Anda di halaman 1dari 21

Nama : Ade Christianto Tambunan

NIM : 150510002
Tingkat : satu
Mata Kuliah : Manusia dan Kebudayaan Indoesia
Pengampuh : Dr. Yustinus Antono Selamet

Kepribadian dan Sosialisasi

ARTI KEPRIBADIAN
Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan perilaku dan seorang individu
dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Setiap
orang mempunyai cara berperilaku yang khas dan bertindak sama setiap hari. Prilaku
merupakan produk gabungan/bersama dan kecenderungan perilaku seseorang dan situasi per-
ilaku yang dihadapi seseorang

BERBAGAI FAKTOR DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN


Faktor-faktor dalam perkembangan keprib adian mencakup: (1) Warisan biologis, (2)
Lingkungan fisik, (3) Kebudayaan, (4) Pcn galaman kelompOk, dan (5) Pengalarnan unik.
Warisan Biologis dan Kepribadian
Warisan/bawaan biologis menyediakan bahan mentah kepribadian, dan bahan mentah
ini dapat dibentuk dengan dan dalam berbagai cara. Semua manusia yang normal dan sehat
mempunyai persamaan biologis tertentu yang membantu menjelaskan beberapa persamaan
dalam kepribadian dan perilaku semua orang.
Setiap warisan biologis seseorang juga bcrsifat unik, dan tidak seorang pun (kecuali
nak kembar) yang mempunyai karakteristik fisik yang sama. Belum berapa lama banyak or-
ang percaya bahwa kepribadian seseorang tidak lebih dan sekedar penampilan warisan biolo-
gisnya. Karakteristik kepribadian dianggap timbul dan kecenderungan kccenderungan tur-
unan.
Untuk beberapa ciri, warisan biologis Iebih penting daripada yang lain. Misalrnya, IQ
tampaknya lebib banyak ditentukan oleh keturunan daripada oleh lingkungan. Faktor ketur-
unan berpengaruh kuat terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif dan kemudahan dalam
pergaulan sosial, tetapi faktor keturunan tidak begitu penting dalam kepemimpian, pengend-

1
alian dorongan impulsif, sikap, dan minat. Sebuah studi menyimpulkan bahwa perangai masa
kanak-kanak, khususnya rasa malu, berakar pada warisan biologis. Jadi kita boleh menyim-
pulkan bahwa warisan biologis penting dalam beberapa ciri kcpribadian dan kurang penting
dalam hal-hal lain.
Tidak ada kasus yang dapat mengukur pengaruh keturunan dan lingkungan dengan te-
pat, tetapi banyak ilmuwan sependapat bahwa apakah potensi wanisan seseorang berkembang
sepenuhnya sangat dipengaruhi oleh pengalaman sosial orang itu.
KEMATANGAN BIOLOGIS DAN KEPRIBADIAN
Tidak ada anak berusia dua tahun yang dapat belajar membaca, karena (di antara se-
bab-sebab lain) otot mata belum berkembang sepenuhnya. Tidak ada anak berusia 10 tahun
yang dapat mengerti dengan baik perasaan orang dewasa yang sedang jatuh cinta. Beberapa
bentuk belajar hanya mungkin setelah tercapai tingkat kematangan tertentu. Sebagai contoh,
setelah melakukan observasi sistematis yang lama terhadap anak-anak kecil, Kagan menyim.
pulkan bahwa anak kecil tidak dapat mengembangkan perasaan “kesadaran diri” dan tidak
mempergunakan istilah “saya” hingga mencapal usia 17 sampai 22 bulan. Dibawah usia ini,
sistem saraf pusat belum matang untuk menangani konsep ini.
DIFINISI SOSIAL DAN KULTURAL KARAKTERISTIK FISIK.
Jutaan orang yakin bahwa orang gemuk adalah periang, bahwa orang dcngan kening
yang lebar cerdas, bahwa orang berambut merah berwatak mudah meledak/marah, bahwa or-
ang dengan rahang Iebar ‘nempunyai kepribadian yang kuat. Banyak keyakinan umum sep-
erti itu telah terbuktl tidak benar ketika diuji secara empiris meskipun kadang-kadang
ditemukan beberapa hubungan yang absah.
Tentu saja selalu ada kemungkinannya bahwa hubungan genetis betul-betul ada di
antara karakteristik fisik dan sifat perilaku. Namun, dalam kebanyakan kasus, Setiap
hubungan statistis barangkali adalah akibat dan reaksi-reaksi kultural dan sosial terhadap
karakteristik fisik itu. Karena itu Karakteristik fisik tertentu menjadi suatu faktor dalam
perkembangan kepribadian sesuai dengan bagaimana ia didefinisikan dan diperlakukan
dalam masyarakat dan oleh kelompok referens/acuan seseorang.
Lingkungan Fisik dan Kepribadian
Sorokin [1928, bab 3] menyimpulk an teori beratus-ratus penulis dan Confic ius, Aris-
toteles, dan Hipocrates sampai kepada ahli geografi modern Ellsworth Huntington, yang me-
nekankan bahwa perbedaan perilaku kelompok terutama disebabkan oleh penbedaan iklim,
topognafi, dan sumber alam.

2
Lingkungan fisik merupakan suatu faktor minor dalam evolusi kebudayaan, bahkan
tidak begitu penting dalam perkembangan kepribadian. Praktisnya segala jenis kepribadian
dapat ditemui dalam setiap jenis iklim. Benar, bahwa lingkungan fisik mempengaruhi ke-
pribadian. Jelaslah bahwa lingkungan fisik mempengaruhi kepribadian dan perilaku. Namun,
dari lima faktor yang dibahas dalam bab ini lingkungan fisik mcrupakan faktor yang paling
tidak penting.
Kebudayaan dan Kepribadian
Beberapa pengalaman adalah umum bagi sel uruh kebudayaan. Pengalaman sosial
yang sebenarnya umum bagi seluruh anggota masyarakat tertentu maka menimbullah kon-
figurasi kepribadian yang khas dan anggota masyarakat tersebut. Dubois telah mcnyebutnya
sebagai “modal personality” (diambil dan istilah statistis “mode” yang mengacu pada suatu
nilai yang paling sering timbul dalam berbagai segi).
Misalnya Suku Dobu yang hidup dalam kecemasan dan sihir, disebut paranoid oleh
orang lain, namun sebenarnya itu bukanlah sesuatu yang paranoid sebab ancman yang
mereka hadapi adalah kenyataan. Kepribadian normal di antara orang Zuni sangat bertentan-
gan dengan kepribadian normal di antara orang Dobu. Bila bangsa Dobu bersifat curiga dan
tidak dapat dipercaya, bangsa Zuni mempunyai kepercayaan diri dan dapat dipercaya; bila
bangsa Dobu cemas dan merasa tidak aman, bangsa Zuni merasa aman dan tentram. Bangsa
Zuni umumnva memiliki watak yang suka mengalah dan pemurah, sopan dan suka bekerja
saina. Bangsa Zuni adalah orang-orang konfoninis yang tanpa pikir, karena menja di seseor-
ang yang nyata-nyata berbeda dan orang lain dapat menyebabkan seseorang atau kelompok
itu sangat cemas. Rupanya hal ini membantu mengendalikan perilaku tanpa perasaan berdosa
dan bersalah yang banyak ditemukan dalam banyak rnasyarakat kita.
Sebagaimana digambarkan oleh keduakebudayaan tadi, kepribadian berbeda Secara
jelas dan masyarakat satu ke masyarakat lainnya. Setiap masyarakat mengembangkan satu
atau lebih jenis kepribadian. dasar yang cocok dengan kebudayaan Beberapa segi kebuday-
aan yang mempengaruhi proses perkembangan kepribadian.
NORMA-NORMA KEBUDAYAAN.
Sejak saat kelahiran, seorang anak diperlakukan dalam cara-cara yang membentuk
kepribadian. Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat pengaruh umum, yang sangat ber-
beda dari masyarakat ke masyarakat. Linton berpendapat pada individu yang sedang berkem-
bang, kebudayaan yang bervariasi memberi pengaruh.
Setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengaruh umum terhadap individu yang
tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh ini berbeda dan satu kehudayaan ke
3
kebudayaan lain, tetapi semuanya merupakan denominator pengalaman bagi setiap orang
yang termasuk ke dalam masyarakat tertentu
Literatur Amerika tentang psikoanalisis dan perkembangan anak, yang sangat men-
dasarkan diri pada teori Freud telah rnemberikan perhatian besar terhadap cara-cara mendidik
anak. Namun penelitian menemukan bahwa tidak ada perbedaan kepribadian dewasa yang
bisa diukur yang berkaitan dengan cara-cara mengasuh anak. Suasana lingkungan keselur-
uhanlah yang penting dalam perkembangan kepribadian. Apakah seorang anak diberi susu asi
atau susu botol, tidaklah penting; yang penting adalah apakah cara pemberian susu
merupakan suasana mesra dan penuh kasih sayang dalam dunia yang hangat dan aman; atau
kejadian biasa yang terburu-buru dalam situasi yang tanpa perasaan, kurang dianggap dan
tidak akrab.
Kebudayaan khusus dan kepribadian. Gambaran tentang kepribadian modal bagi se-
tiap masyarakat berlaku secara umum bagi masyarakat sederhana dengan kebudayaan yang
terpadu dengan baik. Namun, dalam masyarakat yang kompleks dengan beberapa kebuday-
aan khusus, gambaran tersebut berubah.
Penyimpangan individual dan kepri bad ian modal. Dalam masyarakat yang paling
komformistis sekalipun terdapat beberapa individualitas dalam kepribadian. Kepribadian
modal hanyalah mewakili serangkaian ciri keprihadian yang sangat umum terdapat pada ang-
gota kelompok. Namun secara komparatif beberapa di antaranya mungk in telah mengem-
bangkan satu ciri dan serangkaian ciri tadi.
Di dalam membahas kepribadian “umum” bangsa-bangsa, suku bangsa, kelas-kelas
sosial, dan kelompok-kelompok berdasarkan pekerjaan, daerah, maupun kelompok sosial
lainnya, kepribadian modal terdiri dan serangkaian ciri kepribadian, di mana sebagian besar
ciri tersebut dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok tersebut.
Setiap masyarakat dan kelompok sosial memperkenankan penyimpangan individual
dan kepribadian modal dalam batas-batas tertentu. Bilamana penyimpangan ini melampaui
batas-batas yang dianggap “normal” maka orang itu dianggap sebagai seorang “yang
menyimpang”.
SOSIALISASI DAN DIRI
Seorang bayi lahir ke dunia ini sebagai suatu organisme kecil yang egois yang penuh
dengan segala macam kebutuhan fisik. Kemudian menjadi seorang manusia dengan seper-
angkat sikap dan nilai dan konsep yang mendalarn serta konsisten tentang dirinya.
Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses yang kita sebut sosialisasi,
yakni proses belajar yang seekor binatang menjadi seorang pribadi dengan kepribadian
4
manusiawi. Lebih tepatnya, sosialisasi adalah suatu proses dengan mana seseorang
menghayati (mendarah dagingkan — internalize) norma-norma kelompok dimana ía hidup
sehingga seorang pribadi yang unik.
Pengalainan Kelompok dan Kepribadian
Pada awal kehidupan manusia tidak mengenal apa yang disebut dir. Terdapat organ-
isme fisik, tetapi tidak ada rasa pribadi. Kemudian bayi mencoba merasakan batas-batas tub
uhnya. Anak itu mulai mengenali orang. Pada mulanya setiap laki-laki adalah Seorang “bapa”
dan setiap perempuan Seorang “ibu”. Pada kira-kira umur antara 18 bulan sampai 2 tahun
anak rnenggunakan kata “saya” yang merupakan suatu tanda yang jelas atas kesadaran diri
yang pasti. Suatu tanda bahwa arnak tersebut telah semakin sadar sebagai manusia yang ber-
beda denagan yang lainnya. Dengan kematangan fisik serta akumulasi pengalaman-pengala-
man sosialnya anak itu membentuk suatu gambaran tentang dirinya.
ISOLASI SOSIAL
Tujuh ratus tahun yang lalu, Frederik II, Kaisar Romawi yang suci, menyeleng-
garakan eksperimen untuk menentukan bahasa apa yang akan dipakai anak-anak kalau
mereka tidak pernah mendengar sepatah kata pun. Apakah mereka akan berbicara bahasa
Yahudi — yang dianggap bahasa yang paling tua — atau bahasa Yunani, atau Latin atau ba-
hasa orang tuanya? Ia memerintahkan ibu-ibu angkat dan perawat untuk memberi makan dan
memandikan anak-anak itu tetapi jangan sekali-kali mengajak bicara atau mengoceh kepada
mereka. Eksperimen itu - gagal, karena setiap anak meninggal.
Pengalaman sosial adalah penting untuk pertumbuhan manusia. Perkembangan ke-
pribadian bukanlah hanya sekadar pembukaan otomatis potensi bawaan sebagaimana diperli-
hatkan oleh isolasi social.
Anak-anak yang mengalami penolakan secana emosional yang ekstrim dan sangat ke-
hilangan kasih sayang yang wajar, gagal mengembangkan kepnibadian yang biasanya kita
anggap manusiawi.
Dari eksperimen diketahui bahwa monyet membutuhkan kasih sayang yang benar
ibunya ketika masih bayi untuk menyatakan kasih sayang itu sebagai monyet dewasa. Ek-
sperimen binatang lain menunjukkan kegagalan yang sama dan binatang-binatang yang teras-
ing untuk memperkembangkan perilaku dewasa yang normal menurut jenisnya [Krout, 1942;
hal. 102—105]. Tcntu saja, monyet bukannya manusia. Namun, menarik bahwa pandangan
Harlow tentang penganuh hilangnya kasih sayang ibu dalatn dunia monyet berhubungan erat
dengan observasi pengaruh lingkungan kasih sayang ibu dalam dunia manusia. Monyet

5
maupun manusia membutuhkan pengalaman kelompok yang intim bila mereka ingin berkem-
bang sebag ai mahiuk dewasa yang normal.
KELOMPOk REFERENS/ACUAN (REFERENCE GROUP).
Sepanjang hidup seseorang kelompok-kelompok tertentu adalah penting sebagai
model untuk gagasan atau norma-norma perilaku seseorang. Kelompok semacam itu disebut
kelompok referens (reference group).
Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang terpenting, karena kel ompok
mi merupakan kelompok satu-satun ya yang dimiliki bayi selama masa-masa yang paling
peka. Ciri-cini kepribadian dasan dan individu dibentuk pada tahun-tahun pertama ini dalam
lingkungan keluarga.
Beberapa waktu kemudian, kelompok sebaya/sepersamaan (peer group), yakni
kelompok lain yang sama usia dan statusnya, menjadi penting sebagai suatu kelompok refer-
ens. Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan pegakuan sosial dalam kelompok seper-
samaan sering diikuti oleh pola penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur hidup. Banyak
studi telah menunjukkan bahwa pada usia 15 tahunan kelompok sebaya telah menjadi kelom-
pok referens yang sangat penting dan barangkali mempengaruhi perkembangan kepribadian.
Gambaran para pekerja mengenai kompetensi mereka mungkin akan lebih tergantung
pada persepsi mereka tentang bagaimana mereka dilihat oleh teman sekerja mereka daripada
persepsi mengenai bagaimana mereka diihat oleh para pengawas mereka.
KELOMPOK MAJEMUK DAN SOSIALISASI

Mas yarakat yang kompleks/majemuk inemiliki banyak kelompok dan kebudayaan


khusus dengan standar yang berbeda dan kadangk ala bertentangan. Seseorang dihadapkan
pada model-model perilaku yang pada suat u saat. diimbali sedang pada saat lain dicel a atau
disetujui oleh beberapa kelompok dan dikutuk oleh kelompok lainnya. Dengan demikian se-
orang anak akan belajar bahw a ia harus “tangguh” dan mampu untuk “rnenegakkan haknya”,
namun pada saat yang santa ia pun hams dapat berlaku tert ib, penuh pertimbangan dan rasa
hormat. Sebagian orang mengingatkan seorang rem aja p uteri untuk mempertahankan
kemurf llannya sedangkan yang lain mendorongnya beremansipasi”. Dalam suatu masyarakat
di inana setiap orang bergerak dalam sejuml ah kelompok dengan standar dart nilai
yang berbeda, setiap orang harus marnpu menent ukan cara untuk mengatasi tantangan-tant
6
angan yang serba bertentangan. Manusia dapat mengatasi rnasalah mi dengan mengk om-
partementalisasi kehidupan mereka, mengembangkan suatu “din” yang berbeda bagi setiap
kelompok di mana mereka berg erak. Atau niereka dapat memilih kelomp ok referens yang
mereka sukai yang sesuai dengan kehidupan nyata mereka, menolak kelompok-kelompok
Iainnya seperti dalam kasus herikut:
“Tiga belas penahanan”. Hakim menggeleng-gel engkan kepalanya setelah melihat arsipku!
“Perkelahian antar geng, penembakan, peramp okan, pencurian sebuah mobil.. . . Saya tidak
tahu apa yang hanis saya perbuat atas dirinsu. Orang tuamu seorang pekerja keras dan taat be-
ragama dalam lingkungan yang sangat baik. IQ-mu luär biasa tinggi. Mengapa kau berbuat
hal-hal serupa mi?”
Aku kaget. Betapa dungunya pertanyaan itu. Setiap anak iaki-!aki yang kukenal mengerjakan
hal serupa liii. Mungkin aku berbuat lebih banyak dan mereka dan lebih balk (“A gang lead-
ers rademption.” Life, 28 Apr. 198, hal. 69ff).
Anak mi telah mengambil standar kelomp ok sepersamaan (sebaya) yang nakal, buk an
standar keluarganya. Studi riset [Warn er and Lunt 1941, hal. 351; Rosen, 1955; Cary 1974]
biasanya menekankan kekuata n kelompok sebaya untuk menanamkan corak perilaku yang
bertentangan dengan perilaku keluarganya. Akan tetapi, tidak semua remaja menerima bulat-
hulat standar kelompok sebaya dan tidak semua kelornp ok sebaya benar-benan konflik
dengan kel uarga atau masyarakat. Kebanyakan nemaj a menemukan kcsetiaan kelompok
luar-kel uarga yang utama dalam tim atletik, kel ompok remaja gereja, klub tetangga, atau
klik remaja dalam harmoni dengan standar suatu masyarakat dewasa yang konvension al.
Dalans tahun-tahun belakangan mi tel ah banyak tulisan tentang “pembenontak
elompok referens merupakan modal yang penting
104 Masyarakat dan Ind:sidu
Kepribadian dan Soia1sasi 105
an kaum muda” dan “kesenjangan ge[lerasi”. Namun, survai yang cermat menun-
jukkan bahwa sekalipun terdapat suatu dorongan kuat untuk suatu perubahan di kalangan rem
aja masa kini, namun pada dasamya mer eka dapat menyetujui nilai-nilai dasar orang tua
mcrcka [Yankelovich, 1972; Erskine, 1973; Wright, 1975; Lubeck and &ngtson, 1977;Mar-
tin, 19821.
Mengapa beberapa remaja memilih kel ompok sebaya yang umumnya menduk ung nilai-nilai
kalangan dewasa scdangkan yang Iainnya memilih kelompok sebaya yang mcnentang
masyarakat dewasa? Tamp aknya pilihan mereka bertalian dengan gambaraii din. Remaja
yang nakal biasanya adalah remaja yang merasa dirinya tidak dicintai, tidak berharga, tidak
7
berkemamp uan, tidak diakui, tidak dihargai; mereka bergabung dengan remaja brandal
lainnya dalam suatu kelompok sebaya yang nakal yang memperkuat dan mendukung perilak
u yang bersifat membenci dan agresif. Rem aja yang patuh merasa din mereka dic intai, ber-
harga, mampu, diakui, dihargai; mereka bergabung dengan orang-orang yang lain yang mera-
sakan hal yang sama seperti mereka dalam suatu kelompok sebaya yang sejalan, yang mem-
perkuat perilaku yang Sec ara sosial disetujui. Sesungguhnya meliliat adalah berperilaku. Ba-
gaimana kita melihat din kita, begitulah kita berperilaku.
Pengalaman yang unik dan Kepribadian
Mengapa anak-anak yang dibesarkan dalarn lingkungan keluarga yang sama sedemikian ber-
beda satu dengan yang Iainnya, sekalip un mereka pernah mendapatkan pengal arnan yang
sama? Masalahnya adalab karen a mereka tidak mendapatkan pengalaman yang sama;
mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalain beberapa hal dan berbeda dalam
beberapa hal lainn ya. Setiap anak memasuki suatu unit/kes atuan keluarga yang benbeda.
Anak yang dilahirkan pertama, yang merupakan anak satu-satunya sampai kelahiran anak
yang kedua, kemudian akan mempllnyai adk laki-laki atau perempuan dengan siapa ia
dapat bertengkar. Orang tua berubah da tidak memperlakukan sama semua anak. nya.
Anak-anak memasuki kelompok sebaya yang bebeda, mungkin mempunyai guru yang ber-
beda dan berhasil melampaui pens. tiwa yang berbeda pula. Sepasang anak kembar mcmpun-
yai warisan (heredity). yang identik dan (kecuali bila dipisahkan) lebih cendcrung memper-
oleh pengalaman yang sama. Mereka berada dalam suatu kel uarga bersama-sama, seringkali
mempunyai kelompok sebaya yang sama, dan diperla. kukan kurang lebih sama oleh orang
lain; akan tetapi bahkan anak kembar pun tid ak mengalami bersama selurtth peristiwa dan
pengalaman. Pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ado pengalaman szapa pun
yang secara sempurna dapat menyam ainya. Suatu inventarisasi dan pengala. man sehari-hari
berbagai anak-anak dalam suatu keluarga yang sama akan mengung. kapkan banyaknya per-
bedaan. Maka setiap anak (terkecuali anak kembar yang identik) mempunyai warisan biologis
yang unik, yang benar-benar tidak seorang pun dapat menyamainya, dan demikian pula
halnya suatu rangkaian pengalaman hidup yang unik tidak dapat benar-benar disamai oleh
pengalaman siapa pun.
Lebih lanjut, pengalasnan tidaklah seked ar bertambah, akan tetapi men yatu. Krp ribadian
tidaklah dibangun dengan men yusun suatu peristiwa di atas peristiwa lainnya seb4aimana
membangun tembok bata. Arti dan pengaruh suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-
pengalaman yang mendahuluinya. Bagi seorang gadis nengalarnan berdiri di samping teman
kenc an, tidaklah sama dengan berdini di sam- ping tembok. Para Psikoanalis menyatak an
8
bahwa peristiwa tertentu dalam pengal aman seseorang adalah penting sekali ka:
rena peristiwa tersebut mewarnai reaksi seseorang atas pengalaman bcrikutnya. Film-film dan
novel yang berbau “psikolog is” seningkali mengetengahkan bahwa psik oanalisis
menyangkut pemeniksaan terhad ap .ketidaksadaran seseorang dan menggaI i pengalaman
traumatis yang menyebabk an segala kesukaran. Hal mi mertipakan
penyederhanaan yang berkelebihan.Tidak akan tunabuh neurasis pada seorang anak
taki-laki karena ayahnya merusak mainan kesukaannya pada waktu berumun 3 tahun. Akan
tetapi, mungkin saja bahwa suatu episode traumatis akan menjadi awal dan serangkaian
pengalaman yang saling menol ak dan karenanya mewarnai arti dan se-. kian banyak pengala-
man bcrkutnya. mi berarti bahwa pengalaman setiap orang menupakan suatu jaringan yang
luar biasa rumitnya dan jutaan peristiwa di mana mas ing-masing memperoleh anti dan
pengaruh dan semua pengalansan yang te!ah mendah uluinya. Maka sungguh tidak heran
kalaii kepnibadjan itu rumit.
Masih tampak faktor-faktor lain dalam Pemilihan peran untuk dimainkan di dalam keluaiga.
Anak-anak banyak sekali saling
Pengalaman setiap orang adalah unik, tidak ada pengaaman siapa pun yang benar-
benar dapat raen yamainya. (Erika Stone/Peter
Arnold. Inc.)
meniru satu saina lainnya, akan tetapi mer eka juga bertisaha untuk memiliki identit as
sendiri. Anak-anak yang lebih muda Ser ingkali menolak kegiatan yang telah dik erjakan
dengan baik oleh kakak-kakakn ya, dan mencari pengakuan melalui kegiata n.kegiatan
lainnya. Tanpa disadari, onang tua membantu proses seleksi in Seorang ibu dapat
mengatakan, “Susi si kecil adalah pembantu mama, tetapi aku pikir Annie akan menjadi anak
penempuan yang kelakil akian”, ketika Susi mulai menapikan mej a, sedangkan Annie
sedangberjumpalitan di Ian tai. Kadang-kadang seorang anak dan keluanga baik-baik memi-
lih pcran seoranig “anak laki-laki nakal”, dan nyata-nyata men unju kkan ketidaksenangannya
pada waktu onang tuanya menjelaskan masalah mereka kcpada talnunya. Dalam keluarga-ke-
luarga
Iuo
Kepribadian dan Sosialisasi 107
besar seorang anak mungkin menemui kes ulitan dalam mendapatkan suatu peran
yang tidak berkaitan dengan kakak-kakakn ya. Jadi dalam hubungan mi dan dalam banyak
hal lainnya setiap pengalaman hid up sescorang adalah unik. Unik dalam pen gertian tidak
scorang pun mengalami Ser angkaian pengalatnan seperti mi dengan cara yang persis sama
9
dan unik dalam pen gertian bahwa tidak seorang pun mempun yai latar belakang pengalaman
yang sam a atas mana setiap peristiwa baru akan mcnimbulkan pengaruh dan dan mana akan
dapat diperoleh suatu makna.
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Beberapa sarjana telah lebih mengembangk an beberapa teori perkembangan kepribad ian
yang menarik. Narnun, tidak ada sat u teori pun yang dibuktikan oleh semac am bukti empiris
atau eksperimen riset yang menetapkan, misalnya, bahwa bakteri menycbabkan penyakit atau
bahwa keperc ayaan din meningkatkan prestasi. Setiap teori merupakan teoni yang provokatif
yang rnenerangkan persoalan yang rumit dalam cara yang dapat dipercaya.
Cooley dan Cermin din
Bagaimanakah sebenarnya sescorang sampai pada paham mengenai orang seperti apakah dia
itu? Konsep din berkembang melalui proses yang bertahap dan rumit yang herl angsung seu-
mur hidup. Konsep tersebut adalah suatu gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkcmbang
dengan bantuan orang lain. Misalkan seorang orang tua dan kcluarganya mengatakan bahwa
anak gadisn ya cantik. Kalau hal mi cukup sering diu lang-ulang secara konsisten. oleh or-
ango rang yang cukup berbeda-beda, akhirn ya gadis tersebut akan mcrasa dan bertind ak
seperti scorang yang cantik. Ada bukti riset yang meyakinkan bahwa orang-orang cantik seb-
cnarnya lebih dimanjakan dan dip andang kbih panclai, lebih altruistis, dan lebib dipuja dari-
pada orang lain. Bcrscheid
dan Walster, 1974; Wilson dan Nias, 1976; Cash dan Salzback, 1978; Murphy, 19811.
Orang-orang cantik sering tampak lebib tenang dan percaya din daripada orang bermuka
buruk, karena mereka dinilai dan diperlakukan berbeda. [Schwebhe and Schwebbe 1982].
Namun, seorang gaclis cantik sekalipun tidak akan pernah benarb enar yakin bahwa Ia cantik
kalau, dan awal hidupnya, orang tua bersikap kecewa dan apalogctis tcrhadap gadis itu dan
memp erlakukannya sebagai anak yang tidak mer arik. Gambaran din seseoraizg tidak penlu
berkaitan dengan fakta-fakta yang obyek. tif. Seorang anak yang ainat biasa yang usah anya
dihargai dan diimbali akan mengdnib angkan perasaan diterima dan percaya din, sementara
seorang anak yang sangat hebat yang usahanya sening dianggap sebag ai kegagalan mungkin
merasa dihantul oleh perasaan tak mampu, dan kemampu. annya secara praktis menjadi lum-
pub. Mel alui tanggapan orang lainlah scorang anak menentukan apakah ia pandai atau
bodoh, cantik atau tidak cantik, memikat atau tid ak memikat, berbudi atau tidak berbudi, ber-
harga atau tidak berharga. Sehuah buku panduan baru-baru mi [Samuels, 1977] membi-
carakan secara ninci tentang bagaim ana sebaiknya seorang anak diperlakukan bila hartis
10
mengembangkan gambaran din yang penuh kepercayaan.
“Din” mi yang ditemukan melalui tangg apan onang lain telah dinamakan “din cerminan or-
ang lain” (cermin din) oleh Cooley [1902, hal. 102-103], yang dengan hati-hati menganalisis
segi penemuan din i. Mungkin saja ia telah rnendapat inspinas i dan kata-kata dalain sandi-
wara L’anity Fair karangan Thackeray: “Dunia adalah sebuah cermin dan meinbenikan ke-
pada setiap orang bayangan dan mukanya send in. Kerutkan dahi di hadapannya, dan bay an-
gan masain akan tarnpak di hadapan anda; tertawalah di depan dan bersanianya, dan anda
akan mempcroleh sahabat yang baik dan riang”.
Ada tiga langkah dalam proses pembent ukan cermin din: (1) Pensepsi kita tentang ba-
gairnana kita rnernandang orang lain. (2)
Persepsi kita tentang penilaian mereka men genai bagaimana kita memandang. (3) Pen
asaan kita tentang penilaian-penilaian mi. Oleh karena itu, kita terus-menerus memp erba-
harui persepsi kita tentang bagaimana kita memandang. Misalkan hahwa setiap kali anda
memasuki suatu ruangan dan mendekati sekelompok kecil orang, mereka segera berhenti ber-
bicara dan memandangi anda. Apakah pengalaman mi, yang beru lang beberapa kali, mem-
pengaruhi perasaa n anda tentang diii anda? Atau setiap kali anda muncul, kelompok yang
berbincangb incang dengan segera mengelilingi anda, bagaimana perhatian mi mempengaruhi
pen asaan din anda? Wanita yang pasip adalah Onang-onang yang mempunyai keyakinan
pada masa kecilnya baliwa mereka tidak dap at aktif dalam berbicana. Bagaiinana mi his a
terjadi?
Sebagaimana gambar dalam cermin memb en bayangan tentang diii fisik, demikian
juga persepsi tanggapan orang lain memb erikan gambaran din sosial. Kita “tahu”, misalnya,
bahwa kita berbakat dalann beber apa segi dan tidak begitu berbakat dalam segi lain. Penget-
ahuan mi muncul pada kita dan tanggapan orang laiis. Anak kecil yang usaha artistiknya yang
kasar diknitik den gan keras, segera mengambil kesimpulan bahwa bakat artistiknya kecil,
sedangkan anak yang usahanya mendapat pujian dan orang tua menjadi yakin akan kemarn-
puann ya. Ketika anak itu menjadi dewasa, orang lain juga akan memberikan tanggapan yang
rnungkin berbeda dengan tangggapan orang tua, karena cermin sosial adalah cermin yang
selalu berada di hadapan kita.
Kita perhatikan bahwa pcnsepsi peniliain onang iainlah yang menjadi fakton yang
Gambaran din didasarkan pada tanggapan orang lain (Sybil Shackman/Monkmeyer).
I,,
110 IIasyarakot don Individu
lisi, hakim), anak-anak itu memperoleh kei nampuan mereka mengambil peran beberap a
11
tahun lebih tinggi. Hal mi mendukung teori Mead bahwa pengambilan peran (role taking)
adalah pcnting dalam proses sosial isasi.
Wewenang yang lain telah menambahk an konsep orang lain yang berarti (signif icant
other). Orang lain yang berarti itu adalah seorang yang persetujuannya kita butuhkan dan
yang pengarahannya kita terirna. Menurut Woelfel dan HaIler [1971, hal. 75] “oran-g lain
yang berarti” adalah orang-orang yang berpengaruh terhadap sik ap individu. “Orang lain
yang berarti mungkin berpengaruh karena peran yang mereka penuhi (sebagai orang tua,
guru) atau karena “orang lain yang berarti” mi sangat penting (orang terkemuka yang pop
uler, teman-teman akrab, keluarga terd ekat, teman laki-laki atau teman peremp uan). Mereka
penting buat kita, dan oleh karena itu gagasan dan nilai mereka cender ung menjadi gagasan
dan nilai-nilai kita.
Freud dan Din Antisosial
Baik Cooley maupun Mead adalah interaks ionis, yang memandang kepribadian dibent uk
melalui interaksi sosial dengan orango rang lain. Keduanya mengasumsikan kesel arasan
yang mendasar antara din dan mas yarakat. Untuk Cooley “individu yang terp isah” adalah
suatu gagasan yang abstrak yang tidak mempunyai eksistcnsi bila terp isah dan masyarakat,
sama seperti “mas yarakat” tidak mempunyai arti bila terp isah dan individu. “Sosialisasi din”
ters ebut dibentuk oleh masyarakat, dan mas yarakat adalah suatu organisasi ari orango rang
yang disosialisasikan. Maka din dan tnasyarakat merupakan dua segi dan suatu persoalan
yang sama.
Freud melihat din dan masyarakat dal am konflik yang inendasar yang tidak sel aras. Ia meli-
hat din itu sebagai produk dar i cara-cara masyarakat memandang dan men ahan motif dan
dorongan manusia yang mendasar. Freud yakin bahwa porsi rasion al dan motif inantisia
adalab seperti ba
ian gunung es yang terlihat, motif yang lebih luas tersimpan dalam kekuatan-kek
uatan yang tidak disadari dan tidak tampak yang dengan kuat mempengaruhi perilaku
manusia. Ia membagi din tersehut menjadi 3 bagian: Id, superego dan ego. Id adalah pusat
nafsu dan dorongan yang bersifat naluniah dan tidak sosial, rakus dan antiso. sial; superego
adalah kompleks dan citac ita dan nilai-nilai sosial yang dihayati Ses eorang dan membentuk
hati nurani; Sed angkan ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur
pengen. dalian superego terhadap id. Maka ego mer upakan pusat kendali, superego sebagai
perwira polisi dan id adalah tungku mendid ih dan nafsu yang egois dan merusak. Karen a
masyarakat menghambat pengungkapan agresi, nafsu seksual, dan dorongan-doronga n lain,
id selalu berperang dengan supereg o. Id biasanya ditekan, tetapi sewaktu. waktu ia lepas
12
menentang superego, sehing. ga menyebabkan beban rasa bersaiah yang sulit dipikul oleh
din. Pada waktu lain ten aga id muncul dalam bentuk terselubung. yang rnemungkinkan ego
bertindak tanpa penyebab yang disadari, misalnya kalau orang tua melampiaskan rasa per-
musuhann ya dengan memo kul anak, dengan keyak inan bahwa mi dilakukan “demi kebaik-
ann ya”. Jadi menurut Freud din dan inasyar akat sering berlawanan dan bukan hanya sekedar
merupakan segi-segi yang berbeda dan hal-hal yang sama.
Teori Freud telah mengilhami perten. tangan-pertentangan pahit, “mazhab” yang.. bersaing,
dan sejumlah interprestasi dan per ubahan. Konsep-konsepnya lebib merupak an cara-cara
memandang kepribadian dan ipada sebagai kesatuan yang nyata yang; dapat dicek rnelalui
eksperimen khusus. Tidak ada test empiris yang sederhana yang dapat dipergunakan untuk
menetapkan apakab superego, ego dan id merupakan konsep yang mungkin yang terbaik un-
tuk dipergunakan dalam menggambarkan bag ian-bagian dan pribadi manusma. Usaha pe-:
ngujian empiris telah gagal menegaskan ban yak teori Freud, meskipun menawarkan be-
berapa dukungan untuk yang lain [Fisher
Masa bayi
Masa kanak-kanak awal (2 - 3 th)
Masa bermain (4-5th.)
Mdsa sekolah (6- 11th.)
Remaja
(12- 18th.)
Dewasa
(19-35 th).
Setengah umur (36-50th.)
Masa tua
(51 +)
and Greenberg, 1977]. Kebanyakan ilmuw in sosial masa kini setuju bahwa Freud
mungkin benar dalarn klaimnya bahwa mot if-rhotif manusia sebagian besar tidak disad ai
dan di luar kendajj rational dan tidak selãu serasi dengan kebutuhankebutuhan màyarakat se-
cara tertjb.
Wälaupun Cooley dan Mead memapark aliperkembangan din dalam istilah yang sekjt berla-
jnan teori mereka lebih bers ifat saling melengkapi daripada bcrtent angan satu sama lain. Ke-
duanya bertent anan dengan Freud dalam arti bahwa sneeka rnemandang din dan masyanakat
sebagai dua aspek dan realitas yang sama, Pa’lahal Freud memandang din dan masyar akat

13
dalam konflik yang abadi. Narnun, Sem ua rnernandang din sebagai suatu produk 1syarakat,
dibentuk dan dicetak oleh maS yãrakat.
Delapan Tahap Kehidupan Erikson
Enik Erikson adaiah seorang bangsaJerman yang hidup di Amerika Senikat sejak tahun 1933.
Ia tidak merniliki ijazah atau gelar akadernis apapun, tetapi ia bangkit untuk mernangku
jabatan guru besar di Californ ia dan Harvard,. Sekalipun ahli dalam psik oanalisis Freud,
namun ia menimbulkan teoni Freud untuk mengembangkan suatu teori tentang sosialisasi
sikius kehidupan (life cycle socialization) melalui 8 tahap yang disebut krisir identitas (iden-
tity cris is). Knjsjs indentitas adalah titik baljk dal ain perkembangan ketika seseorang harus -
masuk ke dalans satu dan dua arah yang urn urn.
Tahap-tahap mi, seperti tainpak pada Tabel 4-2, bermula pada masa bayi, ketika bayi belajar
baik rasa percaya ataupun rasa
TABEL 4-2
DELAPAN TAHAP KEHIDUPAN ER:KSON
Usia Krisii identitas yang Kebajikan dasar untuk dikem artis dipecahkan bangkan.
Percaya Vs. tidak percaya Otonomi Vs. m&u dan
bim bang
Inisiatjf Vs. nasa bersalah
Kerajirian Vs. rasa rendah din.
Identitas Vs. kekacuan peran.
Keakraban Vs. isotasj
Generatjvjtos Vs. stagnasi
Integritas Vs. keputusasaan
Harapan Keruauan
Tujuan
Kucakapan
Keset,aan
Kasih sayang
Perawatan
Kebijakan
jmber Erik Erlkson, Childhood and Society, W.W. Norton and Company lnc, New
York, 1963, and Youth and Crisis. W.W. Norton and Company, Inc., New York, 1968.
Bagaimaria tahap-tahap Erikson iri bila dbandingkan dengan kenangari tentang perk emban-
gan 3nda sendiri?
14
112 Masyarakat dun Individu
Kepri bad jan dan Soskiisasj 113
tidtk percaya. Kalau ibunya (atau penggallc i ibuiiya) secara konstan nicncintai dais
memperhatikan kebutuhan fisiknya, bayi tersebut membentuk perasaan arnan dan pcrcaya.
Kalau ibu tersebut tidak memperh atikan, dingin, menolak atau kejain, atau malah inkon-
sisten, bayi itu menjadi merasa tidak aman dan tidak percaya pada orang lain.
Dalarn tahap kedua, inasa kanak-kanak awal, “otonomi versus rasa bimbang dan malu”,
anak-anak belajar berjalan, berbic ara, mempergunakan tangannya dan me lakukan berbagai
hal lain. Me-reka mulai incrnbangun otonomi; yakni, mereka mulai memilih sendiri, mengt-
sngkapkan keingina n-keinginannya, membentuk dan mengejar harapan-harapan. Kalau
didorong dan berh asil, increka akan mengembangkan rasa otonominya, merasa din sebagai
orang yang cakap (mampu). Kalau dihambat, Erikson yakin mereka menjadi ragu-ragu dan
merasa malu dalam berhubungan dengan orang la n.
Pada setiap enarn tahap berikutnya, ada krisis identitas yang mirip cli mana bel ajar tertentu
adalah perlu untuk suatu kcpribadian yang sehat. Dalaru tahap ket iga, seseorang mernu-
tuskan konflik Oedip usnya clan mulai tnengernbangkan pengert ian rnoralnya. Dalam tahap
keempat dunia anak itu meluas, keterainpilan teknis dipe. lajari, rasa percaya din diperbesar.
Keemp at tahap mi cocok dengan empat tahap perkembangan psikoseksual anak dan Freu d,
yakni oral, anal, genital dan laten. Dal am tahap kelima remaja mengembangk an rasa iden-
titas pribadi melalui interaksi dengan orang lain. Dalam tahap keenam orang dewasa mem-
perkcmbangkan hubunga n kasih yang awet dengan lawan jenisnya. I)alarn usia setengali
baya, tahap ketujuls, seorang rnengembangkan sesuatu pada kel tiarga dais pada masyarakat.
Dalain tahap terakhir, seseorang menghadapi inasa aklsir hidup (inasa tua) baik secara ter-
hormat atau pI.in penuh putus asa. Untuk sctiap tahap, ada kcbajtkan ?nt’ndasar yang
mcnyertain ya, yang berkenibang dengai-. berlalunya krisis itti dengan herhasil. Bila belajar
yang
cocok pada suatu tahap terlewat, tahap terscbut rnungkin saja, walaupun sukar, diper-
oleh pada masa usia lanjut [Erkson, 1963, 1968; Roazeis, 1976].
Teori-teori Erikson mempunyai pengar uh besar. Ia mempopulerkan istilah krisis identitas,
yang sering disalahgunakan sebag ai setiap periode ragu-ragu dan bimbang.
Apakah setiap belajar dipusatkan dalam tah apnya yang tepat bisa diperdebatkan. Apakah
“krisis identitas versus kekacauan peran” berpusat dalam masa dewasa atauk ah dia muncul
15
pada masa lain? Apakah “kebijakan” suatu kebajikan yang unik dal am inasa tua? Seperti
teori-teori perkemb angan lain, teori Erikson sulit untuk db uktikan atau disangkal.
Piaget dan Perkembangan Belajar
Jean Piaget, scorang ahli biologi. memper. oleh nama sebagai psikolog anak yang mempel-
ajari perkenibarigan inteligensi. Ia menghabiskan ribuan jam mengamati anaka nak yang
sedang bermain dan menanyak an mereka tentang perilaku dan perasaa nnya. Ia tidak
mengembangkan teori sos ialisasi yang komprehensif, tetapi memu satkan pcrlsatian pada ba-
gaimana anaka nak belajar berbicara, berfikir, bernalar dan akhirnya membentuk pertimban-
gan moral.
Piaget yakin bahwa anak-anak berfikir dengan cara yang berbeda dan orang dew asa dan
bahwa manusia direncanakan Sec ara biologis untuk bergerak maju menuju pemikiran yang
rasional dan logis melalui serangkaian tahap-tahap perkem bangan yang dapat diduga. Yang
dimaksud, tahap “perkembangan” adalah bahwa belajar dan suatu tahap adalah penlu untuk
melangkah kc tahap berikutiiya. Sama seperti anak kec il harus belajar berjalan sebelum
dapat bel ajar l)erlari, ia hams belajar patuh pada per aturan-peraturan eksternal scbelum ia
dap at mcngeinbangkan pengendalian din berd asarkan nilai-nilai moral. Anak kecil itu dapat
mempelajari aturan-aturan yang nyat a (“Cuci tangan sebelurn makaa!”, “Jan gan meisanik
ekor kucing kecil ‘‘) tetapi Ii-
dak dapat menangkap mnaksud di belakangn ya. “Buruk” diukur oleh akibat, bukan
oleh tujuan; maka rriematahkar, inainan orang lain dengan sengaja tidak lebih buruk daripada
mematalikannya dengan tidak Sen gaja.
Sekitar usia 7 atau 8 tahun, anak itu mul ai memahami peraturan yang didasarkan pada ke-
praktisan, saling menghormati, dan keadilan. Maka anak jtu perlahan-lahan mengubah moral
berdasarkan kepatuhan menjadi berdasarkan kewenangan dan ketaK utan eksternal atau
hukuman dengan pengendalian din berdasarkan kerja sama dan pertimbangan yang timbal ba-
lik. Tid ak semua anak menyelesaikan belajar mi, beberapa anak tetap berada pada tingkat
perilaku moral seperti anak-anak selama hi dupnya [Piaget, 1932, 1951, 1965; Piaget dan In-
helder, 1969]. Banyak tetapi tidak semua hipotesis Piaget telah dipertegas oleh studi-studi
riset yang dirangsang oleh hipotesis tersebut [Kohlberg, 1964, hal.
399], dan sekarang ia adalah salah seorang psikolog anak yang paling sering disebuts ebut.
Ada juga sistem-sistem “tahap ke hidupan” yang lain [Sheehy, 1976; Hatey en, 1978; Levin-
son, 1979], tetapinsereka lebih memusatkan perhatian pada peralihan peran dan bukan pada
sosialisasi.
PENTINGNYA GAMBARAN DIRI
16
Seperti telah disinggung sepintas lalu, gamb aran din pnibadi adalah faktor yang aktif sekali
dalam menentukan penilaku. Terdap at sejumlah riset yang memnperlihatkan pentingnya
gambaran din. Dalam buku kar angan Compbell The Sense of Well Being in America, ia
nsenemiikan bahwa dan Sem ua faktor yang ada kaitannya dengan “kepuasan hidup”, per-
asaan seseorang ten- tang “kepuasan dengan din” menduduki ranking tertinggi, dengan
“star.dar hidup” ranking kedua, dan kepuasan dengan kehid upan keluarga ranking ketiga
[Campbell, 1981, hal. 48]. Studi yang terkenal Equal ity of Educational Opportinity [Cole-
man, 1966, hal. 319-325] mncnensukan bahwa ci-
ri-cini kepribadian yang paling penting berk aitan dengan pelajaran sekolah adalab
konsep din anak dan rasa penguasaan terh adap lingkungan yaitu perasaan bahwa usahanya
akan membuahkan perbedaan. Pendidikan yang efektif di sekolah, di pab rik atau pada an-
gkatan bersenjata terlet ak pads pembangunan kepercayaan din pelajar. [Leviton, 1975]. Se-
baliknya kur angnya gambaran din yang memuaskan hampir selalu merusak prestasi kerja
dan prestasi belajar. Studi-studi beberapa tahun yang lalts menunjukkan bahwa anak-anak
sekolah kulit hitani memiliki harga dini yang lebih nendah daripada anak-anak kul it putih
dan mi diyakini sebagai suatu fakt on dalam prestasi sekolah yang lebih bur uk dati anak-
anak kulit hitam. Tetapi, PC. nelitian-penelitian barn-barn mi, tidak Ia. gi mengemukakan
kadar harga din yang Icb ih rendah di antara anak-anak kulit hit am (Greenberg, 1972, Beglis
dan Sheikh, 1974, Hilbary, 1975]. mi mungkin satu sebab mengapa kesenangan belajar antara
anak-anak kulit putih dan anak-anak kulit hit-am telah menyempit secara signifikan selama
dekade yang lalu [Burton dan Jon es, 1982].
Suatu gambanan din yang tidak memuask an scring menyebabkan penilaku nakal, ant isosial
dan tidak menyenangkan [Schwartz dan Tangni, 1965; Kaplan, 1975, 1977]. Sebenannya se-
jumlah penilaku, mulai dan kebiasaan-kebjasaan yang agak mengganggu sepenti membual
dan angkuh dan “sok tah u” sarnpai kepada neurosis yang serius dapat dmpandang sebagai
usaha yang matim atian untuk memperbaiki gambaran din yang tidak dapat ditolenir sebagai
tidak konipeten, tidak berhagaatau tidak penning. Tanggapan terakhir atas perasaan tidak
benh arga adalah bunuh din [Kaplan dan Pok onny, 1976]. Sesungguhnya, gambanan din ten-
letak pada inti perilaku.
RINGKASAN
Kepribadian adaiah suatu sistem kecender ungan perilaku menyeluruh dan seseorang.
4 Masyarakat dan Individu
Kepribadthn don Sosialisast 115

17
Keturunan (heredity) kita rnemberi kita Sep erangkat kebutuhan dan potensialitas
yang dipengaruhi faktor-faktor lain dalam penyal uran dan perkemhangannya. Lingkungan
fisik kita secara relatif tidak penting dalam perkembangan keprihadian. Kebudayaan kita
menyediakan pengalaman-pengalaman tertentu yang hampir sama bagi semua angg ota
masyarakat kita. Pengalaman kelomp ok kita mengembangkan persamaan keprib adian dalam
kelompok dan perbedaan kep ribadian di antara kelompok; pengalaman seseorang yang unik
membentuk kepribad iannya.
Kepribadian yang normal berbeda secar a dramatis dan masyarakat kc masyarakat lain, seba-
gaimana diperlihatkan oleh bangsa Dobu yang curiga, curang dan merasa tidak aman serta
bangsa Zuni yang ramah tamah, merasa aman dan kooperatif. Setiap masyar akat mengem-
bangkan kep ribadian yang normal, yang dihasilkan dan pengalaman seseorang yang menye-
luruh dalam niasyar akat itu. Pengaruh kebudayaan seperti mi mencakup norma-norma ke-
budayaan, jenis kepnibadian ideal yang diketengahkan sebagai contoh, dan banyak jenis
pengalam an yang lain. Sernua pengaruh mi cender ung untuk mengembangkan jenis ke-
pribad ian modal (modal personality) untuk mas yarakat itu.
Masyarakat yang lebib majernuk mungk in memiliki sejumlah kebudayaan khusus, masing-
masing mengembangkan kepribadia n modalnya dan mengurangi keseragaman kepribadian
yang menyeluruh di dalam kebudayaan itu. Malah dalam masyarakat yang lebih sederhana
tidak ada keseragama n dalam kepribadian; hanya suatu minor itas anggota saja yang
mengalami bersama sernua ciri kcpribadian modal itu.
Sosialisasi memerlukan pengalaman kel ompok sedangkan isolasi sosial tidak berb asil
mengembangkan kepnibadian manusiaw i yang wajar. Sosialisasi sangat terpusat pada
perkemhangan konsep din. Cooley memandang seseorang yang membentuk gambaran dir-
inya — cermin din — dalam “cermin” reaksi orang lain terhadapnya dan perasaan orang itu
terhadap reaksi-reaksi
tersebut. Kelompok referensi adalah kelom. pok yang standarnya kita pakai dan yang
perse tujuannya kita harap kan. Kelo inpok sebaya (peer group) adalah kelompok seusia dan
mempunyai status yang sama dengan kita dan merupakan kelompok referens yang penting,
terutama pada masa kanak. kanak dan remaja. Mead menekankan pe. ngambilan peran dalam
permainan anak. anak sebagai proses belajar di mana dengan belajar itu seseorang menjadi
sadar men genai perasaan orang lain. Melalui penggu. naan standar generalisasi orang lain
untuk kegiatan din seseorang, seseorang mengeni. bangkan suatu gambaran din. Freud mem
andang din jtu terdiri dan impuls-impuls bawaan yang tidak sosial (id) yang dibat asi oleh
hati nurani yang diperoleh secana sosial (superego) sementara bagian din yang sadar dan ra-
18
sional (ego) mencari keseimbangan antara id dan superego. Cool ey dan Mead memandang
din dan masyarak at sebagai dua aspek dan reatitas yang sama, sedangkan Freud memandang
din sebagai secara mendasan antisosial, dengan kesulitan kepribadian terbanyak datang dan
pertentangan antara impuls din clan hambatan masyarakat.
Erikson memandang perkembangan kep ribadian sebagai suatu proses sepanjang hidup. Or-
ang menjalani delapan knisis ident itas yang berturut-turut dan dalam setiap krisis seper-
angkat belajar yang konstrukt if atau yang tidakefektif berperan dan suat u kebijakan yang
mendasar yang tepat seh arusnya didapatkan. Piage t mengetengahk an suatu model perkem-
bangan tentang bagaimana seorang anak menggantikan kep atuhan terhadap peraturan-per-
aturan o tor iter dengan suatu moralitas dewasa yang did asarkan pada pertimbangan timbal
batik.
Dalam kebudayaan yang majemuk dengan berbagai ragam kelompok, seseo rang mungkin
mengalami kesulitan dan tncngembangkan gambaran din yang mem uaskan dan suatu istem
perilaku yang terpadu. Seseorang mungkin mcmecahkan kembali masalah mi dengan
mengkompantem entalisasi hidupnya dan bersikap herbed a-beda dalam setiap kelompok at-
ari de
gan menyesuaikan din pada satu kelomo k, sementara, bila mungkin, tidak mengi
ndahkan yang lain yang standarnya berten tangan dengan standar kelompok yang satu madi.
Kegagalan melaksaiiakan keduanya bis a menimbulkan kebingunan dan salah
DAFTAR ISTILAH
Ego, superego, dan id
Konsep Freud. Id adalah nafsu dan dorongan pribadi yang nalur jah, antisosial dan mement-
ingk an din sendiri. Superego adalah c.ita.cita dan nilai-nilai sosjal yang dihayati seseonang
dan membentuk hatj nurani. Ego adalah bagian dan din yang ras ional dan sadar yang
mengatur pengekangan superego terhadap Id.
Feral children (Anak-anak liar) Anak-anak yang diperkirakan dib esarkan tenpisah dan
masyarak at manusia dan karenanya tidak meiniliki iiwa sosial.
Generalized other (Generalisasi lain). Totalitas nilai dan standar dan masyarakat atau kelom-
pok sosial seseorang. yang penhlaiann ya diterapkan oleh seseol-ang dalam perilakunya tin-
tuk memb entuk kon5ep dirt.
Identity crmsis (Krisis identitas) Bagi Enikson, salah satu dan delapan titik batik utarna dalam
hidup ketika arah-arah utama dalani perkernbangan kepnibadi. an diambil. Secara populer
dipak aiuntuk “masaketidakpastian”. Looking-glass self (Cermin din) Pensepsi din yang
dibentuk seseo rang dengan mengintelprestasik an tanggapan.tanggapan orang lain pada dir-
19
inya.
Modal personality (Kepribadian modal) Bentuk kepnibadian khu. sus dan kebanyaksn ang-
gota kel ompok masyarakat.
Peer group (Kelomnpok sebaya) Suatu kelompok dan enango rang yang seusia dan memiliki
status yang sama, dengan siapa Seseorang umumnya berhubunga n/bergaul.
Personality (Kepribadian) Totalit as perilaku dan seseorang de
enyesuaian. Walaupun ada elemen-elemen yang umum dalam pengalaman semua or-
ang dan malah lebih dalam pengalaman seseorang di dalam suatu masyarakat tent entu, setiap
onang masih bersifat unik.
kebudayaan yang diambil, tetapi tidak dapat berfikir dan merasa sepenti onang danikebuday-
aanyangdj.
ambil tersebut. Saudara setuju?
5 Misaikan seseorang yang mengunjungi bangsa Dobu
secana konstan bersikap terus terang, dapat dipercay a, percaya din. Katakan mengapa
saudara yakin orang Dobu akan atau tidak akan:
a. mengaguminya b. menirunya
c. takut kepadanya
d. kasihan kepadanya 6 Kalau kebudayaan noengemb anigkan persamaan dalam
kepnibadian dalam suatu
masyanakat, bagaimana kita snenerangkan perbedaan kepnibadian dalam suatu masyarakat?
Apakah perb edaan kepnibadian sernac am itu lebib besar dalani masyarakat sederhana atau
dalam masyarakat majemuk.
Mengapa?
7 Bagaimana saudara akan
menenangkan fakta bahwa kelompok yang memiliki pengaruh yang utama tarh adap ses-
eonang bisa tidak mempengaruhi orang lain
dalam daerah yang sama? 8 Beriiah komentan pada penn yataan mi: Siapa saya seb enarnya
adalah lebih pant ing bagi saya danipada apa yang dip ikirkan 0 rang lain
tentang saya.
9 Mengapa beberapa orang yang berbakat dan cantik
begitu tidak yakin akan dininva?
10 Mengapa din disebut sebag ai produk interaksi sosial?
ngan sistem kecenderungan tert entu yang beninteraksi dengan urutan situasi. Refer-
ence group (Kelompok refar ena) Suaru kelompok yang dit erma sebagai panutan atau mod el
20
untuk pcnilaian atau tindaka n seseorang.
Self (Din) Kesadaran seseorang tentang, dan sikap terhadap din fl/a sendiri.
Social isolates (Isolasi sosial) Orgnissne yang kurang memi miiiki kontak Sosial dengan ang-
gotajcnisnya yang lain. Socialization (Sosialisasj) adalah suatu proses dengan £nana ses
eonang menghayati norma kel ompoknya.
Unique experience (Pengalaman unik) pengalaman total seseonang yang sama sekali berbeda
dan pengalaman o-ang lain.
PE-RTANYAAN DAN TUGAS
1 Bagasmana kita mengetah ui bahwa kepribadian
bukanlah hanys sekedar pematangan dan pengungk apan dan kecenderungank ecendenungan
wanisan?
2 Perbedaan-perbedaan yang hagaimana yang mungkmn
tenjadi dalam kehidupan sesial dan kepribadian manusia bila bayi-bayi manusia dilahir,tan
(dan dia suh) secara nonrrsal.
3 Dalam hal apa persoalan
keturunan dan lingkungan
merupakan isyu politis?
4 Telah dikatakams bahwa seseorang yang dihesarkan
dalam suatu kebudayaan mungkin belajan bersikap sperti orarig-orang dalan

21

Anda mungkin juga menyukai