Anda di halaman 1dari 11

Kata pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang memuat tentang
“Konsep Aktualisasi Diri” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada bidang studi keperawatan dasar 1. Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang konsep aktualisasi diri bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, Dwi Antara


Nugraha & Team selaku dosen yang memberikan penugasan. Bidang Studi
keperawatan dasar 1. Yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan
memberikan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Daftar isi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Manusia mempunyai karakteristik yang unik dan memiliki kebutuhan dasar yang
sama. Kebutuhan dasar manusia mempunyai banyak kategori. Setiap manusia
memiliki dua macam kebutuhan pokok yaitu kebutuhan materi dan kebutuhan non
materi.

Menurut Abraham maslow tahun 1908- 1970 kebutuhan manusia digolongkan


menjadi 5 tingkat yaitu kebutuhan fisiologi. Kebutuhan keselamatan dan keamanan,
kebutuhan cinta & dicintai, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri.

Kebutuhan aktualisasi diri mempunyai tingkatan yang paling tinggi menurut Maslow
dan Kalish.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari hubungan aktualisasi diri ?
2. Apa karakteristik dari aktualisasi diri ?
3. Apa saja kebutuhan dalam aktualisasi diri ?
1.3.TUJUAN
1. Mengetahui apa itu hubungan aktualisasi diri.
2. Mengetahui tentang karakteristik dari aktualisasi diri.
3. Mengetahui kebutuhan aktualisasi diri.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. HUBUNGAN AKTUALISASI DIRI


Hubungan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang peling tinggi menurut
Maslow dan Kalish. Aktualisasi diri adalah kemampuan seseorang untuk
mengatur diri dan otonominya sendiri serta bebas dari tekanan luar. Tidak semua
orang dapat mencapai aktualisasi diri secara utuh. Hal ini dikarenakan dalam diri
manusia terdapat dua kekuatan yang saling Tarik menarik, yang pertama
mengarah pada pertahanan diri, memunculkan rasa takut salah, takut menghadapi
risiko, ragu dalam mengambil keputusan, mengagungkan masa lalu dengan
mengabaikan masa sekarang. Kekuatan kedua mengarah pada keutuhan diri
terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki, sehingga memunculkan percaya
diri dan penerimaan secara utuh. Kekuatan yang kedua ini saling mempengaruhi
dan saling Tarik sepanjang perjalanan hidup manusia sampai akhir hidupnya.
Dalam hidupnya banyak hambatan, rintangan, yang ditemui seseorang dalam
mencapai tingkat kebutuhan aktualisasi diri. Hambatan tersebut dibagi menjadi
dua. Pertama hambatan internal,hambatan ini berasal dari dalam diri individu,
seperti ketidaktahuan akan potensi diri, keraguan, dan perasaan takut untuk
mengungkapkan potensinya. Kedua, hambatan eksternal berasal dari luar diri
individu, contohnya budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi
diri seseorang misalnya perbedaan karakter.
Abraham Maslow mendasarkan teorinya mengenai aktualisasi diri ini pada
asumsi dasar bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai instrinsik berupa
kebaikan. Manusia memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya. Pemenuhan
kebutuhan aktualisasi diri didasarkan pada growth motivation. Dalam proses
pertumbuhan manusia dihadapkan pada dua pilihan yakni pilihan untuk maju
(progressive choice) atau pilihan untuk mundur (regressive choice). Pilihan ini
akan menentukan arah perjalanan hidup manusia, apakah mendekati atau
menjauhi kesuksesan mencapai aktualisasi diri. Seseorang yang telah mencapai
aktualisasi diri akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang lain pada
umumnya.

2.2. KARAKTERISTIK AKTUALISASI DIRI

Karakteristik yang menunjukan seseorang mencapai aktualisasi diri menurut


Abraham Maslow.

1. Mampu melihat realita secara lebih efisien.


Karakteristik atau kapasitas ini memungkinkan seseorang untuk mengenali
kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan orang lain. Selain itu, ia akan mampu
menganalisis berbagai persoalan kehidupan manusia secara kritis dan
mendalam. Kemampuan melihat realitas kehidupan apa adanya akan
menumbuhkan sikap tidak emosional dan lebih objektif. Individu akan
mendengar apa yang seharusnya ia dengar, bukan mendengar apa yang
diinginkan atau ditakuti oleh orang lain. Pengamatan yang tajam terhadap
realitas hidup akan menghasilkan pola piker yang cemerlang, menerawang
jauh kedepan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat.
2. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya.
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan mampu menerima diri
sendiri dan orang lain apa adanya. Ia akan melihat orang lain seperti ia
melihat dirinya sendiri, yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat
ini akan menumbuhkan toleransi terhadap orang lain dan juga kesabaran yang
tinggi didalam menerima diri sendiri dan orang lain. Individu akan menerima
dengan lapang dada terhadap kritik,saran,ataupun nasihat-nasihat dari orang
lain terhadap dirinya.
3. Spontanitas,kesederhanaan, dan kewajaran.
Individu yang mengaktualisasikan dirinya dengan benar akan
memanifestasikannya disegala tindakan ,perilaku, dan gagasan yang ia
tunjukkan spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Sifat ini akan melahirkan
sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakat selama
hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip utamanya. Akan tetapi, jika
kebiasaan lingkungan atau masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip
yang diyakininya, ia tidak segan-segan menentangnya (misalnya; adat istiadat
yang amoral,kebohongan, kehidupan sosial yang tidak manusiawi).
4. Terpusat pada persoalan.
Bagi individu yang telah mencapai aktualisasi diri, seluruh perilaku, pikiran,
dan gagasannya tidak lagi ditunjukkan untuk kebaikan dirinya, melainkan
untuk kebaikan dan kepentingan umatnya. Dengan kata lain, seluruh pikiran,
perilaku, dan gagasan individu berpusat pada persoalan yang tengah dihadapi
umat manusia, bukan pada persoalan yang sifatnya egoistis.
5. Memisahkan diri: kebutuhan akan kesendirian
Pada umumnya, individu yangtelah mencapai aktualisasi diri cenderung
memisahkan diri dari lingkungan. Sikap ini didasarkan atas persepsinya
mengenai sesuatu yang ia anggap benar tanpa perlu menunjukkan sikap egois.
Ia merasa tidak bergantung atas pikiran orang lain. Sikap yang demikian
membuatnya tenang dan tenteram dalam menghadapi hujatan dari orang lain.
Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi pengambilan keputusan.
Keputusan yang ia ambil tidak dipengaruhi orang lain dan ia akan
bertanggung jawab atas segala keputusan atau kebijakan yang diambilnya.
6. Otonomi : kemandirian terhadap budaya dan lingkungan.
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri tidak akan menggantungkan
dirinya pada lingkungan. Ia dapat melakukan apa saja, kapan saja, dimana
saja, tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) disekitarnya.
Kemandirian ini menunjukkan pertahanan diri individu terhadap segala
persoalan yang mengguncang, tanpa harus merasa putus asa apalagi sampai
bunuh diri. Kebutuhan individu terhadap orang lain sebaiknya tidak
menimbulkan ketergantungan sehingga pertumbuhan dan perkembangan
dirinya menjadi lebih optimal.
7. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan.
Pada individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya, ini merupakan
manifestasi rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki. Individu akan
diliputi perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap apa yang ia miliki
meskipun hal tersebut biasa saja. Implikasinya, individu akan mampu
mengapresiasikan segala yang ia miliki. Kegagalan seseorang dapat
mengapresiasikan dirinya dapat membuatnya menjadi manusia yang serakah
dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain.
8. Kesadaran sosial.
Pada orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya, jiwanya cenderung
diliputi perasaan simpati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain
walaupun orang tersebut berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini
akan memunculkan kesadaran sosial yang membuat individu memiliki rasa
bermasyarakat.
9. Hubungan interpersonal.
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri cenderung memiliki hubungan
yang baik dengan orang lain meskipun ia tidak cocok dengan perilaku
masyarakat disekitarnya. Ia pun akrab dan penuh rasa cinta serta kasih sayang
dengan anak-anak. Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi
pribadi sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang,dan
kesabaran.
10. Demokratis.
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat
ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain
berdasarkan golongan, etnis, agama, suku, ras, status sosial-ekonomi, partai,
dan lainnya. Sikap demokratis ini lahir karena individu yang mampu
mengaktualisasikan diri tidak memiliki perasaan rishi bergaul dengan orang
lain. Selain itu, dengan sikap rendah hati yang ia miliki, individu senantiasa
menghormati orang lain tanpa kecuali.
11. Rasa humor yang bermakna dan etis.
Rasa humor yang dimiliki individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya
berbeda dengan rasa humor kebanyakan orang.Ia tidak akan tertawa terhadap
humor yang menghina,merendahkan ,atau bahkan menjelekan orang
lain.Humor yang ia tunjukan tidak memancing tawa, tetapi juga sarat dengan
makna dan nilai pendidikan. Humornya benar-benar mencerminkan hakikat
manusiawi-menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
12. Kreativitas
Kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh individu yang mampu
mengaktualisasikan dirinya. Kreativitas ini tanpa tendensi atau pengaruh dan
pihak manapun dan diwujudkan dalam kemampuan individu melakukan
inovasi spontan, asli, dan tidak dibatasi oleh lingkungan ataupun orang lain.
13. Kemandirian
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan mampu mempertahankan
pendirian dan keputusan yang ia ambil dan tidak akan goyah atau terpengaruh
oleh berbagai guncangan atau kepentingan.
k (hasyim,2002). Ia meras tidak ada batas atau sekat antara dirinya dan alam
semesta. Artinya, individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya akan
terbebas dari sehat-sakit, seperti suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan,
dan sekat-sekat lainnya. Dengan demikian, individu akan memiliki sifat jujur,
iklas, bersahaja, tulus hati, alami, sederhana, dan terbuka. Karakter-karakter
ini merupakan cerminan orang yang berada pada pengalaman puncak (peak
experience). Konsekuensinya, ia akan merasa bersyukur kepada Tuhan, orang
tua, orang lain, alam semesta, dan segala sesuatu yang membuatnya
memperoleh keberuntungan tersebut.
2.3. KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI

Maslow menemukan bahwa tanpa memandang suku asal usul seseorang,setiap


manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam
kehidupan masing-masing.Kebutuhan tersebut meliputi:

1. Kebutuhan Fisiologis (physiological)


Meliputi kebutuhan pangan,pakaian,dan tempat tinggal maupun kebutuhan
biologis
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (Savety)
Kebutuhan keamanan kerja,kebebasan dari rasa takut ataupun takut,keamanan
dari kejadian atau dari lingkungan yang mengancam.
3. Kebutuhan rasa memiliki sosial dan kasih sayang (social)
Kebutuhan terhadap persahabatan,berkeluarga,berkelompok,dan interaksi.
4. Kebutuhan terhadap penghargaan (esteem)
Meliputi kebutuhan diri, status,martabat,kehormatan,dan penghargaan dari
pihak lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualition)
Meliputi kebutuhan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) dengan
memaksimumkan penggunaan kemampuan dan potensi diri.
DAFTAR PUSTAKA

ASMADI. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. (E. A. Mardella, Ed.) Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Retrieved Oktober 28, 2019

Wijaya, A. (2017, Juni 5). WIKIPEDIA. Retrieved from wikipedia.org:


https://id.m.wikipedia.org/wiki/aktualisasi_diri
Deskripsi mengenai teori dasar

Anda mungkin juga menyukai