Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SIFAT DAN HAKIKAT MANUSIA

DOSEN PENGAMPUH:

NURHAMSA MAHMUD S.Pd.,M.Pd

OLEH:

MUTIA HI.HASAN 03332211001


WULANDARI ASWAD 03332211002
SUSI RAHMAN 03332211003

UNIVERSITAS KHAIRUN UNKHAIR


MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
PRODI : PG PAUD
TAHUN PELAJARAN
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur  saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas
segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan judul " Sifat Dan Hakikat Manusia ".

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan
sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan
satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
perbaikan dan kelengkapan  penyusunan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Ternate, 03 oktober 2022

             Kelompok I
DAFTAR ISI

Daftar Isi.......................................................................................................       

Kata Pengantar............................................................................................       

Bab I
Pendahuluan.......................................................................................       

Latar Belakang.........................................................................................   
  
Rumusan Masalah ................................................................................. 
   
Tujuan .................................................................................................... 
   
BAB II
Pembahasan ..................................................................................... 

A. Pengertian sifat dan hakikat manusia

B. Sifat Hakikat Manusia

C. Wujud Sifat Hakikat Manusia

D. Pengembangan Wujud Sikap Hakikat Manusia

E. Sosok Manusia Seutuhnya.


   

BAB III
Penutup ...........................................................................................     

Kesimpulan ........................................................................................... 
  
Saran.....................................................................................................     

Daftar Pustaka ............................................................................................     


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan membantu peserta didik untuk


menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan merupakan benih
kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar
dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dengan hewan.
Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan kumpulan dari kumpulan terpadu dari
apa yang disebut dengan hakekat menusia. Disebut sifat hakekat manusia karena secara hakiki
sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman
pendidikan terhadap sifat hakekat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia
dalam diskusi, menyusun startegi, metode dan teknik serta memilih pendekatan dan orientasi
dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki hakekat manusia Indonesia
seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha
kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi
hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas pendidikanya menjadi lebih profesional.

Rumusan Masalah

Dari beberapa latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah antara lain:
a) Apa yang dimaksud dengan sifat hakikat manusia?
b) Bagaimana wujud sifat manusia?
Iklan
c) Bgaimana pengembangan wujud sifat hakikat manusia?

Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:


a) Untuk mengenal lebih dalam tentang sifat hakikat manusia.
b) Untuk mengetahui wujud sifat manusia.
c) Untuk memahami pengembangan wujud sifat hakikat manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian sifat dan hakikat manusia


Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rohani, jiwa atau
psikhe. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rokhani. Sifat hakikat manusia adalah
ciri-ciri yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia
dengan banyak hewan termasuk terutama dilihat dari segi biologinya.
Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan
menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala. Carles
darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari primat
atau kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera.
Disebut sifat dasar manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia
dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia memiliki hati yang halus dan doa
pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, dan seluruh anggota
tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua,
pasukan yang memiliki dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut
kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.

B. Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil
membedakan manusia dari hewan. Meskipun demikian antara manusia dengan banyak hewan
terutama jika dilihat dari segi biologinya.
Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakanmanusia itu Zoon Politicon, Max
Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier (Drijarkara, 1962: 138) yang selalu
gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, hanya mengira
bahwa hewan dan manusia itu secara bertahap, yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa
dapat dibuat sama dengan keadaannya, misalnya perubahan suhu lalu menjadi es batu. Seolah-
olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang utan dapat menjadi manusia. Padahal kita
tahu bahwa manusia memiliki akal dan pikiran yang dapat dijadikan sebagai perbedaan manusia
dengan hewan.

C. Wujud Sifat Hakikat Manusia


Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia menjadi delapan, yaitu :

1. Kemampuan Diri
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari
diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) merupakan
ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya
dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan dengan non-aku (lingkungan fisik)
disekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan lebih dari itu manusia dapat membuat jarak
(distansi) dengan lingkungannya. Sehingga memiliki kesadaran diri bahwa manusia memiliki
perbedaan dengan makhluk lainnya.

2. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan diri, berbagi, dan mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Ketidakmampuan ini bukan saja dalam masalah dengan
ruang, melainkan juga dengan waktu. Dengan demikian manusia tidak terbelanggu oleh tempat
atau ruang ini (di sini) dan waktu ini (sekarang), tapi dapat menembus ke “sana” dan ke “masa
depan” atau “masa akhirnya”. Kemampuan menempatkan diri dansistensi inilah yang disebut
kemampuan berek. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada
diri manusia terdapat ketidakpastian kebebasan. Dengan kata lain, adanya manusia bukan "ber-
ada" seperti hewan dikandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun, melainkan "meng-ada" di
muka bumi (Drijarkara, 1962:61-63).
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar
belajar dari pengalamannya, mengantisipasi sesuatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat masa
depan dari sesuatu serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.
3. Kata Hati (Hati Manusia)
Kata hati atau (Consecience Of Man) sering disebut hati nurani, pelita hati, dan
sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang
buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitan dengan moral (perbuatan), kata hati
merupakan “petujuk bagi moral/perbuatan”. Realisasinya dapat dicapai dengan melatih akal
cerdas dan menyenangkan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian moral (berbuat)
yang didasari oleh kata hati yang tajam.

4. Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron dengan
kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang
baik atau moral yang tinggi (luhur). Sebaliknya yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam
atau merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk atau moral yang
rendah (asor) atau lazim dikatakan tidak bermoral. Seseorang dikatakan bermoral karena ia tanpa
objek dengan nilai-nilai yang tinngi, serta perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai yang
tinggi. Moral (etika) menunjuk kepada perbuatan yang baik/benar ataukah yang salah, yang
berperikemanusiaan atau yang jahat.

5. Tanggung Jawab
Kesediaan perbuatan untuk menikmati hasil dari yang menuntut jawab, merupakan
pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab bermaam-macam
yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada masyarakat, dan kepada Tuhan. Tanggung
jawab kepada diri sendiri akan menjelajahi kata hati, misalnya penyesalan yang
mendalam. menjawab pertanyaan kepada masyarakat yang membahas tentang norma-norma
sosial. jawablah kepada Tuhan untuk mencoba mencari norma-norma agama misalnya perasaan
bersalah dan terkutuk.
Tanggung jawab yaitu keberanian untuk menentukan sesuatu yang sesuai dengan kodrat
manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keputusan untuk menentukan
suatu perbuatan sesuai dengan kodrat manusia.

6. Kebebasan Rasa
Merdeka adalah rasa bebas (tidak tergantung pada sesuatu) yang sesuai dengan kodrat
manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai
dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.

7. Kewajiban dan Hak


Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak adalah
sesuatu yang patut dicoba setelah kewajiban
Dalam realitashudup sehari-hari, umumnya diasosiasikan dengan sesuatu yang
menyenangkan. Sedangkan dipandang sebagai suatu beban. Tetapi justru seharusnya menjadi
beban melainkan suatu keniscayaan.
Realisasi hak dan kewajiban dalam praktiknya bersifat relatif, disesuaikan dengan situasi
dan kondisi. Jadi, meskipun setiap warga punya hak untuk menikmati pendidikan, tetapi jika
fasilitas pendidikan yang tersedia belum mencukupi maka orang harus menerima keadaan yang
sesuai dengan situasi dan kondisi.

8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan


Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. kebahagiaan tidak
cukup menyenangkan sebagai himpunan saja, tetapi digambarkan hanya dari pengalaman
menyenangkan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan.
Manusia adalah makhluk yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan
Tuhan. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan
lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai jika
manusia meningkatkan kualitas sebagai makhluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan
memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Kebahagiaan ini dapat ditingkatkan. Ada dua hal yang dapat dikembangkan, yaitu
kemampuan berusaha dan kemampuan menghasilkan hasil usaha dalam hal takdir. Dengan
demikian pendidikan memiliki peran penting sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan,
utamanya pendidikan keagamaan.
Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
Berikut ini ada 4 dimensi yang akan dibahas, yaitu:

1. Dimensi Keindividuan
Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, something yang merupakan suatu
kebutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai
pribadi. (Lysen, individu dan masyarakat). 
Setiap anak manusia yang dilahirkan berbeda untuk menjadi potensi dikaruniai yang
berbeda, atau (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka
bumi. Demikian kata MJ Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di negeri Belanda)
yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas (MJ Langeveld, 1995:54). Bahkan
anak kembar yang berasal dari satu telur pun, yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua,
serupa dan sulit dibedakan dari yang lain, hanya serupa tetapi tidak sama, apalagi identik. Hal ini
berlaku baik dari sifat-sifat fisiknya maupun kehidupan kejiwaannya (kerohannya). Karena
adanya individualitas itu setiap oarang memiliki keinginan, perasaan, cita-cita, kecenderungan,
semangat, dan tahan yang berbeda.

2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata MJ Langeveld (MJ
Langeveld, 1955:54). Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih
kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi pada hakekatnya
yang didalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima. Bahkan menurut Langeveld,
adanya kesediaan untuk saling memberi dan menerima itu dipandang sebagai kunci sukse
pergaulan. Adanyta dorongan untuk menerima dan memberi itu sudah menggejala mulai pada
masa bayi. Seorang bayi sudah dapat menyambut atau menerima belaian ibunya dengan rasa
senang kemudian sebagia balasan ia dapat memberikan senyuman kepada lingkungannya,
khususnya pada ibunya.

Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas mendorong untuk
bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya. Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga bila dipenjarakan merupakan hukuman
paling berat yang dirasakan oleh manusia. Karena dengan diasingkan di dalam penjara, maka
memutuskannya untuk mendorong dorongan tersebut secara mutlak. Immanuel Kant seorang
filosofis tersohor bangsa jerman menyataknan: Manusia hanya menjadi manusia jika berada di
sekitar manusia. Kiranya tidak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi
dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya melakukan yang pantas jika di dalam
yang pantas atau sopan itu misalnya berisi kejahatan terselubung. Karena itu pengertian susila
berkembangsehingga memperluas arti menjadi manfaat yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering
digunakan dua macam istilah yang memiliki konotasi berbeda yaitu etiket dan etika. Kedua hal
tersebut biasanya berkaitan dengan masalah hak dan kewajiban.
Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat yaitu:
sebuah. Golongan yang menganggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya. Etiket
tidak bisa dibedakan dari etika karena sama-sama dibutuhkan dalam kehidupan.

b. Golongan yang memandang bahwa etiket dan etika perlu dibedakan, karena masing-
masing orang mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu berjalan. Kesopanan merupakan
minyak pelincir dalam pergaulan hidup, sedangkan etika merupakan isinya.
Di dalam penjelasan kesusilaan ini diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan
kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan
manusia itu adalah makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakn nilai-nilai tersebit dalam perbuatan. Nilai-
nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh karena mengandung makna, keluhuran,
kemuliaan, dan sebagainya, sehingg dapat dipercaya dan dijadikan pedoman dalam kehidupan.
4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum manusia
mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dicapai dengan perantara
alat indranya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta
ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakanlah
mitos-mitos.
Kemudian setelah ada agama manusia mulai menganutnya. beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
agama menjadi sandaran vertikal manusia. Ph. Khonstam berpendapat bahwa pendidikan agama
seyogyanya menjadi tugas orang tua dalam lingkungan keluaraga, karena pendidikan agama
adalah masalah afektif dan kata hati.
Pemerintah dengan GBHN berlandaskan masukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum
di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi (Pelita V). Di sini perlu ditekankan
bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun harus disadari
bahwa pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan
pengetahuan tentang agama. Jadi dari segi-segi afektif harus tersedia.

D. Pengembangan Wujud Sikap Hakikat Manusia

Manusia telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi,
belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan. Dari kondisi potensi wujud aktualisasi terdapat
rentangan yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya.seseorang
yang dilahirkan dengan bakat seni, misalnya, memerlukan pendidikan untuk menjadi seorang
seniman terkenal. Setiap menusia lahir dikaruniai “naluri” yaitu dorongan-dorongan yang alami
(dorongan makan, seks, dan mempertahankan diri, dan lain-lain). Jika manusia dapat hidup
hanya dengan naluri maka ia tidak berbeda dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status
hewani itu dapat diubah kearah ststus manusiawi.meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik
tetapi pelaksanaannya mungkin saja kesalahan-kesalahan yang biasa disebut salah didik.

Hal tersebut dapat terjadi karena pendidik adalah manusia biasa yang tidak luput dari
kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bias terjadi, yaitu :

1. Pengembangan yang utuh, dan


2. Pengembangan yang tidak utuh.

1. Pengembangan utuh

Tingkat keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor,
yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kulitas pendidikan yang
disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Optimisme ini timbul berkat
pengaruh perkembangan iptek yang sangat pesat yang memberikan dampak terhadap
peningkatan perekayasaan pendidikan melalui teknologi pendidikan.
Pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu:

sebuah. Dari dimensi wujud yaitu, aspek jasmani dan rohani.

b. Dari arah pengembangan yaitu, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Pengembangan yang tidak utuh


Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam
proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani,
misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun
dominan yang didominasi oleh pengembangan dominan kognitif.
Pengembangan yang tidak utuh berdampak pada terbentuknya kepribadian yang pincang
dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.
E. Sosok Manusia Seutuhnya.
Sosok manusia seutuhnya telah dirumuskan dalam GBHN mengenai arah pembangunan
jangaka panjang. Dinyatakan bahwa nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunan itu tidak maju kemajuan lahiriah,
seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas
mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan antara keduanya sekaligus batiniah . Selanjutnya juga diartikan
bahwa pembangunan itu merata di seluruh tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian
dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan sebagai keselarasan hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya,
keserasian hubungan antara bangsa-bangsa, dan keselarasan antara cita-cita hidup di dunia
dengan kebahagiaan di akhirat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal untukmenghadapi


kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan
ditampilkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu
sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu, manusia pada hakikatnya adalah makhluk
peadagogis, makhluk sosial, makhluk individu, makhluk beragama.
Setiap manusia memiliki hakekat dan dimensi yang terisi. Dan dalam diri manusia itu
terdapat potensi–potensi terpendam yang dapat ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang
mantap.
Saran

Sebagai calon guru kita harus memperhatikan anak didik dan memberikan bimbingan agar
potensi potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik dapat ditumbuhkembangkan
menuju kepribadian yang mantap.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. 2010. Manusia dan Pendidikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya . http://m-arif-


am.blogspot.com . Diakses pada tanggal 03 Maret 2011.
Miranda, Dian. 2008. Hakekat Manusia dan pengembangannya . 
http://dianmiranda.wordpress.com . Diakses pada tanggal 03 maret 2011.
aneh. 2009. Wujud Hakekat Manusia . http://oddy32.wordpress.com . Diunduh pada tanggal 03
Maret 2011.
Rojib. 2009. Hakekat Manusia dan Pengembangan Dimensinya . 
http://blog.beswandjarum.com . Diakses pada tanggal 03 maret 2011.
Tirtaharja, Umar dan La Sula. 1994. Pengantar Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta dan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai