dengan lingkungan meliputi pengertian: •Individu dapat bertentangan dengan lingkungan. •Individu dapat menggunakan lingkungan. •Individu dapat berpartisipasi dengan lingkungan. •Individu dapat menyesuaikan dirinya ▪Dalam menghadapi dunia sekitar individu tidak bersifat pasif, tetapi bersifat aktif, artinya individu berusaha mempengaruhi, menguasai, mengubah dalam batas-batas kemungkinannya. ▪Demikian juga sebaliknya, alam sekitar mempunyai peranan terhadap individu, artinya alam mempengaruhi individu, tingkah laku, perbuatan, pikiran, sikap, perasaan, kemauan, dan sebagainya. ▪Pada umumnya hubungan tersebut berkisar pada usaha dalam menyesuaikan diri dan penyesuaian diri ini dapat dengan dua cara: •Autoplastis (auto = sendiri, plastis = dibantu), yaitu seseorang harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Misalnya, bila seorang pegawai STISIP Tasikmalaya, dia harus menyesuaikan dirinya dengan aturan waktu kerja efektif 38 jam per minggu, walaupun harus masuk mulai pukul 07.50 WIB. •Alloplastis (allo=yang lain, palstis=dibantu), artinya seseorang dapat pula mengubah lingkungannya agar sesuai dengan keinginan dirinya. Misalnya, bila seorang pegawai STISIP Tasikmalaya yang duduk dalam sebuah ruangan merasakan letak tempat duduknya dirasakan akan mempengaruhi cara bekerjanya, dia berusaha mengubah tempat duduknya. ▪ Dengan demikian kehidupan manusia dalam masyarakat mempunyai 2 macam fungsi yaitu sebagai objek dan subjek. Demikian juga manusia lain (milieu), juga berfungsi sebagai subjek dan objek. Itulah sebabnya, H. Bonner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial sebagai berikut: “ Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”. Dengan adanya dua macam fungsi ini timbullah kemajuan-kemajuan dalam hidup bermasyarakat. Jika manusia itu hanya sebagai objek semata-mata maka hidupnya tidak mungkin lebih tinggi daripada kehidupan benda-benda mati. Sebaliknya, andaikata manusia ini hanya sebagai subjek semata-mata, maka ia tidak mungkin bisa hidup bermasyarakat (tidak bisa bergaul dg manusia lain) sebab pergaulan baru bisa terjadi apabila ada give and take dari masing-masing anggota masyarakat itu. Timbul 2 masalah yang penting: •Masalah individu. •Masalah dunia sekitar (kelompok). Timbullah beberapa anggapan: •Bahwa manusia itu dalam hidupnya dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar, pengaruh-pengaruh dari dalam (faktor keturunan) dianggapnya tidak ada. Misalnya, manusia yang bersifat sombong, egoistik, dan sebagainya, itu semua adalah karena pengaruh sekitar. Aliran ini disebut Empirisme, dipelopori oleh John Locke dengan teori tabularasa. Selain itu juga Waston pelopor Behaviorisme yang mengatakan: “berikan kepada saya 1000 bayi akan saya jadikan 1000 manusia”.
Aliran tersebut di atas ditentang oleh aliran
Nativisme (aliran pembawaan) yang dipelopori oleh Schoppenhauer bahwa perkembangan manusia dalam hidup bermasyarakat itu tergantung pada pembawaan, sehingga pengaruh dunia sekitar sedikit sekali. Misalnya, sebagai ahli agama, guru, pelukis, pencuri, dan lain-lain itu semuanya semata-mata karena pembawaan, bukan karena milieu. Aliran lainnya, yaitu Naturalisme. Aliran ini mengikuti adanya pembawaan tetapi juga adanya milieu, maka dalam hal ini terdapat pandangan yang berlainan, sehingga menimbulkan 2 golongan, yaitu: •Golongan yang dipimpin oleh Rousseau. Golongan ini mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah jahat. Ia timbul menjadi baik tersebab ia hidup di dalam masyarakat. Jadi manusia itu baik bukan karena dasarnya, tetapi karena ia bermasyarakat. • Golongan yang dipimpin oleh Mensius. Ia mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya baik; manusia lahir di dunia ini adalah membawa benih-benih yang serba baik. Jadi manusia jahat itu bukan karena benihnya, tetapi dikembangkan setelah lahir, artinya setelah ia hidup bermasyarakat dan setelah terpengaruh oleh kebudayaan. Machiavelli yang kemudian diikuti Mussolini mengatakan: “bila manusia itu berbuat jahat beri saja hukuman yang seberat-beratnya supaya jera dan menjadi manusia baik”. • Terakhir yaitu teori Convergensi yang dipimpin oleh Willian Stern. Aliran ini beranggapan bahwa perkembangan pribadi manusia itu dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan, faktor dalam dan faktor luar (indogen dan exogen). Kemungkinan pada manusia baru bisa berkembang bila ia bergaul dalam masyarakat, artinya kalau lingkungan tidak memungkinkan berkembang tiap-tiap potensi, maka potensi-potensi (benih-benih) itu tidak mungkin juga berkembang. Contoh, Penyanyi vs Kyai, jagung tumbuh di atas batu yang kering, suburkah ? Faktor-faktor tadi, baik secara tunggal maupun secara bergabung ialah: • Faktor Imitasi. Misalnya, anak-anak yang sedang belajar bahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri, mengulang bunyi kata-kata, melatih fungsi lidah dan mulut untuk berbicara. Kemudian ia mengimitasi kepada orang lain, bahkan tidak bahasa saja, tetapi juga tingkah laku tertentu: memberi hormat, cara berterima kasih, cara memberi isyarat, cara berpakaian, adat istiadat, dan lain-lain kita pelajari pada mula-mulanya mengimitasi. • Faktor Sugesti. Pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Dibedakan menjadi 2: ▪ auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri. ▪ Hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain. Contoh, sering individu merasa sakit-sakitan saja, walaupun secara objektif tidak apa-apa. Tetapi karena ada auto-sugesti maka individu merasa dalam keadaan yang tidak sehat. Contoh lain, mempropagandankan dagangannya. Karena pandai menyampaikannya, maka tanpa berpikir lebih lanjut orang lain akan menerima saja apa yang diajukannya.
Arti imitasi dan sugersti hampir sama.
Bedanya ialah bahwa dalam imitasi orang yang satu mengikuti salah satu darinya, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima orang lain di luar dirinya. Syarat-syarat sugesti: •Sugesti karena hambatan berpikir; makin kurang daya kemampuannya memberikan kritik, maka akan mudahlah orang itu menerima sugesti dari orang lain. Bisa karena sedang lelah berpikir, sedang terkena stimulus yang bersifat emosional. •Sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah (dissosiasi); kalau orang itu dalam keadaan kebingungan karena menghadapi bermacam-macam persoalan misalnya. Mudah menerima apa kata orang lain, ingin segera mencari pegangan untuk mengakhiri kebingungannya itu. • Sugesti karena mayoritas; orang akan mempunyai kecenderungan menerima suatu pandangan, pendapat atau norma-norma, apabila norma-norma itu mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas, di mana sebagian besar dan kelompok atau golongan itu memberikan sokongan atas pendapat, pandangan-pandangan tersebut. • Sugesti karena minoritas; yang memberi dan menerima berbeda-beda tergantung memiliki otoritas atau tidak. Seorang Juru Tulis vs Seorang Kepala Daerah, atau Teman Pasien vs Seorang Dokter. • Sugesti karena will to believe; bila dalam diri individu itu telah ada pendapat yang mendahuluinya dan pendapat ini masih dalam keadaan yang samar-samar dan pendapat tersebut searah dengan yang disugestikan maka pada umumnya orang itu akan mudah menerima pendapat tersebut. Orang dalam keadaan ragu-ragu akan mudah menerima sugesti. Dengan demikian sugesti itu akan lebih meyakinkan tentang pendapat yang telah ada padanya yang masih dalam keadaan samar-samar itu. PPO samar-samar vs Propaganda PPO setiap hari. • Faktor Identifikasi. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Misalnya, identifikasi seorang anak laki-laki untuk menjadi sama seperti ayahnya atau seorang anak perempuan untuk menjadi sama dengan ibunya. Prosesnya: • Mula-mula berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya); • Kemudian irrasional, yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang diperhitungkan secara rasional; dan • Identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma, cita-cita, dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu. Mula-mula anak mengidentifikasi dirinya dg orang tuanya, tetapi lambat laun setelah ia dewasa, berkembang di sekolah, maka identifikasi dapat beralih dari orang tuanya Apa bedanya identifikasi dengan imitasi ? Bedanya: • imitasi dapat berlangsung antara orang-orang yang saling tidak kenal; • identifikasi perlu dimulai terlebih dahulu dengan teliti sebelum mereka mengidentifikasi dirinya. Nyata bahwa saling hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi adalah lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung atas proses-proses sugesti maupun imitasi. • Faktor Simpati. Adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap yang lain. Timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya, karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik baginya. Silahkan Saudara cari contoh-contohnya ! Perbedaan Simpati dan Identifikasi SIMPATI IDENTIFIKASI Dorongan utama adalah Dorongan utama adalah ingin ingin mengerti dan kerja mengikuti jejaknya, ingin sama dengan orang lain. mencontoh dan ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya ideal. Hubungan simpati Hubungan identifikasi hanya menghendaki hubungan menghendaki bahwa yang satu kerja sama antara dua ingin menjadi seperti yang lain orang atau lebih yang dalam sifat-sifatnya yang setaraf dikaguminya. Simpati bermaksud kerja Identifikasi bermaksud belajar. sama
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita