, yaitu aktivitas mental, manipulasi

pengetahuan dan pemecahan masalah. Lismaya (2019:8) mengemukakan bahwa

kemampuan berpikir dapat dibagi menjadi dua, yaitu dasar dan kompleks.

Kemampuan berpikir dasar merupakan proses menerima dan dan mengulang

informasi secara terus menerus. Kemampuan berpikir kompleks merupakan proses

memanipulasi informasi dan ide untuk memberikan pemahaman baru.

Krulik (Suharna, 2018:14) mengemukakan bahwa tahapan berpikir dapat

dibagi menjadi empat kategori, yaitu recall, basic, critical dan creative thingking.

Recall thingking merupakan proses berpikir yang tidak mengggunakan penalaran

sebab berlangsung secara otomatis. Basic thinking merupakan proses berpikir

menggunakan penalaran. Critical thinking merupakan kemampuan berpikir yang

digunakan untuk menyelesaikan masalah menggunakan analisa dan pengalaman.

Creative Thinking merupakan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara

yang tidak biasa.

4.2.2 Hipotesis

4.2.2.1 Individu

Ada perbedaan ketepatan individu dalam mengingat huruf jika dalam bentuk

kata (chunking).

4.2.2.2 Kelompok

Ada perbedaan ketepatan kelompok dalam mengingat huruf jika dalam bentuk

kata (chunking).
10

4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan Quasi

Eksperimental-The One Shot Casee Study.

4.3.2 Sarana Penelitian

Sarana yanng digunakan dalam penelitian ini adalah computer jinjing berisi

INTPSYCH.

4.3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur yang akan dijalanan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mempersiapkan segala sesuatunya termasuk sarana yang akan

digunakan. Cara mengatifkan program:

a. Aktifkan INTPSYCH dengan menekannya dua kali (double click).

b. Masukkan nama depan anda, tekan ENTER masukkan nama belakang tekan

ENTER, tekan No, jika nama anda sudah benar, dan Yes jika anda ingin

menulis ulang nama anda, setelah itu tampilan layar berubah tekan click to

continue dua kali.

c. Anda akan masuk dalam menu pilihan. Tekan Span of Immediate Memory:

Chunking akan tampil tulisan “Are you ready to begin this program” (“apa

anda siap memulai program ini?”) tekan YES.

d. Tekan tanda panah kanan ()

e. Dudukkan subjek di kursi yang telah disiapkan.

f. Beri instruksi, pada laya akan tampil beberapa huruf berturut-turut dalam

jangka waktu tertentu. Tugas anda adalah menghapalkan huruf tersebut dan

menuliskannya kembali ke computer tanpa spasi setelah huruf terakhir


11

tampil. Jika anda sudah siap untuk memulai tekan OK.

g. Bagian pertama adalah kelompok huruf yang tidak bermakna yang terdiri atas

3, 5. 7. Dan 9 huruf.

h. Pada bagian pertama ini terdiri atas dua bagian. Bagian petama adalah

latihan. Anda harus melewati bagian ini dulu. Kemudian bagian kedua adalah

soal sebenarnya. Bagian kedua (soal sebenarnya) akan terdiri atas masing-

masing 5 soal. Tugas anda adalah mengetikkan kembali huruf-huruf tersebut

dan setelah selesai menekan tanda panah kanan.

i. Bagian kedua adalah kelompok huruf yang bermakna yang terdiri atas 3, 5, 7,

dan 9 kata yang atas masing-masing tiga huruf.

j. Pada bagian kedua ini terdiri atas dua bagian. Bagian petama adalah latihan.

Anda harus melewati bagian ini dulu. Kemudian bagian kedua adalah soal

sebenarnya yang terdiri atas masing-masing 5 soal. Tugas anda adalah

mengetikkan kembali huruf-huruf tersebut dan setelah selesai menekan tanda

panah kanan.

k. Di akhir akan diberikan tabel jumlah kata yang dapat diingat dengan benar

untuk masing-masing kelompok huruf.

l. Eksperimenter mencatat hasil percobaan yang telah dilakukan subjek.

4.4 Hasil

4.4.1 Pencatatan Hasil

4.4.1.1 Individu

List Lenght A B
3
12

5
7
9
Keterangan A = Huruf tak dikelompokkan (total letters corrects)
B = Huruf yang dikelompokkan (total letters corrects)

4.4.1.2 Kelompok

Subjek A B
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan A = Huruf tak dikelompokkan (total letters corrects)
B = Huruf yang dikelompokkan (total letters corrects)

4.4.2 Pengolahan Hasil

4.4.2.1 Individu

List Lenght A B D D2
3
5
7
9

4.4.2.2 Kelompok

Subjek A B D D2
1.
2.
3.
4.
5.

4.4.3 Obeservasi

4.4.3.1 Kondisi Fisik

4.4.3.2 Kondisi Psikologis


13

4.5 Pembahasan

4.5.1 Individu

4.5.2 Kelompok

4.6 Simpulan

4.6.1 Individu

4.6.2 Kelompok

4.7 Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Makassar, …………………… 2019

Asisten Praktikum Peneliti

Syita Astila Saputra Try Sutrisno

NIM. 1571040025 NIM. 1671042002


DAFTAR PUSTAKA
Az-Za'balawi, S. M. (2007). Pendidikan remaja antara islam dan ilmu jiwa.
Depok: Gema Insani.

Boyd, C. V. (2010). Consumer psychology. New York: Open University Press.

Brady, T. F., Konkle, T., Gill, J., Alovia, A., & Alvarez, G. A. (2013). Visual
long-term memory has the same limit on fidelity as visual working memory.
Association For Psychological Science, 24(6), 981-990.
doi:10.1177/0956797612465439

Ginsberg, L. (2008). Lecture notes neurologi (Edisi kedelapan). (I. R. Wardhani,


Trans.) Jakarta: Erlangga.

Johnson, E. B. (2007). Contextual teaching dan learning: menjadikan kegiatan


belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. (I. Setiawan, Trans.)
Bandung: Penerbit MLC.

Kanto, M., & Rappana, P. (2017). Filsafat manajemen. Makassar: Celebes Media
Perkasa.

Lew, T. F., Pashler, H. E., & Vul, E. (2015). Fragile Associations Coexist With
Robust Memories for. Journal of experimental psychology: learning, memory,
and cognition, 42(3), 379-393. doi:10.1037/xlm0000178

Lismaya, L. (2019). Berpikir kritis dan PBL (problem based learning). Surabaya:
Media Sahabat Cendekia.

Matsumoto, D. (2009). The cambridge dictionary of psychology. New York:


Cambridge University Press.

Maulana. (2017). Konsep dasar matematika dan pengembangan kemampuan


berpikir kritis-kreatif. Sumedang: UPI Sumedang Press.

Rahayuningsih, S., & Jayanti, R. (2019). Grup, hots dan gender. Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia.

Riyadi, I. (2019). Model pembelajaran berbasis metakognisi untuk peningkatan


kompetensi siswa pada mata pelajaran IPS. Yogyakarta: Deepublish.

Setiawan, I. (2002). Agri bisnis kreatif: pilar wirausaha masa depan, kekuatan
dunia baru menuju kemakmuran hijau. Depok: Penebar Swadaya.

Sternberg, R. J., & Sternberg, K. (2012). Cognitive psychology (6th Edition).


USA: Wadsworth.

14
15

Suharna, H. (2018). Teori berpikir reflektif: dalam menyelesaikan masalah


matematika. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Tan, T. (2017). Teaching is an rrt: maximize your teaching. Yogyakarta:


Deepublish Publisher.

Timotius, K. H. (2018). Otak dan perilaku. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wibawa, K. A. (2016). Defragmenting struktur berpikir pseudo dalam


memecahkan masalah matematika. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Anda mungkin juga menyukai