Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK 6

KONSEP DIRI DAN ATRAKSI INTERPERSONAL

DISUSUN OLEH:

Irham Ridho Maulana Rahman :190104010288

Hairul Hatami :190104010063

PROGRAM STUDI S1 KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita semua, sehingga masih
dapat bernafas dan menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa(i) di kampus UIN Antasari
Banjarmasin, yaitu mencari untuk ilmu dengan sebaik-baiknya guna menjalankan perintah Allah
SWT untuk terus mencari ilmu.

Solawat serta salam yang selalu kita sampaikan ke pada Nabi Muhamad SAW, yang telah
membawa kita semua dari alam kegelapan ke pada alam yang penuh dengan pengetahuan seperti
yang telah kita rasakan pada saat ini.

Dalam hal ini kami sebagai penyusun makalah mengucapkan banyak syukur, karena atas
rahmat Allah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebagaimana mestinya yang
di perintahkan oleh dosen pengasuh kami IBU. dalam mata kuliah psikologi komunikasi
dengan Judul Konsep diri dan atraksi interpersonal

Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penyusun ingin memberikan sedikit
pengetahuan tentang konsep diri dan komunikasi antar pribadi untuk diri kita sendiri dan kami
juga menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penuliasan makalah kami. Namun dengan
demikian kami sebagai penyusun makalah menyampaikan permohonan maaf yang tak terhingga
kepada para pembaca sekalian dalam kekurangan yang kami miliki.

Banjarmasin,25 Oktober,2021

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan penulisan...................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. Konsep Diri..........................................................................................................................6
a. Memahami Konsep Diri.......................................................................................................6
b. Dimensi Konsep diri...........................................................................................................10
c. Aspek-aspek dalam konsep diri..........................................................................................12
d. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif.....................................................................14
B. Atraksi interpersonal........................................................................................................16
a. Faktor-faktor penyebab timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain:...............................17
b. Faktor-faktor situasional.....................................................................................................17
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai sebuah disiplin ilmu, Psikologi telah banyak melahirkan teori-teori mengenai manusia
seiring dengan berkembangnya zaman. Hal ini juga mempengaruhi ilmu komunikasi, yang
hampir seagian besar dilatarbelakangi oleh konsepsi-konsepsi psikologi. Dari banyaknya teori-
teori tentang manusia yang dihasilkan para pakar Psikologi, secara dominan dapat di
kelompokkan ke lima (5) pendekatan, yakni neurobiology, psikoanalisis, behaviorisme,
humanism, dan kognitif.

Satu hal yang pasti, psikolgo dengan keseluruahan pendekatannya dalam bantuannya terhadap
komunikasi (setiap peserta komunikasi) pada proses komunikasi. Psikologi memberikan
bantuannya dalam usaha memberikan karakteristik komunikan serta faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasi yang dilakukannya. Hal ini senada dengan
definisi psikologi yang dikemukakan Miller (1974 : 4) bahwa “psychology is the science that
attemps to describe, predict, and control mental and behavioral events”

Dalam konteks komunikasi, sudah tentu bantuan dari usaha psikologi dalam menguraikan,
meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan bevahioral dalam diri manusia adalah
dalam proses perilaku komunikasi yang dilakukannya. Studi-studi menganai konsep diri dan
lahirnya teori-teori baru tentang konsep diri, dalam realitasnya terjadi di dalam are otoritas
fenomologi atau juga dikenal dengan pendekatan humanisme.

Suatu tesis yang fundamental tentang pendekatan fenomologi adalah bahwa tingkah laku tidak
tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu dan saat ini, tetapi juga oleh
makna-makna pribadi yang melekat pada persepsi individu terhadap pengalaman tersebut.
Pengalaman terkait juga berhubungan dengan interaksi seseorang dengan komunikan dengan
dorongan psikis, yaitu Atraksi atau keteratrikan seseorang sehingga ia berkeinginan memulai
sebuah obrolan dengan komunikan.

B. Rumusan Masalah
A. Apa itu konsep diri?
B. Bagaimana memahami konsep diri?
C. Bagaimana atraksi interpersonal?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi.
Tujuan secara Khusus adalah agar dapat lebih memahami lagi mengenai konsep diri, dan atraksi
interpersonal.
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Diri
a. Memahami Konsep Diri
Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk mengembangkan potensi diri semaksimal
mungkin, untuk maju melampaui apa yang telah dicapainya. Walaupun diri selaku individu
mungkin dihalangi oleh berbagai rintangan dari lingkungan dan masyarakat, secara alamiah
setiap individu cenderung untuk tetap membuktikan atau mewujudkan potensi diri yang
dimilikinya (Royce and Mos, 1981 dalam Atkinson, 1987:14).

Untuk membahas pengertian konsep diri secara lebih jelas, terlebih dahulu akan dibahas
pengertian diri. Hal ini dikarenakan, konsep diri merupakan salah satu aspek dari diri. Diri dapat
didefinisikan sebagai suatu susunan konsep hipotesis yang merujuk pada perangkat kompleks
dari karakteristik proses fisik, perilaku, dan kejiwaan dari seseorang (Calhoun dan Acocella),
1990:38). Diri sebagai sebuah konstruk hipotetik diartikan tidak dapat diartikan tidak dapat
dibuktikan keberadaannya melalui panca indra, tetapi ia ada karena dibutuhkan sebagai suatu
kesatuan istilah untuk mennggambarkan segala sesuatu yang lain, yang dapat dialami manusia
melalui panca indera. Dengan kata lain, manusia memberi sebutan “diri” adalah untuk apa yang
diyakininya merupakan kesatuan dari prinsip yang mempersatukan banyak aspek
kepribadiannya.

Banyak aspek yang terdapat pada diri merupakan hal yang biasa dalam psikologi. Calhoun dan
Acocella (1990:3941)mengemukakan adanya 5 aspek dari diri, yaitu

(1) Fisik diri merupakan tubuh dan semua aktifitas bologis yang berlangsung di dalamnnya.
Meskipun banyak orang mengindentifikasi diri mereka lebih pada akal pikiran daripada
dengan fisik mereka sendiri, tidak dapat disangkal bahwa manakala fisik terancam
bahaya atau cedera, maka pengertian diri menjadi terganggu.
(2) Diri sebagai proses merupakan suatu aliran akal pikiran, emosi, dan perilaku manusia
yang konstan. Apabila manusia mendapat suatu masalah yang membutuhkan tanggapan
respon secara emosional, maka manusia membuat suatu perencanaan, seperti: bagaimana
memecahkannya dan melakukan tindakan apa. Semua peristiwa tersebut adalah bagian
dari diri sebagai proses.
(3) Diri sosial terdiri dari akal pikiran dan perilaku yang dilakukan manusia sebagai respon
secara umum terhadap orang lain dan masyarakat. Dalam masyarakatnya, manusia
memainkan peran-peran tertentu, misalnya peran ayah, anak, guru, murid, dan
sebagainya, di mana manusia mengindentifikasikan dirinya dengan peran-peran tersebut
secara kuat. Dengan peerkataan lain, satu aspek dari diri dirancang untuk kebutuhan
sosial atau umum.
(4) Konsep diri merupakan suatu pandangan pribadi yang dimiliki manusia tentang dirinya
masing-masing. Masing-masing manusia melukis gambaran ini mungkin sangat tidak
realitis, semua hal tersebut tetap miliknya dan berpengaruh besar pada pemikiran dan
perilakunya. Dengan perkataan lain, konsep diri manusia adalah apa yang terlintas dalam
pikirannya saat dia berpikir tentang “dirinya”.
(5) Cita diri merupakan apa yang manusia inginkan. Aspek cita diri berkaitan dengan aspek
konsep diri, dimana cita diri seorang manusia akan menentukan konsep dirinya, atau
dengan perkataan lain cita diri merupakan faktor penting dari perilaku manusia.

Pengertian umum dari konsep diri dalam psikologi adalah konsep pusat (central construct) untuk
memahami manusia dan tingkah lakunya serta merupakan suatu hal yang dipelajari manusia
melalui interaksi dengan dirinya, orang lain, dan lingkungan nyata di sekitarnya.

Paul fitts mengatakan konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep
diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam ia berinteraksi dengan
lingkungannya. Definisi yang diberikan Fitts mengenai konsep diri adalah diri yang dilihat,
dihayati, dan dialami seorang individu (“…the self seen, perceived, and experience by him. This
is the perceived self or the individuals self concept) Fitts juga mengemukakan bahwa konsep diri
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, dengan
mengetahui konsep diri seseorang maka akan lebih memudahkan untuk meramalkan dan
memahami tingkah laku.

Fiits menjelaskan bahwa jika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya,
memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi pada dirinya, maka hal ini
menunjukkan suatu kesadaran diri (self Awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya
sendiri untuk melihat dirinya sebagaimana ia lakukan terhadap objek-objek yang ada di dalam
kehidupannya. Jadi, diri yang dilihat, dihayati, dan dialami oleh seseorang itu disebut konsep
diri.

Jika diuraiakan maka pengaruh pembnetukan konsep diri menurut Fitts adalah sebagai berikut:

1. Pengalaman, terutama pengelaman interpersonal yang memunculkan perasaan positif dan


perasaan berharga.
2. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.
3. Aktualiasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya.

George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self and Soecity mengemukakan bahwa konsep diri
merupakan produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-
pengalaman psikologis. Pengalaman –pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi
individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya yang diterima dari orang-orang
penting (Significant other) disekitarnya. Beliau juga mengemukakan bahwa setiap individu
memiliki pemahaman tertentu tentang penilaian orang lain terhadap dirinya, dan individu
tersebut akan bertingkah laku sesuai dengan penilaian umum.

Pernyataan ini juga senada dengan John Kinch yang mengungkapkan bahwa konsep diri
terbentuk melalui interaksi sosial dan konsep diri ini mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Menurutnya, konsep diri seseorang didasarkan pada persepsi dari reaksi-reaksi orang lain
terhadap dirinya.

Konsep diri bukan merupakan sessutau yang tetap, selalu berubah, terus-menerus berkembang
dan selalu di terpa oleh informasi baru untuk di persepsikan dan diinterpretasikan. Setiap kali
seseorang terlibat dalam komunikasi, pasti akan mendapat tambahan informasi melalui “looking-
glass self” dan selalu mencocokannya dengan kondisi konsep diri pada saat itu. informasi
tersebut dapat mengkonfirmasi atau memperkuat konsep diri seseorang, tetapi dapat pula
mempertanyakan, meragukan, menyangkal, danmengubah konsep diri seseorang.

Dari pengertian tersebut, konsep diri tidak pernah dalam kondisi tetap, melainkan selalu dalam
keadaan berubah atau berkembang. Inilah yang disebut dengan becoming self, artinya konsep diri
selalu dalam state of becoming atau proses menjadi konsep diri. Pengertian becoming
menunjukkan bahwa konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan secara
gradual melalui aktifitas sehari-hari.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena
setiap orang bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya.

Keberhasilan komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang
dan konsep diri yang positif lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni
melakukan persepsi yang lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat
orang lain menafsirkan seseorang dengan cermat pula. Komunikan yang mempunyai konsep diri
positif adalah orang-orang terbuka kepada orang lain.

Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri terhadap diri sendiri yang terorganisir.
Diri memberikan sebuah kerangka berpikri yang menentukan bagaimana kita mengelola
informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri,
kemampuan dan banyak hal lainnya.

Konsep diri (self-concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Menurut
Deaux, Dane, dan Wrightsman, konsep diri adalah sekumpulan kayakinan dan perasaan
seseorang mengenai dirinya.

Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan,
penampilan fisik, dan lain sebagainya. Orang pun kemudian memiliki perasaan terhadap
keyakinan mengenai dirinya tersebut, apakah ia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak
bangga, dan senang atau tidak senang dengan dirinya.

Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi
mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk menginterpretasikan pengalaman. Dengan demikian,
konsep diri adalah skema diri (self-schema), yaitu pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi
cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan. Menurut Higgins ada tiga jenis
skema diri yang disebutkan sebagai berikut yaitu: pengetahuan diri, yang mempengaruhi cara
seseorang mengelolah informasi dan mengambil tindakan. Menurut Higgins, ada tiga jenis
skema diri yang disebutksn sebagai berikut yaitu:

1. Actual self, yaitu bagaimana kita saat ini


2. Ideal self, yaitu bagaimana yang kita inginkan
3. Ought self, yaitu bagaimana diri kita seharusnya

Pada diri seseorang, mungkin terjadi kesenjangan atau diskrepansi antara actual self, dan ideal
self, atau ought self.

Higgins dalam teori dikrepensi diri, meneyatakan yang terjadi dapat memotivasi seseorang untuk
berubah agar mengurangi diskrepensi yang dirasakannya. Namun, apabila seseorang gagal dalam
mengatasi diskrepensi, maka dapat menyebabkan munculnya emosi-emosi negatif. Kegagalan
dalam mengatasi diskrepansi yang dirasakannya. Namun, apabila seseorang gagal dalam
mengatasi diskrepansi, maka dapat menyebabkan munculnya emosi-emosi negatif. Kegagalan
dalam mengatasi diskrepansi antara actual self dan ideal self dapat memicu munculnya dejetion-
relayed emotions seperti kecewa, tidak puas dan sedih. Sedangkan diskprepansi antara actual self
dan ought self dapat memicu munculnya agition related emotions seperti cemas, takut, dan
terancam.

Pengharapan yang diinginkan dari setiap individu mengenai dirinya masing-masing juga
menentukan, sampai batas tertentu, bagaimana individu akan bertingkah laku dalam
kehidupannya.

Jika individu berpikir bahwa ia mampu dalam banyak hal, maka cenderung individu tersebut
akan meraih sukses. Sebaliknya, bila individu berpikir bahwa ia gagal dalam banyak hal, maka
sebenarnya individu tersebut menyiapkan dirinya untuk gagal. Dengan kata lain, konsep diri
merupakan ramlan yang dipersiapakan untuk diri sendiri.

b. Dimensi Konsep diri


Fitts membagi konsep diri dua dimensi pokok, yaitu :

1. Dimensi Internal. Dimensi interenal atau disebut juga kerangka acuan internal (internal
frame of reference) adalah penialaian yang dilakukan individu terhadap dirinya yakni
penilaian yang dilakukan individu tehadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam
dirinya.
Dimensi ini terdiri dari 3 bentuk :
a. Diri identitas (identity self) bagian diri ini merupakan asepk yang paling mendasar
pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “siapakah saya?” Dalam pertanyaan
tersebut tercakup label-label dan symbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh
individu-individu yang bersangkutan untuk mengambarkan dirinya dan membangun
identittasnya, misalnya “Saya Amah”. Kemudian dengan bertambahnya usia dan
interaksi dengan lingkungannya, pengetahuan individu tentang dirinya juga
bertambah , sehingga ia dapat melengkapai keterangan tentang dirinya dengan hal-hal
yang lebih kompleks, seperti “Saya pintar tapi terlalu pendek” dan sebagainya.
b. Diri Perilaku (behaviour self) Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang
tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh
diri”. Selain itu bagian ini berkaitan eraat dengan diri identitas. Diri yang adekuat
dan menunjukkan adanya keserasian antara diri indentitas dengan diri pelakunya,
sehingga ia dapat mengenali dan menrima, baik diri sebagai identitas maupun diri
sebagai pelaku. Kaitan diri keduanya dapat dilihat pada diri sebgai penilai.
c. Diri penerimaan atau penilaian (judging self). Diri penilai berfungsi sebagai
pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara
(mediator) antara diri identitas dan diri pelaku. Manusia cenderung memberikan
penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang
dikenakan pada dirinya bukanlah semata-mata mengambarkan dirinya, tetapi juga
syarat denga nilai-nilai. Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan
tindakan yang akan ditampilkannya. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang
akan dirinya atau seberapa jauh seseorang manerima dirinya. Kepuasan diri yang
rendah akan menimbulkan harga diri (self asteem) yang rendah pula dan akan
mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya. Sebaliknya bagi
individu yang memiliki kepuasaaan diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis,
sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan
dirinya dan memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya
dapat berfungsi lebih konstruktif.
Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda, namun saling
melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh.
2. Dimensi Eksternal. Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan
dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya.
Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah,
organsasi, agama, dan sebaginya. Namun, dimensi yang dikemukakan oleh Fitts adalah
dimensi eksternal yang bersifat umum bagi seseorang, dan dibedakan atas lima bentuk,
yaitu:
a. Diri fisik (physical self). Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap
keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai
Kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelak, menarik, tidak menarik) dan
keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).
b. Diri Etik-Moril (moral-ethical self) bagian ini merupakan persepsi seseorang
terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini
menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan
seseorang akan kehidupan keagmaannya dan nilai-nilai moral yang dipgengnya,
yang meliputi Batasan baik dan buruk.
c. Diri Pribadi (personal self). Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi
seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh sejauh mana
individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya
sebagai pribadi yang tepat.
d. Diri keluarga (family self). Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri
seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini
menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai
anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai
anggota dari suatu keluarga.
e. Diri social (social self). Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap
interaksi dirinya dengan orang lain maupun disekitarnya.

c. Aspek-aspek dalam konsep diri


Selain membagi konsep diri menjadi 2 (dua) dimensi (internal dan eksternal), fitts juga
membedakan konsep diri menjadi 4 (empat) aspek diri. Aspek diri ini merupakan bagian dari diri
yang dapat dilihat oleh orang lain pada diri seorang individu, sedangkan dimensi diri (seperti
yang telah dikemukakan), adalah bagian dari diri yang hanya dapat diketahui oleh diri individu
yang bersangkutan sendiri.

Aspek-aspek dari diri (self) tersebut menurut Fitts adalah sebagai berikut.

1. Aspek pertahanan diri (self defensiveness). Pada saat seorang individu menggambarkan
atau menampilkan dirinya, terkadang muncul keadaan yang tidak sesuai dengan diri yang
sebenarnya. Keadaan ini terjadi dikarenkan individu memiliki sikap bertahan dan kurang
terbuka dalam menyatakan dirinya yang sebenarnya. Hal ini dapat terjadi, dikarenkan
individu tidak ingin mengakui hal-hal yang tidak baik di dlaam dirinya. Aspek
pertahanan diri ini, membuat seorang individu mampu untuk “menyimpan”keburukan
dari dirinya dan tampil dengan baik sesuai yang diharapkan oleh lingkungan dari dirinya.
2. Aspek perhargaan diri (self esteem). Berdasarkan label-label dan symbol-simbol yang ada
dan diberikan pada dirinya, seorang individu akan membentuk pernghargaan sendiri
terhadap dirinya. Semakin baik labelatau symbol yang ada pada dirinya, maka akan
semakin baik pula pernghargaan yang diberikannya pada dirinya sendiri. Demikian pula
bila individu memiliki label-label atau symbol-simbol yang kurang baik pada dirinya,
maka penilaian tersebut akan diinternalisasikannya dan membentuk pernghargaan diri
yang kurang baik pada dirinya sendiri.
3. Aspek integrasi diri (self intergration). Aspek integrasi ini menunjukkan pada derajat
integrasi ini menunjukkan pada derajat antara bagian-bagian dari diri (self). Semakin
terintegrasi bagian-bagian diri dari seorang individu, maka akan semakin baik pula ia
akan menjalankan fungsinya.
4. Aspek kepercayaan diri (self confidence). Kepercayaan diri seorang individu bersal dari
tingkat kepuasannya pada dirinya sendiri. Semakin baik penilaian seorang individu
terhadap dirinya, maka semakin percaya ia akan kemampuan dirinya. Dengan
kepercayaan diri yang baik, maka seorang individu akan semakin percaya diri di dalam
menghadapi lingkungannya.

Uraian yang telah dikemukakan mengenai dimensi diri maupun aspek diri, terlihat bahwa diri
(self), baik sebagaimana dilihat seorang individu sendiri maupun oleha individu lainnya, adalah
terdiri dari beberapa bagian dan berintergrasu sehingga membentuk suatu konsep diri yang utuh.
d. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif
Pandangan seorang individu terhadap dirinya sendiri, yang diperolehnya dari informasi melalui
interaksinya dengan orang-orang lain, yang dikenal dengan konsep diri, kiranya akan jatuh di
antaara dua kutub. Kutub pertama adalah konsep diri positif dan kutub yang satunya lagi adalah
konsep diri negative. Dengan mengetahui kedua perbedaan dari pengertian konsep diri tersebut,
kiranya akan lebih membantu dan memberi kemampuan dalam penilaian kea rah mana
condongannya konsep diri seorang individu.

Penempatan nilai yang tinggi pada sifat rendah hati yang dilakukan seorang individu, dapat
diasumsikan bahwa suatu konsep diri yang benar-benar positif adalah suatu kuantitas yang agak
berbahaya bagi dirinya. Bagaimanpun juga, jika seorang individu merasa bahwa segala sesuatu
tentang dirinya sendiri sempurna, tidaklah individu ini mungin akan menjadi angkuh?
Bagaimana pula jika seorang individu sangat mencintai dirinya sendiri, tidaklah individu ini
mungkin akan memanfaatkan orang lain untuk memenuhi keinginannya sendiri? Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini adalah bahwa pada dasarnya, konsep diri yang positif bukanlah
terletak pada kebanggaan yang besar tentang diri, tetapi lebih didasarkan kepada bentuk
penerimaan diri. Dalam hal ini diyakini bahwa kualitas penerimaan diri ini, lebih mungkin
mengarah kepada kerendahan hati dan kedermawanan daripada keangkuhan dan kegoisan.

Pengertian konsep diri positif yang dimiliki seorang individu adalah adanya kemampuan
cakupan yang luas dari diri untuk dapat menampung seluruh pengalaman mentalnya, sehingga
evaluasi tentang dirinya sendiri menjadi positif. Individu dapat menerima dirinya sendiri secara
apa adanya.

Titik pusat dari pengertian konsep diri yang positif adalah adanya cakupan yang luas dan cukup
beragam dari diri seorang individu untuk mengasimilasikan seluruh pengalamannya. Dalam
pengertian ini juga terkandung bahwa segala sesuatu informasi baru, bukanlah sesuatu yang
merupakan ancaman bagi dirinya sehingga tidak menimbulkan kecemasan baginya. Dengan kata
lain, seorang individu dengan konsep diri yang postif dapat menghadapi kehidupan di depannya.
Hal ini membedakannya dengan seorang individu yang memiliki konsep diri negative, dimana
kehidupannya dijalani dalam suatu benteng pertahanan diri. Seorang individu dengan kosnep diri
yang positif, dapat tampil ke depan secara bebas. Baginya, hidup adalah suatu proses penemuan.
Ia mengharapkan, kehidupannya dapat membuat dirinya tertarik, dapat memberinya kejutan, dan
memberinya penghargaan. Dengan demikian, seorang individu dengan konsep diri yang positif
akan bertindak dengan berani dan spontan serta memperlakukan individu lain dengan hangat dan
hormat. Oleh karena seorang individu dengan konsep diri positif menghadapi kehidupannya
dengan cara-cara yang telah dikemukakan, kehidupannya akn terasa menyenangkan, penuh
kejutan, dan penuh penghargaan. Jadi, konsep diri yang positif adalah bagian dari hubungan yang
melingkar antarbagian dari dalam diri seorang individu yang berdimensi konstruktif.

Kutub lain dari konsep diri, selain yang positif adalah kutub konsep diri yang negate. Pada
konsep diri yang negative. Pada konsep diri yang negative, dimensi diri yang terdiri ata
pengetahuan, evaluasi, dan enghargaan dari seorang individu tentang dirinya sendiri adalah
sangat sedikit dan kurang realitis.

Pada konsep diri negative, dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis, yaitu (1) pandangan seorang
individu tentang dirinya sendiri yang benar-benar, dimana individu tersebut tidak memiliki
perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Dalam arti ini, individu dengan konsep diri yang negative
ini, benar benar tidak tahu siapa dirinya, apa kekuatan dan kelemahnannya, atau apa yang dia
hargai dalam hidupnya. Jenis konsep diri negative yang ke 2 (dua) hamper merupakan lawan dari
pengertian konsep diri negative yang pertama. Pada jenis konsep diri negatif yang kedua ini
bersifat kau. Hal ini dimungkinkan, karena seorang individu dengan konsep diri yang negative
seperti ini, biasanya dididik dengan sangat keras. Akibatnya, individu ini menciptakan citra diri
bagi dirinya, yang tidak mengijinkan aadanya penyimpangan dari seperangkat hukum besi yang
ada dalam pikirannya. Cara hidup seperti ini adalah merupakan cara hidup yang dianggapnya
tepat.

Dalam kaitannya dengan dimensi evaluasi diri, seorang individu denngan konsep diri yang
negative menurut definisinya meliputi penilaian negative terhadap dirinya sendiri. Apapun
pribadi itu, individu dengan konsep diri negative ini tidak pernah cukup baik. Apapun yang
diperolehnya, tampaknya tidak berharga bila dibandingkan denga napa yang diperoleh oleh
orang lain (seperti yang dikatakan dengan tegas oleh Ralph Waldo Emerson, pada saat
kehilangan semangat, “setiap pekerjaan tampaknya mengangumkan bagiku, kecuali pekerjaan
yang dapat saya kerjakan” dalam Calhoun dan Acocella 1990 : 72). Hal ini merupakan penuntun
kea rah kelemahan emosional. Menurut Dobson dan Shaw melalui hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa konsep diri negative yang dimiliki seorang individu, seringkali
berhubungan dengan depresi klinis. Dalam hal ini menurut mereka, individu dengan konsep diri
negative mungkin akan mengaami kecemasan secara ajeg, dikarenakan menghadapi informasi
tentnag dirinya sendiri yang tidak dapat diterimanya dengan baik dan yang mengancam
emosionalnya akan mengikis harga diri yang menyebabkan munulnya sebuah kekecewaan
emosional yang lebih parah dan seterusnya bak sebuah lingkaran setan.

B. Atraksi interpersonal
Atraksi artinya pertunjukan, interpersonal artinya hubungan antar individu, jadi atrksi
interpersonal adalah pertunjukan umum mengenai hubungan antar individu?

-_- melenceng jauh gan, jauh banget pemikiran agan.

Menurut buku yang ane baca tadi pagi kata atraksi interpersonal itu terdiri dari atraksi yang dari
bahasa latin attrahere— ada yang berarti menuju; trahere; menarik. Dan interpersonal yang
artinya hubungan antar individu.

Kata Om Dean C Barlund, ahli komunikasi interpersonal, yang menuliskan “mengetahui garis-
garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan
akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-bagaimana pesan itu akan
diterima” (barlund, 1968:71)

Jadi atraksi interpersonal merupakan kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang Karena pentingnya atraksi interpersonal ini maka kita akan membahas faktor-faktor
yang menyebabkan mengapa pesona stimuli (ketertarikan) menarik kita gan. Disini faktor
personal dan situasional menentukan siapa tertarik dengan siapa. Yang menyebabkan agan
tertarik pada cewe kost sebelah mungkin karena sifatnya, agan mengagumi kecantikan parasnya
yang menawan. Karena hal tersebut agan seperti merasa ada ketertarikan pada cew tersebut. atau
mengkin agan tertarik pada cewe tersebut karena agan sedang kesepian, emosional agan lagi
terganggu karena baru putus dengan pacar. Hal tersebut dapat memunculkan keterkaitan karena
cewe tersebut mendukung agan pas waktu berduka ditinggal pacar sehingga agan beranggapan
bahwa cewe tersebut bakal menjadi pengganti mantan 😀.
a. Faktor-faktor penyebab timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain:
Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi sesorang dengan orang lain. Adapun
faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal, adalah sebagai berikut:

1. Kesamaan karakteristik personal

Kesamaan karakteristik personal ditandai dengan kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan,
tingkat/status sosisal ekonomi, agama, ideologi, dan lain-lain. Mereka yang memiliki kesamaan
dalam hal-hal tadi, cenderung menyukai satu sama lain.

2. Tekanan emosional (stres)

Orang yang berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain akan
menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk
menyukai orang lain semakin besar.

3. Harga diri yang rendah

Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyuaki orang lain. Orang yang merasa
penampilan dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang lain.

4. Isolasi sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia mungkin tahan untuk hidup terasing selama beberapa waktu,
namun tidak untuk waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi
sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain.

b. Faktor-faktor situasional.
Adapun factor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya atraksi interpersonal, antara lain:

1. Daya tarik fisik (physical attractiveness)

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang sering menjadi penyebab
utama atraksi interpersonal. Mereka yang berpenampilan cantik menarik biasanya lebih mudah
mendapat perhatian dan simpati orang.

2. Ganjaran (reward)
Pada umumnya seseorang akan menyukai orang yang memberikan ganjaran pada dirinya.
Ganjaran bisa berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri
kita.

3. Familiarity

Seseorang atau hal-hal yang sudah kita kenal dan akrab dengan kita biasanya lebih disukai
daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita. Contohnya adalah dengan penerapan
teknik repetisi dalam iklan agar kita semakin akrab dengan produk yang diiklankan sehingga
akhirnya menyukai produk tersebut.

4. Kedekatan (proximity) atau closeness.

Hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut. Sebagai
contoh, sejumlah kasus menunjukkan bahwa orang lebih menyukai orang lain berdekatan tempat
tinggal dengannya.

5. Kemampuan (competence)

Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan
lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.

Adapun Teori Liking

Ada empat teori yang menjelaskan mengapa kita menyukai orang lain, yaitu:

1. Reinforcement Theory

Teori ini menjelaskan bahwa seseorang menyukai dan tidak menyukai orang lain adalah sebagai
hasil belajar (learning). Dalam hal ini ada tiga unsur learning, yaitu asosiatif, instrumental, dan
sosial.

a. Belajar Asosiatif:

kita menyenangi dan tidak menyenangi seseorang berdasarkan pengalaman kita dan stimuli yang
kita asosiasikan dengan hal itu. Kita menyukai orang yang kita asosiasikan dengan pengalaman
yang menyenangkan.
b. Belajar Instrumental: Kita menyukai orang yang memberikan imbalan (reward) pada kita dan
tidak menyuaki orang yang memberika hukuman.

c. Belajar Sosial: Kita cenderung lebih menyukai orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang
lain atau oleh lingkungan sosial dan sebaliknya.

2. Equity theory. Teori ini mengatakan bahwa individu selalu cenderung menjaga keseimbangan
antara apa yang mereka berikan dan apa yang mereka dapatkan, atau antara cost dan reward. Jika
kita berharap banyak dari suatu hubungan maka kita juga harus menyumbang banyak untuk
hubungan tersebut.

3. Exchange theory. Menurut teori ini, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak keuntungan
yang diperoleh maka hubungan tersebut akan terus dilangsungkan.

4. Gain-loss theory. Kita lebih menyukai orang yang menguntungkan kita daripada yang
merugikan bagi kita. Komunikasi Interpersonal dipengaruhi oleh atraksi interpersonal dalam hal:

1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak
semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu,
ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan
dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.

2. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan


komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul
dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka.
Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
BAB III PENUTUP
i. Kesimpulan
1. Jadi, Konsep diri adalah pandangan kita terhadap diri kita yang meliputi karakteristik
fisik, psikologis, dan sosial yang mana kita memperoleh informasi tentang diri kita bisa melalui
evaluasi ari orang lain maupun dari pembelajaran terhadap diri kita sendiri. Pengaruh konsep diri
bisa berasal dari orang lain maupun kelompok rujukan.
2. Jadi, Atraksi Interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Atraksi Interpersonal mempengaruhi dalam hal penafsiran pesan dan efektivitas
komunikasi. Semakin kita menyukai seseorang tersebut, maka penilaian positif kita terhadap dia
semakin meningkat, begitu juga sebaliknya.
ii. Saran
1. Sebaiknya, konsep diri serta hal-hal yang mempengaruhinya disebutkan kelemahan dan
kelebihan dari masing-masing tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Asmara, Sakhyan. Zulkarnain, Iskandar & Sutatminingsih, Raras 2020, Membentuk Konsep Diri
Melalui budaya tutur : tinjauan Psikologi Komunikasi, Puspantara, Medan.

https://leo281993.wordpress.com/2012/04/09/makalah-tentang-konsep-diri-dan-
atraksiinterpersonal-pada-komunikasi-interpersonal/

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=AwrwXxR7a3dhTQsAiQj3RQx.;_ylu=Y29sbwMEcG9zAzcEdnRpZAMEc2VjA3Ny/
RV=2/RE=1635245052/RO=10/RU=http%3a%2f%2fetheses.uin-malang.ac.id
%2f12105%2f1%2f12410097.pdf/RK=2/RS=w_X4KwsyiGsCmkd1Wu7_WIXuhVA-

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=AwrwXxR7a3dhTQsAfgj3RQx.;_ylu=Y29sbwMEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/
RV=2/RE=1635245052/RO=10/RU=http%3a%2f%2flib.unnes.ac.id
%2f35947%2f1%2f7101415133_Optimized.pdf/RK=2/
RS=SuEKd6.bvd_gpmarcE0NDTsrCKM-

Anda mungkin juga menyukai