Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802

Vol. 1 No. 4 Juli – September 2023 Hal. 684-690


http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dalam Pandangan Islam


Salastia Paramita Nurhuda1, Nasichcah2, Aisyah Karimah3
Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta
Email: salastia.paramita21@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak

Judul jurnal ini adalah Hakikat Manusia sebagai Makhluk Sosial dalam Pandangan Islam yakni manusia sebagai makhluk
paling sempurna yang Allah ciptakan seharusnya dapat mengetahui mengapa dan apa hakikat kita di ciptakan dan apa yang
harus kita lakukan sebagai hamba Allah, Allah menciptakan manusia dengan tujuan khalifah di bumi dengan penciptaan
manusia yang berupa akal hal itulah yang membedakan manusia dengan makhluk makhluk yang lainnya dengan
keistimewaan sehingga manusia seharusnya dapat berpikir, beriman dan bertakwa, menjalankan perintah Allah dan menjauhi
larangannya. manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Ia adalah makhluk yang memiliki berbagai macam
kemampuan, terutama kemampuan dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan kemampuannya itu manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial. Manusia sendiri dikatakan di dalam Al-Qur’an adalah sebagai Al-Insan, Bani Adam, dan
Al-Basyar. Al-insan yang berarti manusia adalah makhluk sosial, yaitu manusia adalah makluk yang berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, ia mempunyai kemampuan untuk berkenalan dengan manusia lainnya.
Kata Kunci : Manusia, Islam, Psikologi, Komunikasi

Abstract
The title of this journal is The Nature of Humans as Social Beings in the Islamic View, namely humans as the most perfect
creatures that Allah created should be able to know why and what our essence was created and what we should do as
servants of Allah, Allah created humans with the aim of being caliphs on earth with the creation of human beings in the form
of reason is what distinguishes humans from other creatures with the privilege that humans should be able to think, believe
and fear God, carry out God's commands and stay away from what is forbidden. Humans are the most perfect creation of
Allah SWT. He is a creature that has various abilities, especially the ability to communicate with other humans. With this
ability, humans are said to be social beings. Humans themselves are said in the Qur'an as Al-Insan, Bani Adam, and Al-
Basyar. Al-insan which means humans are social beings, namely humans are creatures of nations and tribes, he has the
ability to get acquainted with other humans.
Keywords: Human, Islam, Psychology, Communication
This work is licensed under Creative Commons Attribution License 4.0 CC-BY International license

PENDAHULUAN
Jurnal ini bertujuan agar manusia dapat mengetahui apa hakikat dari penciptaan manusia, mengapa
manusia di ciptakan dan apa saja yang semestinya manusia lakukan. Manusia sebagai hamba allah yang
mempunyai banyak kelebihan juga kekurangan, sudah sepantasnya ia bangga dengan penciptaan Allah yang
begitu sempurna yang membedakan ia dengan makhluk lainnya, bangga di sini ia sepatutnya taat akan segala
hal yang sudah Allah tetapkan menjauhi larangan yang sudah Allah perintahkan yang pastinya allah melarang
segala sesuatunya itu adalah hal yang terbaik untuk hambanya.
Berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan juga kemajuan akan informasi informasi semakin
besar daya intelektual dan penyerapan otak manusia yang tidak bisa di bandingin dengan alat alat yg di ciptakan
oleh manusia itu sendiri sampai detik ini tidak ada yang bisa mengalahkan atau menandingi karya allah
contohnya manusia, mau sehebat apapun manusia dia tidak bisa membuat ataupun menciptakan makhluk yang
sempurna seperti manusia, karya manusia seperti robot pun tidak bisa menandingi manusia, pasti robot yang
sempurna atau menyerupai manusia pasti ia memiliki keterbatasan.
Manusia pastinya tidak terlepas dari komunikasi baik dengan sesama manusia lain ataupun pribadi dan
juga komunikasi dengan tuhanmya, yang di mana manusia perlu menyampaikan apa yang di butuhkan melalui
doa, menyampaikan segala bentuk cerita ataupun narasi dengan sang penciptanya ataupun berbicara melalui
dirinya sendiri atau komunikasi intrapersonal kesadaran akan apa yang di butuhkan ruh akan sesuatu hal atau
kekosongan hati dengan hal itu manusia perlu ruang komunikasi dengan dirinya ataupun kepada allah SWT,
dengan perkembangan ilmu komunikasi banyak hal yang bisa di lakukan oleh manusia melalui komunikasi
seperti komunikasi antar manusia lain tidak perlu bertatap muka dia juga bisa melakukan komunikasi melalu

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 04 Juli – September (2023) 684
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 4 Juli – September 2023 Hal. 684-690
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

gadget atau telfon gemggam, bahkan sampai kepada perkembangan kecanggihamnya manusia dapat membayar
zakat fitrah ya g di mana di wajib kan untuk umat islam yangtertera dalam rukun islam ke 4 dengan
berkembangnya teknologi memudahkan manusia untuk membayar zakat dengan menggunakan gadget.

METODE PENELITIAN
Metode penelitan yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan kajian pustaka. Data
yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer merupakan sumber data penelitian yang asli dan diperolah langsung tanpa perantara. Dalam
penelitian ini, penulis mengumpulkan berbagai macam literatur terkait penelitian yang dikaji, dari mulai
buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal, bahkan Al-Qur’an. Dengan memperbanyak bacaan dan pemahaman agar
menemukan relefansinya dengan penelitian yang dikaji.
2. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung yaitu
melalui perantara (diperoleh/ditulis pihak lain). Penelitian atau kajian terkait hakikat manusia ini bukan
suatu yang baru, banyak penelitian-penelitian sebelumnya atau pembahasan yang membahas terkait hakikat
manusia dari segala aspek. Namun penelitian ini akan membahas lebih spesifik lagi terkait komunikasi yang
tidak terlepas dari manusia, dan bagaimana pandangan islam kepada manusia.

LANDASAN TEORI
A. Manusia dalam Al-Qur’an
Islam sebagai agama yang di mana allah memberi wahyu atau syafaatnya melalui Nabi Muhamad saw
sebagai pedoman dan petunjuk untuk umat islam agar mengetahui hukum ataupun syariat islam serta mengatur
segala hal baik kehidupan di dunia ataupun di akhirat dan ajarannya di terapkan di dalam ilmu tauhid ataupun
ilmu ilmu kerohanian lainnya. Secara istilah islam juga bermakna kepada ketundukan atau kepatuhan kita
terhadap perintah allah dan juga berserah serta menerima dengan lapang segala ketentuan dan juga hukum
hukumnya, sebagai bentuk ketakwaan kita terhadap rahmat allah.
Manusia dalam al qur’an meliputi 3 aspek (Kurniawati, 2018) yaitu basyar sebagai jasmaniyah
yakni tubuh kita seperti badan, insan sebagai rohaniah atau pikiran serta hati kita berhubungan dengan hubungan
kita dengan allah dan nass yang memiliki arti hubungan kita antar manusia atau masyarakat sosial yang ada di
sekitar lingkungan kita semestinya kita sebagai manusia bisa menyeimbangkan antara kedua hal itu yakni seperti
menjaga basyar yakni kesehatan kita, rohaniah dengan memenuhi keseharian kita dengan hal hal yang
positif mengikuti kajian, menjaga ibadah kita, menjaga segala hal yang telah kita lakukan dengan memenuhi
dengan hal yang positif yang mengingatkan kita akan keberadaan allah dan membuat diri kita semakin dekat
dengan sang khalik, bukan hanya roh tetapi juga nass yang di mana kita sebagai makhluk sosial yang hidup
bermasyarakat sudah semestinya memberi manfaat atau mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat.
Orang yang beriman kepada allah dan menghambakan diri kepadaNya, mengatur hidupnya agar sesuai
dengan seruan Allah dalam Al Qur’an. Dia menjadikan agama sebagai petunjuk hidupnya. Patuh kepada hal-hal
yang baik menurut hati nuraninya, dan meninggalkan segala yang buruk yang ditolak hati nuraninya.Sudah
semestinya kita sebagai makhluk allah atau sebut saja manusia mengetahui mengapa kita di ciptakan dan hal
apa yang semestinya kita lakukan seamasa kita hidup di dunia, yang bukan hanya semata mata untuk bangun
dan tidur tapi juga untuk beribadah manusia sebagai makhluk yang paling sempurna yang allah ciptakan yang
di mana manusia di lengkapi oleh akal dan pikiran yang dapat berkembang mengetahui baik dan buruk akan
sesuatu hal.

B. Manusia Makhluk Sosial


Manusia merupakan makhluk yang secara sempurna diciptakan oleh Allah SWT. Disebutkan juga di
dalam Al-Qur’an bahwa “Sesungguhnya Kami telah menciptakan Manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Bahkan dalam ajaran agama lain pun dijelaskan bahwa kedudukan manusia di dunia ini sebagai makhluk yang
mulia, karena itu tidak dibenarkan jika manusia melakukan perbuatan yang tercela dan melanggar aturan agama.
Sebaliknya, manusia dituntut untuk mampu berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama, dan saling berlomba-
lomba dalam melakukan kebaikan dengan manusia lainnya.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya sebagai warga masyarakat, yaitu dalam kehidupan manusia
tidak mungkin manusia dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhannya sendiri. Setiap manusia cenderung
untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. (Makhluk, 2020)
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada, yang menitikberatkan pada
pengaruh masyarakat ysng berkuasa kepada individu, yakni yang memiliki unsur-unsur keharusan biologis yang
terdiri dari :

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 04 Juli – September (2023) 685
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 4 Juli – September 2023 Hal. 684-690
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

a. Dorongan makan
b. Dorongan untuk mempertahankan diri
c. Dorongan untuk melangsungkan hubungan dengan lawan jenis
Dengan keharusan biologis tersebut menggambarkan bahwa dalam perkembangannya sebagai makhluk
sosial meniscayakan adanya dorongan untuk saling berketergantungan dan membutuhkan kepada satu dengan
lainnya. Oleh karena itu, komunikasi antar masyarakat menentukan peran manusia sebagai makhluk sosial
dengan demikian tidak dapat dilepaskan dari cara dan bentuk adaptasi mereka terhadap lingkungan sekitar.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lainnya yaitu
masyarakat. Seorang manusia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri. Manusia
membutuhkan manusia lainnyan untuk hal tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya. Ketika berada
di lingkungan yang lebih besar, individu tidak dapat melepaskann diri dari pengaruh orang lain, sehingga dapat
dikataka bahwa manusia makhluk sosial.

C. Psikologi Komunikasi
Banyak teori dalam ilmu komunikasi dilatar belakangi konsepsi-konsepsi psikologi tentang manusia.
teori-teori persesuaian sudah lama menggunakan psikoanalisis yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang
digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (homo pollens). Teori jarum hipodermik, yang menyatakan
media massa sangat berpengaruh ini dilandasi konsepsi behaviorisme yang memandang manusia sebagai yang
digerakkan semaunya oleh lingkungan (homo mechanicus). Teori pengolahan informasi ini dibentuk oleh
konsepsi psikologi kognitif yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah
stimuli yang diterimanya (homo sapiens) dan teori-teori komunikasi interpersonal banyak dipengaruhi konsepsi
psikologi humanistic yang menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi
transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Walaupun psikologi telah banyak melahirkan teori-teori
tentang manusia tetapi empat pendekatan yang telah disebut di atas adalah yang paling dominan. Setiap
pendekatan ini memandang manusia dengan cara berlainan (Hadiono, 2018). Konsepsi manusia dalam
psikoanalisi dimulai dengan psikoanalisis, karena dari seluruh aliran psikologi, psikoanalisis secara tegas
memperhatikan struktur jiwa manusia Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak).
Banyak teori dalam ilmu komunikasi dilatar belakangi konsepsi-konsepsi psikologi tentang manusia.
Teori-teori persesuaian sudah lama menggunakan psikoanalisis yang melukiskan manusia sebagai makhluk
yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam . Teori jarum hipodermik, yang menyatakan media massa
sangat berpengaruh ini dilandasi konsepsi behaviorisme yang memandang manusia sebagai yang digerakkan
semaunya oleh lingkungan. Teori pengolahan informasi ini dibentuk oleh konsepsi psikologi kognitif yang
melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya dan
teori-teori komunikasi interpersonal banyak dipengaruhi konsepsi psikologi humanistic yang menggambarkan
manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategitransaksional dengan lingkungannya Selain teori-teori,
terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, seperti faktor ekologis, faktor rancangan,
faktor temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor sosial, psikososial, dan stimuli yang mempengaruhi perilaku.
Selain itu ada pun faktor-faktor situasional yang mempengaruhi perilaku, yaitu faktor ekologis, faktor temporal,
suasana perilaku, teknologi, faktor sosial, psikososial, dan stimuli yang mempengaruhi perilaku.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hakikat Manusia dalam Pandangan Islam
Manusia menurut bahasa Al-Qur’an memiliki beberapa pandangan.
1. Al-Insan
Yang pertama, jika dilihat dari fungsi dan potensi yang dimiliki oleh manusia disebut Al-Insan yang
artinya makhluk berakal yang berperan sebagai subjek kebudayaan. Beberapa pandangan juga memiliki arti
bahwa Al-Insan asal katanya ins yang artinya sesuatu yang tampak dan jinak, makna ini sangat relevan dengan
sifat dan fisik manusia. Apabila pengertian Al-Insan ini dikaitkan dengan makna istilah, maka dapat dikatakan
bahwa kata Insan memiliki konsep manusia sebagai makhluk yang mempunyai keramahan dan kemampuan
untuk mengetahui yang sangat tinggi, atau dalam ungkapan lain bahwa manusia makhluk sosial.
Al-insan ini menggambarkan manusia sebagai penyandang khalifah di muka bumi yang dikaitkan
dengan proses penciptaan dan pertumbuhan serta dalam proses perkembangannya. Hal tersebut dijelaskan dalam
Surah Al-Baqarah ayat 30: (Syafei, 2018)

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 04 Juli – September (2023) 686
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 4 Juli – September 2023 Hal. 684-690
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

ِ ُ‫ض َخلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَ ْجعَ ُل فِي َها َم ْن يُ ْف ِس ُد فِي َها َويَ ْس ِفك‬
‫الد َما َء َونَ ْح ُن‬ ِ ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َم ََلئِ َك ِة إِنِي َجا ِع ٌل فِي ْاْل َ ْر‬
30 َ‫علَ ُم َما ََل ت َ ْعلَ ُمون‬ ْ َ ‫ِس لَكَ ۖ قَا َل ِإنِي أ‬
ُ ‫سبِ ُح بِ َح ْمدِكَ َونُقَد‬ َ ُ‫ن‬
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui". Selain itu konsep Al-Insan juga menunjukkan potensi yang dimiliki manusia seperti kemampuan
untuk mengembangkan ilmu. Di samping itu, konsep ini juga menggambarkan sejumlah sifat-sifat dan tanggung
jawab manusia seperti lupa, khilaf, tergesa-gesa, suka membantah, kikir, tidak bersyukur dan sebagainya.
Namun kepadanya dibebankan amanah dan tanggung jawab untuk berbuat baik.

2. Bani Adam
Istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia tidak luput dari historisitas keberadaan manusia
(Adam) di bumi, sehingga penggunaan kata Bani Adam untuk manusia menunjukkan keterkaitan antara manusia
secara historisitas terhadap asal usulnya. Manusia adalah keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi
dari makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam mengacu pada
penghormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini menitikbertakan pembinaan hubungan persaudaraan
antar sesama manusia dan menyatakan bahwa semua manusia berasal dari keturunan yang sama. Dengan
demikian manusia dengan latar belakang sosia kultural, agama, bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah
bernilai sama, dan harus diperlakukan dengan sama. Dalam surah al- A’raf dijelaskan:
26 َ‫ّللا لَ َعلَّ ُه ْم َيذَّ َّك ُر ْون‬
ِٰ ‫ت‬ ِ ‫اس الت َّ ْق ٰوى ٰذلِكَ َخي ٌْر ٰذلِكَ مِ ْن ٰا ٰي‬ ُ ‫شا َو ِل َب‬ ً ‫س ْو ٰاتِ ُك ْم َو ِر ْي‬َ ‫ي‬ ً ‫علَ ْي ُك ْم ِل َبا‬
ْ ‫سا ي َُّو ِار‬ َ ‫َيا َبنِ ْي ٰا َد َم قَ ْد ا َ ْنزَ ْلنَا‬
ُ َّ
‫س ْواتِ ِه َما ۗاِنه يَ ٰرىك ْم ه َُو‬ ٰ َ ‫س ُه َما ِلي ُِريَ ُه َما‬ ْ
َ ‫عن ُه َما ِلبَا‬ ْ َّ ُ َ ْ َ ٰ
َ ُ‫ٰيبَنِ ْي ٰا َد َم ََل يَ ْفتِنَنَّ ُك ُم الشيْط ُن َك َما اخ َر َج ابَ َو ْيك ْم مِ نَ ال َجن ِة يَن ِزع‬
ْ َّ
27 َ‫ش ٰيطِ يْنَ ا َ ْو ِليَ ۤا َء ِللَّ ِذيْنَ ََل يُؤْ مِ نُ ْون‬
َّ ‫ْث ََل ت ََر ْونَ ُه ْم اِنَّا َج َع ْلنَا ال‬ ُ ‫َوقَبِ ْيلُه مِ ْن َحي‬
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh
syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : 7; 26-27).

3. Al-Basyar
Disebut Al-Basyar berdasarkan pendekatan aspek biologisnya atau mengacu kepada bentuk fisik
manusia. Dari sudut pandang ini manusia dilihat sebagai makhluk biologis yang memiliki dorongan primer
(makan, minum, hubungan seksual) dan makhluk generative (berketurunan). Dengan kata lain manusia adalah
makhluk jasmaniah yang secara umum terikat kepada kaedah umum makhluk biologis seperti berkembang biak,
mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta memerlukan makanan untuk hidup, dan pada akhirnya
mengalami kematian. Dalam al- Qur’an surah al-Mu’minūn dijelaskan:
12 ‫س ٰللَ ٍة ِم ْن طِ ي ٍْن‬
ُ ‫سانَ مِ ْن‬ ِ ْ ‫َولَقَدْ َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اْل ْن‬
َ
13 ۖ ‫طفَة فِ ْي ق َر ٍار َّم ِكي ٍْن‬ ْ ُ‫ث ُ َّم َجعَ ْل ٰنهُ ن‬
ٰ ْ ْ ُ ٰ ْ
َ َ‫س ْونَا العِظ َم لَحْما ث َّم اَ ْنشَأ ٰنهُ خَلقا اخ ََر فَتَب‬
َ‫ارك‬ ٰ ْ
ْ ‫ضغَة فَ َخلَ ْقنَا ال ُم‬
َ ‫ضغَةَ عِظما فَ َك‬ ْ
ْ ‫علَقَة فَ َخلَ ْقنَا العَلَقَةَ ُم‬ ْ
َ َ‫ث ُ َّم َخلَ ْقنَا النُّطفَة‬
14 َ‫ن ْالخَا ِل ِقيْن‬ ُ ‫س‬َ ْ‫ّللاُ اَح‬ٰ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air
mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu kemudian Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Maha
Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”(QS: 23: 12-14) (Khasinah, 2013).

B. Manusia dalam Psikologi Komunikasi


Jika kita mempelajari manusia pasti tidak terlepas dengan ilmu komunikasi dan juga tidak terlepas
dengan mempelajari tingkah laku manusia, yaitu psikologi, karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan
perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Antara manusia, psikologi, dan komunikasi adalah tiga unsur yang
tidak dapat dipisahkan. Saat komunikasi dalam pelaksanaannya juga terkandung nilai-nilai kemanusiaan serta
unsur-unsur kejiwaan yang amat sangat mendalam. Contohnya di dalam komunikasi persuasive, kita
mempunyai tujuan untuk mengubah sikap seseorang, pendapat atau perilakunya, dengan hal itu kita perlu untuk
memahami ilmu psikologi (Mahadian, 2016). Selanjutnya manusia menurut pandangan Islam juga dipandang
sebagai makhluk psikis. Dari sudut pandang ini, pemahaman manusia berdasarkan aspek psikis ini sama sekali
berbeda dengan pandangan ilmuwan barat. Umumnya pemahaman barat tentang aspek psikis manusia terbatas

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 04 Juli – September (2023) 687
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 4 Juli – September 2023 Hal. 684-690
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

pada unsur-unsur kejiwaan yang terdiri atas unsur kognisi, roh dan akal yang merupakan potensi manusia yang
dapat dikembangkan (Ritonga, 2019). Tetapi yang jelas unsur-unsur psikis manusia itu menurut konsep islam
senantiasa dihubungkan dengan nilai-nilai agama. Beranjak dari pendekatan konsep Islam tentang manusia,
terungkap bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang memiliki hubungan makhluk-Khalik secara fitrah.
Untuk menjadikan hubungan tersebut berjalan normal, maka manusia dianugerahkan berbagai potensi yang
dipersiapkan untuk kepentingan pengaturan hubungan tersebut. Anugerah tersebut antara lain berupa dorongan
naluri, perangkat inderawi, kemampuan akal, dan fitrah agama yang jika dikembangkan melalui bimbingan yang
baik akan mampu mengantarkan manusia mencapai sukses dalam kehidupannya sebagai makhluk yang
mengabdi kepada penciptanya (Nopiansyah, 2022).

C. Manusia Sebagai Makhluk Sosial dalam Pandangan Islam


Dalam membahas manusia dan kehidupan bermasyarakat, setidaknya al-Qur’an mengisyaratkannya
dalam tiga ayat dalam surat-surat yang berbeda.
Pertama, surat al-Hujurat ayat 13:
‫ير‬
ٌ ِ‫علِي ٌم َخب‬
َ ‫ٱَّلل‬ ِ َّ َ‫ارفُ َٰٓو ۟ا ۚ إِ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم عِند‬
َ َّ ‫ٱَّلل أَتْقَ ٰى ُك ْم ۚ إِ َّن‬ َ َ‫شعُوبا َوقَبَآَٰئِ َل ِلتَع‬ ُ َّ‫ٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِمن ذَك ٍَر َوأُنثَ ٰى َو َجعَ ْل ٰنَ ُك ْم‬
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat: 13).
Point pertamanya ialah, kita tidak bisa memungkiri bahwa realitanya manusia dilahirkan dengan
berbagai warna kulit, suku dan bangsa. Tidak satu orangpun bisa memilih ia terlahir berwarna kulit apa, terlahir
dari suku dan bangsa mana bahkan dari rahim siapapun manusia tidak dapat memilih.
Point kedua, Murtadha Muthahhari mengatakan bahwa ayat ini menyebutkan filosofi penciptaan
manusia yaitu, keragaman manusia yang tercipta menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, membuat upaya
saling mengenal ini menjadi relevan dan ini merupakan kunci dalam menghadapi problematika sosial. Point
ketiga, keunggulan manusia bukan terletak pada suku-suku dan bangsa-bangsanya melainkan pada kemuliaan
dan ketakawaannya.
Dari ayat ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa perbedaan adalah sesuatu yang tercipta secara
alamiah dan bawaan dari penciptaannya. Oleh karena itu, bermasyarakat merupakan sesuatu yang bersifat
alamiah pula dan menjadi tujuan dari fitrah manusia.
Kedua, surah az-Zukhruf ayat 32:
ٍ ‫ض دَ َر ٰ َج‬
َ‫ت ِل َيتَّخِ ذ‬ َ ‫شت َ ُه ْم فِى ْٱل َح َي ٰوةِ ٱلدُّ ْن َيا ۚ َو َرفَ ْعنَا َب ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم فَ ْوقَ َب ْع‬ َ َ‫أَهُ ْم َي ْق ِس ُمونَ َرحْ َمتَ َر ِبكَ ۚ نَ ْح ُن ق‬
َ ‫س ْمنَا َب ْينَ ُهم َّمعِي‬
َ‫س ْخ ِريًّا َو َرحْ َمتُ َربِكَ َخي ٌْر ِم َّما يَ ْج َمعُون‬ ُ ‫ض ُهم بَ ْعضا‬ ُ ‫بَ ْع‬
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Az-Zukhruf: 32).
Point pertama, secara ringkas dapat dikatakan bahwa ayat ini menunjukkan manusia tidak diciptakan
dengan kemampuan dan bakat yang sama. Karena jika manusia semua memiliki bakat dan kemampuan yang
sama, ia tidak lagi membutuhkan orang lain untuk membantunya, sehingga tidak akan terjadi pertukaran jasa.
Point kedua, dikarenakan perbedaan manusia dari segi bakatnya, kemampuan fisiknya, kemampuan
spiritualnya serta emosionalnya, sehingga manusia yang satu lebih unggul di satu bidang dan lainnya unggul di
bidang lainnya yang menyebabkan semua manusia saling bergantung satu sama lain dan mencipta hasrat untuk
saling bekerja sama.
Dengan demikian ayat terakhir inipun mengutarakan bahwa kehidupan sosial itu bagi manusia
merupakan sesuatu yang alamiah. Manusia tidak dipaksa untuk hidup bermasyarakat, juga kalau manusia hidup
bermasyarakat, maka itu bukan karena pilihan manusia itu sendiri.
Konsep manusia sebagai makhluk sosial terlihat dalam pernyataan al-Qur’an bahwa manusia dalam
berbagai suku dan bangsa dan dimaksudkan agar mereka membentuk pergaulan hidup bersama sebagaimana
firman Allah (QS. al-Hujurat :13),
‫ّللا اَتْ ٰقى ُك ْم‬
ِ ٰ ‫ارفُ ْوا ۗ ا َِّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد‬ ُ ‫اس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِم ْن ذَكَر َّوا ُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم‬
َ ‫شعُ ْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫ۗ ٰياَيُّ َها الن‬
13 ‫خبِي ٌْر‬ َ ‫ع ِل ْي ٌم‬ َ ٰ ‫ا َِّن‬
َ ‫ّللا‬
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.”

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 04 Juli – September (2023) 688
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 4 Juli – September 2023 Hal. 684-690
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

Selain itu, manusia dijelaskan oleh Al-Qur’an agar saling membantu dalam kebaikan (QS. al-Maidah :
2),
ۤ
َ ‫ْي َو ََل ْالقَ َ َۤل ِٕى َد َو ََل ٰا ِميْنَ ْال َبيْتَ ْال َح َر‬
َ‫ام َي ْبتَغُ ْون‬ َ ‫ام َو ََل ْال َهد‬ َ ‫ش ْه َر ْال َح َر‬ ِ ٰ ‫ش َع ۤا ِٕى َر‬
َّ ‫ّللا َو ََل ال‬ َ ‫ٰياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تُحِ لُّ ْوا‬
ْ ْ
‫ع ِن ال َمس ِْج ِد ال َح َر ِام‬ َ ‫صد ُّْو ُك ْم‬َ ‫شنَا ُن قَ ْوم ا َ ْن‬ ٰ َ ‫صطاد ُْوا ۗ َو ََل يَ ْج ِر َمنَّ ُك ْم‬ َ ْ
ْ ‫فَض ًَْل مِ ْن َّربِ ِه ْم َو ِرض َْوانًا ۗ َواِذَا َحللت ُ ْم فَا‬
َ
ِ ‫ش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ٰ ‫ ا َِّن‬2 ۗ ‫ّللا‬
َ ‫ّللا‬ َ ٰ ‫ان ۖۗ َواتَّقُوا‬ ِ ‫اَلثْ ِم َو ْالعُد َْو‬ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫علَى ْال ِب ِر َوالتَّ ْق ٰو ۖى َو ََل تَ َع َاونُ ْوا‬ َ ‫ا َ ْن ت َ ْعتَد ْۘ ُْوا َوتَ َع َاونُ ْوا‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan
(melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan
qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah
menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat
berat siksaan-Nya.” (Syafei, 2018).

Bukti bahwa manusia adalah makhluk sosial dipertegas di dalam al-Qur’an tentang kebahagiaan
manusia yang terkait dengan hubungan manusia dengan sesamanya (QS. Ali Imran : 112)
‫علَ ْي ِه ُم‬ ْ َ‫ّللا َوض ُِرب‬
َ ‫ت‬ ِ ٰ َ‫ضب ِمن‬ َ َ‫اس َوبَ ۤا ُء ْو ِبغ‬ ِ ٰ َ‫الذلَّةُ اَيْنَ َما ث ُ ِقفُ ْوا ا ََِّل ِب َحبْل ِمن‬
ِ َّ‫ّللا َو َحبْل مِ نَ الن‬ ِ ‫علَ ْي ِه ُم‬
َ ‫ت‬ ْ َ‫ض ُِرب‬
ُ
112 َ‫ص ْوا َّوكَان ْوا يَ ْعتَد ُْون‬
َ ‫ع‬ ٰ ۤ ِۢ ْ َ ْ ُ ُ ْ
َ ‫ّللا َويَقتل ْونَ اَلنبِيَا َء بِغَي ِْر َحق ذلِكَ بِ َما‬ِٰ ‫ت‬ ٰ ٰ ُ ْ ُ َّ َ ٰ
ِ ‫ْال َم ْس َكنَة ۗ ذلِكَ بِان ُه ْم كَان ْوا يَكف ُر ْونَ بِاي‬ُ
“ Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah
dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan.
Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan
yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”

SIMPULAN
Dari beberapa yang telah dipaparkan di atas, peniliti mengambil beberapa kesimpulan bahwa manusia
adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Ia adalah makhluk yang memiliki berbagai macam
kemampuan, terutama kemampuan dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan kemampuannya itu
manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Manusia sendiri dikatakan di dalam Al-Qur’an adalah sebagai Al-
Insan, Bani Adam, dan Al-Basyar. Al-insan yang berarti manusia adalah makhluk sosial, yaitu manusia adalah
makluk yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, ia mempunyai kemampuan untuk berkenalan dengan
manusia lainnya. Manusia juga Bani Adam, yaitu keturunan dari Nabi Adam. Konsep Bani Adam mengacu pada
penghormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini menitikbertakan pembinaan hubungan persaudaraan
antar sesama manusia dan menyatakan bahwa semua manusia berasal dari keturunan yang sama. Dengan
demikian manusia dengan latar belakang sosia kultural, agama, bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah
bernilai sama, dan harus diperlakukan dengan sama. Dan manusia adalah Al-Basyar, yaitu makhluk biologis
atau makhluk jasmaniah yang secara umum terikat kepada kaedah umum makhluk biologis seperti berkembang
biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta memerlukan makanan untuk hidup, dan pada
akhirnya mengalami kematian.
Manusia juga mempunyai kaitan yang erat dengan psikologi dan komunikasi. Antara manusia,
psikologi, dan komunikasi adalah tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan. Saat komunikasi dalam
pelaksanaannya juga terkandung nilai-nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat sangat
mendalam. Manusia dalam islam juga dipandang sebagai makhluk psikis. Dari sudut pandang ini, pemahaman
manusia berdasarkan aspek psikis ini sama sekali berbeda dengan pandangan ilmuwan barat. Umumnya
pemahaman barat tentang aspek psikis manusia terbatas pada unsur-unsur kejiwaan yang terdiri atas unsur
kognisi, roh dan akal yang merupakan potensi manusia yang dapat dikembangkan. Tetapi yang jelas unsur-unsur
psikis manusia itu menurut konsep islam senantiasa dihubungkan dengan nilai-nilai agama. Beranjak dari
pendekatan konsep Islam tentang manusia, terungkap bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang memiliki
hubungan makhluk-Khalik secara fitrah. Untuk menjadikan hubungan tersebut berjalan normal, maka manusia
dianugerahkan berbagai potensi yang dipersiapkan untuk kepentingan pengaturan hubungan tersebut. Anugerah
tersebut antara lain berupa dorongan naluri, perangkat inderawi, kemampuan akal, dan kemampuan
berkomunikasi.
.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi Fauji Hadiono, P. 2018. “Pernikahan Dini Dalam Perspektif Psikologi Komunikasi,” Jurnal Darussalam; Jurnal Pendidikan,
Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam IX, no. 2. 2549–4171.

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 04 Juli – September (2023) 689
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 4 Juli – September 2023 Hal. 684-690
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

Eka Kurniawati, E. K., & Nurhasanah Bahtiar, N. B. 2018. Manusia Menurut Konsep Al-Quran dan Sains. JNSI: Journal of Natural
Science and Integration, 1(1), 78-94.
Isop Syafei, 2018 “Hakikat Manusia Menurut Islam,” Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi 6, no. 1 (2018): 743–755.
Khasinah, Siti. 2013. “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat.” Jurnal Ilmiah Didaktika 13, no. 2. PP 296–317.
Makhluk, M. S. I. D. 2020. BAB 3 Manusia Sebagai Individu Dan Makhluk Sosial. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Berbasis General
Education, 33.
Nopiansyah, Maolana. 2022. “Hakikat Manusia Dalam Perspektif Islam.” Akrab Juara 33, no. 1. PP 1–12.
Ritonga, M. H. 2019. Psikologi Komunikasi
Supratman, L. P., & Mahadian, A. B. Psikologi Komunikasi. Deepublish
Syafei, Isop. 2018. “Hakikat Manusia Menurut Islam.” Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi 6, no. 1. PP: 743–755.

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 04 Juli – September (2023) 690

Anda mungkin juga menyukai