Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN TUGAS SESI 6

MATA KULIAH : ETIKA PROFESI HUKUM

DOSEN PEMANGKU : BAPAK Heri Heryanto

NAMA MAHASISWA : Setia Lestari Mahulae

NIM : 20210090010

KELAS : HK21B

1.PLATO “Cinta kepada sang baik ”

Menurut Plato, manusia itu baik apabila yang menguasainya adalah akal budi, dan buruk
apabila yang menguasainya adalah keinginan yang berlebih dan hawa nafsu. Kedua sifat
buruk tersebut merupakan sesuatu diluar diri manusia yang dapat mendorong manusia kepada
perbuatan-perbuatan irasional

Menurut Plato cinta kepada yang baik akan mengarahkan manusia untuk menjalankan hidup
dengan baik. Hal itu dapat direalisasikan apabila manusia melakukan keutamaan. Keutamaan
ialah hidup berdasarkan keselarasan dan keteraturan jiwa yang merupakan pantulan dari Yang
Baik.Yang Baik adalah sumber dari segala kebaikan. Segala hal yang disebut baik
mengarahkan dirinya secara total pada Yang Baik. Sehingga, Manusia yang ingin hidup baik
dan bernilai harus mengarahkan dirinya pada Yang Baik. Bagi Plato, orang yang bisa
melakukan hal tersebut akan dapat mencapai puncak eksistensinya.
2.ARISTOTELES “Menuju kebahagiaan ”

Kebahagiaan adalah suatu emosi yang ingin dirasakan oleh setiap manusia yang masih hidup
di muka bumi. Dalam bahasa Yunani Eudaimonia memiliki arti kebahagiaan. Eudaimonia
terdiri dari dua suku kata yakni “eu” yang artinya (bagus, baik) dan “daimon” yang artinya
(roh, kekuatan batin).

Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan ialah tujuan hidup, dan usaha dapat mencapai
kebahagiaan jika dipahami secata tepat akan menghasilkan perilaku yang baik. Dalam segala
perbuatannya, manusia mengejar suatu tujuan. Ia mencari sesuatu yang baik baginya tetapi
ada bannyak macam aktivitas manusia yang mengacu pada macam-macam tujuan tersebut.
Dan menurut Aristoteles, tujuan yang tertinggi ialah kebahagiaan atau eudaimonia.

3.EPIQUROS “Etika sebagai seni hidup”

Epikuros sangat menegaskan kebijaksanaan. Orang yang bijaksana adalah seniman hidup.
Orang yang bijaksana tidak akan memperbanyak kebutuhan melainkan sebaliknya malah
membatasinya agar dapat memperoleh kepuasan.
Etika epikuros bersifat privatistik. Yang dicari adalah kebahagiaan abadi. Epikuros
menasihatkan orang untuk menarik diri dari kehidupan depan umum, namun ajarannya tidak
bersifat egois. Baginya berbuat kebaikan lebih menyenangkan daripada menerima kebaikan.
Dan kebahagiaan terbesar bagi manusia adalah persahabatan. Ia menonjolkan keutamaan-
keutamaan seperti kesederhanaan, tahu diri, penguasaan diri dan kegembiraan dalam semua
situasi.

4.STOA “Ketenangan orang bijaksana”

Inti terpenting ajaran Stoa adalah etika. Manusia adalah bagian dari alam, maka manusia
wajib untuk hidup selaras dengan alam. Bagaimanapun alam ini sudah berjalan sebagaimana
adanya hingga semua kejadian yang sudah ditentukan oleh alam itu tidak mungkin dapat
diubah oleh manusia. Sebelum mencapai keselarasan dengan alam, manusia terlebih dahulu
menyelaraskan dirinya sendiri, yaitu dengan selalu menyesuaikan tindakannya dengan
akalnya. Kebajikan tidak lain adalah akal yang benar.

Tujuan hidup filsafat Stoa bukanlah kebahagiaan dalam arti yang umum, namun bagaimana
mengatasi emosi negatif dan hidup mengasah kebajikan. Dalam mencapai tujuan tersebut
manusia hendaknya selalu menggunakan nalar dalam bertindak sebagaimana prinsip hidup
pada filsafat Stoa yaitu hidup selaras dengan alam.

5.AGUSTINUS “Cintailah dan lakukanlah apa yang kau kehendak”

Etika dalam pengertian agustinus adalah ajaran tentang hidup yang bahagia. menurut Santo
Augustinus itu adalah bahwa sesuatu itu dianggap baik dan bemilai apabila terkait dengan
Allah, dan manusia itu harus mengenal dirinya sendiri dan mengenal Allah sehingga akal
budinya dapat menentukan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak dilakukan, akan
tetapi ajaran Augustinus sangat menekankan tentang adanya"dosa asal" karena dosa Adam
semua orang seakan-akan membawa cacat sejak pennulaan eksistensi mereka sebelum
mereka sendiri dapat memilih antara yang baik dan jahat, dan mereka barns dibersihkan dulu
dengan cara dibaptis. Kemudian dalam ajaran Augustinus mengatakan bahwa ketika manusia
itu dalam kehidupannya telah melakukan perbuatan dosa maka manusia itu harus melakukan
pengakuan dosa (mengaku bersalah dihadapan Tuhan

6.THOMAS AQUANIS “ Lakukanlah yang baik jangan lakukan yang jahat”

Menurut Thomas manusia hidup dengan baik, apabila ia hidup sesuai dengan kodratnya, dan
buruk apabila tidak sesuai. Sebab manusia hanya dapat mengembangkan diri, hanya dapat
mencapai tujuannya,apabila ia hidup sesuai dengan kodratnya. Orang yang hidup berlawanan
dangan kodratnya, tidak akan meneapai tujuannya, tidak akan,mengembangkan .dan
mengaktualisasikan seluruh potensi-potensinya. Manusia bertindak sesuai dengan kodratnya
apabila ia menyempurnakan diri sesuai dengan. kekhasannya, yaitu dengan kerohaniaannya.
Jadi ia harus mengembangkan diri sebagai makhluk rohani. Sedangkan penyempurnaan
kekuatan kekuatan emosional dan negetatif harus dijalankan sedemikian rupa, sehingga kita
bisa mencapai tujuan yang baik dengan menghindari yang buruk

7.SPINOZA “Tuhan adalah alam”

Menurut Spinoza, Tuhan adalah awal dan akhir dari filsafatnya dalam pengertian, Ia
merupakan penyebab utama dari segala hal yang harus dipahami, dan objek terakhir yang
ingin kita ketahui Tuhan adalah alam Spinoza menyimpulkan sebagai berikut: Tuhan adalah
substansi yang menyusun alam semesta, dan Tuhan ada di dalam dirinya sendiri, bukan di
luar alam semesta; dan alam semesta ada karena adanya kebutuhan, bukan karena alasan atau
kehendak teologis ilahi.Spinoza menyatakan bahwa segala sesuatu yang membentuk alam
semesta, termasuk manusia, adalah “mode” Tuhan. Ini berarti bahwa segala sesuatu, dalam
arti tertentu, bergantung pada Tuhan.

8.JOSEPH BUTLER “Cinta diri yang tenang”

Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan dan kebajikan sebagai hukum alam; yaitu kodrat
manusia untuk menghargai dirinya sendiri dan kodrat manusia untuk menghormati masyarakat.
Hati nurani adalah prinsip yang ada dalam diri manusia yang menyetujui atau menolak suatu
tindakan dan temperamen. Self Love adalah kasih sayang kepada diri sendiri; memperhatikan
kepentingan, kebahagian, dan kebaikan pribadi.Cinta diri tenang merupakan bagian dari suara
hati atau refleksi yang menilai tindakan manusia, cinta diri membantu manusia agar tidak
mengikuti perintah tanpa adanya pertimbangan terlebih dahulu. Seseorang yang mencintai
dirinya sendiri bukan berarti narsis, tetapi memiliki kesadaran untuk mencintai orang lain,
karena pada dasarnya manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa campur tangan orang lain.

9.DAVID HUME“Perasaan moral”

Menurut pengamatan Hume, kita egois dan manusiawi. Kita memiliki keserakahan, dan juga
“kemurahan hati yang terbatas” kecenderungan terhadap kebaikan dan kemurahan hati yang
lebih kuat ditujukan kepada sanak saudara dan teman-teman dan tidak begitu tertarik pada
orang asing.

Hume berpendapat bahwa evaluasi moral sangat bergantung pada sentimen atau
perasaan. Secara khusus, karena kita mempunyai kapasitas emosi yang diperlukan, selain
kemampuan nalar kita, maka kita dapat menentukan bahwa suatu tindakan salah secara etis,
atau seseorang mempunyai karakter moral yang baik. Dengan demikian, Hume melihat
evaluasi moral, seperti evaluasi kita terhadap keindahan estetika, muncul dari kemampuan
selera manusia. Lebih jauh lagi, proses evaluasi moral ini sangat bergantung pada kapasitas
manusia untuk bersimpati, atau kemampuan kita untuk mengambil bagian dalam perasaan,
keyakinan, dan emosi orang lain. Jadi, bagi Hume ada hubungan yang kuat antara moralitas
dan kemampuan bersosialisasi manusia.

10.IMMANUEL KANT "Satu-satunya hal yang baik tanpa syarat adalah kehendak untuk
berbuat baik (good will)."

Etika Kant merupakan sebuah teori etika deontologis yang dikembangkan oleh filsuf Jerman
Immanuel Kant yang didasarkan pada gagasan bahwa: "Satu-satunya hal yang baik tanpa
syarat adalah kehendak untuk berbuat baik (good will)." Teori ini dikembangkan dalam
konteks rasionalisme Pencerahan. Teori etika ini menyatakan bahwa suatu tindakan hanya
dapat bermoral jika itu dimotivasi oleh rasa kewajiban dan didasarkan pada prinsip yang
secara rasional dikehendaki menjadi hukum yang universal dan objektif

Menurut Kant wujud dari kehendak baik itu sendiri adalah bahwa seseorang tersebut telah
mau menjalankan kewajiban. Hal tersebut telah menegaskan bahwa untung atau tidaknya
suatu tindakan tidak dipermasalahkan, karena pada dasarnya ada suatu dorongan di dalam
hati nurani. Artinya, bahwa seseorang yang telah melakukan tindakan untuk memenuhi
kewajiban sebagai hukum moral atas dorongan hatinya, maka tindakan tersebut telah
mencapai moralitas. Dengan demikian menurut Kant kewajiban adalah suatu keharusan
tindakan yang hormat terhadap hukum, tidak perduli apakah itu membuat kita nyaman atau
tidak, senang atau tidak senang, cocok ataupun tidak, semuanya itu tetap menjadi keharusan
seseorang dalam melakukan tindakannya, bisa dikatakan sebagai tindakan tanpa syarat.

11.SCHOPENHAUER “Etika dan belas kasih

Dasar pemikiran etika bela rasa ini adalah bahwa, menurut schopenhauer semua makhluk
hidup berasal dari satu kehendak yang sama yakni kehendak purba. Karena itu mereka semua
dari segi-segi yang paling mendasar sebenarnya tunggal atau satu. Dengan kata lain bahwa
penderitaan mahluk lain merupakan penderitaanku, dan juga sebaliknya. karena aku melihat
diri aku sendiri dalam diri yang lain (orang atau mahluk lain). Etika bela rasa ini menurut
schopenhauer merupakan etika yang mampu mengatasi kehendak yang melahirkan
kesengsaraan

12.STUART MILL “Keinginan akan kesempurnaan ”

Menurut Mill,keinginan akan kesempurnaan dan simpati terhadap sesama manusia adalah
sifat alami manusia.Prinsip ini menyatakan bahwa tindakan-tindakan itu benar jika dilakukan
secara proporsional karena tindakan-tindakan tersebut cenderung meningkatkan kebahagiaan
manusia secara keseluruhan. Jadi, Mill berfokus pada konsekuensi tindakan dan bukan pada
sentimen hak atau etika

Adapun hubungan antara kebebasan dan kebahagiaan menurut Mill kebebasan adalah sarana
untuk mencapai kebahagiaan dan sekaligus tujuan dan merupakan suatu syarat bagi
kesejahteraan umum dan komponen intrinsik bagi kebahagiaan pribadi.

13.NIETZSCHE “Manusia berkehendak dan berkuasa”


Menurut Nietzsche manusia harus berani, ekspresif, tidak takut untuk melakukan dan
mengungkapkan apa saja,mengikuti semua dorongan instingtif, lahiriah; bebas dan tidak
memiliki beban atau moralitas yang mengikat. Hanya dengan melepaskan semua kepercayaan
dan ikatan dalam hidup ini, manusia bisa hidup sepenuhnya di alam ini

individu yang berkembang, menurut Nietzsche, akan menjadi individu yang otonom, otentik,
mampu “menciptakan dirinya sendiri”, dan meneguhkan kehidupan. Melalui orang-orang
seperti itulah, Nietzsche yakin, ancaman nihilisme dapat dicegah (gagasan bahwa kehidupan
tidak memiliki makna atau nilai).

Anda mungkin juga menyukai