Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : REFANS AZIZ SATRIO YUSUF

Nomor Induk Mahasiswa / NIM : 857036621

Kode / Nama Mata Kuliah : MKDK4001 / PENGANTAR PENDIDIKAN

Kode / NamaUPBJJ : 20 / BANDAR LAMPUNG

Masa Ujian : 2022/23. 2 (2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Manusia adalah makhluk bertanya,ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu.
Hakikat manusia dari pandangan umum adalah individu yang selalu dihadapkan kepada potensi,
Baik potensi untuk melakukan yang baik, maupun melakukan potensi untuk melakukan yang
tidak baik. Ini dikarenakan manusia adalah ciptaan tertinggi dan diciptakan menurut gambar dan
rupa pencipta. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (commonsense, ilmiah,
filosofis, religi). Dan melalui berbagai sudut pandang (biolog, sosiologi, antropobiologi,
psikologi dan politik). Dalam kehidupan nya yang rill manusia menunjukan keragaman dalam
berbagai hal,baik tampilan fisiknya,strata sosial nya, kebiasaannya pengetahuan manusia pun
bersifat ragam sesuai pendekatan dan sudut pandang dalam melakukan studinya.manusia juga
memiliki kesempurnaan dalam cara berpikir serta caranya untuk mengendalikan diri. Manusia
diberikan nafsu juga hasrat. Yaitu hasrat untuk mencapai tujuan dengan memenuhi syarat untuk
menjadi manusia yang berkarakter.
Aspek-Aspek Hakikat Manusia :
a. Manusia Sebagai Makhluk tuhan
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Tuhan
YME.kitab suci menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan
bermacam macam istilah,seperti Turab, Thien, shal-shal dan Shualalah. Manusia adalah
subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) terdapat dua pandangan filsafat yang
berbeda tentang asal-usul alam semesta, yaitu (1) Evolusionisme dan (2) Kreasionisme.
Menurut Evolusionisme, alam semesta menjadi ada bukan karena diciptakan oleh sang
pencipta atau prima causa, melainkan ada dengan sendirinya, alam semesta berkembang dari
alam itu sendiri sebagai hasil evolusi. Kreasionisme menyatakan bahwa adanya alam
semesta adalah sebagai hasil ciptaan suatu creative couse atau personality yang kita sebut
sebagai tuhan YME.
b. Manusia Sebagai Kesatuan Badan-Roh
Terdapat 4 paham mengenai struktur spesifik manusia yaitu:materialisme,B idealisme,
dualisme, dan paham yang menyatakan bahwa manusia adalah kesatua badan roh.
1) Materialisme
Alam semesta atau realitas ini tiada lain adalah serba materi, serba zat, atau
benda. Manusia adalah bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak berbeda dari
alam itu sendiri. Sebagai bagian dari alam semesta manusia tunduk pada hukum alam,
hukum kualitas, hukum sebab-akibat atau stimulus - respons. Manusia dipandang
sebagai hasil puncak mata rantai evolusi alam semesta sehingga mekanisme tingkah
lakunya semakin aktif.
2) Idealisme
Menganggap bahwa esensi diri manusia adalah jiwanya atau sepiritnya atau
rohaninya.jiwa berperan sebagai pemimpin badan, jiwalah yang mempengaruhi badan
karena itu badan mempunyai ketergantungan kepada jiwa.
3) Dualisme
Esensi diri manusia terdiri atas dua substansi,badan dan jiwa.setiap peristiwa
kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah. Contohnya, jika sedih maka secara
paralel badan pun tampak murung atau menangis.
4) Sebagai Kesatuan Badan Rohani
Manusia hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya dan
mempunyai potensi untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
c. Manusia sebagai makhluk Individu
Sebagai individu, adalah kesatuan yang tidak dapat dibagi antara aspek badani dan
rohaninya. Setiap manusia mempunyai perbedaan sehingga bersifat unik. Perbedaan ini baik
berkenan dengan postur tubuhnya, kemampuan berfikir nya, minat dan bakatnya, dunianya
serta cita citanya.

d. Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Setiap individu mempunyai dunia dan tujuan nya masing masing - masing, mereka
juga mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Selain adanya
kesadaran diri, terdapat pula kesadaran sosial pada manusia.
e. Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Kebudayaan memiliki aksistensi manusia, namun apabila manusia kurang bijaksana
dalam mengembangkannya ,kebudayaan nya dapat menimbulkan kekuatan kekuatan yang
mengancam eksistensi manusia.
f. Manusia Sebagai Makhluk Susila
Manusia memiliki aspek kesusilaan karena pada manusia terdapat rasio praktis yang
memberikan perintah mutlak. Contoh jika kita meminjam barang milik orang lain maka ada
perintah yang mewajibkan untuk mengembalikan barang pinjaman tersebut.
g. Manusia Sebagai Makhluk Beragama
Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia
yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku.

2. Keberadaan nilai-nilai agama dan kebuudayaan nasional Indonesia dalam pendidikan sebenarnya
sah-sah saja, namun menjadikan sebagai landasan yuridis pendidikan mungkin kurang bijak
mengingat kemajemukan masyarakat Indonesia. Ada beberapa penyebab yang perlu
dipertimbangkan mengapa nilai-nilai agama tidak perlu dijadikan landasan yudiris pendidikan
yaitu pendidikan jangan berpihak pada satu agama tertentu saja dan sudah menjadi hak asasi bagi
rakyat, sehingga sudah selayaknya nilai etika yang lebih universal yang lebih cocok untuk
landasan yuridis. Kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat pluralitas atau
kemajemukan yang tinggi, termasuk dalam hal agama. Menjadikan nilai-nilai agama yang
sebenarnya adalah hal yang pribadi memberi kesan arogan dan tidak toleran terhadap pemeluk
agama lain yang tentunya bisa berpotensi mengganggu stabilitas sosial. Sedangkan untuk nilai
budaya nasional masih sesuai untuk dijadikan landasan yuridis pendidikan.

3. Pola asuh orang tua antara lain :


a. Orang Tua Otoriter
Dalam pola asuh ini, anak diharapkan untuk selalu mengikuti aturan ketat yang
ditetapkan orang tua. Kegagalan mengikuti aturan umumnya akan berujung pada hukuman.
Tuntutan tinggi yang dilayangkan tak sebanding dengan respons yang diberikan orang tua
pada anak. Mereka hanya berharap agar si buah hati berperilaku baik dan tidak membuat
kesalahan.Baumrind mencatat, orang tua jenis ini berorientasi pada kepatuhan dan status.
Mereka digambarkan sebagai sosok yang mendominasi bak diktator.
Dalam penelitiannya, Baumrind menemukan, anak yang diberikan dengan orang tua otoriter
akan menjadi pribadi yang selalu patuh dan cakap. Namun sayang, meski cakap, anak
cenderung menjadi pribadi yang tidak bahagia, tak memiliki kemampuan sosial, dan
memiliki harga diri yang rendah.
b. Orang Tua Demokratis
Seperti otoriter, orang tua dengan pola asuh ini berusaha menerapkan aturan dan
pedoman untuk si buah hati. Namun, pola asuh ini lebih demokratis ketimbang otoriter.
Orang tua berusaha tetap responsif terhadap anak dan mau mendengarkan setiap pertanyaan
si buah hati. Harapan besar pada anak sebanding dengan kehangatan dan dukungan yang
diberikan. Alih-alih menghukum, orang tua akan memaafkan dan tetap memberikan
dukungan saat anak mengalami kegagalan. Demokratis menjadi pola asuh yang tegas tanpa
harus membatasi anak Baumrind mencatat, kebanyakan orang tua dengan pola asuh ini
berharap agar anak dapat bersikap tegas di kemudian hari, memiliki tanggung jawab sosial,
dan mandiri. Kombinasi antara harapan dan dukungan ini membantu anak mengembangkan
keterampilan seperti kemandirian. Gaya pengasuhan ini, tulis Baumrind, dapat mencetak
pribadi yang bahagia serta gigih mencapai sukses di masa depan.
c. Orang Tua Permisif
Gaya permisif menjadi pola asuh terakhir yang diidentifikasi Baumrind. Orang tua
permisif terkadang juga dikenal sebagai mereka yang gemar memanjakan dan memiliki
sedikit tuntutan atau harapan untuk si buah hati. Tak ada cara mudah untuk mengasuh anak.
Tak ada pula satu cara yang 'benar' untuk menjadi orang tua. Namun, apa pun itu, pola asuh
akan berpengaruh pada karakter anak di masa depan. Sejumlah psikolog anak telah lama
meneliti tentang bagaimana pola asuh orang tua memengaruhi perkembangan anak. Para
peneliti berpendapat bahwa ada hubungan antara pola asuh dan perilaku anak di kemudian
hari. Salah satu teori yang paling banyak digunakan ditemukan oleh psikolog Diana
Baumrind. Selama awal 1960-an, Baumrind melakukan penelitian pada lebih dari 100 anak.
Dari penelitian ini, Baumrind menemukan tiga jenis pola asuh anak. Baumrind menyarankan
agar orang tua menggunakan salah satu dari tiga pola asuh yang berbeda ini. Penelitian lebih
lanjut dilakukan oleh Eleanor Maccoby dan John. Dua psikolog ini menambahkan satu pola
asuh terakhir dari tiga yang ditemukan Baumrind terlebih dahulu.
Mengutip Very Well Mind, berikut empat pola asuh anak yang paling utama. Sayang, pola
asuh ini kerap mencetak pribadi yang tak mandiri. Mereka cenderung mengalami masalah
yang berkaitan dengan kekuasaan dan berkinerja buruk di lingkungan sosialnya.
d. Orang Tua Lalai
Selain tiga pola asuh utama yang diperkenalkan Baumrind, psikolog Eleanor Maccoby
dan John Martin menemukan gaya pengasuhan keempat. Pola asuh terakhir ini umumnya
ditandai dengan kelalaian orang tua. Dalam pola asuh ini, orang tua sama sekali tidak
terlibat dengan apa pun yang terkait dengan anak. Orang tua tidak menuntut, tak responsif,
dan minim komunikasi. Meski kebutuhan dasar anak terpenuhi, namun umumnya mereka
terlepas jauh dari kehidupan si buah hati. Mereka hanya memastikan bahwa anak
mendapatkan asupan makan dan minum yang tepat, pulang ke rumah dengan aman, dan hal-
hal mendasar lainnya. Sementara hal-hal yang bersifat dukungan emosional disebut nihil.
Dengan pola asuh seperti ini, anak cenderung tak memiliki kontrol diri di kemudian hari.
Pola asuh ini juga mencetak pribadi dengan harga diri dan kompetensi yang rendah.
4. Pendidikan adalah proses pembelajaran, proses dimana kita akan mendapatkan ilmu dan
pengetahuan tentang sesuatu hal baru yang sebelumnya tidak kita ketahui, Proses dimana kita
dilatih dan dibimbing untuk menjadi pribadi yang lebih berilmu dan berakal sehat juga rasional.
Membangun Karakter ini penting sejak anak lahir, dan terus dilakukan di rumah dan di institusi
pendidikan. Penguasaan materi memang penting agar anak punya keahlian nantinya. Lingkungan
sekolah yang suportif dan kondusif bagi perkembangan anak juga mutlak perlu agar anak dapat
mengoptimalkan potensi mereka. Tenaga pendidik juga perlu memahami tahapan perkembangan
anak sehingga bisa memberikan pembelajaran yang kontekstual. Dengan begitu anak bisa
menerapkan pengetahuannya untuk membantu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Kurikulum yang sesuai dengan perkembangan jaman ini mutlak perlu karena dunia berubah
dengan sangat cepat. Salah satu contohnya soal pemakaian bahasa. Jaman saya kecil baru mulai
resmi belajar bahasa Inggris di sekolah sejak kelas I SMP (meskipun saya sudah belajar sendiri
sejak SD melalui film dan lagu). Jaman sekarang kalau nunggu SMP baru belajar bahasa Inggris,
wah telat! Apalagi tinggal di kota besar di mana anak terpapar pada wawasan yang global sejak
kecil. Akreditasi yang terpercaya juga penting sebagai tolok ukur bahwa sebuah sekolah telah
memenuhi standar tertentu. Mau tidak mau kita hidup dalam sistem pendidikan berjenjang,
selepas SD lanjut ke SMP dan seterusnya sampai sejauh yang kita mau. Akreditasi sebagai salah
satu pengakuan kualifikasi sekolah menjadi penting agar anak kita bisa melanjutkan ke sekolah
yang juga bagus di jenjang selanjutnya.

5. Progrevisme memberikan perlawanan terhadap formalism yang berlebihan


dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional contohnya
progresivisme menolak pendidikan yang bersivat otoriter,menolak penekanan
atas disiplin yang keras, menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif,
menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk
mentransfer kebudayaan masyarakat kepada generasi muda dan berbagai hal
lainnya yang dipandang tidak berarti Menurut progresivisme, pendidikan
selalu dalam proses pengembangan, penekanannya adalah perkembangan
individu, masyarakat, dan kebudayaan. Pendidikan harus siap memperbaharui
metode, kebijaksanaannya, berhubungan dengan perkembangan sains
danteknologi, serta perubahan.

Anda mungkin juga menyukai