Anda di halaman 1dari 43

Membangun kebiasaan membentuk KARAKTER

1
2
MEMBANGUN KEBIASAAN PROACTIVE

PRINSIP VISI PRIBADI


Saya tidak mengetahui fakta yang lebih membesarkan hati selain
kemampuan manusia yang tidak diragukan untuk meningkatkan
kehidupannya melalui upaya yang disadarinya
Henry David Thoreou

Saat anda membaca buku ini, cobalah memisahkan diri dari diri anda
sendiri. Coba bayangkan kesadaran anda naik ke sudut ruangan dan
menatap diri anda, pada benak anda, membacanya. Dapatkah anda
melihat diri anda hampir seolah-olah seperti anda orang lain?

Sekarang cobalah hal lain. Pikirkan suasana hati anda saat ini.
Dapatkah anda mengenalinya? Apa yang anda rasakan? Bagaimana
anda menjelaskan kondisi mental anda sekarang?

Sekarang pikirkan selama sepuluh menit cara kerja pikiran anda.


Apakah pikiran anda sigap dan waspada? Apakah anda merasa tidak
yakin antara memilih melakukan latihan mental ini dan mengevaluasi
maksud dari latihan ini.

Kemampuan anda melakukan hal yang baru saja anda lakukan adalah
kemampuan manusia yang unik. Hewan tidak memiliki kemampuan ini.
Kita menyebutnya “kesadaran diri” atau kemampuan untuk memikirkan
proses pemikiran. Inilah sebabnya manusia memiliki kekuasaan atas
segala sesuatu di dunia dan dapat membuat kemajuan penting dari satu
generasi ke generasi berikutnya.

Inilah juga sebabnya kita dapat mengevaluasi dan belajar dari


pengalaman orang lain serta pengalaman kita sendiri. Ini juga sebabnya
kita dapat membentuk dan melanggar kebiasaan kita.

Kita bukan perasaan kita. Kita bukan suasana hati kita. Kita bahkan
bukan pemikiran kita. Fakta mendasar bahwa kita dapat memikirkan hal-
hal ini membedakan kita dari hal-hal tersebut dan dari dunia hewan.
Kesadaran diri memungkinkan kita memisahkan diri dan memeriksa cara
kita “melihat” diri kita sendiri – paradigma kita sendiri, paradigma paling
mendasar dari efektivitas. Hal ini tidak hanya mempengaruhi sikap dan
perilaku kita, tetapi juga cara kita melihat orang lain. Kesadaran diri
menjadi peta kita tentang sifat dasar manusia.

3
Faktanya, sebelum kita mempertimbangkan cara kita melihat diri kita
sendiri (dan cara kita melihat orang lain), kita tidak akan dapat
memahami cara orang lain melihat dan merasakan diri serta dunia
mereka. Tanpa sadar kita akan memproyeksikan maksud kita pada
perilaku mereka dan menyebut diri kita bertindak objektif.

Hal ini secara signifikan membatasi potensi pribadi kita dan kemampuan
kita untuk berhubungan dengan orang lain. Namun, karena kemampuan
manusia yang unik ini, yakni kesadaran diri, kita dapat memeriksa
paradigma kita untuk menentukan apakah paradigma ini didasari
kenyataan – atau berdasarkan prinsip – atau apakah paradigma ini
merupakan fungsi dari kondisi dan pengkondisian.

CERMIN SOSIAL
Bila satu-satunya visi yang kita miliki tentang diri kita datang dari cermin
sosial – dari paradigma sosial saat ini dan dari opini, persepsi, serta
paradigma orang di sekeliling kita – pandangan kita tentang diri kita
sendiri menyerupai pantulan di wahana rumah kaca pasar malam.
“Kamu tidak pernah tepat waktu.”
“Kenapa kamu tidak dapat merapihkan barang-barangmu?”
“Kamu pasti seniman!”
“kamu makan banyak sekali!”
“Sulit dipercaya kamu menang!”
“Ini mudah sekali. Kenapa kamu tidak paham?”

Berbagai visi ini tidak beraturan dan berlebihan. Visi-visi ini sering kali
berupa proyeksi daripada cerminan, yang memproyeksikan
kekhawatiran dan kelemahan karakter kita oleh orang yang memberikan
masukan, bukannya mencerminkan secara akurat siapa kita
sesungguhnya.

Cerminan paradigma sosial saat ini menunjukkan kepada kita bahwa


kita sangat ditentukan oleh pengkondisian dan kondisi. Kita memang
mengakui adanya kekuatan pengkondisian yang luar biasa dalam
kehidupan kita dengan mengatakan bahwa kita ditentukan olehnya,
tetapi karena kita tidak dikendalikan oleh pengaruh itu, hal ini
menciptakan peta yang sangat berbeda.

Sebenarnya ada tiga peta sosial – tiga teori determinisme yang diterima
secara luas, mandiri atau kombinasi keduanya, untuk menjelaskan sifat
manusia. Determinisme genetik pada dasarnya mengatakan ini terjadi
karena kakek nenek anda. Inilah sebabnya anda mempunyai perangai
pemarah. Kakek nenek anda juga mudah marah, dan perangai ini ada

4
dalam DNA anda. Perilaku ini diteruskan dari generasi ke generasi dan
anda mewarisinya. Sebagai tambahan, anda orang Irlandia, dan itulah
sifat orang Irlandia.

Determinisme fisik pada dasarnya hal ini terjadi karena orang tua anda.
Cara mereka membesarkan anda, pengalaman masa kanak-kanak anda
pada intinya menyusun kecenderungan pribadi anda dan struktur
karakter anda. Itulah sebabnya anda menjadi takut berada di depan
kelompok. Itu karena cara orangtua anda membesarkan anda. Anda
merasa sangat bersalah jika melakukan kesalahan karena jauh di dalam
hati anda “ingat” naskah emosional ketika anda dulu sangat rapuh,
lembut, dan bergantung. Anda “ingat” hukuman emosional, penolakan,
dibandingkan dengan orang lain ketika kinerja anda tidak sebaik yang
diharapkan.

Determinisme lingkungan pada intinya mengatakan ini terjadi karena


atasan anda – atau pasangan anda, atau remaja nakal itu, atau situasi
perekonomian anda, atau kebijakan nasional. Seseorang atau sesuatu
di lingkungan anda bertanggungjawab atas situasi anda.

Setiap peta ini didasarkan pada terori stimulus/respons yang sering kali
kita pikirkan sehubungan dengan eksperimen Pavlov terhadap anjing.
Gagasan dasarnya adalah kita dikondisikan untuk merespons dengan
cara atas stimulus tertentu.

5
6
Seberapa akurat dan fungsional peta deterministik ini menggambarkan
wilayah? Seberapa jelas cermin ini mencerminkan sifat manusia yang
sebenarnya? Apakah cerminan ini menjadi ramalan yang terwujud
sendiri? Apakah cerminan ini didasarkan pada prinsip yang dapat kita
validasi dalam diri kita sendiri?

ANTARA STIMULUS DAN RESPONS


Untuk menjawab pertanyaan itu di atas, saya akan menceritakan kepada
anda kisah dari Victor Frankl.

Frankl adalah seseorang determinis yang dibesarkan dalam tradisi


psikologi ala Freud, yang mendalilkan bahwa apapun yang terjadi
semasa anda kecil membentuk karakter dan kepribadian anda, serta
pada dasarnya mengendalikan seluruh hidup anda. Batasan dan
parameter kehidupan anda sudah ditetapkan, pada intinya anda tidak
dapat berbuat banyak tentang hal itu.

Frank juga seorang psikiater dan keturunan Yahudi. Ia dipenjara di kamp


konsentrasi Nazi Jerman, tempat ia mengalami berbagai hal yang begitu
mengerikan bagi rasa kesusilaan kita sehingga memikirkannya pun
membuat kita merinding.

Orangtua, saudara laki-laki, dan istrinya meninggal di kamp konsentrasi


atau dikirim ke kamar gas. Seluruh keluarganya meninggal, hanya
tersisa saudara perempuannya. Frankl sendiri mengalami siksaan dan
penghinaan bertubi-tubi tanpa pernah mengetahui, apakah hidupnya
akan berakhir dikamar gas atau ia akan menjadi salah satu orang yang
“terselamatkan” yang membuang mayat atau menyerok abu mereka
yang ditakdirkan meninggal.

Suatu hari dalam keadaan telanjang dan sendirian di sebuah ruangan


kecil, ia mulai menyadari apa yang belakangan ia sebut sebagai
“kebebasan terakhir manusia” – kebebasan yang tidak dapat dirampas
oleh tentara Nazi yang menangkapnya. Tentara Nazi dapat saja
mengendalikan seluruh lingkungannya, mereka dapat melakukan apa
saja yang mereka kehendaki dengan tubuh Frankl, tetapi Victor Frankl
sendiri adalah makhluk sadar diri yang mampu melihat sebagai seorang
pengamat atas keterlibatan dirinya sendiri. Identitas dasar dirinya tetap
utuh. Ia dapat memutuskan dalam dirinya sendiri bagaimana semua ini

7
akan mempengaruhinya. Antara peristiwa yang menimpanya, atau
stimulus, dan resposnya terhadap peristiwa ini terdapat kebebasan atau
kekuasaan untuk memilih respons tersebut.

Di tengah pengalamannya, Frankl membayangkan diri berada dalam


suasana berbeda, seperti mengajar mahasiswanya setelah ia
dibebaskan dari kamp konsentrasi. Di pikirannya ia menggambarkan
dirinya di ruang kelas, mengajarkan pelajaran yang ia dapatkan selama
penyiksaan di kamp konsentrasi.

Melalui serangkaian latihan ini – mental, emosional, dan moral, terutama


menggunakan memori dan imajinasinya – ia melatih embrio
kebebasannya yang semula kecil menjadi besar dan semakin
membesar, sampai akhirnya memiliki lebih banyak kebebasan dari
tentara Nazi yang menangkapnya. Tentara Nazi itu mempunyai lebih
banyak kebebasan, lebih banyak opsi untuk memilih di lingkungan
mereka; tetapi Frankl memiliki lebih banyak kebebasan, lebih banyak
kekuatan internal untuk melatih opsinya. Ia pun menjadi inspirasi bagi
orang-orang di sekitarnya, bahkan beberapa sipir. Ia membantu orang
lain menemukan arti penderitaan dan martabat mereka dalam
keberadaan mereka di penjara.

Ditengah situasi paling hina tersebut, Fraankl menggunakan


kemampuan dasar manusia berupa kesadaran diri untuk menemukan
prinsip mendasar tentang sifat manusia: Di antara stimulus dan
respons, manusia memiliki kebebasan untuk memilih.

Dalam kebebasan memilih inilah terdapat Anugrah Unik Manusia, yang


menjadikan kita makhluk yang unik. Selain kesadaran diri, kita juga
memiliki imajinasi – kemampuan menciptakan di pikiran kita melebihi
kenyataan saat ini. Kita memiliki nurani – kesadaran batin yang
mendalam tentang benar dan salah, prinsip-prinsip yang mengatur
perilaku kita, dan pengertian tentang tingkat sejauh mana pikiran serta
tindakan selaras prinsip-prinsip tersebut. Kita juga memiliki kehendak
bebas – kemampuan untuk bertindak berdasarkan kesadaran diri,
bebas dari semua pengaruh lain.
Bahkan hewan yang paling cerdas sekalipun tidak memiliki berbagai
anugerah dasar ini. Dengan menggunakan metafor komputer, hewan
diprogram oleh naluri dan/atau pelatihan. Hewan dapat dilatih untuk
bertanggung jawab, tetapi hewan tidak dapat menerima tanggung jawab
untuk pelatihan itu, dengan kata lain hewan tidak dapat mengaturnya.
Hewan tidak dapat merubah programnya. Hewan bahkan tidak
menyadari adanya program tersebut.

8
Akan tetapi, karena anugerah unik manusia ini kita dapat menulis
program baru untuk diri kita sendiri yang sepenuhnya berbeda dari naluri
dan latihan kita. Itulah sebabnya kemampuan hewan relatif terbatas
sedangkan manusia tidak terbatas. Namun, jika kita hidup seperti
hewan, hanya berdasarkan naluri, pengkondisian, kondisi kita sendiri,
hanya mengikuti ingatan kolektif kita, kitapun juga akan menjadi
terbatas.

Paradigma deterministik terutama berasal dari studi tentang hewan –


tikus, monyet, burung merpati, anjing – dan penderita penyakit gila serta
penyakit syaraf. Meskipun studi ini mungkin memenuhi kriteria tertentu
dari beberapa penelitian karena sifatnya yang terukur dan dapat
diramalkan, sejarah umat manusia serta kesadaran diri kita
memberitahukan bahwa peta ini sama sekali tidak menggambarkan
wilayahnya sama sekali!

Anugerah unik manusia ini mengangkat derajat manusia di atas dunia


hewan. Sampai sejauh mana kita melatih dan mengembangkan
anugerah unik manusia ini memberdayakan kita untuk memenuhi
potensi manusia yang unik. Diantara stimulus dan respons terdapat
kekuatan hebat kita – kebebasan memilih.

DEFINISI “PROAKTIF”
Dalam menemukan prinsip dasar sifat manusia, Frankl menggambarkan
peta diri yang akurat. Dari situ ia mulai mengembangkan kebiasaan
pertama yang paling mendasar dari manusia yang sangat efektif di
setiap lingkungan apapun, yaitu kebiasaan proaktif.

Walaupun proaktif kini tergolong kata yang cukup umum ditemukan di


tulisan manajemen, kata ini termasuk kata yang tidak akan anda
temukan di sebagian besar kamus. Kata ini bermakna lebih dari sekedar
mengambil inisiatif. Artinya sebagai manusia, kita bertanggung
jawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari
keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita dapat membuat perasaan tunduk
pada nilai-nilai. Kita mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk
mewujudkannya.

Lihatlah kata responsibility – “response – ability” – kemampuan memilih


respons anda. Orang yang sangat proaktif mengakui tanggung jawab
itu. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengkondisian
untuk perilaku mereka. Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar

9
mereka, didasarkan pada nilai-nilai, bukan produk dari kondisi mereka,
yang berdasarkan perasaan.

10
11
Karena kita secara alamiah bersikap proaktif, jika kehidupan kita
merupakan fungsi dari pengkondisian dan kondisi, itu karena kita
berdasarkan keputusan sadar atau sesuai standar untuk memilih
memberdayakan fungsi-fungsi tersebut untuk mengendalikan diri kita.

Sewaktu kita membuat pilihan seperti itu kita menjadi reaktif. Orang
reaktif sering kali dipengaruhi oleh lingkungan fisik mereka. Jika cuaca
sedang bagus, mereka merasa senang. Namun, jika cuaca sedang
buruk, hal itu akan mempengaruhi sikap dan kinerja mereka. Orang
proaktif dapat mengatur cuaca mereka sendiri. Hujan atau terik tidak ada
pengaruhnya bagi mereka. Mereka digerakkan oleh nilai-nilai; dan
jika nilai-nilai mereka adalah harus menghasilkan pekerjaan yang
berkualitas bagus, hal itu bukanlah fungsi dari apakah cuacanya
mendukung atau tidak.

Orang reaktif juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka, oleh


“cuaca sosial”. Ketika orang lain memperlakukan mereka dengan baik,
mereka merasa senang; jika orang tidak memperlakukan dengan baik,
mereka bersikap defensif atau protektif. Orang reaktif membangun
kehidupan emosional mereka di sekitar perilaku orang lain,
memberi kekuatan pada kelemahan orang lain untuk bisa
mengendalikan mereka.

Kemampuan membuat impuls tunduk pada nilai-nilai adalah inti


dari orang proaktif. Orang reaktif digerakkan oleh perasaan, oleh
keadaan, oleh kondisi, oleh lingkungan mereka. Sebaliknya, orang
proaktif digerakkan oleh nilai-nilai – yang sudah dipikirkan secara
cermat dan diseleksi serta dihayati.

Orang proaktif masih dipengaruhi oleh stimulus luar, entah itu fisik,
sosial, atau psikologis. Namun, respons mereka terhadap stimulus
tersebut, baik sadar maupun tidak sadar, adalah pilihan atau respons
yang berdasarkan nilai-nilai.

Seperti disampaikan oleh Eleanor Roosevelt, “tidak ada yang dapat


menyakiti anda tanpa persetujuan anda.” Atau seperti pesan Gandhi,
“mereka tidak dapat merenggut harga diri kita jika kita tidak
memberikannya kepada mereka.” Apa yang terjadi pada diri kita

12
adalah atas persetujuan kita, inilah yang menyakiti kita jauh lebih
besar daripada apa yang sebenarnya terjadi terhadap diri kita.

Saya akui sangatlah sulit untuk menerima secara emosional, terutama


jika kita selama bertahun-tahun telah menjalani penderitaan kita atas
nama keadaan atau perilaku orang lain. Akan tetapi, sebelum orang
dapat mengatakan secara mendalam dan jujur, “saya adalah sosok saya
hari ini karena pilihan yang saya buat kemarin,” orang itu tidak dapat
mengatakan, “saya memilih yang sebaliknya.”

Suatu hari di Sacramento, saat saya tengah menjelaskan materi tentang


proaktif, seorang wanita di antara hadirin berdiri di tengah prsentasi saya
dan mulai berbicara dengan bersemangat. Banyak yang hadir di situ,
dan beberapa dari mereka mulai menengok ke arah wanita ini. Ia
mendadak sadar akan apa yang di lakukannya menjadi malu dan duduk
kembali. Namun, ia sepertinya sulit menahan diri dan mulai berbicara
dengan orang di sekitarnya. Ia terlihat begitu senang.

Saya tidak sabar menunggu waktu istirahat untuk mencari tahu apa
yang terjadi. Ketika waktu istirahat tiba, saya langsung mendatangi
perempuan ini dan bertanya apakah ia bersedia berbagi pengalaman.

“Anda tidak dapat membayangkan apa yang menimpa saya!” serunya.


“Saya perawat untuk pria paling menyebalkan dan tidak tahu berterima
kasih yang mungkin anda tidak dapat membayangkan, apapun yang
saya kerjakan tidak ada satupun yang benar di matanya. Ia tidak pernah
menghargai saya; ia bahkan nyaris tidak mengakui saya. Ia terus-
menerus mencela dan mencari-cari kesalahan saya dari segala sesuatu
yang saya lakukan. Pria ini membuat hidup saya menderita dan saya
jadi sering menumpahkan frustasi saya kepada keluarga. Perawat lain
merasakan hal yang sama. Kami nyaris mendoakan agar ia segera
meninggal.

“lalu, dengan lantang berdiri anda berkata tidak ada yang dapat
menyakiti saya tanpa persetujuan saya, dan bahwa saya memilih
kehidupan emosional saya sendiri untuk menjadi menderita – yah,
awalnya mustahil saya dapat menerimanya.
“Tetapi, saya terus-menerus memikirkannya. Saya benar-benar
instrospeksi diri saya dan mulai bertanya, ‘apakah aku mempunyai
kekuatan untuk memilih respons-ku?’

“Ketika saya akhirnya menyadari bahwa saya sungguh mempunyai


kekuatan itu, ketika saya menelan pil pahit dan sadar bahwa saya telah

13
memilih untuk menjadi menderita, saya juga menyadari bahwa saya
dapat memilih untuk tidak menjadi menderita.

“Saat itulah saya berdiri. Saya merasa seolah-olah dibebaskan dari


penjara San Quentin. Saya ingin berteriak ke seluruh dunia, ‘saya
bebas! Saya keluar dari penjara! Saya bukan lagi orang yang
dikendalikan oleh perlakuan orang lain.’”

Bukan apa yang menimpa diri kita, tetapi respons kita terhadap apa
yang menimpa kitalah yang menyakiti kita. Tentu saja segala sesuatu
dapat menyakiti kita secara fisik atau ekonomi dan dapat menyebabkan
kesedihan. Namun, karakter kita, identitas dasar kita, tidak perlu terluka
sama sekali. Faktanya, sebagian besar pengalaman tersulit kita menjadi
pengalaman yang menempa karakter kita dan mengembangkan
kekuatan internal, kebebasan untuk mengatasi situasi sulit di masa
depan serta menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Frankl adalah salah satu dari sekian banyak orang yang mampu
mengembangkan kebebasan pribadi dalam situasi sulit untuk
mengangkat dan menginspirasi orang lain. Catatan autobiografi para
tahanan perang Vietnam mengungkap kesaksian persuasif tambahan
tentang kekuatan transformasi dari kebebasan pribadi seperti itu dan
efek dari penggunaan yang bertanggung jawab atas kebebasan itu pada
budaya penjara dan pada para tahanan, baik saat itu maupun sekarang.

Kita semua kenal individu-individu yang dalam situasi sangat sulit,


mungkin mengidap penyakit kritis atau cacat fisik parah, tetap
mempertahankan kekuatan emosional yang luar biasa. Betapa kita
terinspirasi dengan integritas mereka! Tidak ada yang lebih
mengesankan pada individu itu selain kesadaran bahwa ia telah
mengatasi kesedihan, mengatasi keadaan, dan mewujudkan serta
mengekspresikan nilai-nilai yang menginspirasi dan memuliakan serta
mengangkat derajat kehidupan manusia.

Victor Frankl menyatakan ada 3 nilai utama dalam kehidupan – ;


pengalaman atau apa yang terjadi pada diri kita; kreativitas atau
apa yang kita wujudkan; dan perilaku atau respons kita dalam
situasi sulit seperti penyakit kritis.

Pengalaman saya sendiri dengan banyak orang memperkuat apa yang


dinyatakan Frankl – bahwa yang tertinggi dari ketiga nilai ini adalah
perilaku, dalam paradigma atau pembuatan kerangka berpikir. Dengan

14
kata lain, yang terpenting adalah bagaimana kita me-respons apa yang
kita alami dalam kehidupan.

Situas yang sulit sering kali menciptakan pergeseran paradigma,


kerangka acuan yang sepenuhnya baru, yang memungkinkan orang-
orang untuk melihat dunia dan diri mereka sendiri serta orang lain di
dalamnya, dan apa yang dituntut oleh kehidupan mereka. Perspektif
mereka lebih besar mencerminkan nilai perilaku yang mengangkat
derajat dan menginspirasi kita semua.

MENGAMBIL INISIATIF
Salah satu sifat dasar kita adalah bertindak sendiri, bukan
bertindak menunggu arahan. Selain memudahkan kita memilih
respons terhadap situasi tertentu, sifat ini juga memperkuat kita
untuk menciptakan situasi tertentu.

Mengambil inisiatif bukan berarti bersikap memaksa,


menjengkelkan, atau agresif. Artinya mengakui tanggung jawab
untuk menjadikannya segalanya terjadi.

Selama bertahun-tahun saya sering menasihati orang yang


menginginkan pekerjaan yang lebih baik untuk terlebih dahulu
menunjukkan lebih banyak inisiatif – untuk mengikuti tes minat dan
bakat, mempelajari industri atau bahkan masalah khusus dalam
organisasi yang ingin mereka hadapi. Setelah itu mengembangkan
presentasi efektif yang menunjukkan bagaimana kemampuan mereka
dapat membantu menyelesaikan masalah organisasi. Ini disebut
“menjual solusi”, dan merupakan paradigma yang penting dalam
kesuksesan berbisnis.

Respons yang muncul biasanya setuju – sebagian besar orang dapat


melihat betapa kuatnya pendekatan ini akan mempengaruhi peluang
mereka untuk direkrut atau kemajuan lainnya. Namun, banyak dari
mereka gagal melakukan langkah-langkah penting, inisiatif, untuk
menjadikannya nyata.

“ saya tidak tahu harus kemana jika saya berminat dan ingin mengikuti
tes bakat.”
“Bagaimana saya mempelajari industri dan masalah organisasi? Tidka
ada yang mau membantu saya.”
“Saya tidak punya bayangan bagaimana cara membuat presentasi yang
efektif.”

15
Banyak orang menunggu sesuatu terjadi atau seseorang
membantu mereka. Namun, orang yang pada akhirnya
mendapatkan pekerjaan yang bagus adalah tipe proaktif yang
menjadi solusi atas masalah, bukan menimbulkan masalah bagi diri
mereka sendiri; orang yang mengambil inisiatif untuk melakukan
apapun yang diperlukan, konsisten dengan prinsip yang tepat,
untuk menyelesaikan pekerjaan.

Kapan pun seseorang di keluarga kami, bahkan anak-anak yang masih


kecil, mengambil posisi yang tidak bertanggung jawab dan menunggu
orang lain menjadikannya kenyataan atau memberikan solusi, kami
berkata kepada mereka, “Gunakan R dan I-mu!” (Resourcefulness /
sumber daya dan Inisiatif-mu). Bahkan, sering kali sebelum kami
mengatakannya, mereka menanggapi keluhan mereka sendiri, “Aku tahu
– gunakan R dan I-ku sendiri!”

Menuntut seseorang untuk tetap bertanggung jawab tidak bermaksud


merendahkan, tetapi malah menguatkan. Proaktivitas merupakan
bagian dari sifat manusia, dan walaupun otot-otot proaktivitas kita
mungkin sedang tertidur, namun otak proaktif itu ada. Dengan
menghargai sikap proaktif orang lain, kita setidaknya memberi mereka
satu pantulan jelas yang tidak menyimpang dari cermin sosial.

Tentu saja tingkat kedewasan setiap orang juga harus dipertimbangkan.


Kita tidak dapat mengharapkan kerja sama kretaif yang tinggi dari
mereka yang larut dalam ketergantungan emosional. Namun, kita dapat,
setidaknya, menegaskan sifat dasar mereka dan menciptakan suasanan
yang memungkinkan orang menangkap peluang serta menyelesaikan
masalah dengan cara yang penuh kemandirian.

BERTINDAK ATAU MENJADI SASARAN TINDAKAN


Perbedaan antara orang yang memiliki inisiatif dan mereka yang tidak
sama seperti perbedaan antara siang dan malam. Saya tidak berbicara
tentang perbedaan efektivitas sebesar 25 hingga 50 persen. Saya bicara
tentang perbedaan sebesar 5.000 persen lebih, terutama jika mereka
termasuk tipe yang cerdas, peduli, dan peka terhadap orang lain.

Dibutuhkan inisiatif untuk menciptakan keseimbangan P/KP


(P=produksi, KP=kemampuan produksi) dari efektivitas dalam
kehidupan untuk mengembangkan tujuh kebiasaan dalam 7 habits.
Efektifitas adanya keseimbangan P Produksi adalah hasil yang didapat,
kasat mata jangka pendek dan KP Kemampuan Produksi, kemampuan
individu untuk menghasilkan, tentu ini upaya jangka panjang. Saat

16
mempelajari enam kebiasaan lainnya dalam 7 habits, anda akan melihat
bahwa setiap kebiasaan sangat tergantung pada pengembangan otot-
otot proaktif anda. Masing-masing kebiasaan menuntut tanggung jawab
anda untuk bertindak. Jika anda menunggu untuk menjadi sasaran
tindakan, anda pun akan menjadi sasaran tindakan. Dan peluang-
peluang pertumbuhan dan konsekuensi ada pada kedua jalan tersebut.

Suatu saat saya pernah bekerja sama dengan sekelompok orang


bergerak pada industri renovasi perumahan, perwakilan dari dua puluh
organisasi berbeda yang bertemu setiap triwulan untuk berbagi angka-
angka pencapaian dan masalah-masalah yang sedang mereka hadapi
dengan cara terbuka.

Hal ini terjadi selama masa resesi berat. Dampak negatif pada industri
ini secara khusus bahkan lebih berat daripada kondisi perekonomian
secara umum. Orang-orang ini agak patah semangat saat kami memulai
pertemuan.

Pada hari pertama, pertanyaan diskusi kami adalah “Apa yang sedang
terjadi pada kita? Apa stimulusnya?” Banyak hal yang sedang terjadi.
Tekanan lingkungan yang kuat. Terjadi banyak pengangguran, dan
banyak dari orang-orang ini terpaksa memberhentikan teman-teman
mereka demi mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Di
akhir pertemuan, setiap peserta bahkan bertambah tidak semangat.

Di hari kedua, kami mengajukan pertanyaan, “ Apa yang akan terjadi di


masa depan?” Kami mempelajari tren lingkungan dengan asumsi reaktif
bahwa kecenderungan tersebut akan mempengaruhi masa depan
mereka. Di akhir pertemuan hari kedua, kami bahkan semakin
bertambah depresi. Situasinya semakin memburuk sebelum kemudian
membaik, dan setiap orang menyadarinya.

Pada hari ketiga, kami memutuskan untuk berfokus pada pertanyaan


proaktif, “Apa respons kita? Apa yang akan kita lakukan? Bagaimana
kita dapat meningkatkan inisiatif dalam situasi ini?”pada pagi hari, kami
membahas cara mengelola dan mengurangi biaya. Sorenya kami
membahas peningkatan pangsa pasar. Kami mendiskusikan seputar
kedua hal tersebut, lalu berkonsentrasi pada beberapa hal yang bersifat
sangat praktis dan sangat mungkin untuk dilaksanakan. Pertemuan ini
ditutup dengan semangat baru dalam bentuk harapan, dan kesadaran
proaktif.

17
Pada akhir pertemuan pada hari ketiga, kami membuat kesimpulan hasil
konferensi dengan tiga bagian yang menjawab pertanyaan, “Bagaimana
bisnis dapat berjalan?”

Bagian pertama: apa yang sedang terjadi pada kita sekarang memang
tidak baik, dan tren menyiratkan kondisinya akan bertambah buruk
sebelum nantinya akan membaik.

Bagian kedua: akan tetapi,yang kita lakukan untuk masa depan sangat
baik, karena kita menjadi lebih baik dalam mengelola dan mengurangi
biaya serta menambah pangsa pasar.

Bagian ketiga: dengan demikian, bisnis kita lebih baik dari sebelumnya.

Sekarang apa yang akan dikatakan oleh orang yang berpikiran reaktif
terhadap hal tersebut? “Ayolah. Hadapi kenyataan. Anda hanya dapat
berfikir positif dan pendekatan psikologi diri sampai di sini saja. Cepat
atau lambat, anda harus menerima kenyataan.”

Namun, itulah perbedaan antara pemikiran positif dan proaktivitas.


Kita memang menghadapi kenyataan. Kita menghadapi kenyataan
tentang situasi saat ini dan gambaran masa depan. Akan tetapi, kita
juga menerima kenyataan bahwa kita memiliki kekuatan untuk
memilih respons positif terhadap situasi dan gambaran tadi. Tidak
mau menghadapi kenyataan berarti menerima pemikiran bahwa
yang terjadi di lingkungan kita harus menentukan kita.

Bisnis, kelompok masyarakat, segala jenis organisasi – termasuk


keluarga - dapat bersikap proaktif. Mereka dapat menggabungkan
kreatifitas dan sumber daya dari individu yang proaktif untuk
menciptakan budaya proaktif dalam organisasi. Organisasi tidak harus
berada dibawah kendali lingkungan; organisasi dapat juga mengambil
inisiatif untuk mencapai nila-nilai dan tujuan bersama dari individu-
individu yang terlibat di dalamnya.

18
MENDENGARKAN BAHASA KITA

19
Sikap dan perilaku kita terpancar dari paradigma kita, jika kita
menggunakan kesadaran diri untuk memeriksa sikap dan perilaku
tersebut, kita kerap kali dapat melihat sifat dari peta mendasar kita.
Bahasa kita, misalnya, adalah indikator yang sangat nyata sejauh mana
kita menganggap diri kita sebagai orang proaktif.

Bahasa orang reaktif melepaskan mereka dari tanggung jawab.


“Itulah aku. Begitulah adanya aku.” Aku sudah ditakdirkan begini. Tidak
ada yang dapat kulakukan dengannya.
“Ia membuatku sangat marah!” aku tidak bertanggung jawab. Kehidupan
emosionalku diatur oleh sesuatu yang berada diluar kendaliku.
“Aku tidak dapat melakukannya. Aku tidak punya waktu.” Sesuatu di luar
diriku – waktu yang terbatas – mengendalikan diri saya.
“Andai istriku lebih bersabar.” Perilaku orang lain membatasi
efektifitasku.
“Aku harus melakukannya.” Keadaan atau orang lain memaksaku
melakukan hal yang harus kulakukan. Aku tidak leluasa memilih
tindakanku sendiri.

Bahasa reaktif berasal dari paradigma dasar tentang determinisme. Inti


dari hal itu adalah transfer tanggung jawab. Aku tidak bertanggung
jawab, tidak mampu memilih responsku sendiri.

Suatu ketika, seorang mahasiswa bertanya kepada saya, “Apakah anda


dapat mengizinkan saya keluar kelas? Saya harus mengikuti
pertandingan tenis.”

BAHASA REAKTIF BAHASA PROAKTIF


Tidak ada yang dapat saya lakukan Mari kita lihat alternatif yg ada
Begitulah adanya saya Saya dpt memilih pendekatan
Yang berbeda
Ia membuatku sangat marah Saya mengendalikan perasaan
Saya sendiri
Mereka tidak akan mengizinkan hal itu Saya dpt membuat presentasi
Yang efektif
Aku terpaksa melakukan itu Saya akan memilih respons
Yang sesuai
Saya tidak dapat Saya memilih
Saya harus Saya lebih suka
Seandainya saja Saya akan

20
“Kamu harus pergi, atau kamu memilih pergi?” tanya saya.
“Saya harus pergi,” serunya.
“Apa yang akan terjadi jika kamu tidak datang?”
“Saya pasti dikeluarkan dari tim.”
“Apakah kamu menyukai konsekuensi itu?”
“Saya tidak mau menerima konsekuensi itu.”
“Dengan kata lain, kamu memilih pergi karena kamu ingin tetap ada di
tim. Apa yang akan terjadi kalau kamu melewatkan kelas saya?”
“Entahlah.”
“Pikir lagi. Coba kamu pikirkan apa konsekuensi yang wajar jika absen di
kelas?”
“Anda tidak akan mengeluarkan saya, kan?”
“Itu konsekuensi sosial. Jika kamu tidak ikut tim tenis, kamu tidak
bermain. Itu wajar. Namun, jika kamu absen di kelas, apa konsekuensi
wajarnya?”
“Saya pikir saya akan melewatkan mata pelajaran anda.”
“Benar. Jadi, kamu harus menimbang konsekuensi itu dengan
konsekuensi lainnya dan mengambil pilihan. Saya tahu kalau ada di
posisimu, saya akan memilih tim tenis. Namun, bukan berarti kamu
harus melakukannya.”
“Saya memilih pertandingan tenis,” jawabnya dengan suara lemah.
“Dan melewatkan kelas saya?” sahut saya dengan keterkejutan yang
pura-pura.

Yang menjadi masalah serius dengan Bahasa reaktif adalah hal ini
menjadi ramalan negative yang terbukti dengan sendirinya. Orang
dikuatkan oleh paradigma bahwa mereka sudah ditakdirkan begitu, dan
menghasilkan bukti untuk menunjang keyakinan ini. Mereka merasa
sangat dikorbankan dan berada di luar kendali, tidak memegang kendali
atas kehidupan atau takdir mereka. Mereka menyalahkan kekuatan luar
– orang lain, keadaan, bahkan bintang – atas situasi mereka sendiri.

Pada suatu seminar, saat saya membahas konsep proaktivitas, seorang


pria maju dan berkata, “Stephen, saya suka yang ada sampaikan.
Namun, setiap situasi sangatlah berbeda. Contohnya pernikahan saya.
Saya sangat khawatir. Saya dan istri kini tidak lagi memiliki perasaan
seperti yang dulu kami rasakan satu sama lain. Sepertinya saya tidak
mencintainya lagi dan ia tidak mencintai saya. Apa yang harus saya
lakukan?”
“Perasaan itu sudah tidak ada lagi?” tanya saya.

21
“Benar,” ia kembali menegaskan. “Padahal kami punya tiga anak, dan
kami sangat peduli pada mereka. Apa saran anda?”
“Cintai dia,” sahut saya.
“Anda tidak mengerti. Perasaan cinta itu tidak ada lagi.”
“Kalau begitu cinta dia. Jika rasa itu tidak ada, itu alasan yang bagus
untuk mencintainya.”
“Tetapi bagaimana anda mencintai ketika anda tidak mencintai?”
“Sahabatku, mencintai adalah kata kerja. Cinta – perasaan – adalah
buah dari mencintai, kata kerja. Jadi, cintailah dia. Layani dia.
Berkorbanlah. Dengarkan dia. Berempati. Hargai. Tegaskan pada dia.
Apakah anda bersedia melakukannya?”

Dalam literature hebat tentang masyarakat yang progresif, mencintai


adalah kata kerja. Orang reaktif menjadikan kata ini sebagai perasaan.
Mereka digerakkan oleh perasaan. Hollywood secara umum
mengarahkan kita untuk percaya bahwa kita tidak bertanggung jawab,
bahwa kita adalah produk dari perasaan kita. Namun, naskah Hollywood
tidak menggambarkan realitas. Jika perasaan kita mengontrol tindakan
kita, itu karena kita telah melepaskan tanggung jawab dan
memberdayakan perasaan untuk melakukannya.

Orang proaktif menjadikan mencintai sebagai kata kerja. Mencintai


adalah sesuatu yang anda lakukan; pengorbanan yang anda lakukan,
pemberian dari diri, seperti halnya ibu yang melahirkan bayinya ke
dunia. Jika anda ingin mempelajari cinta, amatilah mereka yang
berkorban untuk orang lain, bahkan untuk orang yang memusuhinya
atau tidak membalas cintanya. Jika anda adalah orangtua lihatlah cinta
yang anda berikan untuk anak-anak anda dan anda rela berkorban
untuknya. Cinta adalah nilai yang diwujudkan dalam tindakan mengasihi.
Orang proaktif menjadikan perasaan tunduk pada nilai-nilai. Cinta,
perasaan itu, dapat direbut kembali.

LINGKARAN KEPEDULIAN/LINGKARAN PENGARUH


Satu cara lainnya yang luar biasa untuk menjadi lebih sadar diri
sehubungan dengan tingkat proaktivitas kita adalah dengan melihat di
mana kita memfokuskan waktu dan energy kita. Masing-masing dari kita
mempunyai jangkauan kepedulian yang luas – kesehatan kita, anak-
anak kita, masalah di tempat kerja, hutang negara, perang nuklir. Kita
dapat memisahkannya dari hal-hal yang kita tidak memiliki keterlibatan
secara mental ataupun emosional dengan menciptakan “Lingkungan
Kepedulian”.

22
23
Saat kita melihat hal-hal yang ada di dalam lingkaran kepedulian
kita, terlihat jelas bahwa ada beberapa hal yang kita tidak dapat
kendalikan secara langsung, dan ada hal-hal lain yang
memungkinkan kita dapat kendalikan. Kita kemudian dapat
mengelompokkan bagian yang terakhir ini ke dalam Lingkaran Pengaruh
yang lebih kecil.

Dengan menentukan mana dari kedua lingkaran ini yang menjadi focus
sebagian besar waktu dan energi anda, kita dapat menemukan banyak
hal tentang tingkat proaktivitas kita.

Orang proaktif memfokuskan usahanya pada Lingkaran Pengaruh.


Mereka membenahi hal-hal yang dapat mereka perbaiki.

24
25
Sifat alamiah energi mereka adalah positif, memperbesar dan
memperluas yang menyebabkan Lingkaran Pengaruh mereka
membesar.

Di sisi lain, orang kreatif memfokuskan usahanya pada Lingkaran


Kepedulian. Mereka berfokus pada kelemahan orang lain, permasalahan
di lingkungan, dan keadaan yang tidak dapat mereka kendalikan. Focus
mereka berujung pada sikap menyalahkan dan menuding, Bahasa
reaktif, serta meningkatnya perasaan menjadi korban. Energy negative
yang dihasilkan oleh focus ini, digabungkan dengan ketidakpedulian
terhadap hal-hal yang dapat mereka perbuat, menyebabkan Lingkaran
Pengaruh mereka makin menciut atau mengecil.

Selama kita bekerja pada Lingkaran Kepedulian, kita


memberdayakan hal-hal di dalamnya untuk mengendalikan kita.
Kita tidak mengambil inisiatif proaktif yang diperlukan untuk
mencapai perubahan yang positif.

26
27
Oleh karena posisi, kekayaan, peran, atau hubungan, ada sejumlah
keadaan menyebabkan Lingkaran Pengaruh seseorang lebih besar dari
Lingkaran Kepedulian-nya.

Situasi ini mencerminkan kerabunan emosional diakibatkan


perubahannya sendiri – gaya hidup egois reaktif yang difokuskan dalam
lingkaran kepedulian.

Meskipun mungkin harus memprioritaskan penggunaan pengaruh


mereka, orang proaktif mempunyai Lingkaran Kepedulian yang
setidaknya sama besar dengan Lingkaran Pengaruh, mereka
menerima tanggung jawab untuk menggunakan pengaruh mereka
secara efektif.

KONTROL LANGSUNG, KONTROL TIDAK LANGSUNG DAN TANPA


KONTROL
Masalah-masalah yang kita hadapi masuk dalam satu dari tiga bagian:
kontrol langsung (masalah yang melibatkan perilaku kita sendiri); kontrol
tidak langsung (masalah yang melibatkan perilaku orang lain), atau
tanpa kontrol (masalah yang kita tidak dapat berbuat langsung
terhadapnya, seperti masa lalu kita atau kenyataan situasional).
Pendekatan proaktif menempatkan tahap pertama pada solusi dari
ketiga tipe masalah dalam Lingkaran Pengaruh kita sekarang ini.

Masalah kontrol langsung diselesaikan dengan membenahi kebiasaan


kita. Masalah ini jelas ada dalam Lingkaran Pengaruh kita. Ini disebut
“Kemenangan Pribadi” dari kebiasaan 1, 2, dan 3 dalam 7 habits.

Masalah kontrol tidak langsung diselesaikan dengan mengubah metode


pengaruh kita. Ini dinamakan “Kemenangan Publik” dari kebiasaan 4, 5,
dan 6 dalam 7 habits. Saya pribadi telah mengidentifikasi lebih dari tiga
puluh metode berbeda tentang pengaruh manusia – empati yang
berbeda dengan konfrontasi, dan teladan yang berbeda dengan
persuasi. Sebagian besar orang hanya mempunyai tiga atau empat
metode ini dalam daftar mereka, yang biasanya dimulai dengan
penalaran, dan jika tidak berhasil berpindah ke melawan atau melarikan
diri. Betapa melegakannya bahwa saya dapat mempelajari metode baru
tentang pengaruh manusia daripada terus-menerus berusaha
menggunakan metode lama yang tidak efektif untuk “membentuk”orang
lain! Saya ajak setiap pembaca untuk memikirkan metode
memperbesar ruang pengaruh di setiap masalah yang kita hadapai

28
Masalah tanpa kontrol memerlukan pengambilan tanggung jawab untuk
mengubah hasil dengan berani – untuk tersenyum, untuk dengan hangat
dan tulus menerima masalah ini. Serta belajar menjalaninya, meskipun
kita tidak menyukainya. Dengan cara ini, kita tidak memberdayakan
masalah ini untuk mengendalikan kita. Kita berbagi dalam semangat
yang tertuang dalam doa perkumpulan mantan pecandu alcohol
Alcoholics Anonymous, “Tuhan, beri aku keberanian untuk mengubah
hal-hal yang dapat dan seharusnya diubah, kedamaian untuk menerima
hal-hal yang tidak dapat diubah, dan kebijaksanaan untuk mengetahui
perbedannya.”

Entah masalah itu tergolong kontrol langsung, kontrol tidak langsung,


atau tanpa kontrol, kita memiliki langkah awal dalam diri kita untuk
pemecahannya. Mengubah kebiasaan kita, mengubah metode pengaruh
kita, dan mengubah cara kita melihat masalah yang tak terkontrol
semuanya di dalam Lingkaran Pengaruh kita.
MEMPERLUAS LINGKARAN PENGARUH
Sangat menggairahkan untuk menyadari bahwa dalam memilih repons
kita terhadap keadaan, kita dapat dengan kuat mempengaruhi keadaan
kita. Ketika kita mengubah satu bagian dari rumus kimia, secara alami
kita mengubah hasilnya.

“Ia baru 56 tahun,” sahut temannya. “Apa menurutmu kamu dapat


bertahan selama enam tahun lagi?”
“Entahlah. Ia tipe orang yang mungkin tidak akan pensiun.”

Namun, salah seorang eksekutif bersikap proaktif. Ia digerakkan oleh


nilai-nilai, bukan perasaan, ia mengambil inisiatif – ia mengantisipasi, ia
berempati, dan ia membaca situasi. Ia tidak buta dengan kelemahan
sang presiden direktur. Namun, bukan mengkritiknya, tetapi ia
mengimbangi kelemahannya. Karena sang presiden direktur memiliki
kelemahan dalam gaya kepemimpinannya, ia berusaha mendukung
orang-orangnya sendiri dan menjadikan kelemahan-kelemahannya itu
tidak relevan. Ia juga berupaya mengimbangi kekuatan sang presiden
direktur dengan – visi, bakat, dan kreativitasnya.

Pria ini berfokus pada Lingkaran Pengaruh-nya. Ia juga diperlakukan


seperti pesuruh. Akan tetapi, ia melakukan lebih dari yang diharapkan
atas dirinya. Ia mengantisipasi kebutuhan sang presiden direktur. Ia
membaca dengan empati kekhawatiran mendasar yang dirasakan sang
presiden sehingga ketika memberikan laporan berdasarkan analisis dan
rekomendasinya berdasarkan hasil analisis tersebut.

29
Pada suatu hari saya berdiskusi dengan sang presiden direktur dalam
kapasitas saya sebagai penasihat. Ia berkata, “Stephen, saya tidak
percaya dengan apa yang dilakukan pria ini. Ia tidak hanya memberikan
informasi yang saya minta, tetapi menyediakan informasi tambahan
yang memang kami butuhkan. Ia bahkan memberikan analisisnya dari
segi kekhawatiran paling mendalam saya, juga daftar rekomendasinya.

“Rekomendasi itu konsisten dengan analisis, dan analisis itu konsisten


dengan data. Ia luar biasa! Betapa leganya saya karena tidak perlu lagi
mencemaskan bagian bisnis yang satu ini.”

Pada pertemuan berikutnya, ia mengatakan “lakukan ini” dan “lakukan


itu” kepada semua jajaran eksekutifnya… kecuali kepada pria ini.
Kepada pria ini, ia berkata “Apa pendapatmu?” Lingkaran Pengaruh-nya
telah tumbuh.

Hal ini menimbulkan sedikit kegemparan dalam organisasi. Para


eksekutif yang berpikiran reaktif di koridor mulai menembakkan amunisi
balas dendam kepada sang pria proaktif.

Ini adalah merupakan sifat orang reaktif untuk membebaskan diri dari
tanggung jawab. Lebih aman untuk berkata, “Saya tidak bertanggung
jawab.” Jika saya berkata, “Saya bertanggung jawab,” saya mungkin
harus mengatakan, “Saya tidak bertanggung jawab.” Sangat sulit bagi
saya untuk mengatakan bahwa saya memiliki kekuatan untuk memilih
respons saya, dan bahwa respons yang saya pilih akan mengakibatkan
keterlibatan saya dalam lingkungan yang negative dan bersifat
persekongkolan. Terutama jika selama bertahun-tahun saya telah
melepaskan diri dari tanggung jawab atas nama kelemahan orang lain.

Jadi, para eksekutif ini berfokus mencari lebih banyak informasi, lebih
banyak amunisi, dan lebih banyak bukti tentang kenapa mereka tidak
bertanggung jawab.

Namun, pria ini juga bersikap proaktif terhadap mereka. Sedikit demi
sedikit Lingkaran Pengaruh-nya terhadap mereka juga bertambah.
Lingkaran ini terus meluas hingga pada akhirnya tidak seorang pun
melakukan langkah signifikan dalam organisasi tanpa keterlibatan dan
persetujuannya, termasuk sang presiden direktur. Akan tetapi, sang
presiden direktur tidak merasa terancam karena kekuatan pria ini
melengkapi kekuatannya dan mengimbangi kelemahannya. Alhasil, ia
mempunyai kekuatan dua orang, sebuah tim yang saling melengkapi.

30
Keberhasilan orang ini tidak bergantung pada keadannya. Banyak orang
berada dalam situasi serupa. Pilihan responsnya terhadap keadaan itu
dan fokusnya pada Lingkaran Pengaruh-nya yang menjadikannya
berbeda.

Ada beberapa orang yang menafsirkan “proaktif” sebagai memaksa,


agresif, atau tidak peka; tetapi itu sama sekali tidak benar. Orang
proaktif bukan pemaksa. Mereka cerdas, mereka digerakkan oleh nilai,
mereka membaca kenyataan, dan mereka tahu apa yang dibutuhkan.

Ambil contoh Gandhi. Para pengkritiknya yang duduk di dewan legislatif


mencelanya karena tidak bergabung dalam retorika Lingkaran
Kepedulian mereka untuk mengecam Kerajaan Inggris atas penjajahan
mereka terhadap rakyat India. Namun, Gandhi malah berada di sawah,
dengan diam-diam, perlahan-lahan, tanpa kentara memperluas
Lingkaran Pengaruh-nya pada mereka yang bekerja di sawah. Sebuah
landasan yang penuh dengan dukungan, keyakinan, kepercayaan
menyertainya seluruh penjuru negeri. Walaupun Gandhi tidak
memangku jabatan di kantor atau politik, lewat kasih sayang,
keberanian, puasa, dan persuasive moralnya, pada akhirnya ia berhasil
membuat Inggris bertekuk lutut, mengalahkan dominasi politik dari 300
juta penduduk dengan memperbesar kekuatan Lingkaran Pengaruh.

“MEMPUNYAI” DAN “MENJADI”


Salah satu cara untuk menentukan di lingkaran mana perhatian kita
berada adalah dengan membedakan antara mempunyai dan menjadi.
Lingkaran Kepedulian diisi dengan kata mempunyai:
“Aku akan bahagia ketika aku mempunyai rumah yang sudah terbayar
lunas.”
“Andai aku mempunyai atasan yang bukan dictator…..”
“Andai aku mempunyai suami yang lebih sabar…..”
“Jika aku mempunyai anak yang lebih penurut…..”
“Jika aku mempunyai gelar…..?
“Andai aku mempunyai waktu lebih untuk diriku sendiri…..”
Lingkaran Pengaruh diisi dengan kata menjadi – Aku dapat menjadi
lebih sabar, menjadi bijaksana, menjadi penuh cinta. Itu adalah fokus
karakter.

31
32
Setiap kali kita berpikir masalah ada “di luar sana,” pemikiran
itulah yang menjadi masalahnya. Kita memberdayakan apa yang
ada diluar sana untuk mengendalikan kita. Paradigma
perubahannya “dari luar-ke dalam” – yang ada di luar sana harus
berubah sebelum kita dapat berubah.

Pendekatan proaktif adalah mengubah dari dalam ke luar. Menjadi


berbeda, dan dengan menjadi berbeda, mencapai perubahan positif
pada apa yang ada di luar sana – aku dapat menjadi lebih banyak akal,
aku dapat menjadi lebih rajin, aku dapat menjadi lebih kreatif, dan aku
dapat menjadi lebih kooperatif.

Memahami lebih jauh proaktifitas. Seandainya saya mengalami


permasalahan perkawinan saya, apa yang benar-benar saya peroleh
dengan berulang-ulang menyatakan dosa istri saya?. Dengan
mengatakan bahwa saya tidak bertanggung jawab, saya membuat diri
saya menjadi korban tidak berdaya. Saya melumpuhkan diri saya dalam
situasi yang negative. Saya juga mengikis kemampuan saya untuk
mempengaruhi istri saya – omelan, tuduhan, dan sikap saya yang
mencela hanya membuatnya merasa benar dalam kelemahannya
sendiri. Kritik saya lebih buruk daripada perbuatan yang ingin saya
perbaiki. Kemampuan saya untuk secara positif mempengaruhi pada
situasi yang ada justru membuat layu dan mati.

Seandainya saya sungguh-sungguh ingin memperbaiki situasi saya


dengan membenahi satu hal yang dapat saya kendalikan yaitu diri saya
sendiri. Saya dapat berusaha berhenti membentuk istri saya dan
memperbaiki kelemahan saya sendiri. Saya dapat berfokus dengan
menjadi pasangan yang luar biasa, sumber dari cinta dan dukungan
tanpa syarat. Mudah-mudahan istri saya akan merasakan kekuatan
teladan proaktif tersebut dan memberi merespons dengan cara yang
sama. Namun, entah ia memberi respons atau tidak, cara paling positif
yang dapat saya pengaruhi pada situasi saya adalah dengan
memperbaiki diri saya sendiri, dalam upaya saya untuk menjadi.

Ada banyak cara untuk bekerja dalam Lingkaran Pengaruh –


menjadi pendengar yang baik, menjadi pasangan yang saling
mengasihi, menjadi siswa yang lebih baik, menjadi karyawan yang
lebih kooperatif dan berdedikasi. Kadang hal paling proaktif yang
dapat kita lakukan adalah menjadi bahagia, cukup tersenyum
dengan tulus. Kebahagiaan sama halnya seperti kesedihan, adalah
pilihan proaktif. Ada hal-hal seperti cuaca, yang tidak akan pernah
dilibatkan dalam Lingkaran Pengaruh kita. Namun, sebagai orang

33
proaktif, kita dapat mengatur cuaca fisik atau sosial kita sendiri. Kita
dapat menjadi bahagia dan menerima hal-hal yang saat ini tidak dapat
kita kendalikan, sambil memfokuskan upaya pada apa yang dapat kita
lakukan.

UJUNG LAIN DARI TONGKAT


Sebelum sepenuhnya mengubah fokus hidup kita ke Lingkaran
Pengaruh, kita harus mempertimbangkan dua hal lain dalam Lingkaran
Kepedulian kita yang layak dipikirkan mendalam – konsekuensi dan
kesalahan.

Meskipun kita bebas memilih tindakan kita, kita tidak bebas


memilih konsekuensi dari tindakan itu. Konsekuenasi diatur oleh
hukum alam, berada di luar Lingkaran Kepedulian. Kita dapat
memutuskan untuk melangkah ke depan kereta yang melaju
dengan cepat, tetapi kita tidak dapat memutuskan apa yang akan
terjadi saat kereta menabrak kita.

Kita dapat memutuskan bersikap tidak jujur dalam transaksi bisnis.


Walaupun konsekuensi social dari keputusan ini mungkin bervariasi,
tergantung pada apakah kita ketahuan atau tidak, konsekuensi wajarnya
terhadap karakter dasar kita adalah hasil yang pasti.

Perilaku kita diatur oleh prinsip. Hidup selaras dengan prinsip


mendatangkan konsekuensi positif; melanggarnya akan
mendatangkan konsekuensi negatif. Kita bebas memilih respons kita
terhadap situasi apa pun, tetapi saat melakukannya kita memilih
konsekuensi yang menyertainya. “Ketika kita mengangkat satu ujung
tongkat, kita mengangkat ujung yang lain.”

Jelaslah, ada saat-saat dalam setiap kehidupan kita belakangan kita


sadari bahawa kita mengangkat tongkat yang salah. Pilihan kita
membawa konsekuensi yang kita rasa lebih baik tidak kita alami.
Seandainya kita punya pilihan untuk mengulangnya kembali, kita akan
melakukannya dengan cara berbeda. Kita menyebut pilihan ini sebagai
kesalahan, dan kesalahan ini adalah hal kedua yang pantas mendapat
pemikiran mendalam.

Untuk mereka yang dipenuhi penyesalan, mungkin latihan proaktivitas


yang paling dibutuhkan adalah menyadari bahwa kesalahan masa lalu
juga berada di dalam Lingkaran Kepedulian. Kita tidak dapat
mengingatnya lagi, kita tidak dapat mengulanginya, kita tidak dapat
mengendalikan konsekuensi yang terjadi karenanya.

34
Sebagai pemain gelandang di kampus, salah satu putra saya terbiasa
menjepret “wrist band” pada pergelangan tangannya sebagai semacam
tanda mental setiap kali ia atau pemain lain melakukan kesalahan
sehingga dengan demikian, kesalahan terakhir ini tidak akan
mempengaruhi penyelesaian dan pelaksanaan permainan berikutnya.

Pendekatan proaktif terhadap kesalahan adalah mengakuinya


dengan cepat, memperbaiki, dan belajar darinya. Hal ini benar-
benar mengubah kegagalan menjadi kesuksesan. “Kesuksesan,”
kata pendiri IBM, T. J. Watson, “berada pada ujung lain dari
kegagalan.”

Namun, tidak mau mengakui kesalahan, tidak memperbaikinya dan


belajar darinya, maka hal itu merupakan kesalahan dari urutan yang
berbeda. Biasanya hal ini membuat orang menipu diri dan
membenarkan diri sendiri, yang sering kali melibatkan rasionalisasi
(kebohongan rasional) pada dirinya sendiri dan orang lain. Kesalahan
kedua ini, tindakan menutup-nutupi, memberi kekuatan pada kesalahan
yang pertama, memberinya kepentingan yang tidak seimbang, dan
menyebabkan cedera yang jauh lebih parah pada diri sendiri.

Bukan apa yang orang lain perbuat atau bahkan bukan pula kesalahan
kita sendiri yang paling melukai kita, tetapi respons kita terhadap hal-hal
itu. Mengejar ular berbisa yang menggigit kita hanya akan membuat
racun bergerak lebih cepat ke seluruh system tubuh kita. Akan jauh lebih
baik untuk mengambil tindakan darurat dengan segera mengeluarkan
bisanya.

Respons kita pada setiap kesalahan mempengaruhi kualitas situasi


berikutnya. Adalah penting untuk segera mengakui dan memperbaiki
kesalahan kita sehingga kesalahan itu tidak mempunyai kekuatan atas
situasi berikutnya dan kitapun memiliki kekuatan lagi.

MEMBUAT DAN MEMENUHI KOMITMEN


Hal paling inti dari Lingkaran Pengaruh kita adalah kemampuan
membuat dan memenuhi komitmen dan janji. Komitmen yang kita buat
kepada diri sendiri dan orang lain, serta integritas kita terhadap
komitmen ini, adalah inti dan menifestasi yang paling jelas dari
proaktivitas kita.

Hal ini merupakan inti pertumbuhan kita. Melalui anugerah unik


manusia yaitu kesadaran diri dan nurani, kita menjadi sadar dengan
kelemahan kita, area yang perlu diperbaiki, area bakat yang dapat

35
dikembangkan, area yang harus diubah atau dihilangkan dari hidup
kita. Lalu, saat kita mengenali dan menggunakan imajinasi serta
kehendak bebas untuk bertindak berdasarkan kesadaran ini –
membuat janji, menetapkan tujuan, dan menepati janji dan tujuan
tadi – kita membangun kekuatan karakter, diri, yang memungkinkan
setiap perubahan positif dalam kehidupan kita.

Disinilah kita menemukan dua cara untuk menempatkan diri kita sebagai
pemegang kendali atas kehidupan kita dengan segera. Kita dapat
membuat janji – dan memenuhinya. Atau kita dapat menetapkan target
– dan berupaya mencapainya. Saat kita membuat dan memenuhi
komitmen, bahkan komitmen kecil, kita mulai membentuk integritas batin
yang memberi kita kesadaran berupa kontrol diri, keberanian, dan
kekuatan untuk menerima lebih banyak tanggung jawab atas kehidupan
kita. Dengan membuat dan memenuhi janji kepada diri sendiri serta
orang lain, sedikit demi sedikit, kehormatan kita menjadi lebih besar
daripada suasana hati kita.

Kekuatan membuat dan memenuhi komitmen kepada diri kita sendiri


adalah inti dari mengembangkan kebiasaan dasar efektivitas.
Pengetahuan, keterampilan, dan keinginan ada dalam kendali kita. Kita
dapat mempengaruhi siapa saja untuk menyeimbangkan ketiganya.
Saat area perpotongan bertambah besar, kita semakin dalam
menghayati prinsip-prinsip yang menjadi dasar kebiasaan, dan
menciptakan kekuatan karakter yang menggerakkan kita dengan cara
yang seimbang ke arah peningkatan efektivitas dalam hidup kita.

PROAKTIVITAS : TES TIGA PULUH HARI


Kita tidak perlu mengalami pengalaman di kamp kematian seperti yang
dialami Frankl untuk mengenali dan mengembangkan proaktivitas kita.
Dalam peristiwa sehari-hari yang biasa kita hadapi dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan proaktif dalam menghadapi
tekanan yang luar biasa di kehidupan. Hal ini adalah
 bagaimana kita membuat dan memenuhi komitmen,
 bagaimana kita menghadapi kemacetan,
 bagaimana kita merespons pelanggan yang marah atau anak yang
tidak menurut. Ini adalah cara kita memandang masalah kita dan
di mana kita memfokuskan energy kita. Ini adalah tentang Bahasa
yang kita gunakan.

Saya menantang anda untuk menguji prinsip proaktivitas selama tiga


puluh hari. Anda cukup mencobanya dan melihat apa yang akan terjadi.
Selama tiga puluh hari, bekerjalah hanya di dalam Lingkaran Pengaruh
36
anda. Buatlah komitmen kecil dan penuhilah. Jadilah sinar, bukan
hakim. Jadilah panutan, buka pengkritik. Jadilah bagian dari solusi,
bukan bagian dari masalah.

Cobalah ini dalam perkawinan anda, keluarga anda, dan pekerjaan


anda. Jangan mendukung kelemahan orang lain. Jangan berargumen
untuk kelemahan orang lain. Ketika anda melakukan kesalahan, akui,
perbaiki, dan ambil pelajaran dari situ – dengan segera. Jangan masuk
ke malah menyalahkan atau menuding. Perbaiki hal-hal yang masih ada
di bawah kendali anda. Benahi diri anda. Berusahalah untuk menjadi.

Lihat kelemahan orang lain dengan kasih sayang, bukan tudingan. Ini
bukan tentang apa yang tidak atau seharusnya mereka lakukan. Ini
tentang respons yang anda pilih atas situasi itu dan apa yang anda
seharusnya lakukan. Jika anda mulai berpikir masalah ada “di luar
sana”, berhentilah. Pemikiran itulah masalahnya.

Orang yang melatih embrio kebebasan mereka hari demi hari, sedikit
demi sedikit, akan memperluas kebiasaan ini. Orang yang tidak
melakukannya akan mendapati bahwa kebebasan ini menjadi layu
sampai akhirnya secara harfiah “menjadi hidup belaka”. Mereka
bertindak berdasarkan naskah yang ditulis oleh orangtua, rekan kerja,
dan masyarakat.

Kita bertanggung jawab atas efektivitas kita sendiri, atas kebahagiaan


kita, dan pada akhirnya, menurut saya, atas sebagian besar keadaan
kita.

Samuel Johnson berkata: “Kualitas seseorang harus muncul melalui


pikiran, orang yang memiliki sedikit sekali pengetahuan tentang sifat
dasar manusia, seperti mencari kebahagiaan dengan mengubah apapun
tetapi tidak mengubah watak mereka sendiri, akan menyia-nyiakan
hidupnya tanpa hasil dan melipat gandakan kesedihan yang sebenarnya
ingin mereka hilangkan.”

Mereka mengetahui bahwa kita bertanggung jawab – “mampu


merespons” – adalah merupakan dasar dari efektivitas dimana tiap-tiap
kebiasaan efektivitas akan dibahas kemudian.

37
38
39
40
41
Daftar Pustaka

Stephen R.Covey, The 7Habits of Highly Effective People

42
43

Anda mungkin juga menyukai