Anda di halaman 1dari 6

AKTUALISASI DIRI

Pengertian Aktualisasi Diri


Berikut adalah beberapa pengertian aktualisasi diri menurut para ahli yang dikutip
dari beberapa sumber:
Menurut Rogers, aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk melihat ke depan
menuju perkembangan kepribadian. Konsep aktualisasi diri merujuk pada kecenderungan
organisme untuk tumbuh dari makhluk yang sederhana menjadi suatu yang kompleks, lalu
berubah dari ketergantungan menuju kemandirian dari sesuatu yang tetap dan kaku menuju
proses perubahan dan kebebasan berekspresi.
Menurut Zuhairini, aktualisasi diri adalah bila manusia itu mampu bekembang
secara sempurna dengan cara yang semaksimal mungkin, sebab aktualisasi merupakan bentuk
kepribadian yang memiliki karakteristik yang unik.
Pengertian aktualisasi diri menurut Abraham Maslow adalah proses ketika seseorang
menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi psikologis yang unik dan
berbeda. Aktualisasi diri juga disebut oleh Maslow sebagai puncak kedewasaan dari diri
manusia. Sesuai teori Abraham Maslow, aktualisasi diri merupakan proses saat seseorang
dapat menggapai segala bentuk pencapaian sesuai kapasitas dan potensinya.
Dengan kata lain, aktualisasi diri juga bisa disebut sebagai proses "menjadi versi
terbaik dari diri sendiri." Apabila manusia mampu meng-aktualisasi diri, mereka akan
menjalani kehidupan yang lebih baik karena mampu memanfaatkan potensinya untuk meraih
berbagai pencapaian yang diinginkan.
Sebagai contoh, seseorang yang bermimpi menjadi penyanyi, tetapi ia tidak mampu
membawakan lagu dengan baik. Dengan aktualisasi diri, akhirnya ia menemukan bahwa
dirinya ternyata mahir dalam bermain gitar dan mampu membuat sebuah lagu. Dengan
demikian, aktualisasi diri bisa dipahami upaya memaksimalkan potensi seseorang. Karena
itu, dimensi aktualisasi diri berada di wilayah personal dan bergantung pada kesadaran
individu.

Aspek-aspek Aktualisasi Diri


Menurut Maslow (1987), aspek-aspek aktualisasi diri pada seseorang antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Kreativitas (creativity).
Merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang beraktualisasi diri. Sifat kreatif
nyaris memiliki arti sama dengan kesehatan, aktualisasi diri dan sifat manusiawi yang
penuh. Sifat-sifat yang dikaitkan dengan kreativitas ini adalah fleksibilitas, spontanitas,
keberanian, berani membuat kesalahan, keterbukaan dan kerendahan hati.
2. Moralitas (morality).
Merupakan kemampuan manusia melihat hidup lebih jernih, melihat hidup apa adanya
bukan menurutkan keinginan. Kemampuan melihat secara lebih efisien, menilai secara
lebih tepat manusiawi secara penuh yang ternyata merembes pula ke banyak bidang
kehidupan lainnya.
3. Penerimaan diri (self acceptance).
Banyak kualitas pribadi yang dapat dirasakan di permukaan yang tampak bervariasi dan
tidak berhubungan kemudian dapat dipahami sebagai manifestasi atau turunan dari sikap
yang lebih mendasar yaitu relatif kurangnya rasa bersalah, melumpuhkan rasa malu dan
kecemasan dalam kategori berat.
4. Spontanitas (Spontaneity).
Aktualisasi diri manusia dapat digambarkan sebagai relatif spontan pada perilaku dan
jauh lebih spontan daripada di kehidupan batin, pikiran, impuls, dan lain lain, perilaku ini
ditandai dengan kesederhanaan, kealamian dengan kurangnya kesemuan ini tidak selalu
berarti perilaku konsisten yang tidak konvensional.
5. Pemecahan masalah (Problem Solving).
Yaitu individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain dalam lingkungannya,
Dengan beberapa pengecualian dapat dikatakan bahwa objek biasanya bersangkutan
dengan isu-isu dasar dan pertanyaan dari jenis yang telah dipelajari secara filosofis atau
etika.

Ciri-ciri Aktualisasi Diri


Maslow mengungkapkan bahwa seseorang yang mengaktualisasikan diri
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Persepsi yang tepat terhadap realita
Individu ini orientasinya realistic, memandang realitas secara efisin, menerima diri,
orang lain, dan alam sekitar apa adanya. Orang ini lebih memperhatikan masalah
(problem centered) dan memperhatikan diri sendiri (self centered) orang ini dapat
melihat dunia secara jernih tanda dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, atau sikap
emosional.
2. Fokus pada target pencapaian
Maslow menyatakan individu yang dapat mengaktualisasikan diri berarti membaktikan
hidupnya untuk pekerjaan, tugas, dan kewajiban atau panggilan tertentu yang mereka
pandang penting. Menurut “Maslow seseorang mampu mengaktualisasikan dirinya
dengan melakukan hal yang terbaik atau berkeja sebaik-baiknya sesuai didangnya
masing-masing
3. Mempunyai spontanitas
Maslow menyatakan individu yang mengaktualisasikan diri tidak malu-malu karena
lebih ekspresif, wajar, dan polos. Individu ini tidak perlu menyembunyikan perasaan-
perasaan, pikiran-pikiran atau bertingkah laku yang dibuat-buat. Maslow menyatakan
orang ini dapat menyalankan kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri, dan
merasa dapat mengekspresikan pikiran maupun emosional yang sebenarnya.
4. Dapat menerima diri sendiri dan orang lain dengan baik
Maslow menyatakan orang ini mampu untuk meminimalkan konflik yang terjadi.
Individu yang sudah terpenuhi aktualisasi dirinya cendrung dapat menerima diri, orang
lain, dan lingkungan, maslow mengatakan “individu yang mengaktualisasikan diri
cenderung untuk menjalani hubungan akrab, baik, dan penuh rasa kasih sayang dengan
orang lain. Bahwa orang yang mengaktualisasikan diri menaruh hormat pada diri sendiri
dan orang lain, mampu menerima kodrat dengan segala kekurangan dan kelemahannya

Indikator Aktualisasi Diri


Menurut Robbins dan Coulter menyebutkan indikator kebutuhan aktualisasi diri
adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan pertumbuhan (growth need) Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan untuk
mengetahui dan memahami sesuatu, untuk tumbuh dan berkembang dengan dihargai
orang lain.
2. Kebutuhan pencapaian potensi seseorang (achieving one’s potential), yaitu kebutuhan
seseorang untuk mengembangkan potensi, kemampuan, dan bakat yang ada dalam
dirinya secara maksimal.
3. Kebutuhan pemenuhan diri (self-fulfillment), yaitu kebutuhan untuk memenuhi
keberadaan diri dengan memaksimalkan penggunaan kemampuan dan potensi yang ada
dalam dirinya.
4. Kebutuhan dorongan, yaitu dorongan dalam diri individu untuk mempertahankan
keberadaan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.15
Maslow menyebutkan terdapat beberapa indikator dalam mencapai aktualisasi diri
yang optimal, yaitu:
1. Persepsi yang tepat terhadap realita
2. Menerima diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dengan baik
3. Spontanitas
4. Fokus terhadap target pencapaian
5. Otonomi
6. Kedekatan dengan individu yang lain
7. Mendalami hubungan interpersonal
8. Nyaman dan solid
9. Memiliki selera humor dan bisa bergurau

Karakteristik Aktualisasi Diri


Menurut Asmadi (2008), Seseorang dengan aktualisasi diri optimal akan memiliki
kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Beberapa karakteristik dan ciri-
ciri yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri adalah sebagai berikut:
1. Mampu melihat realitas secara lebih efisien. Karakteristik ini akan membuat
seseorang untuk mampu mengenali kebohongan, kecurangan, kepalsuan, yang dilakukan
orang lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala
fenomena alam dan kehidupan.
2. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya. Orang yang telah
mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang
penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi
yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri
dan orang lain.
3. Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran. Orang yang mengaktualisasikan dirinya
dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan
secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat.
4. Terpusat pada persoalan. Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran,
perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun
didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia.
5. Membutuhkan kesendirian. Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri
cenderung memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persisnya mengenai sesuatu yang
ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois dan tidak bergantung pada pikiran orang lain.
6. Otonomi, kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan. Orang yang sudah
mencapai aktualisasi diri tidak menggantungkan diri pada lingkungannya. Ia dapat
melakukan apa saja dan di mana saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan
kondisi) yang mengelilinginya.
7. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan. Merupakan manifestasi dari rasa syukur
atas segala potensi yang dimiliki pada orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Ia
akan diselimuti perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap segala apa yang ia
miliki.
8. Kesadaran sosial. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh
perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain. Perasaan tersebut
ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan
memunculkan kesadaran sosial dimana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan
menolong orang lain.
9. Hubungan interpersonal. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai
kecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Hubungan
interpersonal ini tidak didasari oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran
meskipun orang tersebut mungkin tidak cocok dengan perilaku masyarakat di
sekelilingnya.
10. Demokratis. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis.
Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain
berdasarkan golongan, etis, agama, suku, ras, status sosial-ekonomi, partai, dan lain-lain.
11. Rasa humor yang bermakna dan etis. Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri
berbeda dengan humor yang menghina kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap
humor yang menghina, merendahkan, bahkan menjelekkan orang lain.
12. Kreativitas. Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang
mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini tanpa tendensi atau pengaruh dari manapun dan
siapapun. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi
yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
13. Independensi. Mampu mempertahankan pendirian dan keputusan-keputusan yang ia
ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan atau kepentingan.
14. Pengalaman puncak. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki
perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara dirinya
dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari
sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya.
Faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri
Maslow dalam Koeswara (1991) mengungkapkan bahawa terdapat beberapa faktor
yang dapat menghambat aktualisasi diri seseorang, yaitu:
1. Berasal dari dalam Diri Individu (internal)
Dalam hal ini biasanya individu merasa tidak yakin dengan potensi-potensi yang
dimiliki sehingga akan timbul keraguan dan juga bahkan rasa takut, sehingga potensi yang
dimilikinya tidak tersalurkan. Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan
dimaksimalkan. Karena pada dasarnya perubahan akan tejadi jika kita mengetahui potensi
yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya pada tindakan yang tepat dan teruji
(Fadlymun, 2009)
2. Berasal dari Luar atau Masyarakat (Eksternal)
Yaitu terdapat sebuah kecenderungan yang terjadi dalam masyarakat sehingga
seorang individu secara tidak langsung akan mengikuti norma dan aturan yang ada dalam
masyarakat tersebut. Sedangkang aktualisasi diri itu hanya mungkin terjadi jika kondisi
lingkungannya menunjang atau mendukung.

Langkah-langkah Mengembangkan Aktualisasi Diri


Terdapat tiga langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk menumbuh-
kembangkan aktualisasi diri, yaitu:
a. Mengenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri
Jangan pernah menyembunyikan bakat karena bakat diciptakan untuk digunakan. Oleh
karena itu kita harus dan wajib mengenali bakat dan potensi unik yang ada dalam diri. Ia
adalah anugerah Tuhan yang tidak ternilai. Yakinilah masing-masing kita terlahir dengan
bakat dan potensi yang luar biasa. Tugas kitalah untuk memahami, mendeteksi dan
mengenali bakat dan potensi apa sajakah yang kita miliki.
b. Mengasah kemampuan unik setiap hari
Orang sukses adalah orang yang senantiasa mengasah kemampuan unik yang ada dalam
dirinya, yang membedakan dirinya dengan orang-orang lainnya. Tidak perlu malu,
kemampuan sekecil apapun yang anda miliki sekarang adalah modal untuk menciptakan
kesuksesan di masa depan. Petuah bijak mengatakan Lakukanlah hal-hal kecil yang tidak
anda sukai dengan disiplin tinggi, sehingga kelak dapat menikmati hal-hal besar yang
sangat disukai.
c. Buat diri menjadi berbeda
Kita semua terlahir berbeda dan diciptakan untuk membuat perbedaan hidup. Yakinilah
anda adalah maha karya Tuhan yang luar biasa. Anda adalah tambang emas dan berlian
yang tidak ternilai harganya. Maka buatlah diri berharga dengan menjadi yang berbeda
dan bukan asal beda, tetapi harus unik. Berikanlah perbedaan besar dalam hidup
sehingga hidup anda merupakan berkah dan anugerah bagi orang lain.
a. Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi diri seseorang karena
perbedaan karakter. Pada kenyataannya masyarakat tidak sepenuhnya menunjang
upaya aktualisasi diri warganya.
b. Faktor lingkungan. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan mengizinkan
(Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).
c. Pola asuh. Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri pada anak sangatlah
penting. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam
pengaktualisaian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961).
3. Berasal dari Pengaruh Negatif
Hambatan ini berupa pengaruh negatif yang dihasilkan oleh kebutuhan yang kuat
akan rasa aman. Apabila individu yang kebutuhan rasa amannya terlalu kuat, pengambilan
resiko, pembuatan kesalahan, dan pelepasan kebiasaan lama yang tidak konstuktif justru akan
menjadi hal yang mengancam atau menakutkan, dan pada akhirnya ketakutan itu akan
mendorong seseorang untuk mundur menuju pemuasan kebutuhan akan rasa aman.
Menurut Maslow (1991) jika anak-anak diasuh dalam suasana aman, hangat dan
bersahabat maka anak tersebut akan mampu menjalani proses-peoses perkembangannya
dengan baik. Sebaliknya, apabila anak-anak diasuh dengan kondisi yang buruk (mengalami
hambatan dalam memuaskan kebutuhan dasarnya) maka mereka akan mengalami kesulitan
dalam mengembangkan potensinya.

Anda mungkin juga menyukai