Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

MEMAHAMI HAKEKAT MANUSIA

DISUSUN OLEH:

BATRISYIA NURULFAKHIRA (2110013231009)

Dosen pengampu: Ade Fitri Rahmadani, S.Pd., M.Pd.T

Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS BUNG HATTA


Padang

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “MEMAHAMI HAKEKAT MANUSIA”.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
Memahami Hakekat Manusia. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Sumatera Barat, Padang 26 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3  Tujuan ........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1 Hakekat Manusia.........................................................................................................2
2.2 Harkat dan Martabat Manusia.....................................................................................3
2.3 Dimensi-Dimensi Kemanusiaan..................................................................................4
2.4 Sosok Manusia Seutuhny.............................................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hakekat manusia pada umumya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Makhluk sosial diartikan sebagai hidup bermasyarakat atau berdampingan dengan manusia
lainnya dalam sebuah lingkungan masyarakat atau yang sering di sebut dengan bersosialisasi,
saling berinteraksi satu sama lainnya mulai dari hal-hal yang sifatnya kecil hingga yang
besar. Seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosialnya, bahkan
seseorang tidak dapat berkembang baik tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Dalam proses berinteraksi manusia ada beberapa hakekat yang menjadikan individu
sebagai makhluk sosial. Makhluk yang tidak pernah bisa lepas atau melepaskan diri dari
lingkungan maupun aktifitas sosial. Hal ini tentunya berkaitan pula dengan peran manusia
yang juga sebagai makhluk individu. Makhluk yang mempunyai cipta, rasa dan karsa.
Kelestarian manusia dan alam harus tetap dijaga dengan sebaik-baiknya, untuk itu
manusia sebagai sosok sentral harus dibekali dengan pengetahuan tentang hakikat manusia,
sehingga manusia mengetahui cara-cara menjaga kelestarian manusia dan alam. Pengetahuan
tentang hakikat manusia tersebut hanya akan diperoleh jika manusia memperoleh bimbingan
dari orang lain melalui proses pendidikan.

1.2 Masalah
a. Hakekat manusia
b. Harkat dan Martabat Manusia
c. Dimensi-dimensi Kemanusiaan
d. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui tentang Hakekat Manusia
b. Untuk mengetahui tentang harkat dan martabat manusia
c. Untuk mengetahui dimensi-dimensi kemanusiaan
d. Untuk mengetahui sosok manusia Indonesia seutuhnya

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HAKEKAT MANUSIA
hakikat manusia sangat beragam, tergantung pada sudut pandang
masing-masing. Ada beberapa konsep tentang makna manusia, antara lain
homo sapiens yaitu makhluk yang memiliki akal budi, animal rational
yaitu 3 makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, homo laquen yaitu
makhluk yang mempunyai kemampuan berbahasa, homo faber atau homor
toolmaking animal yaitu makhluk yang mampu membuat perangkat
peralatan (Djamal dalam Jalaluddin 2011:77).
Pembahasan tentang manusia sangat beragam dan tidak henti-
hentinya, hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang yang
digunakan oleh masingmasing orang. Beberapa di antara telah
memandang manusia sebagai makhluk yang mampu berpikir, makhluk
yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan makhluk
yang mampu membuat perangkat peralatan untuk memenuhi kebutuhan
dan mempertahankan kehidupannya.
Socrates (470-399 SM) mengungkapkan hakikat manusia ialah ia
ingin tahu dan untuk itu harus ada orang yang membantunya. Kewajiban
setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu jika ingin
mengetahui hal-hal di luar dirinya (Tafsir 2010:8-9). Manusia menurut
Socrates adalah makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu,
baik tentang manusia itu sendiri maupun tentang hal yang ada di luar
dirinya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk memenuhi
keingintahuan manusia tersebut, yaitu harus ada bantuan dari orang lain
dan harus mengetahui dirinya sendiri terlebih dahulu.
Pembahasan hakikat manusia tidak akan pernah selesai apabila
hanya berdasarkan pada pandangan-pandangan manusia sendiri yang
mengandalkan kemampuan akal semata. Oleh karena itu diperlukan
penjelasan dari sumber yang meyakinkan, yaitu sumber yang diperoleh
langsung dari Tuhan sebagai Penciptanya. Menurut sumber dari al-Qur’an
diperoleh konsep tentang konsep manusia sebagai Abd Allah, Bani Adam,
Bani Basyr, al-Insan, al-Ins, al-Nas dan Khalifah Allah.
Jadi, Hakikat manusia adalah sebagai hamba dan khalifah Allah di
bumi yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: jasmani (pisik, nafsu), akal (rasio),
dan rohani (psikis, roh). Sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di bumi, maka manusia merupakan: makhluk ciptaan
Tuhan, makhluk yang terlahir dalam kondisi tidak berdaya (kertas bersih),
membutuhkan bantuan dari orang lain, makhluk yang memiliki
kemampuan berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang

2
selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, makhluk yang mempunyai
kemampuan berbahasa, makhluk yang mampu membuat perangkat
peralatan, makhluk sosial yang mampu bekerja sama, makhluk yang
mampu mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
makhluk yang hidup atas dasar prinsip-prinsip ekonomi, makhluk yang
beragama, makhluk rasional yang bebas bertindak berdasarkan alasan
moral, makhluk dengan kontrak sosial untuk menghargai dan menjaga hak
orang lain.

2.2 Harkat dan martabat manussia


Harkat dan martabat merupakan dua istilah yang tidak terlepas dari
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan makhluk lainnya. Meskipun memiliki arti perbeda, namun
kedua istilah tersebut saling berkaitan erat. Pengertian harkat manusia
adalah derajat kemuliaan manusia sedangkan pengertian martabat manusia
adalah harga diri atau tingkat harkat manusia.
Manusia juga memiliki jiwa dan raga dimana jiwa atau roh
manusia memiliki derajat (harkat) yang lebih tinggi karena berhubungan
langsung dengan pencipta-Nya dan memiliki kemampuan-kemampuan
yang disebut cipta, rasa dan karsa.
Sedangkan raga manusia merupakan derajat paling rendah di mata
Tuhan karena berhubungan dengan kondisi dan tingkah laku manusia yang
terkadang manusia mengingkari hakekat dasar harkat dan martabat
manusia lainnya.
Harkat dan Martabat Manusia (HMM) pada dasarnya dimiliki oleh
setiap manusia untuk menjalani kehidupan bermasyarakat karena sudah
merupakan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk
sosial ciptaan Tuhan. Untuk itu setiap orang wajib dan berhak menjaga
harkat dan martabatnya.
Harkat dan martabat manusia tidak terlepas dari hak asasi manusia dalam
menjaga harga dirinya karena sudah melekat sejak lahir dan terbawa
dalam kehidupan bermasyarakat. Demikian juga dengan kewajiban asasi
manusia yaitu untuk membatasi hak yang dimiliki.
Namun, seringkali harkat dan martabat manusia direndahkan oleh
manusia lain seperti diskriminasi sosial, pelanggaran HAM dan lain-
lainnya. Harkat dan martabat manusia itu bernilai sama di mata Sang
Pencipta, apapun situasi dan kondisinya. Tidak ada jabatan, pangkat,
pendidikan, latar belakang, kondisi ekonomi yang menyebabkan HMM
lebih tinggi dari manusia lainnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi dalam
menjaga dan menciptakan harkat dan martabat. Berdasarkan Harkat dan
3
Martabat Manusia (HMM) dilakukan proses pembelajaran yang
merupakan interaksi antara manusia dengan manusia (pendidik dan peserta
didik) berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Pendidikan merupakan wahana bagi pengembangan dan media
bagi pemuliaan manusia yang merupakan:
• makhluk yang terindah dalam bentuk dan pencitraannya;
• makhluk yang tertinggi derajatnya;
• makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuahn Yang Maha Kuasa;
• khalifah dimuka bumi;
• pemilik Hak-hak Asasi Manusia (HAM)

2.3 DIMENSI DIMENSI KEMANUSIAAN


Untuk melengkapi uraian tentang hakekat manusia, berikut
disajikan pandangan – pandangan lain yang diambil dari sumber lain pula.
Manusia adalah makhluk berdimensi banyak, yakni dimensi
keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan dimensi
keberagamaan (Tirtarahardja dan La Sulo, 1985: 16). Jose Ortega Y.
Gasset 10 sebagaimana dimuat dalam Manusia Multi Dimensional;
Sebuah renungan filsafat (1982: 101), mengusulkan dimensi kesejarahan
manusia.
a. Dimensi Keindividualan
Bahwa setiap individu memiliki keunikan. Setiap
anak manusia sebagai individu ketika dilahirkan telah
dikaruniai potensi untuk menjadi diri sendiri yang berbeda
dari yang lain. Tidak ada diri individu yang identik dengan
orang lain di dunia ini. Bahkan dua anak yang kembar
sejak lahir tidak bisa dikatakan identik. Karena adanya
individualitas ini maka setiap orang memiliki kehendak,
perasaan, cita-cita,kecenderungan, semangat, daya tahan
yang berbeda .
b. Dimensi Kesosialan
Bahwa setiap manusia dilahirkan telah dikaruniai
potensi untuk hidup bersama dengan orang lain. Manusia
dilahirkan memiliki potensi sebagai makhluk social.
Menurut Immanuel Kant, manusia hanya menjadi manusia
jika berada di antara manusia. Apa yang dikatakan Kant
cukup jelas, bahwa hidup bersama dan di antara manusia
lain, akan memungkinkan seseorang dapat
mengembangkan kemanusiaannya. Sebagai makhluk
social, manusia saling berinteraksi. Hanya dalam
berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima
4
dan memberi seseorang menyadari dan menghayati
kemanusiaannya.
c. Dimensi Kesusilaan
Manusia ketika dilahirkan bukan hanya dikaruniai
potensi individualitas dan sosialitas, melainkan juga
potensi moralitas atau kesusilaan. Dimensi kesusialaan
atau moralitas maksudnya adalah bahwa dalam diri
manusia ada kemampuan untuk berbuat kebaikan dalam
arti susila atau moral, seperti bersikap jujur, dan
bersikap/berlaku adil. Manusia susila menurut Drijarkara
(dalam Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 20) adalah
manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Agar anak dapat
berkembang dimensi moralitasnya, diperlukan upaya
pengembangan dengan banyak diberi kesempatan untuk
melakukan kebaikan, seperti memberikan uang pada
peminta-minta, bakti social dsb.
d. Dimensi Keberagamaan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius,
sebagaimana telah disinggung di depan. Sebagai makhluk
religius, manusia sadar dan meyakini akan adanya
kekuatan supranatural di luar dirinya. Sesuatu yang disebut
supranatural itu dalam sejarah manusia disebut dengan
berbagai nama sebutan, satu di antaranya adalah sebutan
Tuhan. Sebagai orang yang beragama, manusia meyakini
bahwa Tuhan telah mewahyukan kepada manusia pilihan
yang disebut rasul yang dengan wahyu Tuhan tersebut,
manusia dibimbing ke arah yang lebih baik, lebih
sempurna dan lebih bertaqwa.
e. Dimensi Kesejarahan
Dunia manusia, kata Ortega Y. Gasset, bukan
sekedar suatu dunia vital seperti pada hewan-hewan.
Manusia tidak identik dengan sebuah organisme.
Kehiduannya lebih dari sekedar peristiwa biologis semata,.
Berbeda dengan kehidupan hewan, manusia menghayati
hidup ini sebagai “hidupku” dan “hidupmu”- sebagai tugas
bagi sang aku dalam masyarakat tertentu pada kurun
sejarah tertentu. Keunikan hdup manusia ini tercermin
dalam keunikan setiap biografi dan sejarah (dalam
Sastrapratedja, 1982: 106). Dimensi kesejarahan ini
bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makhluk
5
historis, makhluk yang mampu menghayati hidup di masa
lampau, masa kini, dan mampu membuat rencana-rencana
kegiatan-kegiatan di masa yang akan dating. Dengan kata
lain, manusia adalah mekhluk yang menyejarah. Mengenai
hal ini sudah dibahas di depan yakni ketika
membiacarakan pandangan Drijarkara. Semua unsur
hahekat manusia yang monopluralis atau dimensi-dimensi
kemanusiaan tersebut memerlukan pengembangan agar
dapat lebih meyempurnakan manusia itu sendiri.
Pengembangan semua potensi atau dimensi kemanusiaan
itu dilakukan melalui dan dengan pendidikan. Atas dasar
inilah maka antara pedidikan dan hakekat manusia ada
kaitannya. Dengan dan melalui pendidikan, semua potensi
atau dimensi kemanusiaan dapat berkembang secara
optimal. Arah pengembangan yang baik dan benar yakni
ke arah pengembangan yang utuh dan komprehensif.

6
2.4 SOSOK MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA
Sosok manusai Indonesia seutuhnya telah ditumuskan dalam
GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa
pembangunan nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan itu tidak hanya mengejar
kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan,
ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas
mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan,.
Melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan anara keduanya
sekaligus batiniah.
Dan juga pembangunan ini merata ke seluruh tanah air, tidak
hanya yang kaya atau memihak pada rasa tau agama tertentu. Hal ini
belum sepenuhnya terwujud, karena masih banyak masyarakat Indonesia
yang masih belum terpenuhi dalam beberapa aspek, baik dimensi
pendidikan dan sandang, pangan, papannya.
Hal ini seharusnya menjadi perhatian khususu pemerintah, karena
jika telah seimbang dan keserasian antara bangsa-bangsa, antara sesame
manusia, antara manusia dengan tuhannya, manusia dengan
lingkungannya, dan juga keserasian antara cita-cita hidup di dunia dengan
kebahagian akhirat. Makan akan terwujud sosok manusia Indonesia
seutuhnya dan jika sudah terwujud akan berdampak pada kemajuan
bangsa Indonesia itu sendiri.
Menurut Nicolaus d . dan A . Sudiarja . Manusia adalah bhineka
tetapi tunggal . Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi
tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu. Manusia merupakan
makhluk sosial yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan
membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam artian manusia tidak
dapat hidup sendiri seorang manusia pasti membutuhkan bantuan orang
lain. Manusia sebagai makhluk tuhan adalah makhluk pribadi, sekaligus
makhluk sosial. Sifat kodrati manusia sebagai individu sekaligus sebagai
makhluk sosial merupakan suatu kesatuan bulat yang perlu dikembangkan
secara seimbang dan selaras. Perlu disadari bahwa manusia hanya
memiliki arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat .
Secara umum manusia digolongkan berdasarkan jenis kelaminnya yakni

7
laki-laki dan perempuan. Selain itu penggolongan manusia juga dapat
digolongkan dari usia. Setiap manusia memiliki ciri-ciri yang berbeda
beda baik dari fisik ataupun sifatnya.
Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasranya merupakan tujuan
yang hendak dicapai dalam konsep Value Education atau General
Education yakni :
 Manusia memiliki wawasan menyeluruh terkait dengan segala
aspek kehidupan.
 Memiliki kepribadian yang utuh
Istilah menyeluruh dan utuh merupakan dua terminologi
yang memerlukan isi dan bentuk yang disesuaikan dengan konteks
sosial budaya dan keyakinan suatu bangsa yang dalam bahasa lain
pendidikan yang melahirkan :
 Pribadi yang dapat bertaqarrub kepada Allah dengan benar ,
 Layak hidup sebagai manusia
Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan
suri tauladan bersama antar keluarga, masyarakat , dan guru
disekolah sebagai wakil pemerintah. Patut diingat bahwa
pembentukan jati diri manusia utuh berada pada tataran efeksi, dan
pembelajarannya dunia efeksi hanya akan berhasil apabila
dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan suri
tauladan dari orang dewasa. Manusia Indonesia seutuhnya
dirumuskan di dalam UU Pendidikan.
Selanjutnya juga dapat diartikan bahwa pembangunan itu
merata diseluruh tanah air, bukan hanya untuk golongan atau
sebagian dari masyarakat. Selain itu, juga diartikan sebagai
keselarasan hubungan antara manusia dengan tuhan-Nya, antara
sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam
sekitarnya, keselarasan hubungan antara bangsa bangsa dan juga
keselarasan antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagiaan di
akhirat.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hakikat manusia adalah sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi yang terdiri
dari tiga unsur, yaitu: jasmani (pisik, nafsu), akal (rasio), dan rohani (psikis, roh). Sebagai
konsekuensi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi, maka manusia
merupakan: makhluk ciptaan Tuhan, makhluk yang terlahir dalam kondisi tidak berdaya
(kertas bersih), membutuhkan bantuan dari orang lain, makhluk yang memiliki
kemampuan berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang selalu ingin tahu
tentang segala sesuatu, makhluk yang mempunyai kemampuan berbahasa, makhluk yang
mampu membuat perangkat peralatan, makhluk sosial yang mampu bekerja sama,
makhluk yang mampu mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
makhluk yang hidup atas dasar prinsipprinsip ekonomi, makhluk yang beragama,
makhluk rasional yang bebas bertindak berdasarkan alasan moral, makhluk dengan
kontrak sosial untuk menghargai dan menjaga hak orang lain.
Harkat dan martabat merupakan dua istilah yang tidak terlepas dari manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk
lainnya.Pengertian harkat manusia adalah derajat kemuliaan manusia sedangkan
pengertian martabat manusia adalah harga diri atau tingkat harkat manusia.

B. Saran
Melalui tulisan penelitian ini penulis ingin memberikan saran yang berhubungan
dengan Memahami Hakekat Manusia sesungguhnya manusia adalah makhluk tanpa daya
yang memiliki potensi atau kemampuan dasar. Potensi tersebut menghendaki proses
bimbingan, pembinaan, dan pengarahan yang mengacu ke arah realisasi dan
pengembangan secara wajar dan optimal melalui proses pendidikan. Pendidikan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Manusia
membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar menjadi
manusia yang berdaya guna dan berhasil guna.

9
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad S. Sumantri, “Hakikat Manusia dan Pendidikan” Modul 1. Hal. 06 Ja’far


Jurnal “Orisinalitas Tasawuf: Doktrin Tasawuf dalam Al-Qur’an dan Hadits”. Hal.13.

Muthahari, Murtadha, Manusia Seutuhnya (Studi Kritis Berbagai Pandangan Filosofis),


terj. Abdillah Hamid Ba’abud, (Jakarta :Sadra Press, 2012)

http://jjangnews.blogspot.com/2015/03/apa-itu-pengertian-hakikat-manusia.html?m=1

https://www.ilmiahku.com/2019/12/sosok-manusia-indonesia-seutuhnya.html?m=1

Abidin, Zainal. 2009. Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya

Tondowijoyo, John. 1983. Pandangan Hidup Ketimuran. Surabaya: Sanggar Bina Tama.

10

Anda mungkin juga menyukai