Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 KELAS A :


Asri Nur Azizah

(K4312007)

Bhian Ananda Javanica

(K4312011)

Durrotun Adz Dzaky

(K4312016)

Isnaemi Roosdiana

(K4312032)

Luh Putu Third August Y (K4312037)


Mariyana

(K4312039)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN P. MIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
JUNI 2013

A. Pengertian Kepribadian
Kepribdian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat,
berpikir, dan merasakan, khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau
menanggapi suatu keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang
dimiliki seseorang apabila berhubungan dengan orang lain.Untuk memahami lebih
jauh mengenai pengertian kepribadian, berikut ini definisi yang dipaparkan oleh
beberapa ahli.
M.A.W. Brower
Kepribadian adalah sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini,
dan sikap-sikap seseorang.corak tingkah laku,
Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
tingkah laku atau tindakan seseorang.
Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar
belakang terhadap perilaku.
Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system
kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, da sosiologis yang
mendasari perilaku seseorang.
Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan
secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri
dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup polapola pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumya
sejalan dengan kebiasaan umum.

B. Unsur-unsur dalam Kepribadian

Kepribadian seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang
memengaruhi kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan
naluri.
Pengetahuan
Pengetahuan sesorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi,
pemahaman, dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya
dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit
demi sedikit diungkapkan dalam bentuk perilakunya di masyarakat.
Perasaan
Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan
penilaian positif atau negative terhadap sesuatu atau peristiwa tertentu. Perasaan
selalu bersifat subjektif, sehingga penilaian seseorang terhadap suatu hal atau
kejadian akan berbeda dengan penilaian orang lain. Contohnya penilaian terhadap
jam pelajaran yang kosong.
Dorongan Naluri
Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal
itu dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang
bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri,
yaitu untuk mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi
dengan sesame manusia, meniru tingkah laku sesamanya, barbakti, serta keindahan
bentuk, warna, suara, dan gerak.
C. Faktor-faktor yang Membentuk Kepribadian
Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima factor yaitu:
Warisan Biologis(Heredity)
Warisan biologis memengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia
mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada
seorang pun di dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan
orang lain, bahkan anak kembar sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap
keramah-tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam
membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat.
Warisan Lingkungan Alam(Natural Environment)

Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia


harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan
sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam.
Warisan Sosial(Social Heritage) atau Kebudayaan
Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan
yang sangat erat dan saling memengaruhi. manusia berusaha untuk mengubah alam
agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup.
Pengalaman Kelompok Manusia(Group Experiences)
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia,
sadar atau tidak telah memengaruhi anggota-anggotanya.
Pengalaman Unik(Unique Experience)
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain,
walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan
yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian?
Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal,
namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang
adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.
D. Teori-teori Perkembangan Kepribadian
Ada beberapa teori yang membahas mengenai perkembangan kepribadian
dalam proses sosialisasi. Teori-teori tersebut antara lain Teori Tabula Rasa, Teori
Cermin Diri, Teori Diri Antisosial, Teori Ralph Conton, dan Toeri Subkultural
Soerjono Soekanto.

Teori Tabula Rasa


Pada tahun 1690 John Locke mengemukakan Teori Tabula Rasa dalam
bukunya yang berjudul An Essay Concerning Human Understanding. Menurut
teori ini, manusia yang baru lahir seperti batu tulis yang bersih dan akan menjadi
seperti apa kepribadian seseorang ditentukan oleh pengalaman yang didapatkannya.
Teori ini mengandaikan bahwa semua individu pada waktu lahir mempunyai potensi
kepribadian yang sama. Kepribadian seseorang setelah itu semata-mata hasil
pengalaman-pengalaman sesudah lahir (Haviland, 1989:398).Perbedaan pengalaman
yang dialami seseorang itulah yang menyebabkan adanya bermacam-macam

kepribadian dan adanya perbedaan kepribadian antar inividu yang satu dengan
individu yang lain.Teori tersebut tidak dapat diterima seluruhnya. Kita tahu bahwa
setiap orang memiliki kecenderungan khas sebagai warisan yang dibawanya sejak
lahir yang akan memengaruhi kepribadiannya pada waktu dewasa. Akan tetapi juga
harus diingat bahwa warisan genetik hanya menentukan potensi kepribadian setiap
orang. Tumbuh dan berkembangnya potensi itu tidak seperti garis lurus, namun ada
kemungkinan terjadi penyimpangan. kepribadian seseorang tidak selalu berkembang
sesuai dengan potensi yang diwarisinya.Warisan genetik itu memang memengaruhi
kepribadian, tetapi tidak mutlak menentukan sifat kepribadian seseorang. Pengalaman
hidup, khususnya pengalaman-pengalaman yang diperoleh pada usia dini, sangat
menetukan kepribadian individu.

Teori Cermin Diri


Teori Cermin Diri (The Looking Glass Self ) ini dikemukakan oleh Charles
H.Cooley. Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang
dengan bantuan orang lain.

Teori Diri Antisosial


Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dia berpendapat bahwa diri
manusia mempunyai tiga bagian, yaitu id, superego, dan ego.

Teori Ralph dan Conton


Teori ini mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian
pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu.

Teori Subkultural Soerjono Soekanto


Teori ini mencoba melihat kaitan antara kebudayaan dan kepribadian dalam
ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu kebudayaan khusus (subcultural).
E. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2005 mengemukakan tahapan
perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar:
a. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust mistrust.Perilaku
bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orangorang di sekitarnya.Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang
yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-

kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia
bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada
benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau
menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
b. Masa kanak-kanak awal (early childhood ditandai adanya kecenderungan
autonomy shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak
sudahbisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum
dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak laindia ga
telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga
seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
c. Masa pra sekolah(Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative
guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan
kecakapankecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan,
tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia
mengalami kegagalan.Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia
memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau
berinisatif atau berbuat.
d. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry
inferiority.Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada
masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya.
Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat
besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan
pengetahuannya kadangkadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan
kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa
rendah diri.
e. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity
Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula
oleh kemampuan dan kecakapankecakapan yang dimilikinya dia berusaha
untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari
dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para

remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang
dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering
diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok
sebayanya.Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran,
dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada
masing-masing anggota.
f. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan
intimacy - isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan
yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa iniikatan kelompok
sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap
ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan
orangorang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
g. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity
stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu
telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan
individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam
ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal hal tertentu ia mengalami hambatan.
h. Masa hari tua (Senescence)ditandai adanya kecenderungan ego integrity
despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas
pribadi,semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik
pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya
yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau
tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali
kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus
asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan

kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga


keputusasaan acapkali menghantuinya.

C.

Macam-macam karakteristik kepribadian


Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah

tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami
kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar
berlangsung dengan maksimal.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
o Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas,
bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif

bicara, impulsif,

menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam


aktivitas sosial.
o Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka
menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
o

Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan


kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat,
pucat, dan gugup.

Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan


Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian
sebagai berikut:

Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.


Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak
kreatif.
Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar
(evasive), neurotik.
Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar,
tertekan, menyendiri, sedih.
Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional,
tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.Penuh
energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah
lelah.
Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.

Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)


Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka
mengembangkan

tipologi

kepribadian

berdasarkan

cairan

tubuh

yang

menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:


Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan
pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan
temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif,
malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang,
aktif, dinamis, dan cekatan.

Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa


Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macammacaam kepribadian ini adalah:
Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi
kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi
suka melamun dan sensitif.
Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk
pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai
hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/
atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan
kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe
campuran (dysplastic).

Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)


Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial
seseorang, yaitu:
Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan
dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara
ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.

Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya


seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan.
Wijaya (1988) menyatakan karakteristik anak secara sederhana dapat
dikelompokkan atas:
1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak yang biasa-biasa saja.
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam
melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah.
Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap.
Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa
puber.

Karakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)


Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak
meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD.
Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan
perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang
dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan.
Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan
melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak
heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam
melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa
diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan
sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)


Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri
periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang
digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai
masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi
oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada
masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap
pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia
sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di
sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan
melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.

Karakteristik perkembangan masa puber (11/12 14/15 tahun)


Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan
masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber,
puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun
terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan
remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah).
Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja.
Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan
perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga
menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan
fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar,
permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam
berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu

memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional,
perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima
peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di
sekitarnya.

D. Perkembangan kepribadian
Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality.
Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti topeng atau seorang
individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan
identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama (Buchori, 1982:91).
Sehingga kepribadian seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan
yang ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang lain.
Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), dan melainkan berkembang
secara terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan
perkembangan. Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan
lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta
menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak
mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang
merupakan hal atau komponen penting. konsep diri merupakan konsep,
persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai
bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan
oleh peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya (Buchori
1982).
Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa
Sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu:

1. Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan


kekhasan ciri bagi orang lain.
2. Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir
sama dalam situasi dan kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti
kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas
kepribadian seseorang.
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa
Mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan
perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:
1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya,
misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat
sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat
kecerdasannya.
2. Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil.
Pengalaman

itu

membentuk

konsep

diri

primer

yang

sangat

mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan


penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode
selanjutnya.
3. Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan
dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat
kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk
pada diri seseorang.
Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan
sifat-sifat yang benar-benar sama. Tiap anak adalah individu yang unik dan
mempunyai pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosial yang berbeda
secara pribadi. Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam
perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau
persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap

dan relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap
diri seseorang. Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak
lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan
kelompok teman sebaya, serta peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan
lingkungan sosial.
E. Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik
Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat
penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang
sangat banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri.
Keadaan atau proses beajar dan mengajar tidak dapat berjalan dengan baik
apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak
harus dengan menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus
mengenal kepribadian dari murid-muridnya.
Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa
setiap sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak
berbicara selalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi
yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan
mengaggap suatu hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego
dan menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk
mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya,
anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik
melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan.
Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita
akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung
merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng
menyenangkan yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik
harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak.

Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan


kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita
bisa menegur saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang
maka materi yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi
menurun.

http://wapannuri.com/a.karakter/perkembangan_kepribadian_manusia.html
http://nersblogger.blogspot.com/2012/11/perkembangan-kepribadian.html
http://sadidadalila.wordpress.com/2010/09/30/kepribadian-peserta-didik-dankarakteristiknya/
http://alfinpink1.blogspot.com/2010/01/macam-macam-karakteristikkepribadian.html

Anda mungkin juga menyukai