Anda di halaman 1dari 2

Resume Filsafat Manusia

Disusun oleh : Sebastian Mehitabel (1120700000225)


Kelas 1D

Manusia dalam Sinaran Filsafat Esensialisme

Esensialisme
Esensialisme merupakan paham pendidikan yang berdasar kepada nilai-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak peradaban umat manusia. Saat ingin belajar tentang filsafat kita harus
mempelajari dari dasar yaitu diri kita sendiri. Secara etimologi esensialisme berasal dari kata
essential yang berarti inti atau pokok dari sesuatu, dan isme yang berarti aliran, mazhab atau
paham. Filsafat esensialisme beranggapan bahwa kebudayaan lama itu telah banyak memberikan
kebaikan kepada umat manusia.

Arthur Schopenhauer
Hidup merupakan sebuah penderitaan dan lebih baik kita tidak lahir adalah pandangan
kaum pesimis. Arthur Schopenhauer merupakan salah satu penganut dari pandangan tersebut. Dia
mengatakan bahwa kita semua terjebak dalam siklus tanpa harapan untuk menginginkan sesuatu,
mendapatkannya, menginginkan yang lebih dan terus menerus seperti itu hingga kita mati. Di
dalam bukunya yang berjudul The World as Will and Representaiton, dia berpandangan bahwa
dunia ini merupakan hasil dari kehendak manusia.
Schopenhauer menolak pandangan bahwa kesadaran atau intelek sebagai hakikat jiwa, dia
beranggapan bahwa kesadaran dan intelek hanya permukaan dari jiwa kita. Di bawah intelek
sesungguhnya terdapat kehendak yang tidak sadar. “Kehendak adalah orang kuat yang buta
menggendong orang lumpuh yang melek.” Singkatnya, intelek adalah alat dari keinginan.
Kehendak sendiri tidak mempunyai tujuan, melainkan hanya sebuah dorongan dalam melakukan
sesuatu yang belum tentu menguntungkan bagi manusia sendiri. Manusia mengira bahwa mereka
dibimbing oleh apa yang mereka lihat tapi kenyataannya mereka didorong oleh apa yang mereka
rasakan, yakni oleh naluri yang keberadaannya tidak kita sadari. Kehendak ada untuk hidup dan
untuk memaksimalkan kehidupan kita. Musuh utama dari kehendak untuk hidup adalah kematian.
Kematian sendiri bisa kita kalahkan dengan kehendak untuk reproduksi.
Setiap organisme normal yang sudah dewasa pasti akan menjalankan tugas reproduksi.
Reproduksi merupakan tujuan utama dan salah satu naluri yang paling kuat dari setiap makhluk.
Dengan reproduksilah kita bisa mengalahkan kematian. Untuk menjamin penaklukan atas
kematian, kehendak untuk reproduksi mengatasi kontrol pengetahuan dan refleksi. “Setiap orang
mencari pasangan yang kira-kira bakal menetralisir segala kekurangannya... Dalam banyak kasus,
jatuh cinta bukan masalah hubungan timbal balik antar dua manusia tapi masalah utamanya adalah
adanya keinginan untuk memiliki apa yang tidak mereka punya.” Hanya dalam ruang dan waktu
kita terlihat seperti makhluk yang berbeda, unik dan terpisah satu sama lain. Tapi ruang waktu
sendiri adalah alam maya, ilusi yang menyembunyikan benda-benda. Pada akhirnya, hanya ada
satu spesies, satu kehidupan dan satu kehendak.
Jika dunia merupakan kehendak, maka dunialah sumber penderitaan. Alasannya, kehendak
itu mengisyaratkan keinginan, dan tentunya apa yang diinginkan selalu lebih besar dari apa yang
didapat. Keinginan juga tidak terhingga sedangkan pemenuhannya terbatas. Hidup adalah sebuah
kejahatan karena setelah keinginan dan penderitaan hilang, kebosanan akan menggantikan tempat
tersebut. Hidup adalah kejahatan, karena semakin besar pengetahuan yang kita dapat semakin
besar pula penderitaannya. Hidup merupakan penderitaan karena hidup adalah peperangan. Kita
selalu menyaksikan kekerasan, pertentangan, konflik dan perjuangan antara hidup dan mati.
Jadi kehendak untuk hidup akan selalu memangsa dirinya dalam bentuk yang berbeda-
beda. Gambaran tentang hidup juga sangatlah menyakitkan untuk direnungkan. Mengejar
kebahagiaan juga merupakan hal yang sia-sia. Jika ingin hidup bahagia maka hiduplah seperti
anak-anak. Tapi apa boleh buat, kita tidak bisa menjadi anak-anak kembali. Terima saja bahwa
hidup merupakan penderitaan.

Esensialisme Psikologis
Esensialisme psikologis merupakan sebuah keyakinan bahwa anggota suatu kategori
memiliki sifat-sifat yang mendarah daging untuk menentukan identitas mereka. Untuk kategori
sosial, keyakinan tersebut memiliki impikasi yang penting. Pemikiran esensialis memainkan
sebuah peran yang penting dalam stereotype, prejudices, dan discrimination. Khusushnya
terhadap ras, etnis, jenis kelamin, orientasi seksual, gangguan mental, dan kepribadian. Ada klaim
menyebutkan bahwa spesies alami yang anggotanya memiliki esensi yang sama disebut
esensialisme. Banyak filsuf yang menganggap bahwa klaim tersebut meragukan secara metafisik.
Esensialisme psikologis tampaknya menjadi sebuah fakta persepsi manusia.

Anda mungkin juga menyukai