Anda di halaman 1dari 6

FILSAFAT MANUSIA:

HAKIKAT TUJUAN HIDUP DAN KODRAT MANUSIA


Makalah Mata Kuliah Filsafat
Dosen Pengampu: Bapak Mas'udi, S.Fil.I., M.A.

Disusun oleh :
Nama :

ABDILLAH FAIZ

NIM

1340120004

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI / BIMBINGAN KONSELING ISLAM
2013

FILSAFAT MANUSIA: HAKIKAT TUJUAN HIDUP DAN KODRAT MANUSIA

A. LATAR BELAKANG
Era globalisasi merupakan sebuah masa yang ditandai dengan perubahan pola kehidupan
hidup manusia serta perkembangan teknologinya. berkembangpesatnya kehidupan manusia saat
ini terdapat di segala bidang kehidupan, baik di bidang ekonomi, sosial maupun teknologi.
Globalisasi memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari karna manusia
dimanjakan oleh mesin-mesin canggih dan teknologi modernnya. Karna kemudahankemudahan ini sehingga membuat manusia melupakan jati dirinya.
Menyadari bahwa ada yang mengatakan bahwa kodrat manusia itu baik, ada juga yang
mengatakan bahwa kodrat manusia itu buruk, ada juga yang mengatakan bahwa kodrat manusia
itu tidak naik dan tidak buruk (netral) dan lain sebagainya. Maka diperlukan adanya
pengetahuan tentang siapa sebenarnya manusia, apa hakikat tujuan hidup manusia itu dan apa
kodratnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Filsafat Manusia?
2. Apa hakikat tujuan hidup manusia?
3. Apa kodrat manusia?
4. Apa makna kodrat kedua seorang Socrates?

C. TUJUAN
1. Memahami apa yang dimaksud dengan Filsafat Manusia
2. Memahami hakikat tujuan hidup manusia
3. Memahami kodrat manusia
4. Mengetahui dan memahami makna kodrat kedua dari seorang Socrates.

D. PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat Manusia
Filsafat manusia, dalam bahasa Inggris disebut philosophy of man, merupakan bagian
dari filsafat yang berupaya menelisik eksistensi seorang manusia. Filsafat manusia
berupaya melukiskan siapa sebenarnya makhluk yang kita sebut sebagai manusia itu srcara
total. Filsafat manusia juga disebut dengan antropologi filosofis. Pada intinya filsafat
manusia adalah ilmu filsafat yang membahas tentang manusia yang mencakup seluruh
dimensinya. yaitu, membahas tentang fisik manusia, mental manusia, nilai, makna, tujuan
hidup dan segala hal yang berhubungan dengan eksistenai hidup seorang manusia.
Filsafat manusia dalam konteks ini mempunyai kedudukan yang kurang lebih setara
dengan cabang-cabang filsafat lainnya seperti etika, epistemologi, kosmologi, filsafat
sosial, dll. Akan tetapi filsafat manusia mempunyai kedudukan yang lebih istimewa karna
semua cabang-cabang filsafat tersebut pada prinsipnya berawal dan berakhir pada persoalan
mengenai esensi manusia yang merupakan objek kajian dari filsafat manusia.
2.

Hakikat Tujuan Hidup Manusia


Hakikat manusia dapat dilihat dari tahapannya. Nafs, keakuan, diri, ego. Dimana pada
tahapbini semua unsur membentuk kesatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik yang
beradaa dalam perbuatan dan amalnya. Secara substansial dan moral, manusia lebih buruk
dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karna manusia memiliki
kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakikat manusia ditentukan oleh amal, karya dan
perbuatannya. Sedangkan pada tauhid hakikat manusia sebagai 'adb dan khalifah, kesatuan
aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara
aktual.
Memahami hakikat manusia dan kesadarannya tidak dapat dilepaskan dengan
dunianya. Hubungan manusia harus dan selaku dikaitkan dengan dunia dimana ia berada.
Dunia bagi manusia adalah bersifat tersendiri. Manusia dalam kehadirannya tidak pernah
terpisah dari dunia dan hubungannya dengan dunia manusia bersifat unik. Status unik
manusia dengan dunia dikarenakan manusia dalam kapasitasnya dapat mengetahui,
mengetahui merupakan tindakan yang mencerminkan orientasi manusia terhadap dunia.
Dari sini muncullah kesadaran atau tindakan otentik, dikarenakan kesadaran merupakan
penjelasan eksistensi manusia di dunia. Orientasi di dunia yang terpusat pada kemampuan

pemikiran adalah proses mengetahui dan memahami. Manusia sebagai proses dan sebagai
makhluk sejarah yang terikat dalam ruang dan waktu. Manusia memiliki kemampuan dan
harus bangkit dan terlibat dalam proses sejarah dengan cara untuk menjadi lebih.
Hakikat kehidupan manusia adalah menuju kematian, suka tidak suka, mau tidak mau,
manusia pasti akan mengalami yang namanya mati. Sesungguhnya kita datang kedunia ini
bukanlah atas kehendak kita, manusia datang kedunia, bukanlah atas kehendak manusia itu
sendiri, tetapi manusia datang kedunia atas kehendak Allah Swt. Oleh karena itu, dalam
menjalani kehidupan, manusia tidak boleh menyia-nyiakan masa hidupnya, manfaatkan
apa yang telah dikaruniakan kepada kita untuk berbuat kebajikan.
Pada hakikatnya tujuan manusia dalam menjalankan kehidupannya mencapai
perjumpaan kembali dengan Penciptanya. Perjumpaan kembali tersebut seperti kembalinya
air hujan kelaut. Kembalinya manusia sesuai dengan asalnya sebagaimana dalam dimensi
manusia yang berasal dari Pencipta maka ia kembali kepada Tuhan sesuai dengan
bentuknya misalkan dalam bentuk imateri maka kembali kepada pencinta dalam bentuk
imateri. sedangkan unsur materi yang berada dalam diri manusia akan kembali kepada
materi yang membentuk jasad manusia.
3.

Kodrat Manusia
Apa itu kodrat manusia? kodrat manusia adalah sifat dasar manusia yang dibawa sejak
lahir sampai meninggal dunia. Sifat dasar inilah yang menentukan sikap dan perbuatan
manusia. Sifat dasar ini harus dikembangkan secara optimal bila ingin menjadi manusia
yang unggul. Namun jika tidak maka manusia itu akan jatuh pada perbuatan sesat dan
jahat.
Dalam kehidupan masyarakat umumnya terdapat tiga konsep tentang kodrat manusia.
Pertama, kodrat manusia itu netral artinya tidak baik dan tidak buruk atau jahat. Kedua,
kodrat manusia itu bisa baik atau bisa buruk atau jahat artinya bahwa kebaikan atau
keburukan ada pada diri manusia. Ketiga, sebagian melihat kodrat manusia itu baik dan
sebagian lainnya melihat kodrat manusia itu buruk atau jahat.
Menurut Mensius (Men Chi) ahli filsafat dari Cina, kodrat manusia pada dasarnya itu
adalah baik. seperti contoh sebagai berikut. Jika seseorang melihat ada seorang anak kecil
sedang bermain di tepi sungai dan ketika saat bermain anak kecil itu hampir tercebur ke
sungi, maka dengan tanpa berpikir panjang orang tersebut akan segera menghampiri dan

berusaha untuk membantu anak tersebut agar tidak tercebur ke sungai. Rasa iba dan
membantu anak tersebut bukan karena ingin dipuji oleh orang tua anak atau orang lain
yang melihat. Tetapi semata-mata merupakan rasa iba dan tolong menolong yang
bersumber pada kodratnya untuk membantu sesama jika terjadi kesulitan. Rasa iba inilah
yang memunculkan rasa kemanusiaan dari dalam diri orang tersebut.
Mensius menunjukkan kebaikan kodrat manusia ada empat unsur fundamental dan
khas yang ada hanya pada manusia. Keempat unsur tersebut adalah.
1) Simpati. Menurutnya rasa simpati merupakan dasar dari rasa kemanusiaan.
2) Malu dan segan. Rasa malu dan segan merupakan dasar dari kebenaran dan keadilan.
3) Rendah hati dan kerelaan. Perasaan rendah hatidan kerelaan merupakan dasar dari
kesusilaan atau kesopanan.
4) Setiap manusia di dalam dirinya mampu memahami dan membedakan apa yang benar
dan apa yang salah. Memahami apa yang benar dan apa yang salah merupakan dasar
dari kebijaksanaan atau kearifan.
Apabila empat unsur fundamental ini tidak ada dalam diri manusia, maka orang
tersebut bukanlah manusia normal. Keempat unsur inilah yang juga membedakan manusia
dengan binatang karena binatang tidak memiliki empat unsur tersebut. Keempat unsur
fundamental yang hanya dimiliki manusia ini melekat dengan kuat dalam hati manusia.
Dengan kata lain kebaikan dan kodrat manusia bersumber pada hati. Orang yang bertindak
menurut hatinya berarti bertindak menurut kodratnya.
Manusia yang mencintai sesamanya dan menciptakan perdamaian dalam kehidupan
bersama merupakan tindakan yang didasarkan pada kodratnya yang baik. Dan kebaikan
kodrat manusia itu bersumber pada hati. Hati adalah adalah pusat kemanusiaan yang
memberi warna khusus pada manusia dan membedakan dari binatang yang berakal budi.
Dari hati lahirlah kesadaraan diri sebagai manusia. kehendak untuk bersikap patuh, berlaku
benar dan salah, mengetahui yang baik dan yang buruk. Karena kodrat manusia merupakan
sebuah keniscayaan pada manusia.
4.

Kodrat kedua dari seorang Socrates.


Dalam dialog yang menceritakan kematian Socrates, Plato menggambarkan sebuah
potret klasik dari warga negara yang beradab. Pada sore hari setelah dijatuhi hukuman mati,
Socrates berdebat dengan teman-temannya. Para petugas penjara membiarkan pintu penjara

itu terbuka, tetapi Socrates malah menjelaskan mengapa ia menolak melarika diri. Socrates
mengatakan bahwa dia sendiri bukanlah organisme dari otot dan tulangnya, daya refleknya,
perasaannya dan nalurinya. Ia, Socrates, adalah pribadi yang memerintah organisme itu.
Teman-teman Socrates, yang berada disana pada hari terakhir itu, mungkin akan
mengatakan bahwa adalah "manusiawi" kalau ia ingin melarikan diri apabila kesempatan
itu ada. Akan tetapi Socrates memilih untuk melakukan yang sebaliknya dan menegaskan
bahwa ia adalah manusia paripurna, manusia utuh, karena ia rela dan mampu memerintah
keinginan-keinginannya.
Inti cerita itu adalah bahwa Socrates tidak mau menyelamatkan dirinya karena seorang
warga negara Athena tidak akan mencurangi hukum, apalagi kalau itu dilakukan untuk
keuntungan pribadi. Jika Athena akan diperintah, maka haruslah oleh warga negara yang
dengan kodrat mereka yang kedua yaitu lebih senang taat hukum daripada kepuasan
dorongan batin mereka sendiri, bahkan bila perlu lebih dari keinginan hidup mereka
sendiri.
Inilah citra batin seseorang yang pantas untuk memerintah. Didalam dirinya, dia
diperintah oleh kodrat keduanya yang beradab. Jati diri yang sesungguhnya berkuasa atas
hidup dan mati dirinya yang alamiah. Karena hanya pribadi yang beradablah yang
memenuhi persyaratan sebagai pemilik hukum dan lembaga Atena dan pemilik idealisme
kehidupan, padanya ia berbakti. Semua itu adalah tujuan dari karakternya sendiri, yang
telah terbangun sebagai bagial keberadaannya yang dia sebut sebagai jati diri.

E. DAFTAR PUSTAKA
Zaprulkhan, Filsafat Umum: Sebuah Pendekatan Tematik, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2012
Walter Lippman (Terjemahan & Kata Pengantar oleh A. Rahman Zainuddin, Filsafat Publik,
Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1999.
Juhaya S. Praja, Aliran -Aliran Filsafat dan Etika, Bandung, Yayasan PIARA, 1997
Ahamd Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1996

Anda mungkin juga menyukai