Anda di halaman 1dari 10

Agama adalah neurosis kolektif

Sumber: Marcel Neusch & Vincent P. Miceli. 2004. 10 Filsuf Pemberontak Tuhan. Editor:
Damanhuri Fattah-Jogjakarta: Panta Rhei books.

A. Pendahuluan
Cinta, satu kata di dalam kumpulan kosa kata yang bekerja melampaui batas di
semua bidang aktivitas manusia. Satu kata terdiri dari empat huruf---dalam bahasa
Inggris---paling umun sekaligus paling sering di gunakan. Kata cinta berasal dari kata
lubhayati dalam bahasa sangsekerta berarti ia menginginkan.Cinta,kata penuh
makna, misteri yang tak pernah terpecahkan, kata yang tiada pernah berwujud.Itulah
cinta, sebuah fenomena manusiakata Al Hujwiri tidak terdefinisikan; andaikan dunia
ingin meraih cinta, ia pun tak akan mampu, dan andaikan ia akan menolaknya, ia juga
tak akan kuasa, karena cinta itu suatu anugrah, bukan hasil suatu usaha.Cinta berasal
dari Tuhan, Sang Pencinta.Cinta adalah kekuatan jiwa, energi dahsyat yang tersimpan
dalam inti hati, yang mampu mempengaruhi sistem tata jiwa manusia, kekuatan yang
mampu merubah segalanya yang oleh JalaludinRumimengatakan cinta akan membuat
pahit terasa manis, tembaga terlihat emas, dengan cinta yang keruh terlihat jernih dan
dengan cinta, sakit akan menjadi obat, yang mati akan menjadi hidup dan cintalah yang
menjadikan seorang raja menjadi hamba sahaya.

Dulu cinta digunakan untuk mendeskripsikan perasaan tergila-gila antara laki-laki


dan perempuan, waktu yang sama juga mendeskripsikan tujuan paling mulia sekaligus
paling spritual dari manusia. Kata cinta digunakan dalam psikologi, filsafat, agama,
etika, pendidikan dan segala bidang sosial. Cinta sangat diperlukan., dimanapun
manusia hidup dan tinggal bersama. Namun waktu telah menentukan dan cinta telah
menunjukkan semua tanda kelelahan karena ia selalu dijadikan sebagai subjek---subjek
yang paling sering dibicarakan dan ditulis tetap saja menjadi misteri. Cinta dialami
setiap jam, dimanapun didunia ini tapi maknanya tetap saja tidak diketahui. Sigmund
Freud sama dengan platon melalui hipotesis tentang konsep eros bahwa eros adalah
kekuatan besar yang menciptakan kehidupan, menjaga agar yang terpisah tetap
bersatu dan menjaganya dari kekuatan yang menghancurkan. Freud juga mengatakan
bahwa hingga saat ini, saya belum menemukan keberanian untuk membuat
pernyataan luas sehubungan dengan esensi cinta dan saya pikir pengetahuan kita
belum cukup untuk melakukannya.kita hanya mengetahui sedikit sekali tentang
cinta.

Manusia sebagai subjek yang mencintai dan di cintai; pertama adalah pribadi
yang mengada secara sadar dalam dunia akan tampil sebagai pribadi yang mengerti
kebutuhan diri dan kebutuhan orang lain, punya pendirian sikap dan sekaligus
tanggung jawab atas keberadaannya. Kesadaran akan eksistensinya memungkinkan
adanya kesadaran akan keberadaan diri yang unik. Perwujudan cintanya menjelma
dalam kesanggupan seorang untuk mengenal dan menerima dirinya secara apa adanya;
realistis. Kedua bahwa yang mendasari kehidupan bersama adalah cinta.Di dalam
dan melalui cinta, relasi antar individu mendapat perwujudan yang benar.Relasi yang
dijiwai dengan semangat cinta menghasilkan lingkungan lebih manusiawi. Nilai luhur
dari kebersaman tersebut terletak pada kesanggupan dan kesadaran manusia
membentuk sebuah generasi yang mampu beradaptasi, kreatif dan inofatif dalam
lingkungan kebersamaan yang utuh.

Ekspresi cinta yang benar menyapa subjek-subjek yang sadar secara timbal
balik. Seseorang menjadi pribadi sempurna tidak hanya menerima cinta tetapi juga
dibagikan kepada yang membutuhkan. Dimensi kreatifitas cinta terletak pada
kesanggupan seseorang; memberi daya hidup, mengobarkan semangat juang,
meningkatkan kecerdasan dan kewaspadaan serta mampu melihat masa depan secara
pasti. Karena itu, norma-norma moral dan prinsip kebebasan individu menjadi elemen
utama dalam proses pembentukan diri. Kesediaan memberi adalah dinamika wujud
cinta yang kreatif. Nilai luhur perjuangan itu menjelma dalam kesanggupan memberi
harapan baru bagi orang lain yang sedang berkembang menuju penemuan jati dirinya
yang otentik. Dalam cinta manusia tidak hanya menentukan tindakannya tetapi dalam
tindakannya manusia mengamalkan cinta. Sebab itu dalam kebebasannya, manusia
tidak bisa berlaku sesuka hati melainkan mampu mengenal sasaran dari setiap
perbuatan dan setiap proses pemanusiaan diri merupakan bagian dari dinamika cinta.
Dinamika perwujudan cinta yang benar berlangsung tanpa syarat.Ia bersifat terbuka
kepada yang lain, memberi tanpa menuntut balasan, berbuat tanpa menuntut imbalan.

B.Teori Cinta

Cinta merupakan keutamaan manusia sebagai realitas perkembangan pribadi


yang berkaitan langsung dengan perhatian dan relasi antar subjek yang sadar. Cinta di
sini bukan kegairahan seksual sebagai kebutuhan fisiologis atau ekspresi hawa nafsu
seksual tetapi dalam perspektif Abraham Maslow yang dipahami sebagai keadaan
dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati atau dalam pengertian
filosofis mengada secara sadar. Cinta merupakan aktus humanus ; cinta
mengandaikan adanya subjek, ada aktus dan tujuan yang akan dicapai. Cinta sebagai
tindakan dari subjek yang sadar merupakan ekspresi wajah yang hidup, sikap simpatik,
daya tarik tertentu yang terpancar pada keramahan, sentuhan kasih sayang dan
kesanggupan untuk membagikan kegembiraan kepada semua.

Setiap teori tentang cinta harus dimulai dengan teori tentang manusia, tentang
eksistensi manusia.Corak eksistensi manusia adalah kenyataan bahwa manusia
terlempar dari dunia binatang, dari situasi adaptasi instingnya. Manusia telah mengatasi
alammeski ia tidak pernah meninggalkannya; karena manusia adalah bagian dari
alamdan begitu manusia terenggut dari alam, dia tidak dapat kembali kepadanya;
begitu manusia terusir dari surgakeadaan dimana kebersatuan antara manusia
dengan alam, malaikat-malaikat dengan pedang api di tangan dengan segera menutup
jalan bagi manusia jika ia mencoba untuk kembali. Manusia lalu melangkah ke depan
mengembangkan akal budinya serta menemukan harmonisebagai ganti atas harmoni
pra manusia (prehuman harmony) yang sudah hilang dan tak mungkin lagi
kembali.Manusia dikaruniai akal budi; memiliki kesadaran akan dirinya, akan diri
sesamanya, akan masa silam dan kemungkinan-kemungkinan masa
depannya.Kesadaran akan dirinya sebagai entitas yang terpisah serta memiliki
kesadaran akan jangka hidupnya yang pendek, akan fakta bahwa ia dilahirkan diluar
kemauannya dan akan mati di luar keinginannya.Kenyataan tersebut membuat
keterpisahan manusia, eksistensi tak bersatunya (disunited existence)sebagai penjara
yang tak terperikan. Dia harus keluar dari situasi tersebut dan mencari pertalian baru
dengan manusia lain, pertalian dengan dunia luar.Kebutuhan untuk mengatasi
keterpisahan serta kebutuhan untuk keluar dari penjara ketersendirian menjadi
kebutuhan terdalam manusia. Kegagalan pencapaian tujuan mengakibatkan kegilaan,
karena kepanikan yang muncul dari isolasi total ini hanya dapat diatasi lewat penarikan
diri secara radikal dari dunia luar. Jika dunia luar yang menjadi penyebab keterpisahan
itu hilang maka rasa keterpisahan itu juga akan hilang dengan sendirinya.

Bagaimana mengatasi rasa keterpisahan, meraih kesatuan, mentrasendensikan


kehidupan serta meperoleh penebusan. Pertama, menenggelamkan diri dalam
keadaan orgiastik berupa trance (bantuan obatbius). Model penyelesaian orgiastik
adalah pengalaman seksual yang mengahasilkan efekkurang lebih sama dengantrance
atau obat bius. Model ini sesungguhnya hanya mencerminkan keputusasaan
menghadapisituasi keterpisahan. Penyelesaian model ini pada akhrnya hanya
menghasilkan rasa keterpisahan yang semakin mendalam, karena tindakan yang tak
disadari oleh cinta takkan pernah bisa menghubungkan jiwa suatu pasangan, kecuali
hanya sementara waktu. Setiap penyatuan orgiastik memiliki tiga karakter dasar: intens
dan dahsyat; terjadi dalam suatu totalitas kepribadianbaik jiwa maupun ragaserta
berlangsung sementara dan periodik. Kedua, komformitas kelompok, adat istiadat,
kebiasaan dan kepercayaan.Kekuasaan-kekuasaan yang ada menggunakan cara
berbeda-beda. Rezim otoritarian menggunakan ancaman, teror dan kekerasan,
sementara negara demokratis menggunakan sugesti dan propaganda. Ketiga,
kesatuan simbiotik memiliki bentuk pasif yaitu bentuk ketertundukan atau masokisme
menjadi bagian dari orang lain yang mampu mengendalikannya, mengarahkannya dan
melindunginya.Dia adalah segala-galanya, sementara Aku bukanlah apa-apa. Aku
hanya bagian darinya. Tidak pernah independen, tidak punya integritas, belum
sepenuhnya dilahirkan.Sementara bentuk aktifnya adalah dominasi atausadisme
menjadikan orang lain bagian dari dirinya. Mengukuhkan dirinya dengan
menggabungkan orang lain kedalam dirinya, membuat orang lain menyembah
kepadanya. Pribadi sadistik mengukuhkan eksistensinya lewat tindakan memerintah,
mengeksploitasi, menyakiti atau menghina sedangpribadi masokhistik mengungkapkan
dirinya dengan membiarkan dirinya diperintah, di eksploitasi, disakiti atau dihina.
Keempat, Cinta adalah sebentuk aktivitas, suatu tindakan yang membawa perubahan
atas sistuasi tertentu, lewat jalan pengerahan energi. Mengacu pada penggunaan
kekuatan-kekuatan inheren yang ada dalam diri manusia---terlepas dari apakah ada
perubahan yang dihasilkan atau tidak. Konsep aktifitas sebagaimana diformulasiakan
Spinozamembedakan antara afeksi aktif dan afeksi pasif. Manusia adalah makhluk
bebas; manusia adalah tuan atas kemauannya. Dalam afeksi pasif, manusia berada
dalam kondisi dikendalikan. Dia tidak menyadari akan objek motifasinya. Keutamaan
dan kekuatan adalah satu dan sama. Rasa iri, cemburu, hasrat dan segala bentuk
ketamakan adalah nafsu (passion); sementara cinta adalah tindakan sebentuk praktek
kekuatan manusia yang hanya dapat mewujudkan dalam kebebasan. Cinta tidak pernah
terwujud oleh paksaan.

Cinta adalah suatu kegiatan (actifity), bukan suatu afeksi (pengaruh) pasif; cinta
adalah tetap tegak didalam (standing in) bukan suatu jatuhnya untuk (falling for).
Ciri aktif cinta terutamamemberi bukan menerima. Ia memberi dirinya, dari suatu yang
paling berharga yang ia miliki dan ia memberi hidupnya. tidak perlu berarti ia
mengorbankan hidupnya bagi yang lainia memberinya dari apa yang hidup didalam
dirinya; ia memberinya kegembiraan, dari minatnya dari pengertiannya, dari
pengetahuannya, humornya, kesedihannyasegala ungkapan dan pernyataan dari apa
yang hidup dalam dirinya.Kesatuan dalam tindakan kreatif, seperti praktek para
seniman dan kaum tukang. Dalam semua bentuk tindakan kreatif, terjadi penyatuan
antara sang pekerja dengan objeknya. Dalam proses kreasi tersebut, manusia
menyatukan dirinya dengan dunia. Pengalaman kesatuan yang diraih dalam kerja-kerja
produktif bersifat interpersonal; peleburan dengan orang lain, dalam apa yang sering
disebut sebagai cinta.

C.Cinta Eros dan Agape


Kita membicarakan kekuatan dinamis di dalam diri sendiri. sumber energi
perilaku konstruktif maupun destruktif, mencintai sekaligus membenci. Cinta itu
bagaikan gunung es, hanya bagian kecilnya yang kelihatan, itupun tidak sepenuhnya
dapat dikenali. Hal yang sulit di kenal adalah bagian dari cinta yang bersifat trans-
empiris---yaitu rupa cinta yang relegius dan ontologis. Cinta hadir sebagai sebuah
sistem yang tak terbatas cakupanya, baik kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk
keberadaan cinta di bedakan menjadi: cinta relegius, cinta etis, cinta ontologis, cinta
fisik, cinta biologis, cinta piskologis dan cinta sosial. Sejauh ini sedikit sekali kita
berbincang mengenai cinta. Di ranah agama, cinta identik dengan Tuhan, nilai tertinggi
dalam ajaran agama Kristen dan ajaran-ajaran agama besar lainya. Cinta adalah
Tuhan dan Tuhan adalah Cinta dan dia yang berada dalam cinta, berada dalam
Tuhan dan Tuhan berada dalam dirinya. Karena Tuhan dipercaya sebagai nilai
absoulut, maka cinta berada di dalam nilai absoulut Tuhan. Dan, karena Tuhan
merupakan realitas tak terhingga, variasi tak terhingga dari bentuk cinta juga memiliki
kualitas dan kuantitas yang tidak terbatas. Ia tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata
maupun dengan konsep, kita hanya bisa melihatnya sebagai simbol yang
mengindikasikan semesta cinta yang tidak terbatas. Paull Tillich mengekspresikan cinta
yang tidak terbatas ini dengan mengatakan ; saya tidak memberikan defenisi yang
tetap dari cinta. Itu tidak mungkin, karena tidak ada penjelasan yang dapat
menjelaskan cinta. Ia adalah hidup itu sendiri dalam kesatuannya yang nyata. Bentuk
dan struktur yang didalamnya cinta bersemayam merupakan bentuk dan struktur yang
memiliki kekuatan untuk melampaui kekuatan yang menghancurkan dirinya sendiri.

Tiga konsep cinta yang telah berkembang dan telah termasuk dalam ajaran
agama, filsafat, dan etis baik di Timur maupun Barat adalah Cinta sebagai Eros, Cinta
sebagai Agape dan cinta merupakan sintesis dari Eros dan Agape. Penggambaran
Nygren tentan cinta sebagai Eros dan sebagai Agape bahwa secara mendasar cinta
sebagai Agape berbeda dengan cinta sebagai Eros.dan bentuk cinta Agape adalah cinta
yang sangat Kristen sebagai mana di perlihatkan oleh Yesus,St Paulldan para pemeluk
awal agama Kristen.Habis-habisny tercurah pada semua,tanpa Diskriminasi
berdasarkan pertimbangan rasional. Agape tidak dapat di pahami dan di kenali oleh
pikiran rasional.Eros merupkan cinta yang di peroleh melalui usaha positif dari golongan
yang mencinta. Ia tidak tercurah bagi para pendosa.

Agape tidak mungkin mengabaikan bentuk Cinta Eros.Cinta Eros tidak lain adalah
jatuh cinta pada cinta dan menyempurnakannya dengan peningkatan mental,
moral,keindahan dan fisik sebagaimana yang di tuntun oleh cinta yang sempurna.
Tujuan terbesar Cinta Eros mencapai tingkatan cinta yang tiada habisnya. Cinta Agape
yang membebaskan semua, mencintai semua,memaafkan semua, dan memuliakan---
Erostelah menjdi Agape Tuhan.Sifat tak terpisakan dari Eros-Agape ini
menjelaskanpertanyaan mengapa semua hal-ihwal mengenai cinta selalu mengandung
dua unsur.Dalam pemahaman Dunia Timur maupun Dunia Barat mengenai;
filsafat,etika dan relegiusitas,pandangan tentang cinta yang umum di terimah adalah
kombinasi Eros dan Agape sebagai jalan keselamatan dan pencapain cinta sejati pada
taraf tertingginya.Usaha pribadi di tambah bantuan kasih Tuhan di percaya sebagai cara
satu-satunya mencapai tujuan.Tuhan menolong mereka yang berusaha,tidak mereka
yang bermalas-malasan,tutur St. Tychon. Kedua bentuk cinta itu tidak dapat berdiri
sendiri. Tanpa bantuan dari kebesaran Tuhan atau bantuan kekuatan dari manusia
yang istimewa, usaha manusia saja tidak akan cukup. Di lain pihak, cinta dan keadilan
Tuhan akan melimpah bagi mereka yang bersusahpayah di jalan cinta dan keselamatan.

Segala pemikiran dan praktik jalan keselamatan seluruh agama besar didasarkan
atas postulat ini. Bila tidak demikian, seluruh seruan kebaikan, seluruh seruan untuk
berbuat baik, seruan untuk mematuhi perintah moral dan religius akan menjadi tidak
berarti.
D. Cinta Produktif

Manusia terpisah jauh dari kesatuan primernya dengan alam---yang membentuk


eksisitensi kehewanannya. Ia memiliki akal budi dan imajinasi, menyadari kesendirian
dan keterpisahannya, ketidakberdayaan dan keacuhannya dan peristiwa kelahiran dan
kematiannya. Boleh jadi ia tidak mampu berhadapan dengan situasi keberadaannya.

Ini terjadi jika ia tidak dapat memperoleh hubungan persahabatan baru sebagai
pengganti hubungan yang lama---yang diatur dengan insting. Ada beberapa cara untuk
meraih penyatuan itu. Manusia dapat menyatu dengan dunia melalui sublimasi
(penyerahan kekuasaan) pada seseorang, sekelompok, institusi dan pada Tuhan.
Dengan cara ini keterpisahan dengan eksistensi individualitasnya akan terlampaui
dengan menjadi bagian dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar dari dirinya dan
menemukan identitasnya setelah ia menyerahkan kekuasaannya. Sebaliknya, manusia
juga dapat menyatukan diri dengan dunia dengan cara meraih kekuasaan yang
melampauinya, dengan membuat yang lain sebagai bagian dari dirinya dan
membuatnya melampaui eksisitensi individualnya dengan mendominasi.

Elemen umum dalam sublimasi (masokis) dan dominasi (sadisitis) adalah


simbiosis alami dalam keterhubungan. Kedua belah pihak yang telah kehilangan
integritas dan kebebasan mereka---mereka hidup untuk dan dari orang lain---
memuaskan kecanduan mereka terhadap kedekatan, sementara juga menderita karena
minimnya kekuatan batin dan kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri---yang
sebenarnya dapat ditumbuhkan dengan kebebasan dan kemandirian---dan lebih jauh
lagi, terancam oleh permusuhan yang muncul dari hubungan simbiosis, baik disadari
atau tidak disadarinya. Pengejawantahan dari sublimasi dan dominasi tidak pernah
mengarah pada kenyataan. Hasrat ini tidak memiliki dinamika sndiri. Ketiadaan
sublimasi dan dominasi (kepemilikan atau kepopuleran) akan membangkitkan gairah
pencarian identitas dan gairah penyetuan yang lebih banyak lagi. Hasil dari paling
utama dari hasrat itu adalah penaklukan. Selain bertujuan untuk membangun rasa
penyatuan, hasrat itu juga bisa menghancurkan integritas. Orang yang terdorong oleh
hasrat itu menjadi bergantung pada orang lain.

Mengembangkan eksistensi individualnya, ia bergantung pada seseorang---


tempat ia menyerahkan kekuasaannya---atau pada orang yang ia dominasi.

Hanya ada satu hasrat yang memuaskan kebutuhan manusia, yaitu menyatukan
dirinya dengan dunia dan pada saat yang sama memperoleh integritas dan
individualitasnya dan hasrat itu adalah cinta. Cinta adalah penyatuan dengan
seseorang atau sesuatu diluar dirinya pada saat seseorang sedang mempertahankan
keterpisahan dan integritas dirinya. Cinta adalah pengalaman dalam berbagi,
bersekutru, yang memungkinkan perwujudan aktivitas batin secara penuh.
Pengalaman cinta tidak sama dengan kebutuhan terhadap ilusi. Dalam cinta, citra
seseorang atau citra diri sendiri tidak perlu dinaikkan, karena realitas cinta
meningkatkan eksistensi individual. Pada saat yang sama membuat seseorang menjadi
pengembang kekuasaan aktif yang membangun prilaku memcintai.Seseorang akan
mengerti dengan baik akan kebutuhan terhadap keterhubungan jika ia menyadari
kegagalan dari semua bentuk keterpisahan dan jika ia menghargai arti dari narsisime
(Narsisme adalah kutub yang berlawanan dengan objektivitas akal-budi dan cinta) .

Pertama, Freud menyebutnya sebagai Narsisme Primer---ia belum mengalami


aku terikat dengan kamu, ia masih dalam situasi terpisah dengan terpisah dengan
dunia. Dunia di luar dirinya hanya hadir sebatas makanan atau kehangatan yang
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan itu bukan sebagai seseorang atau sesuatu yang
dikenalinya secara realistis dan objektif, Kedua, narsisme juga hadir pada saat
kehidupan yang sedang tumbuh---Freud menyebutnya Narsisme Kedua aku berbeda
dengan kamu---bahwa seseorang berada dalam situasi marsistik; hanya ada satu
realitas, yaitu proses pikiran, perasaan dan kebutuhannya sendiri. Ia tidak bisa
mengalami dan memahami dunia di luar dirinya secara objektif, misalnya sebagaimana
yang terjadi pada bahasa, situasi dan kebutuhannya.

Dari sekian banyak keterhubungan, hanya cinta produktif yang memungkinkan


seseorang dapat menjaga kebebasan dan integritasnya dalam proses meraih
eksistensinya dan pada saat yang sama menyatu dengan lingkungan sosialnya. Cinta
adalah suatu aspek yang Eric Fromm sebut sebagai orientasi produktif;
keterbuhungan aktif dan kreatif antara seseorang dengan orang lain disekitarnya,
dengan diri sendiri, juga dengan alam. Dalam ranah pikiran, orientasi produktif
ditunjukkan oleh persentuhan dengan realitas dunia berdasarkan penalaran. Dalam
ranah tindakan ditunjukkan dengan pekerjaan produktif; semacam prototipe dari seni
dan kerajinan. Sedang dalam ranah perasaan ditunjukkan dengan cinta yang
merupakan pengalaman dan penyatuan dengan orang lain, semua manusia, juga
dengan alam untuk menjaga integritas dan mempertahankan kemandirian.

E. Seni Cinta

Dalam hubungan dengan seni mencintai, siapa pun yang bercita-cita menjadi
ulung dalam seni harus mulai dengan melatih disiplin, konsentrasi dan kesabaran dalam
setiap fase hidupnya. Pertama; latihan suatu seni menuntut kedisiplinanmanusia
tidak akan pernah pandai dalam hal apapun, jika tidak melakukannya dengan disiplin.
Apa saja yang manusia lakukan kalau hanya sedang mau---mungkin
hobimenyenangkan atau menghibur---tidak akan menjadi ulung dalam seni.Disiplin
dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan dan lambat laun membiasakan diri
dengan tingkah laku. Kedua, konsentrasi yaitu mampu menyendiri dengan diri
sendirisyarat bagi kemampuan untuk mencintai. Jika saya terikat pada orang lain
karena saya tidak bisa berdiri sendiri, mungkin ia menjadi penolong yang baik, tetapi
hubungan itu bukanlah hubungan cinta. Sebaliknya, kemampuan menyendiri
merupakan syarat bagi kemampuan untuk mencintai. Siapun mencoba dengan dirinya
sendiri akan mengalami kesukaran.Ia akan mulai merasa gelisah dan resah, atau
bahkan merasakan kecemasan yang sungguh-sungguh. Ketiga adalah kesabaran
bahwasehubungan dengan syarat umum untuk mempelajari suatu seni. Manusia tidak
mulai mempelajari suatu seni secara langsung, tetapi tak langsung, sebagaimana
seharusnya. Orang harus mempelajari banyak hal laindan sering hal-hal yang
kelihatnnya tidak berhubungansebelum ia mulai mempelajari seni itu sendiri. Jika
seseorang murid mau menjadi ulung dalam seni apapun seluruh hidupnya harus
diabdikan kepada seni itu, atau sekurang-kurangnya hal yang berhubungan
dengannya.

Syarat utama mencapai cinta mengatasi narsisme sendiri. Orang mengalami


sesuatu yang nyata hanya apayang ada di dalam dirinya, sementara fenomena-
fenomena di dunia luar tidak mempunyai kenyataan di dalam dirinya, tetapi dialami
hanya dari segi kebergunannya atau berbahayanya.Lawan dari narsisme adalah
objektivitas; yakni sarana untuk melihat orang dan benda-benda sebagaiman adanya
secara objektif dan kemampuan memisahkan gambaran objektif dari suatu gambaran
yang dibentuk psikosisuntuk menjadi objektif. Ketidakobjektifan misalnya; bangsa lain
dianggap buruk sama sekali, jahat dn kejam sementara bangsa sendiri berarti
segalanya yang baik dan mulia. Setiap perbuatan baik musuh dianggap sebagai tanda
kejahatan khusus yang dimaksudkan untuk menipu kita dan dunia, sementara
perbuatan jahat kita sendiri perlu dan dibenarkan oleh tujuan luhur. Kemampuan
berpikir objektif adalah akal budi, hanya mungkin kalau orang sudah mencapai suatu
sikap rendah hati.Cinta menuntut kerendahan hati, objektivitas dan rasio tidak bisa
dipisahkan.Saya tidak bisa benar-benar objektif terhadap family saya jika saya tidak
bisa objektif terhadap orang asing dan sebaliknya.Jika saya mau mempelajari seni
mencintai, saya harus berjuang untuk objektif dalam setiap situasi dan harus menjadi
sensitif terhadap situasi-situasi di mana saya tidak objektif.

Berlatih seni mencintai menuntut latihan kepercayaanrasional dan


irasional.Kepercayaan irasional berdasarkan pada ketundukan seseorang terhadap
kewibawaan yang irasional sedang kepercayaan rasional ialah suatu keyakinan yang
berakar pada pengalaman seseorang tentang pikiran dan perasaan. Kepercayan
irasional bukan terutama kepercayaan kepada sesuatu, tetapi sifat kepastian dan
keteguhan yang dimiliki oleh keyakinan-keyakinan kita.Memiliki kepercayaan menuntut
keberanian, kemampuan untuk mengambil risiko, bahkan kesediaan untuk menerima
kesakitan dan kekecewaan. Siapa saja yang berpegang teguh pada keamanan (safety)
dan keterjaminan (security) sebagai syarat pertama kehidupannya maka tidak bisa
memiliki kepercayaan; siapa saja yang menuntut dirinya dalam suatu sistem penjagaan,
di mana jarak dan hak milik merupakan sarana keterjaminannya maka ia membuat
dirinya menjadi orang hukuman. Dicintai dan mencintai memerlukan keberanian untuk
memutuskan nilai-nilai tertentu menjadi yang paling diperhatikandan keberanian
untuk mengambil lompatan dan mempertaruhkan segalanya pada nilai-nilai
itu.Keberanian itu berakar pada sikap yang destruktif terhadap hidup, berakar pada
kerelaan untuk menyingkirkan hidup karenaorang tidak mampu mencintainya.Mencintai
berarti menyerahkan diri tanpa jaminan, memberikan diri seluruhnya dengan harapan
bahwa cinta itu akan menghasilkan cinta didalam diri pribadi yang dicintai. Cinta adalah
suatu tindakan kepercayaan dan barang siapa kepercayaannya sedikit, maka sedikit
pulalah cintanya.

Satu sikap, yang sangat diperlukan untuk latihan seni mencintai yaitu
aktivitas.Aktivitas bukan dimaksudkan berbuat sesuatu, tapi suatu aktivitas batin,
pemakaian secara produktif daya-daya seseorang.Cinta adalah suatu aktivitas; jika saya
mencintai, saya berada dalam keadaan tetap berperhatian aktif terhadap pribadi yang
dicintai.Keadaan yang paradoks berhubungan dengan sejumlah besar orang masa kini
ialah bahwa mereka setengah tidur ketika bangun dan setengah bangun ketika tidur
atau ketika mereka mau tidur.Bangun sepenuhnya adalah syarat supaya jangan bosan
atau membosankanadalah salah satu syarat utama untuk mencintai.Kemampuan
untuk mencintai menuntut suatu kesungguhan dan vitalitas yang dipertinggi, yang
hanya bisa merupakan hasil orientasi produktif dan aktif dalam bidang hidup lain. Jika
orang tidak bersifat produktif dalam bidang-bidang lain, maka ia juga tidak akan
bersifat produktif dalam cinta juga.

F. Penutup

Cinta adalah kekuatan yang dapat menjelma menjadi malaikat, namun bila
energynya melemah setan menyelinap didalammya, hingga laju cinta beriringan dengan
keberingasannya. Terkadang, manusia merasakan cinta seperti pangeran di istana
bersama seribu selir, cinta bagaikan salju penyejuk jiwa, bayangan indah menghujam
pikiran, pelangi yang terurai dalam hati, selaksa petir yang sedang berdendang ria
dengan suara merdunya. Namun bila keindahanya tergadaikan, cinta berubah jadi
sengatan listrik tiada ampun, percikan api menyala-nyala, matahari membakar bumi
seperti singa lapar meraung-raung untuk melahap mangsa, cinta berubah menjadi
emosi yang acuh, gemuruh nafsuh murkah. Itulah cinta, fenomena alamiah, manusiawi
dan bagian dari kehidupan ini.

Manusia layak menerima ketetapan Tuhan Sang khalik; anuggrah cinta (Al hubb)
yang begitu indah karena manusia pasti akan merasakan hal itu. Cinta merupakan hak
bagi setiap manusia, wajar, manusiawi, bentuk dari fitrah sebagai makhluk ciptaan.
Manusia hidup di dunia tidak akan lepas dari hukum-hukum cinta, karena cinta memiliki
hukum yang berlaku bagi setiap jiwa. Cinta memiliki kekuasaan yang tak bisa ditentang,
kepatuhan yang tak bisa di tawar.Cinta dapat meluluhkan yang kokoh, melunturkan
yang tegak.Cinta pun dapat menjebolkan yang terbendung, itulah kekuatan cinta,
kekuasaan yang dapat mengubah segalanya.
Cinta memiliki makna tiada terhingga, indah nan agung, bak pohon cinta yang
bercabang begitu banyak dan berdahan tak terhitung hingga rantingnya. Tiada kata-
kata yang akan mampu mendefinisikan arti dari cinta secara pasti, cinta bak tiada
hakikatnya. Cinta, makna yang begitu santun dan bijaksana, yang selalu menyimpan
keindahan dan kekuasaan.Bagai tsunami menerjang; tak kuasa melawannya,
menjamah seluruh ruang di bumi, menenggelamkan segala yang menghadangnya
hingga merangkul dalam kelembutan dan keindahannya.Cinta tak pernah berwujud, tak
terlihat oleh keangkuhan mata memandang. Kehadirannya hanya terasa, seperti angin
yang mengalir mesra menyelinap dalam jiwa kita. Penjelmaannya bagai gelombang di
laut yang siap menghantam pesisir pantai, itulah cinta, kata tak berwujud namun
dasyat bila terasa.

Anda mungkin juga menyukai