Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Manusia dalam Kesamaan dan Perbedaan”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah: Psikologi Manajemen Pendidikan

DOSEN PENGAMPU: Prof. Novriyanti Djafri S.Pd.I, M.Pd.I

Di susun oleh:

HENDRO (131422069)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanya layak untuk Allah SWT tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“MANUSIA DALAM KESAMAAN DAN PERBEDAAN”

Dalam penyusunan, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,


karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu Mata Kuliah Ekonomi Pendidikan (ibu Prof. Novriyanti Djafri S.Pd.I,
M.Pd.I ) yang telah memberikan dukungan.

Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas
dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

Gorontalo, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Manusia adalah sama atau serupa..................................................................4
2.2 Manusia Berbeda Satu Sama Lain.............................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menarik sekali ketika berbicara tentang manusia. Menarik karena manusia
memiliki keunikan tersendiri, yaitu karena manusia sendirilah yang akan menjadi
subjek sekaligus objek. Di lain pihak berbicara tentang manusia adalah sesuatu
yang sangat kompleks untuk diteliti dan dipelajari. Oleh karena itu, Jalaluddin dan
Abdullah (2009: 131) menjelaskan bahwa dalam usaha mempelajari hakikat
manusia diperlukan pemikiran yang filosofis. Karena setiap manusia akan selalu
berpikir tentang dirinya sendiri. Meskipun tingkatan pemikiran itu selalu
mempunyai perbedaan. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa selain sebagai
subjek pendidikan, manusia juga adalah objek pendidikan itu sendiri.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena


dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai makhluk
sosial tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan keberadaan orang lain dalam
pemenuhan kebutuhannya. Keterbatasan manusia inilah yang menyebabkan
manusia satu membutuhkan manusia lainnya untuk saling bekerja sama dalam
mencapai tujuan tertentu. Manusia atau seseorang melakukan serba hubungan
dengan manusia-manusia lainnya yang disebut “kelompok” masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan yang esensi ( Widjaja, 1986: 8). Menurut Simmel dunia
nyata tersusun dari peristiwa, tindakan, interaksi, dan lain sebagainya yang tidak
terhingga (Ritzer, 2011: 179). Suatu himpunan manusia dapat membentuk jaringan
kelompok sosial jika terdapat faktor-faktor tertentu yang melatar belakangi
terbentuknya kelompok sosial tersebut, diantaranya adalah adanya persamaan
perasaan atau latar belakang tertentu. Guna memecahkan teka-teki realitas ini
orang menatanya dengan menerapkan sejumlah pola atau bentuk padanya.
Seseorang berinteraksi dengan manusia lainnya dan membentuk adanya sebuah
pola sosial dalam menjalankan kehidupannya.

Memahami manusia tidaklah memahami struktur statis dari dasar alamiah


manusia itu, melainkan memahami struktur dinamis dari aktivitasnya. Apa yang
diperbuat manusia tidak dapat dimengerti berdasarkan hubungan sebab-sebab
keajegan alamiah melainkan berdasarkan hubungan khusus dengan apa yang telah
diperbuatnya dahulu. Ini adalah artian inti apa.yang disebut oleh Ortega
"historisitas". Seperti halnya alam adalah obyek ilmu-ilmu alam, manusia adalah
obyek sejarah (Walgrave, 1967; hal.55-56). Dalam kaitannya dengan otonomi
manusia, Driyarkara berpendapat.

Manusia bertindak dengan merdeka, Dialah yang berbuat, Sebelum berbuat dia
menguasai perbuatan yang masih akan dilahirkan. Dia berbuat atau tidak berbuat,
berbuat demikian atau tidak berbuat demikian. Memang manusia kerap kali
terjerumus, terjepit dalam suatu situasi (keadaan). Akan tetapi dia sendirilah yang
harus menerima atau tidak menerima situasi itu. Kemerdekaan bathin tetap
diperkosa, akan tetapi tidak dapat dipaksa (Dryarkara, 1980, hal. 18).

1
Di dalam filsafat terdapat berbagai pertanyaan, misalnya hubungan antara
manusia dengan masyarakat, hubungan manusia yang satu dengan manusia yang
lain, tentang manusia dan Tuhan, dan manusia dengan sejarahnya. Filsafat tidak
akan dapat memecahkan semua persoalan ini, memang itu menyentuh persoalan
agama, etilt, aspirasi-aspirasi sosial dan kebijaksanaan kehidupan sehari-hari.
Namun, filsafat dapat memberikan suatu penjelasan. Filsafat mampu memaksa
manusia mencapai kesadaran yang jujur, pertimbangan yang masuk akal,
pemikiran tentang tujuan manusia sendiri dan pikiran pribadi dalam kebudayaan
bersama.

Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini pemakalah akan membahas mengenai
manusia dalam persamaan dan perbedaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Manusia adalah sama/serupa
2. Manusia berbeda satu sama lain

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menguraikan persamaan manusia
2. Menguraikan perbedaan manusia satu sama lain

1.4 Manfaat Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Manajemen Pendidikan
Sebagai sumber pengetahuan akan persamaan dan perbedaam manusia
2. Untuk mendorong kita agar lebih paham esensial tentang manusia,
sehingga pada gilirannya, kita bisa mampu secara kritis memahami
asumsi-asumsi yang bersembunyi di balik teori yang di dalamnya terdapat
ilmu-ilmu tentang manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta) “mens”
(latin), yang berarti berfikir, berakal budi, atau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara umum, manusia adalah makhluk sosial
yang senantiasa membutuhkan interaksi dengan makhluk yang lain.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara


makhluk ciptaan-Nya. Dengan itu, manusia diharuskan mengenal siapa yang
menciptakan dirinya sebelum mengenal lainnya. Demikian, jika manusia tidak
mengenali dirinya, maka dengan itu ia tidak akan mengenal siapa yang mengenal
siapa yang menciptakan dirinya.

Manusia adalah makhluk yang sempurna dibandingkan makhluk-makhluk


lainnya yang di ciptakan oleh Tuhan, kesempurnaan yang dimaksud yaitu manusia
yang mempunyai akal dan nafsu. Akal dan nafsu manusia inilah yang dikatakan
sebagai makhluk yang berkuasa, karena kemampuannya dapat mengubah dunia
(alam semesta) baik secara fisik maupun nilai sosial. Karena kemampuannya yang
bersumber dari nafsu dan akal ini juga yang bisa berbuat apa saja (baik atau
buruk) atau menjadi (malaikat, pahlawan, penghianat, atau monster).

Kerap Tuhan menciptakan manusia dengan akal juga nafsu, di sisi lain
Mawlawi, seperti halnya para pemikir yang lain, percaya bahwa manusia terdiri
atas materi dan spiritual atau jiwa dan raga. Raga yang diumpamakan dengan sinar
dan jiwa diumpamakan dengan bayangan. Mawlawi berpendapat bahwa jiwa
manusia memiliki sejumlah tingkatan. Pertama, jiwa yaitu sesuatu yang ada dalam
raga dan makhluk lainnya. Kedua, Intelek, yaitu yang membedakan manusia
dengan hewan. Ketiga, (Esensi dari) wahyu atau inspirasi yang lebih mendalam,
dimana level ini lebih tinggi dibandingkan level intelek.

Dalam memasuki kehidupan di dunia, manusia kerap memiliki tujuan


hidupnya. Manusia itu adalah salah satu jenis makhluk hidup yang menjadi
anggota populasi di permukaan bumi ini. Ia adalah suatu himpunan yang memiliki
ciri khas yang tidak dimiliki oleh jutaan makhluk hidup lainnya. Dari segi
biologis, hampir tidak dapat dibedakan antara manusia dengan hewan, jika
manusia hanya dipandang dari segi ini saja. Lamatterie (1709-1751), seorang
filsuf Prancis, mengatakan bahwa tidak ada bedanya manusia dengan binatang.
Sedangkan yang membedakan manusia dengan jenis makhluk lainnya, terletak

3
pada sifat-sifat kehidupan rohaninya, yaitu bahwa manusia memiliki potensi akal
budi.

Keutamaan yang menonjol dari manusia, yang menandai superioritasnya


atas makhluk-makhluk lain yaitu kekuatan iradahnya atau kemauan. Ia adalah
satu-satunya makhluk yang akan bertindak melawan dorongan instingnya, dimana
hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat melakukannya. Hanya manusia sajalah
yang dapat melawan dirinya, menentang hakikatnya, dan memberontak terhadap
kebutuhan-kebutuhan fisik dan spiritualnya. Dan juga manusia yang dapat berbuat
menentang apa yang baik maupun buruk. Ia bebas memilih untuk bersikap
rasional atau irasional, baik atau buruk seperti (malaikat atau iblis). Keinginan
bebas itulah manusia merupakan sifat terpenting yang menjadikan penghubung
kedekatannya dengan penciptanya.

2.1 Manusia adalah sama atau serupa


1. Sifat Hakikat Manusia
Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005:3-4), sifat hakikat
manusia adalah ciri-ciri karakteristik, yang prinsipiil, yang membedakan
manusia dari hewan. Ada berbagai ungkapan tentang manusia: Zoon
Politicon hewan yang bermasyarakat (Socrates)animal rational (hewan
yang berpikir), animal simbolocum (binatang yang memahami
lambanglambang), homofaber (manusia yang menciptakan alat- alat),
homo educandun (manusia yang terdidik), homo politicus (manusia yang
berpolitik), homo economicus (manusia ekonomik), Das Kranke Tier:
hewan yarg sakit (Max Scheller), hewan yang bermoral, dan lain-lain.
Ungkapan yang mengibaratkan manusia dengan hewan tidaklah tepat;
seolah-olah manusia dan hewan tidak berbeda secara hakiki (gradual saja).
Ingat, teori evolusi Charles Darwin yang mengatakan manusia berasal dari
primal (kera) tidak terbukti (ada: the missing link, rantai yang terputus)
Dengan demikian ada suatu proses antara yang tak dapat dijelaskan.
Jelasnya, tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia
muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi
yang bersifat gradual.
2. Wujud Hakikat Manusia
Wujud hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan adalah:
kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, memiliki kata hati,
memiliki moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebebasan
(kemerdekaan), menyadari hak dan kewajiban, dan kemampuan
menghayati kebahagiaan (Kusdaryani,2009). Berikut ini penjelasan
ringkasnya:
a. Kemampuan Menyadari Diri

4
Manusia menyadari tentang "aku" yang membedakan
(mengambil jarak) dari engkau" (aku-aku lain, bukan aku; ia,
mereka) dan lingkungannya. Kemampuan mengambil jarak
tersebut, ke luar menganggap di luar akunya sebagai objek,
menimbulkan egoisme; dan ke dalam, menganggap di luar akunya
sebagai subjek, menimbulkan pengabdian, pengorbanan, tenggang
rasa (aku keluar dari dirinva dan menempatkan aku pada diri orang
lain). Manusia juga dianugerahi kemampuan mengambiljarak dari
dirinya sendiri (sebagai subjek sekaligus objek meng-Aku).
b. Kemampuan Berinteraksi
Manusia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, yang disebut
kemampuan bereksistensi. Manusia bukan "ber-ada" melainkan
"meng-ada" atau "bereksistensi".
c. Kata Hati (Concience of man)
Kata hati sering disebut dengan istilah hati nurani, pelita hati, suara
hati, lubuk hati adalah kemampuan memahami apa yang telah,
sedang, dan akan terjadi serta akibat bagi dirinya, yang
memberikan penerangan tentang baik- buruknya tindakan sebagai
manusia. Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan
yang baik/benar secara cerdas; menjadi petunjuk moral/perbuatan.
d. Memiliki Moral
Moral adalah norma (ukuran) tentang baik-buruknya tindakan;
filsafat moral disebut etika, yang tidak identik dengan etiket (sopan
santun). Moral terkait erat (sinkron, sesuai) dengan kata hati.
Orang yang moralnya tidak sesuai dengan kata hatinya = bermoral
rendah (asor), tidak bermoral. Ingat, orang yang etiketnya
(sopansantunnya) tinggi (penipu) belum tentu bermoral tinggi.
Itulah sebabnya pendidikan moral juga sering disebut pendidikan
kemauan yang oleh (Langeveld 1955:28) dinamakan De
opvoedeling omzichzelfs wil. Tentu saja yang dimaksud adalah
kemauan yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat terhadap: diri sendiri (tuntutan hati nurani)
sesamanya (tuntutan masyarakat, norma social), dan Tuhan
(tuntutan norma agama). Tanggung jawab terkait dengan tindakan
moral dan suara hati, berdasar kodrat manusia. Tanggung jawab
menjadi hilang bila tindakan yang dilakukan bukan karena
keputusan moral sesuai suara hatinya (dipaksakan). Bertanggung
jawab berarti sadar dan rela menerima akibat dari tindakannya
sesuai tuntutan hati nurani, norma sosial, norma agama.
f. Kebebasan
Kebebasan tidak terlepas dari tuntutan kodrat manusia (hati nurani,
moral), artinya: bebas untuk bertindak sejauh tidak bertentangan

5
dengan tuntutan kodrat manusia (bebas dalam keterikatan).
Kebebasan yang tidak sesuai dengan tuntutan kodrat manusia
sesungguhnya tidak bebas, karena terikat oleh akibatnya yang tidak
menyenangkan. Sebaliknya, keterikatan yang sesuai dengan moral,
suara hati, dan kodrat manusia bukanlah suatu keterikatan.
3. Dimensi Hakikat Manusia
a. Aliran tentang dimensi hakikat manusia
Ada beberapa sudut pandang dalam melihat dimensi
hakikat manusia. Masing- masing sudut pandang menimbulkan
aliran, yaitu: monisme, spiritualisme, materialisme, atomisme,
dualisme, pluralisme, dan evolusionisme. Berikut penjelasannya.
Monisme (mono =satu, isme -= paham, aliran), ialah aliran yang
berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari satu asas saja.
Dalam kaitannya dengan hakikat manusia, aliran ini berpendapat
bahwa pada hakikatnya manusia berasal dari satu. asas saja.
Tentang asas yang satu itu menimbulkan beberapa aliran, yaitu:
spiritualisme, materialisme, dan atomisme. Spiritualisme
(spirit=jiwa), berpendapat bahwa manusia berasal dari satu asas,
yaitu jiwa. Materialisime (materi = benda), berpendapat bahwa
hakikat manusia berasal dari satu asas, yaitu materi (kebendaan,
tubuh) saja. Atomisme |(atom = bagian atau unsur dari materi),
berpendapat bahwa hakikat manusia adalah satu asas, yaitu atom.

Aliran monisme (spiritualisme, materialisme dan atomisme)


tersebut tidak dapat diterima oleh sementara ahli, maka timbul
aliran-aliran lain, yaitu: dualisme, pluralisme dan evolusionisme.
Dualisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa segala sesuatu
berasal dari dua asas, yang masing-masing berdiri sendiri. Dalam
kaitannya dengan hakikat manusia, aliran ini berpendapat bahwa
manusia terdiri dari dua asas yang terpisah, tidak saling terkait,
yaitu jiwa ataurohani dan raga atau jasmani. Pendapat ini juga tidak
memuaskan, maka terjadi koreksi yang menimbulkan aliran baru,
yaitu monodualisme (dwitunggal).

Aliran monodualisme, berpendapat bahwa hakikat manusia


terdiri atas dua asas yang saling berhubungan dan saling
melengkapi. Manusia adalah badan yang berjiwa (menjiwa) atau
jiwa yang berbadan (membadan); manusia adalah makhluk
individu yang sosial atausosial yang individual, manusia adalah
makhlukmandiri yang tunduk pada kuasa Tuhan (mengakui sebagai
ciptaan Tuhan) atau makhluk ciptaan Tuhan yang mandiri; manusia
adalah makhluk biologis (bernafsu) yang bermoral.

6
Pluralisme (plural = jamak, banyak), ialah aliran yang
berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari banyak asas. Dalam
kaitannya dengan hakikat manusia aliran ini berpendapat bahwa
manusia terdiri dari banyak asas yang tidak saling berhubungan,
misalnya kognitif (akal, rasio, pikiran,), afektif (perasaan = emosi,
sikap = konasi, keinginan, kehendak), psikomotorik (kecakapan,
tindakan). Aliran ini pun mendapat tanggapan dan koreksi hingga
timbul aliran baru, yaitu monopluralisme (sarwatunggal).

Monopluralisme, berpendapatbahwa hakikat manusia terdiri


dari banyak asas yang saling terkait dan saling melengkapi.
Manusia adalah makluk yang berakal, berperasaan.dan
berkehendak sekaligus; manusiaialalı makhluk cipta-rasa-karsa-
karya.

Evolusionisme (evolusi = perubahan secara perlahan,


sedikit demi sedikit, lambat laun, lawan dari revolusi = perubahan
cepat dan mendadak), ialah aliran yeng berpendapat baltwa segala
sesuau itu adalah hasil suatu perubahan secara lambat laun. Dalam
kaitannya dengan hakikat manusia, aliran ini berpendapat bahwa
manusia merupakan hasil evolusi dari tingkat yang lebih rendah
menjadi tingkat yang makin lebih tinggi; dari binatang tanpa sel,
menjadi binatang satu sel, banyak sel seperti ikan, ampibi, kera,
dan akhirnya manusia. Dari kera ke manusia terdapat rantai yang
terputus (missing link). Yang termasuk kelompok missing link itu
adalah: Meganthropus Palaeo Javanicus (mega = besar, anthropus=
manusia, palaeo = tua, Javanicus= manusia Jawa). Pithecanthropus
Erectus (phitecos= kera), anthropos= manusia, erectus= = tegak;
jadi: manusia kera yang berjalan tegak), Sinanthropus Pekinensis
(sina = cina, anthropus = manusia, Pekin=Peking; jadi: manusia
cina dari Peking), Homo Neandertalensis (manusia Neandertal).
b. Beberapa pilihan tentang dimensi hakikat manusia
Sebagaimana tersirat dalam paparan di depan, bahwatidak
semua aliran tentang hakikat manusia tersebut dapat diterima.
Pilihan terhadap aliran-aliran tersebut di atas mempunyai implikasi
dalam kaitarınya dengan upaya pendidikan. Berikut ini penjelasan
ringkasnya:
a) Hakikat manusia jiwa-raga (jasmani-rohani)
Menurut kodratnya, manusia terdiri atas jiwa dan raga,
rohani dan jasmani yang saling berhubungan, saling
melengkapi, tidak terpisahkan, bahkan, merupakan; maka
juga disebut dengan monodualisme atau dwitunggal. Paham
ini mengoreksi pendapat aliran monisme yang berpendapat

7
bahwa hakikat manusia adalah jiwa dan raga tetapi tidak
saling berhubungan. Baik monisme maupun dualisme tidak
dapat diterima.
b) Hakikat manusia individu dan sosial
Manusia memiliki sifat individu dan sosial. Pada
hakikatnya tidak ada orang yang murni individualistik,
artinya hanya memperhatikan kepentingan dirinya sendiri,
dan sama sekali tanpa memperhatikan kepentingan orang
lain. Sebaliknya juga tidak ada orang yang murni bersifat
sosialistik (altruistik), artinya hanya memperhatikan
kepentingan orang lain saja, sama sekali mengabaikan
kepentingan dirinya. Berikut ini masing-masing diuraikan
lebih rinci.
1) Dimensi keindividualan Manusia bersifat unik (tidak
ada duanya, tidak ada taranya). Individualitas itu
tercermin dalam kehendak, perasaan, cita-cita,
kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang
berbeda untuk setiap manusia (orang-seorang).
Tidak ada orang yang identik dengan orang lain.
Individualitas juga tercermin dalam kesanggupan
manusia untuk memikul tanggungjawab sendiri,
bersifat mandiri.
2) Dimensi kesosialan

Potensi sosial dimiliki manusia sejak lahir (Langeveld, 1955:54). Hal itu
juga tercermin dalam ungkapan: Zoon politicon (hewan yang
bermasyarakat);Homo hominissocius (manusia adalah makhluk sosial). Itu berarti
bahwa setiap anak dikaruniai kemampuan untuk bergaul, berkomunikasi, saling
memberi dan menerima. Dorongan untuk menerima dan memberi itu berubah
menjadi kesadaran akan hak dan kewajiban. Tidak ada orang yang mampu hidup
wajar tanpa bantuan orang lain. Manusia hanya menjadi manusia jika berada di
antara manusia (Immanuel Kant). Orang hanya mampu mengembangkan
individualitasnya di dalam pergaulan sosial. Anak yang sejak kecil diasuh oleh
serigala, maka bertingkah seperti serigala.

2.2 Manusia Berbeda Satu Sama Lain


Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang berbeda
antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya
sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Ada dua segi
yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu horizontal dan vertikal.

Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara


lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik, seperti

8
bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan dan
sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai mengenal
lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman,
keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak tersebut maka akan semakin
banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis yang di butuhkan dirinya.

Karakteristik individual adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan


yang ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan. 1 Setiap
individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.

Setiap individu memiliki karakteristik bawaan (heredity) dan lingkungan


(environment). Karakteristik bawaan merupakan karakter keturunan yang dibawa
sejak lahir baik yang berkaitan dengan faktor biologis maupun sosial psikologis.
Kepribadian, perilaku, apa yang diperbuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seorang
(individu) merupakan hasil dari perpaduan antara faktor biologis sebagaimana
unsur bawaan dan pengaruh lingkungan.

Karakteristik yang berkaitan dengan faktor perkembangan secara biologis


akan lebih cenderung tetap dibandingkan dengan faktor perkembangan oleh
pengaruh lingkungan. Sebab factor biologis merupakan karakteristik yang
diturunkan oleh orang tua terhadap anaknya dengan faktor genetiknya dan
kebiasaan orang tuanya, sedangkan faktor perkembangan oleh pengaruh
lingkungan ini tidak konstan, sebab lingkungan ini akan sangat berpengaruh pada
kegiatan seperti sosial dan psikis (rohani) yang secara pengaruhnya dapat
mewujudkan seseorang mengikuti kebiasaan lingkunganya. Baik kebiasaan yang
bersifat positif dan negatif, tergantung kegiatan dan kebiasaan lingkungan tiaptiap
individu.

Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat
perkembangan. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor
biologis cenderung bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan
sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Dalam kajian psikologi, masalah individu mendapat perhatian yang besar,


sehingga melahirkan suatu cabang psikologi yang dikenal dengan Individual
Psychology, atau differential Psychology, yang memberikan perhatian besar
terhadap penelitian tentang perbedaan antar individu. Ini didasarkan atas
kenyataan bahwa di dunia ini tidak ada dua orang yang persis sama.

1. Sumber Perbedaan

9
Sumber perbedaan individu dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan: a) Faktor Bawaan
Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan
melalui pewarisan genetik oleh orangtua. Pewarisan genetik ini dimulai
saat terjadinya pembuahan. Menurut Zimbardo dan Gerig (1999)
penyatuan antara sebuah sperma dan sel telur hanya menghasilkan satu
diantara milyaran kemungkinan kombinasi gen. Salah satu kromosom
yaitu kromosom sex merupakan pembawa kode gen untuk
perkembangan karakteristik fisik laki-laki atau perempuan.
Kode untuk kita mendapatkan kromosom X dari ibu, dan salah satu
dari kromosom X atau Y dari ayah. Kombinasi XX merupakan kode
untukperkembangan fisik perempuan, dan kombinasi XY merupakan
kode untuk perkembangan fisik laki-laki. Meskipun rata-rata kita
memiliki 50 persen gen yang sama dengan saudara kita, kumpulan gen
kita tetap khas kecuali kita adalah kembar identik. Perbedaan gen ini
merupakan satu alasan mengapa kita berbeda dengan orang lain, baik
secara fisik, psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara kita
sendiri. Selebihnya adalah dipengaruhi oleh lingkungan, karena kita
pernah berada di lingkungan yang sama persis.
b) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang mengakibatkan perbedaan
individu yang berasal dari luar diri individu. Faktor lingkungan berasal
dari beberapa macam yaitu status sosial ekonomi orang tua, pola asuh
orang tua, budaya, dan urutan kelahiran.
2. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya kemampuan
kognitif merupakan hasil belajar. Hasil belajar dalam hal ini merupakan
perpaduan antara pembawaan dengan pengaruh lingkungan. Proses
pembelajaran adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif,
diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang dimiliki
oleh anak.
Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur
dengan tes hasil belajar. Tes hasil belajar menghasilkan kemampuan
kognitif yang bervariasi, sebab pada dasarnya setiap individu memiliki
persepsi tentang hasil pengamatan terhadap suatu objek yang berbedabeda.
Intelegensi (IQ) sangat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kemampuan kognitif
berkolerasi positif dengan tingkat kecerdasan seseorang.
3. Perbedaan dalam Kecakapan Bahasa
Bahasa adalah salah satu kemampuan individu yang penting sekali dalam
kehidupannya. Kemampuam berbahasa merupakan kemampuan individu

10
untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan
kalimat yang bermakna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa
setiap individu berbeda. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh faktor
kecerdasan dan faktor lingkungan termasuk faktor fisik (organ untuk
bicara).
Lancar atau tidaknya kemampuan berbahasa seseorang bergantung pada
kondisi lingkungan dan pembiasaannya dalam berkomunikasi.
4. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf motorik yang
dilakukan oleh syaraf pusat (otak) untuk melakukan kegiatan. Kegiatan ini
terjadi karena kegiatan kerja syaraf yang sistematis. Alat indra menerima
rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melalui syaraf sensoris ke
syaraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh syaraf motorik
untuk memberikan reaksi dlamm bentuk gerakan- gerakan atau kegiatan.
5. Perbedaan dalam Latar Belakang
Latar belakang individu dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar.
Faktor dari dalam misalnya, kecerdasan, kemauan, bakat, minat, emosi,
perhatian, kebiasaan bekerja sama, dan kesehatan yang mendukung
belajar. Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang
budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang satu
dengan budaya yang lainnya. Perbedaan latar belakang, yang mliputi
perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi
perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak
selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh
dari luar yang lebih luas.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jalaluddin dan Abdullah (2009: 131) menjelaskan bahwa dalam usaha
mempelajari hakikat manusia diperlukan pemikiran yang filosofis. Karena setiap
manusia akan selalu berpikir tentang dirinya sendiri.

Teori evolusi Charles Darwin yang mengatakan manusia berasal dari


primal (kera) tidak terbukti (ada: the missing link, rantai yang terputus) Dengan
demikian ada suatu proses antara yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya, tidak
ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk
ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi yang bersifat gradual.

Wujud hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan adalah:


kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, memiliki kata hati,
memiliki moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebebasan (kemerdekaan),
menyadari hak dan kewajiban, dan kemampuan menghayati kebahagiaan
(Kusdaryani,2009).

Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang berbeda


antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya
sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Ada dua segi
yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu horizontal dan vertikal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2007).

Hasan, Purwakania, B., Aliah. Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006 )

Al Ghazali, Ihya Ulum al Din, (Beirut: Dar at Fikr, tt)

Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008)

Ma’an Ziyadat, al-Mansu’al al-Falsafiah al-Arabiya (Arab: Inma al Arabiy, 1986)

Manshur Ali Rajab, Ta’ammulat fi Falsafat al Akhlak, (Mesir: Maktabat al Anjalu


al-Mishr, 1961)

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002)

Zimbardo, P. G., Gerrig, R. J..Psychologie. (Berlin, Heidelberg: Springer-Verlag,


1999)

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana


Pernada Media, 2006)

Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2009).

13

Anda mungkin juga menyukai