Anda di halaman 1dari 4

Nama : Afif Hidayatulloh

NIM :19107020033

Prodi : 19107020033

Akhlak Yang Muncul Dari Ibadah Haji

Pengertian Ibadah Haji

Ibadah haji dalah suatu ibadah yang memerlukan kebualatan teakd dan kesungguhan hati.
Kebulatan tekad untuk meninggalkan kampung halaman beserta keluarga dan kesungguhan hati
untuk meninggalkan segala tingkah laku yang tidak baik. Haji diwajibkan bagi setiap muslim,
dengan syarat “bagi yang mampu”. Mampu baik secara fisik dan materi. Dan yang lebih penting
adalah kemampuan untuk menyiapkan diri sebagi tamu Allah SWT.
Haji adalah suatu ibadah yang tidak membedakan kedudukan dan status sosial. Prosesi haji dan
maknanya demikian penting untuk dikaji, sebab jangan sampai ibadah ini hanya sebagai ritual
tanpa mengetahui maknanya. Ritual haji merupakan kumpulan simbol simbol yang dalam yang
dapat menyentuh aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Makna prosesi ibadah haji apabila
dihayati dan diamalkan secara baik dan benar, maka akan mampu memberikan kesejukan,
kecintaan, kebenaran dan keadilan kepada umat manusia. Dengan demikian akan tercipta
kedamaian di muka bumi.

Haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut etimologi bahasa arab,
kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’,
haji adalah mengunjungi Baitullah (ka’bah) dan sekitarnya di kota Makkah untuk melaksanakan
beberapa amalan ibadah tertentu.

Hukum Haji

Semua ulama sepakat (ijma) bahwa hukum haji adalah wajib bagi setiap umat islam, baik
laki laki maupun perempuan, hnaya sekali seumur hidup bagi orang yang mampu (isthithi’ah).
Rukun islam yang kelima adalah haji ke Baitullah Al-Haram. Haji merupakan kewajiban yang
ditetapkan atas setiap muslim, mukalaf, merdeka, dan sanggup menunaikannya, satu kali seumur
hidup. Allah SWT berfirman:
‫سبِي ًًْل ۗ َو َم ْن َكفَ َر فَا َِّن ه‬
ٌّ ِ‫ّٰللاَ َغن‬
‫ي‬ َ ‫ع اِلَ ْي ِه‬ َ َ‫ت َم ِن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ِ َّ‫فِ ْي ِه ٰا ٰيتٌ ۢ بَيِ ٰنتٌ َّمقَا ُم اِب ْٰر ِهي َْم ۚ َو َم ْن دَ َخلَهٗ َكانَ ٰا ِمنًا ۗ َو ِ هّلِلِ َعلَى الن‬
ِ ‫اس ِح ُّج ْالبَ ْي‬
َ‫ْالعٰ لَ ِميْن‬ ‫َع ِن‬
Artinya : "Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barang siapa
memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan
perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 97)
Sementara itu dalam sebuah hadis dikatakan, "Barang siapa mempunyai bekal dan ongkos (untuk
haji), tetapi dia tidak melaksanakan ibadah haji, maka bendaknya dia mati, kalau mau sebagai
seorang Yahudi, atau kalau mau-sebagai seorang Nasrani".

Haji seorang budak atau anak kecil yang sudah mengerti (mumayyiz) adalah sah.
Hukumnya tatbawuwu dan kewajibannya tidak dapat digugur dengan itu, berbeda dengan haji
orang yang tidak mampu.Yang disebut mampu ialah memiliki kebutuhan (ongkos) yang
diperlukan dalam perjalanan haji pergi-pulang, baik untuk bekal selama haji, ongkos perjalanan,
maupun nafkah untuk orang-orang yang wajib diberi nafkah. Semua biaya tersebut diluar
keperluan untuk tempat tinggal, membayar utang, serta aman pula perjalanannya. Jika dia tidak
sanggup pergi sendirian karena sudah tua atau sakit yang tidak dapat di harap kesembuhannya, dia
wajib mencari seseorang yang mewakilinya berhaji, sekalipun harus membayar upah. Juga wajib
hukumnya menghajikan orang yang sudah meninggal dengan biaya harta peninggalannya, atau
dihajikan oleh salah seorang ahli warisnya.

Etika dan Pelaksanaan Haji

َّ ُ‫ث َو ََل فُسُوقَ َو ََل ِجدَا َل فِي ْال َحجِ َو َما ت َ ْف َعلُوا ِم ْن َخي ٍْر يَ ْعلَ ْمه‬
‫ّٰللاُ َوت َزَ َّود ُوا‬ َ َ‫ض فِي ِه َّن ْال َح َّج فَ ًَل َرف‬
َ ‫ْال َح ُّج أَ ْش ُه ٌر َم ْعلُو َماتٌ ۚ فَ َم ْن فَ َر‬
ِ ‫ون َيا أُو ِلي ْاْل َ ْل َبا‬
‫ب‬ ِ ُ‫الزا ِد التَّ ْق َو ٰى ۚ َواتَّق‬
َّ ‫فَإ ِ َّن َخي َْر‬

Artinya:”(musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Maka barangsiapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, ia tidak boleh rafats, berbuat fasik,
dan berbantah-bantahan dalam masa mengerjakan haji. Dan kebaikan apa yang kamu kerjakan,
niscaya Alah mengetahuinya. Berbekalah, sesunguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa. Dan
bertaqwalah kepada-Ku, hai orang-orang berakal.” (QS. Al-Baqarah (2):197)
Kandungan ayat :
ٌ‫ْال َح ُّج أَ ْش ُه ٌر َم ْعلُو َمات‬
Artinya: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi”.
Awal ayat ini menjelaskan bahwa bulan yang diperuntukkan untuk melaksanakan ibadah haji
adalah bulan-bulan tertentu, yaitu hanya pada bulan Syawal, Dzulqadah, dan sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijjah. Dengan demikian, tidak sah melaksanakan haji di luarbulan-bulan
yang telah ditetapkan tersebut.
Di sini, Allah memberikan tuntutan bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji agar ia
menjauhi beberapa larangan, yaitu: (1) rafats, yakni, jima’ dan pendahuluan jima’, atau hal-hal
yang dapat menimbukan rangsangan syahwat; (2) fusuq, yakni kemaksiatan, baik kecil maupun
besar; (3) jidal, yakni berbantah-bantahan atau bertengkar sehingga yang satu marah pada yang
lain.

Bila larangan tersebut dijauhi oleh seseorang yang melakukan haji, maka hajinya akan
mabrur, segala dosa-dosanya akan diampuni, dan ia akan menjadi menjadi seperti anak yang
baru dilahirkan,sebagaimana hadist dalam Bukhari-Muslim yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah. Yang artinya:

“Barang siapa mengerjakan ibadah haji dengan tidak melakukan perbuatan rafats dan perbuatan
fisik, maka ia keluar dari dosa-dosanya (diampuni) seakan ia baru dilahirkan ibunya. (HR.
Bukhari dan muslim)
Setelah Allah melarang seseorang yang sedang mengerjakan haji untuk tidak melakukan
perbuatan yang merusak hajinya, seperti rafats, fusuq dan jidal, Allah mendorong mereka untuk
selalu berbuat kebaikan.”

Bila seseorang sudah menyadari bahwa seluruh perbuatannya diketahui oleh Allah, tentu dalam
dirinya akan muncul sifat muraqabah, perasaan yakin kalu dirinya selalu dalam pengawasan
Allah. Dan, sifat muraqabah ini akan menjadikan dirinya termotivasi untuk selalu berbuat baik.
‫الزا ِد التَّ ْق َو ٰى‬
َّ ‫ۚۗ َوت َزَ َّود ُوا فَإِ َّن َخي َْر‬
“Berbekalah, sesunguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa”.
Dalam satu riwayat, Ibn Mas’ud berkata. “beberapa orang dari Yaman meninggalkan kampung
halaman untuk menunaikan ibadah haji tanpa membawa bekal apa-apa. Mereka berkata, kami
pasrah dan berserah diri kepada Allah. Maka, Allah menurunkan perintah membawa bekal
sebagaimana ayat di atas. Sebab, perjalanan ibadah haji membutuhkan dua jenis bekal, bekal
rohani (batin) dan bekal jasmani (lahir).
Akhlak dan Hikmah Ibadah Haji

Alah SWT berfirman dalam sebuah surat yang artinya: “Supaya mereka menyaksikan berbagai
manfat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah SWT pada hari yang ditentukan
atas rezeki yang telah allah berikan kepada mereka, yakni binatang ternak. Maka, makanlah
sebgian darinya, dan (sebagian lagi) berikan untuk dimakan orang orang yang sengsara lagi fakir,
kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada bada mereka. Hendaklah
mereka menyempurnakan nazar nazar mereka. Hendaknya mereka melakukan tawaf sekeliling
rumah yang tua itu (Baitullah).”(QS. Al-Hajj (22) : 28-29)

Dalam ayat tersebut dijelaskan hikmah diperintahnkannya ibadah haji adalah agar dapat
menyaksikan manfaat dari ibadah haji. Manfaat yang mereka saksikan tentu amat banyak, baik
yang bersifat duniawi maupun ukhrowi. Manfaat duniawi , seperti, perdagangan yang laku,
manusia dari berbagai penjuru dunia saling bertemu, berkenalan, dan saling menolong atau
bekerjasama.

Sedangkan manfaat ukhrowi misalnya, seorang yang beribadah haji akan menemukan
kenikmatan ibadah yang luar biasa karena ia berada di tempat yang penuh barokah, ia erada di
hdapan Baitullah dan tempat-tempat mustajabahlainya, yang sudah asti akan menjadikan merasa
tenang dan Khusyuk.

Tugas manusia di muka bumi adalah untuk beribadah kepadah allah SWT sesuai dengan
syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun ibadah yang menjadi penyempurna
rukun islam yaitu ibadah haji. Haji merupaka bagian dari rukun islam. Haji berarti menyengaja
menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalankan ibadah. Hukum haji adalah fardu ‘ain, wajib bagi
setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali dalam seumur hidup. Tata cara dalam pelaksanaan
haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan sunnah haji. Salah satunya yaitu syarat haji
diantaranya baligh, berakal, merdeka, dan sebagainya. Dengan melaksanakan ibadah haji maka
akan mendapat balasan surga firdaus dan itu hanya untuk haji yang mabrul.

Anda mungkin juga menyukai