Nurani
Mangreh landeping mimising cipta, cipta panggraitaning rahsa.
Haywa lena kaki, awit hamung pinda sak gebyaring thathit”
Agar memiliki ketajaman nalar (daya cipta/intelegensia otak), nalar harus bisa menangkap
makna yang terbersit dalam nurani.
Jangan sampai lengah anakku, sebab proses untuk menangkap gerataran nurani hanya
berlangsung secepat kilat.
Nurani milik siapapun pastilah setajam “sembilu”, jika dirasa tumpul, itu bukan berarti
salah nuraninya, melainkan tugas nalar sebagai cipta panggraitaning rahsa telah
mengalami kegagalan.
By sabdalangit
Tugu manik ing samodra ; menggambarkan daya cipta yang terus menerus berporos
hingga pelupuk mata. Daya cipta akal budi manusia jangkauannya umpama luasnya
samodra namun konsentrasinya terfokus pada mata batin.
Nalar pun faktanya sangat riskan terperangkap ke dalam oleh suatu tembok yang bernama
keyakinan membabi buta. Dengan kata lain, penghalang terbesar ketajaman nurani kita adalah
doktrin-doktrin yang membelenggu nalar. Baik berupa doktrin militer, doktrin budaya,
doktrin seni, doktrin ideologi, hingga doktrin agama. Sebab itu efek doktrinasi lebih bersifat
pengungkungan kesadaran, agar individu memiliki LOYALITAS tanpa perlu nalar. Tanpa
perlu menjawab PERTANYAAN-PERTANYAAN yang timbul dari HATI NURANI. Jika
dianalogikan, doktrin merupakan alat yang serupa dengan KACAMATA KUDA, sementara
“kuda” adalah perumpamaan insan. Supaya kuda tetap berjalan lurus ke depan maka diperlukan
kacamata (baca: doktrin). Sebab doktrin (kacamata kuda) mempunyai prinsip
keharusan/kewajiban bahwa jalan ”kebenaran” hanyalah jalan yang lurus yang hanya tampak di
depannya saja. Sementara itu, adalah realitas dan fakta bahwa hidup ini banyak ditemukan
“persimpangan jalan”, banyak sekali “jalan raya”, “jalan protokol”, “jalan daendels”, “jalan
propinsi”, dan “jalan setapak”. Masing-masing “jalan” menuju ke satu tujuan yang sama yakni
Sang Causa Prima atau Gusti (bagusing ati), Gusti ada di dalam aku. Setiap orang hendak
mencari Gusti di dalam aku, agar supaya diri kita menjadi aku di dalam Gusti. Dalam istilah Ki
Ageng Suryomentaram disebut sebagai “rasa; aku bukan kramadhangsa” atau “aku kang
madeg pribadi” atau saya sebut sebagai rahsa sejati. Itulah paraning dumadi manusia, tak
berada jauh di atas langit sana, tetapi ada dalam setiap pribadi kita masing-masing. Kesadaran ini
dapat menjelaskan pula mengapa nenek moyang bangsa kita dulu jika berdoa tidak menengadah
sambil menatap langit, melainkan cukup dengan telapak tangan memegang dada. Dalam
maneges pun tersebutlah NIAT INGSUN, yang bermakna Ingsun ing sajroning aku, Aku ing
sajroning Ingsun. Konsep KGPAA Mangkunegoro ke IV sebagai roroning atunggil, dwi
tunggal, atau asas Manunggaling Kawula kalawan Gusti. Sebuah pelataran spiritual yang pernah
pula digelar oleh Ki Ageng Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging) bersama Syeh Lemah Abang
sebagai UNINONG ANING UNONG.
Sementara itu, hati nurani selalu mampu menembus berbagai tembok penghalang, yang
menghalangi obyektivitas sesungguhnya akan suatu realitas kehidupan. Nurani adalah kekuatan
yang TAK BISA dikelabuhi oleh imajinasi, ilusi, dan polusi getaran nafsu. Nurani yang terasah
akan menjadi “mata hati”, “mata jiwa” yang mampu menguak “kebenaran sejati”. Hanya saja,
untuk menggali dan menemukan hati nurani, kita harus menggalinya dari kubangan
lumpur yang penuh bakteri, kuman dan penyakit. Tulisan berikut bertujuan untuk berbagi
kawruh (pengetahuan) dan ngelmu (pengetahuan spiritual), bagaimana cara paling sederhana
agar kita dapat menemukan nurani yang dapat diumpamakan sebagai “berlian” yang terendam di
dalam “lumpur kotor”.
Kita harus menutup panca indera untuk membuka mata batin yang berada dalam jiwa kita. Mata
batin adalah mata yang dapat melihat sesuatu secara lebih cerah, jelas, dan gamblang.
Kecermatan dan kemampuannya menjabarkan fakta gaib dan wadag jutaan kali melebihi panca
indera. Paling tidak terdapat lima sarat agar supaya kita betul-betul mampu merasakan dan
membedakan apakah sesuatu getaran merupakan getaran NURANI (kareping rahsa) ataukah
hanya sekedar getaran nafsu (rahsaning karep).
1. Beninging ati atau kejernihan kalbu. Antara suara hati dan nalar manusia selalu terjadi
dialog, tarik menarik, bahkan masing-masing saling “berperang” untuk berebut pengaruh
dan otoritas. Jika kekuatan keduanya berimbang gejalanya dapat kita rasakan pada saat
terjadi kebimbangan dan keragu-raguan. Atau sikap ambigu, dan dualisme. Sementara
itu, jika nalar memenangkan jadilah pribadi yang hanya mengandalkan kemampuan rasio
semata. Sehingga bagi dirinya banyak sekali hal-hal di luar nalar yang dengan segera ia
tepis sebagai sesuatu yang tidak ada, omong kosong atau ngoyoworo. Hal-hal gaib
dianggap sebagai sesuatu yang non-sense, dan di luar logika. Maka gaib pun dianggap
omong kosong. Menurut saya pribadi, gaib pun ternyata sangat logis dan masuk akal. Jika
ada hal gaib yang dianggap tidak masuk akal, ada dua kemungkinan yakni, pertama;
benar-benar dongeng atau mitologi yang digaib-gaibkan. Kemungkinan kedua, nalar kita
belum cukup menerima informasi akan rumus-rumus yang ada dan berlaku di dimensi
gaib. Sementara itu beninging ati atau weninging tyas, akan tercipta manakala dialog,
tarik-menarik, dan peperangan antara suara hati nurani dengan nalar berhenti sejenak.
Saat itulah hati kita menjadi jernih, karena saat itu hati menjadi bebas merdeka dari
segala bentuk “penjajahan” nalar yang seringkali terkooptasi oleh kepentingan pribadi,
persepsi atau penilaian diri terhadap suatu obyek, serta ilusi dan imajinasi. Dalam
dimensi lebih luas hati pun menjadi bebas dari kepentingan politik, kekuasaan, egoisme
aliran, dan segala macam keinginan yang belum tercapai. Cara menghentikan dialog dan
tarik-menarik antara hati dan nalar adalah dengan cara “mengalir mengikuti aliran air”
atau (tapa ngeli). Yakni hidup dalam sikap kepasrahan. Konsentrasi pasrah bukan pada
PROSES BERUSAHA atau saat berikhtiar, karena kepasrahan demikian ini merupakan
konsep hidup yang salah kaprah. Pasrah yang dimaksud adalah pasrah akan ketentuan
besar-kecil hasilnya akhir. Sementara itu dalam menjalani PROSESnya step by step kita
tak boleh pasrah, tetapi harus berusaha secara maksimal, sekuat tenaga dan pikiran kita.
Ada pepatah bola mengatakan,”Bermainlah bola secara cantik, soal menang kalah itu
bukanlah urusan kita. Bila kalahpun, tetap akan menjadi “kesebelaasan” yang disegani
dan dihormati orang lain. Jangan konsentrasi pada hasil akhir, tetapi konsentrasilah
pada proses. Hal ini menjadi salah satu kiat sukses dalam olah semedi atau meditasi.
Bila anda berkonsentrasi pada hasil, maka yang terjadi nalar kita akan dipenuhi oleh
angan-angan. Biasanya yang terjadi adalah sebagaimana anekdot dalam bahasa Sunda
sebagai berikut ; MELAK LAMUN DI TANAH SUGAN, DICEBOR KU CAI MUGA-
MUGA, BERSEMILAH DAUN-DAUNNA MOGA-MOGA JANTEN-moga-moga janten,
NGAN HASILNA, namina EEUWWEEEUHH …! Karunya teuing kan !
2. Sirnaning kekarepan atau sirnanya rahsaning karep. Atau lenyapnya semua maksud
jahat, keburukan, dan tindakan hina-aniaya. Hal ini berkaitan dengan perilaku dan
perbuatan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita menyakiti hati
orang lain, baik sadar apalagi tanpa sadar. Jangan sampai mencelakai, merugikan,
menyerobot hak orang lain. Untuk menuntun perilaku demikian diperlukan sebuah
kesadaran kosmologis yakni sikap eling dan waspada.
3. Lereming pancadriya atau ketenangan panca indera. Ketenangan panca indera. Dalam
spiritual Jawa dikenal sebagai BABAHAN HAWA SANGA atau babahan hawa
(nafsumu), kosongna ! (bersihkanlah/kendalikanlah hawa nafsumu). Dapat pula diartikan
9 lubang pancaindera (2 lubang telinga, 2 lubang hidung, 2 lubang mata, 1 lubang
kemaluan, 1 lubang silit/anus, dan 1 lubang mulut = 9 lobang) kesemuanya menjadi
pintu masuk hawa nafsu hendaknya dikendalikan atau “dikosongkan”. Keberhasilan
mengendalikan panca indera akan memperoleh ketenangan pancaindera. Sebaliknya,
kegagalan lereming pancadriya seseorang akan tersiksa dalam kegelisahan panjang oleh
karena gejolak nafsu syahwat (ngacengan/konakan/nafsuan), nafsu makan (mudah
lapar, ngileran, ngelihan, kemaruk, rakus), nafsu tidur (ngantukan, moloran dst), dan
banyaknya karep atau kemauan yang diinginkan (tidak pernah puas diri, sulit bersyukur),
nafsu angkara (Penyakit Hati ; panasten, suka panas hatinya, mudah iri hati, drengki,
serba pamrih, congkak, sombong, takabur, egois. Emosi yang Labil ; tersinggungan,
mudah sedih, mudah marah, kagetan, gumunan), nafsu halus (suka gede ndase, gemar
dipuji, pamrih pahala). Pola bekerjanya panca indra yang lebih dominan dalam merespon
obyek kehidupan justru akan mengaburkan getaran atau bisikan nurani. Salah-salah,
getaran nafsunya dianggap sebagai getaran nurani. Sementara itu lereming pancadira
akan mengistirahatkan bekerjanya otak. Hal ini seperti halnya kita melakukan olah
semedi atau meditasi.
4. Jatmikaning solah bawa atau perilaku lahir dan batin yang santun. Perilaku lahiriah
(solah) merupakan refleksi dari perilaku batin (bawa). Jatmikaning solah bawa,
merupakan wujud kekompakan perilaku yang melibatkan empat unsur yakni; hati,
ucapan, pikiran dan perbuatan atau tindakan nyata. Berbekal dengan hati yang jernih akan
mampu menuntun nalar kita supaya lebih cermat dalam menyeleksi mana yang baik dan
mana yang buruk. Selanjutnya bermodalkan kecermatan nalar dapat mengendalikan
keinginan, dan memilah memilih serta mempertimbangkan secara arif dan bijak terhadap
sesuatu yang dipikirkan, diucapkan, dan diperbuat. Solah dan bawa yang keluar dari
nurani memiliki karisma besar sehingga dapat menselaraskan apa yang ada di
sekelilingnya dengan apa yang diinginkan dan diharapkan. Dengan kata lain, jatmikaning
solah bawa, menebarkan aura yang kuat, bagaikan medan magnet yang akan menyedot
segala sesuatu yang senyawa dan sejenis. Kebaikan dan keburukan akan terkumpul dalam
kumparan yang sejenis, terkonsentrasi dalam kelompoknya masing-masing. Maka
kebaikan akan berbalas dengan kebaikan yang berlipat. Welas asih akan berbalas kasih
sayang yang berlimpah ruah. Kejahatan akan berbalas kejahatan berlipat. Limpahan itu
bagaikan suara yang bergema, terucap dengan volume 7, akan berbalik menjadi suara
dengan volume 14. Sebagaimana pernah saya singgung dalam thread terdahulu dalam
LAKSITA JATI. Begitulah rumus-rumus yang terjadi dalam hukum alam semesta.
Pribadi yang menghayati jatmikaning solah bawa gerak-gerik, tingkah laku, watak
wantun, sifat tabiatnya selalu enak dilihat dan membuat nyaman di hati (nuju prana).
Pribadi yang pembawaan sifatnya selalu nuju prana bagai gayung bersambut, di mana-
mana selalu menciptakan ketentraman, kenyamanan, kebahagiaan bagi ornag-orang di
sekelilingnya. Selalu membuat enak di hati, kinaryo karyenak ing tyas sesama. Perilaku
nuju prana menjadikan pribadi yang penuh aura positif. Jika wanita maka inner-beauty-
nya akan memancar kuat dari dalam sanubari. Jika seorang pria perilakunya selalu
anggawe reseping pancadriya. Barangkali hal ini ada kaitannya, mengapa seseorang
dengan tingkat spiritual yang sudah mapan dan matang akan memancarkan daya tarik
yang kuat, terlebih terhadap lawan jenis. Selanjutnya kita sebut sebagai goda. Resiko
menjadi besar, apabila libidonya tidak tersalurkan dengan penuh tanggungjawab, baik
tanggungjawab terhadap diri pribadi, keluarga, maupun tanggungjawab publik.
5. Ke empat poin di atas merupakan teknik yang harus dihayati dalam perilaku kehidupan
sehari-hari. Selain ke empat langkah di atas, ada pula tata cara yang lebih pragmatis
berupa ketrampilan untuk mempertajam indentifikasi mata hati, sekaligus kemahiran
membedakan apakah getaran yang dirasa merupakan bisikan nurani (tuhan) atau kah
bisikan nafsu (“setan”). Di antaranya adalah olah semedi, meditasi, maladihening, atau
mesu budi. Olah semedi dan meditasi, bertujuan untuk mencapai keadaan lereming
pancadriya, sirnaning kekarepan, sarehing pangganda, dan beninging ati. Pencapaian ke
empat keadaan diri tersebut pada gilirannya memicu ujung-ujung syaraf pancaindera
menjadi lebih peka dalam mendeteksi segala sesuatu yang ada di sekitar diri kita, baik
yang wadag maupun gaib. Kepekaan ini disebut sebagai sad-indra atau indera ke-enam
(six sense). Dalam khasanah spiritual Jawa, berfungsinya sad-indra disebut juga rasa
rumangsa, atau krasa nanging ora rumangsa. Kepekaan rasa mampu mendeteksi lebih
awal namun tidak disadari oleh akal. Misalnya perkiraan anda sangat meyakinkan walau
belum ada bukti apakah sesungguhnya yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa.
Setelah dibuktikan secara faktual dan ilmiah ternyata benar adanya, sesuai apa yang
semula anda yakini. Nah, rasa yakin yang ternyata benar itu adalah rasa rumangsa.
Bahkan terhadap hal-hal yang tidak tampak oleh mata pun dapat ditangkap singnal-
signalnya melalui ujung syaraf perasa di seluruh permukaan tubuh. Diperkuat oleh
pengendalian pusat (sentral) syaraf yakni otak (nalar), yang telah lebih peka pula karena
sudah dapat membedakan yang NURANI dan yang bukan. Sehingga anda akan hafal
betul dengan gejolak nurani anda sendiri. Hal itu membuat diri anda kadang-kadang
mampu weruh sak durunge winarah. Anda tahu persis akan terjadi sesuatu peristiwa,
sebelum suatu peristiwa itu terjadi. Tampaknya sulit sekali kita mencapai kebisaan seperti
di atas. Tetapi setelah kita MAU membiasakan diri menghayati semua tata laku tersebut,
semuanya dapat kita raih dengan mudahnya. Anda akan mampu dengan sendirinya
melalui beberapa tahap neng, ning, nung, nang. Yakni jumeneng, wening, sinung, dan
menang. Kemenangan hidup bilamana kita bisa menjadi manusia yang merdeka lahir dan
batinnya. Kemenangan diperoleh setelah kita kesinungan. Supaya kesinungan, kita harus
selalu wening. Agar supaya bisa wening kita musti mau untuk jumeneng. Kemenangan
hidup menjadi jalan setapak untuk menggapai uninong aning unong.
Dengan landasan pemahaman dan pengelolaan seluk-beluk nurani seperti telah saya uraikan di
atas, membuat setiap individu dapat mengendalikan DAYA PANGARIBAWA. Daya
pangaribawa adalah sebuah kekuatan besar berasal dari getaran nurani. Berupa kewibawaan atau
pengaruh kekuatan yang besar yang memancar dari tatapan mata, air muka, solah dan bawa
(perilaku lahir dan batin). Sementara itu tutur kata yang bersumber dari nurani, sangat berguna
untuk mencapai suatu maksud dan tujuan yang diharapkannya. Daya pangaribawa akan
memancar, beresonansi ke sekelilingnya, bahkan daya pangaribawa yang getaran
“resonansinya” kuat sekali akan membahana memencar ke penjuru semesta alam. Mampu
mewujudkan apa yang yang diharapkan. Apa yang dipikirkan dan diucapkannya mudah menjadi
kenyataan. Belum lagi kita berdoa, harapannya sudah terkabul lebih dulu. Metode ini
menjelaskan pula bagaimana seseorang dapat memiliki kekuatan IDU GENI, sabdo pandito ratu,
apa yang diucapkan pasti terwujud. Getaran alam akan selaras, sinergis dan harmonis dengan
getaran nurani, demikian pula sebaliknya getaran nuraninya akan selaras dengan getaran
(kodrat/hukum) alam. Di situlah letak “kesaktian” seseorang, manakala menjadi mandireng
pribadi, berarti pula aku adalah alam semesta, kekuatan alam semesta adalah kekuatanku. Yang
ini menjelaskan pula bagaimana orang-orang zaman dulu, seperti Ki Ageng Selo, Ki Ageng
Mangir Wonoboyo, para Ratugung Binatara menjadi seorang pribadi yang sakti mandraguna. Di
antaranya mampu menangkap dan mengendalikan petir, mampu menjebol dan memuntahkan
lahar gunung berapi dll. Ini bukan sekedar dongeng atau mitologi, beliau-beliau bukanlah orang
yang gegulangan ilmu karang, tetapi hanya karena berhasil menjadi manusia yang (dengan
tingkat kesadaran) KOSMOLOGIS, lebih dari sekedar kesadaran spirit (untuk hal ini akan saya
jabarkan dalam topik selanjutnya). Siapapun anda, pasti bisa melakukan, asal ada kemauan.
Secara teknis, proses daya pangaribawa menjadi hasil karya nyata, atau menjadi kalimat bertuah
setelah melalui tahapan-tahapan berikut ini.
1. Panggraitaning cipta batin (bisikan nurani) yang secara tepat menentukan target dan
memotivasi kepada pencapaian suatu tujuan (mligining cipta). Seseorang tidak akan
merencanakan dan melakukan sesuatu di luar kehendak nurani. Sebaliknya keinginan
yang bukan kehendak nurani tidak akan terwujud. Maka seseorang tidak akan berharap-
harap selain yang berasal dari bisikan nuraninya sendiri.
2. Ketepatan Bertindak. Setelah suatu target dan tujuan secara tepat dapat ditentutan oleh
nurani, dituntut konsistensi tata lahir atau gerak ragawi untuk mewujudkan target dan
tujuan tersebut. Dengan diipandu oleh nalar budi pekerti (intelegensia nurani) atau
kejernihan nalar membuat diri kita lebih cermat membaca sinyal-sinyal dari
panggraitaning cipta atau bisikan nurani. Akan tetapi kejernihan nalar baru dapat kita
ciptakan apabila kita mampu cara meletakkan pikiran pada sudut yang netral dan
obyektif. Hal ini tidak mudah dilakukan, sebab nalar manusia selalu penuh dengan intrik,
imajinasi, pengandaian, ilusi dan penuh dengan data-data mentah yang tidak mudah
dicerna. Untuk itu hendaknya cyclon atau gelombang otak sering-sering diturunkan pada
level bheta dan tetha. Jangan terus-terusan memforsir otak selalu bekerja pada level
alpha. Sebab daya kecermatan gelombang alpha hanyalah berkisar 0,0000035 dibanding
kecermatan gelombang theta.
3. Tekad Bulat atau Kemantaban Hati. Ketepatan bertindak merupakan langkah konkrit
dalam pencapaian tujuan. Namun hal itu belum cukup untuk mewujudkan daya
pangaribawa, masig diperlukan adanya KETANGGA, atau keketeg ing angga, yakni
kuatnya kehendak dari dalam jiwa atau tekad bulat. Untuk mencapai satu tujuan kita tak
boleh mencla-mencle, plin-plan, ragu-ragu akan apa yang kita tetapkan sebagai tujuan.
Tetapi harus konsentrasi penuh melibatkan batin (hati nurani), tata lahir atau gerak
ragawi yang termaktub dalam kecermatan penalaran, dan sebuah tekad yang bulat yang
bersumber dari kekuatan jiwa.
4. NING. Ketiga sumber kekuatan pribadi di atas belumlah lengkap. Masih harus
melibatkan ning atau wening, hening cipta. Ning merupakan bentuk konsentrasi yang
lebih tinggi daripada ketiga konsentrasi di atas. Ning merupakan full consentration,
konsentrasi penuh, menjadi satu KARYO LEKSONO. Atau lebih mudah saya istilahkan
NYAWIJI yakni melibatkan kekompakan seluruh elemen daya kekuatan dalam diri
pribadi untuk satu tujuan. Atau hanya bertujuan tunggal dan mengerahkan segala daya
dari dalam diri secara KOMPAK. Individu yang nyawiji menyatukan beberapa
komponen sebagai satu kesatuan gerak langkah. Komponen tersebut meliputi 4 unsur
yakni ; hati, pikiran, ucapan, dan tindakan nyata yang diarahkan kepada pencapaian
tujuan yang satu. Contoh paling mudah, pada saat anda membidik agar mengenai sasaran,
anda perlu full konsentrasi yakni harus menciptakan keheningan, ketenangan, percaya
diri, kesabaran dalam tekad yang bulat, yang disatukan dalam setiap hela nafas. Keadaan
full consentration akan mudah dicapai saat menahan nafas beberapa saat lamanya. Nafas
adalah kendali dan tali yang bisa mengikat konsentrasi anda. Hal ini menjelaskan
juga mengapa olah pernafasan menjadi pelajaran utama dalam latihan meditasi, olah
semedi, maladihening, mesu budi. Termasuk di dalamnya sebagai sarana menyatukan diri
(aku) dengan dzat sifat, afngal tuhan (Ingsun). Dalam tradisi tasawuf Jawa-Islam a la
Syeh Siti Jenar disebut sebagai shalat dhaim. Sepadan pula dengan apa yang termaktub
dalam Serat Wedhatama karya KGPAA Mangkunegoro ke IV sebagai sembah cipta, atau
sembah kalbu. Pada intinya ning adalah upaya mewujudkan pencapaian kehidupan
yang meditatif. Yakni tercapainya kesadaran di atas kesadaran nalar (higher
consciousness). Secara intuitif manusia dapat mengetahui apa yang akan terjadi di alam.
Karena kita dapat menangkap seluruh vibrasi yang ada di alam semesta. Setiap akan
terjadi peristiwa, selalu terjadi perubahan vibrasi yang sebetulnya bisa dirasakan jika kita
mau mencermati pancaran gelombang vibrasi tersebut. Di sinilah salah satu fungsi ning.
Layaknya meditasi, ning membuat kita lebih peka, lebih memahami apapun yang sedang
dan akan terjadi di sekeliling kita, bahkan apa yang terjadi pada belahan bumi yang
lainnya.
Akhir kalam, selamat mencoba dan menghayatinya. Semoga berkahing Gusti Moho Agung selalu
berlimpah kepada seluruh para pembaca yang budiman. Salam karaharjan, rahayu.
sabdalangit
Maret 2, 2010 SABDå
Kategori: Mengolah dan Mempertajam Nurani Kaitkata: cipta, daya cipta, emosi jiwa, ilmu
kesaktian, Kepemimpinan, kolbu, kursus manajemen, leadership, manajemen hati, manajemen
kalbu, manajemen spiritual, meditasi Jawa, mengolah hati, nurani, olah batin, ramal, shalat
dhaim, sipat kandel, teknik
Suka
Be the first to like this post.
abdul munif
Maret 2nd, 2010 pukul 08:31
Nuwun sewu, Pakde Sabda saya mau tanya apakah nurani itu sama dengan guru sejati?
Maaf pertanyaannya gak mutu, matur nuwun.
Balas
sekar kedaton
Maret 2nd, 2010 pukul 12:50
Dlm tulisan anda diatas dikatakan “perilaku nuju prana menjadikan pribadi yg penuh aura
positif” itu benar adanya.dan orang2 dg aura positif tsb akan mempunyai daya tarik yg
luar biasa dan ini memang menjadikan orng tsb menjadi pribadi yb berwibawa baik itu
wanita maupun pria.
Jadi klo ada praktek “buka AURA” memperindah AURA…..Sy koq menyangsikan krn
menurut sy AURA itu indah/bagus ditentukan oleh perilaku kita sendiri.dlm arti kitalah
yg harus melatih diri tuk sll membersihkan hati dr kotoran2 dunia,melatih diri tuk jujur
pd hati nurani,dan yg ga kalah penting tuk sll konsisten dlm tingkah laku dan ucapan krn
bnyk kita temui disekitar kita orang pandai atw pinter menasehati tp kenyataannya susah
tuk menjalankan.
Suwun
Balas
SABDå
Maret 3rd, 2010 pukul 09:09
salam karaharjan
Balas
sekar kedaton
Maret 2nd, 2010 pukul 12:59
Nambah ya mas Sabda,ternyata “sholat dhoim” itu susahnya minta ampun ya dan tidak
semua orng yg mengaku muslim itu bs melakukannya,weleeeeehh……….jangan2
Syahadatnya juga msh salah tuh
Balas
RAJA PHANDITA
Maret 4th, 2010 pukul 13:20
Balas
Terima kasih atas segenap pencerahan yang disampaikan melalui goresan pena Kang
Sabda. Saya semakin sadar, perjalanan ini belum apa-apa. Ibarat mendaki gunung, saya
masih berada di lereng yang landai…puncak masih nun jauh di sana. Walau begitu…saya
gembira karena puncak itu sudah mulai terlihat dan semakin yakin jalan mana yang harus
ditempuh.
Nurani, matahati, atau alusing pandulu, apapun namanya, memang modal berharga bagi
setiap manusia, sekaligus merupakan “keajaiban” yang sering disepelekan. Saya
bersyukur kepada Sang Pemberi Hidup, karena berkesempatan merasakan gelapnya hidup
tanpa bimbingan nurani…walau sehari-hari demikian akrab dengan kata Allah dan
kalimat-kalimat relijius,. Lebih bersyukur lagi, karena kini saya mulai menapaki hidup
yang lebih berkesadaran diterangi cahaya dari dalam diri. Kedamaian menjadi lebih
mudah digapai..lebih tepatnya, mulai menjadi bagian dari keseharian…walau sejuta badai
menghantam.
Ternyata, ajaran kedamaian ini telah tumbuh demikian subur di negeri ini, dilestarikan
oleh para cerdik cendekia, para empu, para pujangga. Ajaran demikian, di satu sisi
berkesuaian dengan semesta negeri ini, dan pada saat yang sama, selaras dengan
kebenaran universal yang tumbuh di negeri manapun.
Mari kita terus berjuang…mengembalikan negeri ini pada jalur yang semestinya…
mengajak seluruh anak negeri untuk kembali pada jatidiri, kembali pada sebuah formula
kesuksesan yang telah terbukti. Tentu saja, tanpa mesti menjadi chauvinis. Sebaliknya,
kita menjadi manusia yang bangga pada jatidiri, saat yang sama, terbuka pada kebajikan
yang ditawarkan siapapun, dari manapun.
Salam Karaharjan.
Setyo Hajar Dewantoro
Balas
Seorang Ustadz berceramah dengan penuh semangat: Sungguh, para penganut wahdatul
wujud lebih kafir ketimbang orang nasrani dan yahudi. Orang nasrani hanya menganggap
Nabi Isa sebagai Tuhan, orang Yahudi menganggap Uzair sebagai anak Tuhan.
Sementara penganut wahdatul Wujud mengatakan Tuhan ada pada setiap makhluk.
Mereka meyakini bahwa setiap benda itu merupakan Tuhan.
Wong Bodo: “Lalu Ustadz, di manakah sebenarnya Tuhan itu berada?
Ustadz menjawab: “Tentu saja, sesuai Al Qur’an, Tuhan ada di atas arasy”.
Wong Bodo: “Ustadz, arasy itu ada di mana? Lalu jika Tuhan di atas arasy, apakah
artinya di bawah arasy tidak ada Tuhan? Lalu, Tuhan yang terbatasi oleh atas dan bawah,
apakah itu Tuhan yang sebenarnya karena dia punya batasan. Apa bedanya Tuhan yang
demikian dengan makhluk yang punya batasan sehingga bisa dikatakan adi atas atau di
bawah sesuatu?
Ustadz: “Itu cara bertanya orang filsafat yang bid’ah…..”
Wong Bodo: “Jika memang di balik segala sesuatu itu yang ada memang bukan Tuhan,
lalu ada siapa? Jika maujud hakiki itu bukan hanya Tuhan itu sendiri, lalu apakah artinya
ada keberadaan lain yang punya kemandirian keberadaan yang terlepas dari Tuhan?
Ustadz: “Lagi-lagi itu pertanyaan bid’ah yang tak pernah ada di masa salafussholeh…!
Wong Bodo: “Kalau begitu…memang lebih enak menjadi wong bodo….karena tak
mengenal konsep bid’ah..setiap pertanyaan adalah pintu menuju kebenaran..dan
kebenaran akan diberikan oleh Dia yang Maha Tahu..memancar dari nurani setiap
orang.”
Ustadz: Kullu bid’atun dholalah, kullu dholalatun finnaar!”
Wong Bodo: Saya sudah merasakan surga dalam “kebodohan” saya…..
Ustadz: Tidak mungkin! Hanya yang mengikuti Allah, rasul-Nya, dan salafusshalih yang
masuk surga. Selainnya pasti masuk neraka!
Wong Bodo: “Saya tak perlu masuk ke surga manapun, karena surga itu sudah ada di
dalam diri saya….ia bukan sesuatu yang ada di luar sana…tapi ada bersama saya, tak
terpisahkan!”
Ustadz: Anda benar-benar ahli bid’ah, mengatakan sesuatu yang tak pernah dikatakan
oleh Allah, nabi, dan ulama yang shalih!
Wong Bodo: “Mboten nopo-nopo…kulo nderek mawon ing alusing pandulu….saya
mengikuti nurani yang pasti membimbing pada kebenaran..saya sudah merasakan
kebenaran dan bisa memutuskan mana jalan yang benar secara mandiri…Apalagi yang
saya perlukan jika Gusti Allah selalu bersama saya…dan keberadaan-Nya yang “aqrobu
min hablil wariid” sudah selalu saya rasakan dan cahaya-Nya menerangi jiwa saya?”
Ustadz: “?????!!!!!!”"”
Wong Bodo: “Peace!”
Balas
SABDå
Maret 3rd, 2010 pukul 09:06
Mas Setyo hajar Dewantoro, Mas Suprayitno serta para seluruh sedulur yang
komen di sini yang saya hormati.
Matur sembah nuwun. Banyak sekali menampilkan larikan kalimat yang betul-
betul menggugah kesadaran semu selama ini.
Semoga bermanfaat bagi siapapun generasi penerus bangsa NKRI yang selalu
eling sangkan paraning dumadi.
sekali lagi saya ucapkan terimakasih sebesarnya,
Gusti Mahawikan paring berkah dumateng panjenengan sedaya.
Balas
cahAlit
Maret 2nd, 2010 pukul 18:08
Balas
cahAlit
Maret 2nd, 2010 pukul 21:32
Sy sejak SMA blajar Syariat &Filsafat agama scr Otodidak. termasuk Filsafat Ruh. dan
sejak 11 Tahun yg lalu indera ke Enam sy, dibukakan scr instant oleh teman sy
dan sjk 7 Thn yg Lalu slama 3tahun sy sbg TesTer salah seorang Purn. Jendral. mencari
benda bertuah magic. ke Hampir pelosok tanah jawa sy jelajahi. RIBUAN Dukun,
Paranormal Kyai. Ribuan Mediator dr berbagai strata klas ekonomi sy temui dan
PULUHAN RIBU Benda pernah sy Test Dan HasiLny NOL BESAR. skrg sy sdh alih
profesi sjak 4 tahun yg lalu. yg sy Tanyakan..
1. Apa ada Benda bertuah Magis itu. yg bisa dites keAmpuhan.nya ( anti Cukur, bisa buat
menghilang,DLL) ? Karena fakta diLapangan Tidak ada 1 benda-pun yg bisa saya Tes
lulus..
apakah pada Hakekatny Benda berTuah Itu Tidak Ada.? Sy scr pribadi menarik
kesimpulan pd Hakekatny tidak ada.
2. Sy punya pengalaman ghoib waktu msh SMP(blm terbuka indra ke6 sy) sy tidur
diTritisan rumah berAlaskan Daun pisang Rojo berbantal Sapu gerang. Sy ditemui
makhuk berwujud manusia ber umur setenggah baya, berpakaian serba Putih pake sorban
kayak orang Arab. Setelah mengucapkan Salam sy duduk bercengkrama pake bahasa
Jowo Ngoko. dia menasihati sy ntuk berbuat Baik. Sholat Dll. dipenglihatan sy Alam
skitar tidak berubah. stelah dia pergi, sy kembali terLentang. tapi posisi tidur sy masih
seperti SEMULA. yg SEHARUSnya. Sudah berubah dan slimut tertarik kebawah. Siapa
dia mbah SabdoLangit? Stelah indra ke 6 sy terbuka,sosok itu sy cari sy panggil tidak
pernah ketemu.
3. Slama ini sy tidak pernah percaya apa ada ilmu Rogoh sukma itu? krn disiplin Ilmu yg
sy pelajari manusia terdiri dari dua unsur jasad&Ruh klo berpisah beRarti mati.
apakah pengalaman waktu SMP itu termasuk Rogoh Sukmo? Klo iya knp sy tidak bisa
mencobanya lagi pe skrg. apa itu termasuk kegagalan dalam panggraitaning Rahsa?
Mohon pencerahan,,,
Matur Sembah Nuwun
Balas
suprayitno
Maret 2nd, 2010 pukul 22:06
Eskimo: “Ustadz, saya mau nanya, jika saya tak tahu apa-apa tentang Tuhan dan dosa,
apakah saya akan masuk neraka?”
Ustadz menjawab “Tentu saja tidak, jika kamu memang tidak tahu”
Balas
SATRIO NYOTO
Maret 3rd, 2010 pukul 04:25
ORANG MABUK, TIDAK TAHU tindakan / prilaku kriminalnya dimata hukun negara
maupun agama harus dipertanggung jawabkan.
ORANG NGGILANI adalah orang yang memperkosa agama, kepercayaan, hukum, akal
dan hati nurani untuk memuaskan kepentingan hawa nafsunya. Orang nggilani
membiarkan kebodohan tumbuh subur dimuka bumi.
Balas
Suseno Joe
Maret 3rd, 2010 pukul 09:18
Balas
abdul munif
Maret 3rd, 2010 pukul 09:46
@Mas Setyo Yth. Ikut nambah biar gayeng. Demikianlah yg tengah terjadi di sebagian
kalangan saudara kita umat Islam. Mereka lebih suka berpandangan hitam putih,
memahami teks tanpa melibatkan konteks, dan suka menggunakan senjata “tuduhan
bid’ah” sbg senJata pamungkas. Mereka kaburkan pengertian bid’ah yg sejatinya
“menambah, merekayasa dalam persoalan pokok keagamaan (ushul ad-din)” dengan
kreatifitas umat Islam dalam menghayati dan mengekspresikan keberagamaannya. Bid’ah
dlm pengertian pertama itulah yg diperingatkan oleh Rasul, tetapi kreatifitas justeru
didorong oleh Allah dlm berbagai ayatNya, agar manusia mendayagunakan akal pikir dan
potensi yg lain utk memahami fenomena alam semesta, termasuk yg ghaib.
Fenomena peniruan budaya Arab dlm segala aspeknya atau Arabisasi skrg ini semakin
marak. Bagi saya, Arabisasi berbeda dg Islamisasi….! Arabisasi kurang dibutuhkan,
mengingat problem kumatan Indonesia berbeda dg yg dihadapi di Timur Tengah.
Biarkanlah kearifan lokal yg sejatinya resultan dari Islamisasi berkembang sbg jawaban
atas problem lokalitas umat Islam Indonesia itu sendiri. Nuwun
Balas
dari ilustrasi diatas dapat di simpulkan bahwa pemain bola adalah yg paling pintar.
dalam hidup ini janganlah kita selalu mengikuti hawa nafsu. kita harus bisa
memposisikan diri kita diluar dari permasalahan hidup (bukan lari dari masalah). agar
kita lebih bisa mendengar kata hati nurani kita dan melihat segala pilihan-pilihan dan
kemingkinan2x dari masalah tersebut sehingga kita bisa menyelesaikan masalah
tersebut….
Balas
tomy
Maret 4th, 2010 pukul 13:07
Salam karaharjan Saudara semua terlebih Kangmas saya Mas Sabdalangit yang selalu
setia dengan pencerahannya.
Saya baru bisa memenuhi janji saya dahulu kepada Mas Sabdalangit untuk menulis
tentang Kasultanan Cirebon yang kehilangan Jarinya Semar.
Sumangga Mas saya undang berkunjung ke blog saya dengan artikel terbaru percikan
pencerahan bagi saya yang tergolong urakan ini.
http://tomyarjunanto.wordpress.com/2010/03/04/kasultanan-cirebon-kehilangan-jari-
semar/
Balas
RAJA PHANDITA
Maret 4th, 2010 pukul 13:24
TRISULA
terlahir dari RASA
rongkahna rasa jadi DAYA
rongkahna DAYA jadi CIPTA
sabda KUN ,nyipta saciduh metuh saucap nyata..
rasa ada dalam jiwa..jiwa berasal dari cipartan nur Illahi..
sesungguhnya hanya Alloh yang BERHAK menyatakan KUN FAYAKUN..
namun dengan ngaji rasa dan diri..
rongkahna rasa jadi DAYA…
tina daya ngajadi Cipta..sabda KUN…
Balas
iswandi
Maret 4th, 2010 pukul 13:28
Balas
SABDå
Maret 5th, 2010 pukul 18:10
Mas Iswandi yth
Monggo mas, silahkan kontak via email saya sabdalangit@gmail.com
salam karaharjan
Balas
raja phandita
Maret 5th, 2010 pukul 11:25
aku dilahirkan
dari senggama ortu
terlahir kedunia dengan selamat…
hanya bisa menangis…serius,
gak inget opo opo alias teu inget nuaon nuaon
umurku menambah jadi 5 tahun….nongtot leho, leho masih ngucur dari hidung…
akhirnya masuk sd, smp , sma , kuliah kerja…
rambutku semakin banyak , rambut kepala, jenggot , dada, kemaluan , kelek semakin
jibrog
dan kelekpun punya bau khas..rada asseeem…
wajahku setiap tahun seperti berubah..hingga menginjak usia 32 tahun, tampak lebih
guarangg
kaya herder,kaya gambar gajah mada….
aku belajar motor, mobil gak punya, aku lihat semua orang DISEKELILINGKU..
ah…sama perasaanku,
mereka makan sama pake mulut, ada yang senang nasi, sagu, indomie, kalau sakit perut
juga sama..pasti megang perut,murilit…gak ada yang sakit perut megangnya
hidung…….he he..
ada yang belajar ngaji, pedagang, supir, tukang sayur, tani, pegawai, kuli..dll
semua walau tradisi beda ..kayanya sama
dijakarta, di cirebon di bandung disemarang, baso yang berkuah, ya bunder…..
aku lihat karakter orang
ada yang lucu, pemarah, kaya banci , sok ganteng, sok cantik..sok kaya,padahal banyak
yang lebih kaya..ada yang miskin,.,,,macem-macem
ada yang ahli komputer, ahli masak , ahli ngaji, penceramah, guru..dll
serasa BOSAN
dunia ini tidak lain hanya menunggu MATI..
kapan kita mati..tidak tahu,
mau presiden sby yang selalu mencitrakan paling berwibawa,padahal dia mati belum
tentu arahnya kemana,nanti tinggal dimana, walaupun di tahlilin sama ribuan orang kaya
gusdur…belum tentu
GAK JELAS…..gak kelihatan, diluar jangkauan ….
menteri menteri seperti paling terbaik dibidangnya, padahal ngising mereka sama saja ada
yang ngeden, makan mereka sama pakai mulut..
semua itu MEMBOSANKAN
jin..akupun pernah ketemu JIN, mlahan BERANTEM..rambut keriting panjang, wajah
merah sampai dada, ada taring,,…eh LARI KALA AKU KUMANDANGKAN ADZAN..
emang ada apa dengan adzan???
apakah waktu aku takbir …ALLOH HUAKBAR…memang benar0benar jadi
kepanasan/kesakitan tuh jin????
aneh………
dari pagi menanjak siang, terus ashar, sedikit demi sedikit semakin sore, lalu gelap,
malam semakin menanjak lalu dinihari, hingga subuh…..
pagi lagi…..
sambung
Balas
NUFAILSYAH
Maret 5th, 2010 pukul 14:57
Balas
apoez
Maret 5th, 2010 pukul 20:10
Balas
jokomino
Maret 6th, 2010 pukul 13:01
smoga semua saudara suadari ku mendapat pencerahan dari kasih Tuhan yang
berkelimpahan dan kita dapat slalu membuka hati dan dan diri utk Tuhan semesta
alam.amin
Balas
hidayat
Maret 6th, 2010 pukul 13:50
Balas
SABDå
Maret 6th, 2010 pukul 14:58
Apoez Yth
Thanks a lot. Sdh berkunjung ke sini.
salam karaharjan
Balas
Tulisan Panjenengan bagus sekali Pak Sabda, bisa menjabarkan Sabda Langit untuk
perkembangan mentalitas & spiritualitas poro sedulur yang masih percaya bahwa pada
akhirnya kebaikan & kemurnian hati yang akan menentukan kondisi roh kita di alam
kelanggengan.
Timbangan antara dorongan atau motivasi dari Roh Suci dapat menjadi lebih jelas
bedanya dengan Roh Rakseksi, sehingga lebih mempermudah pekerjaan Kadhang Sejati
kita untuk selalu memberikan pameling (pengingat / warning) terhadap polah kita.
Jarang sekali ada orang yang mau menerima misi rohaniah : menerima Sabda Langit dan
membagikannya kepada saudara yang lain. Kalau ndak ada ketulusan hati (Sabda Langit
diperlakukan seperti barang dagangan, meskipun Gusti memberikannya cuma2), maka
sistem semesta pun tidak akan mendukung hajat hidup kita. Saya ucapkan salut untuk
Panjenengan yang menyediakan diri bertekun untuk misi rohaniah ini.
Moga Gusti maringi katresnan supaya sedya lan penyuwunan Panjenengan diparengake
marang Gusti Ingkang Moho Suci.
Rahayu
nuwun
Balas
progoharbowo
Maret 7th, 2010 pukul 11:12
Balas
batjoe
Maret 7th, 2010 pukul 14:40
berkunjung aja dulu ya mas soalnya lama ndak berkujung krn ada kesibukan…
salam hangat dan semoga mas tambah sukses selalu..
Balas
Hidayat
Maret 7th, 2010 pukul 19:08
Komenku: kalau lebih mudah dicerna bisa saya tambahkan untuk pembaca: Manuke ojo
zino, wetenge ojo mleki, dadane ojo dendam, lambene ojo goroh, sirahe ojo nesu wani
marang wong tuwo. (artina: burung boleh berdiri tapi jangan berzina, perut penuh harta
jangan kikir, hati yang penuh dendam harus dilebur dengan maaf, mulut jangan suka
bohong, kepala jangan berani dengan orang tua)
==================================
Untuk bocah alit: barang bertuah itu ada dan berhasiat, contoh suing macan yang bertuah
kalau dikalungkan pada ayam kemudian dipistol tidak mempan itu ada, dulu saya punya
link sperti itu …
=======================
Untuk dialog wongbodo dan ustads:
Wong bodonya masih mengharap Tuhan mengakui dia umatnya, kalau lebih bodo lagi
acuh cuek aja dibilang bukan umat tuhan, juga nggak tahu menahu urusan sorga dan
neraka. Jadi lebih bodoh iku kang aran kamardikan pribadi, tapi yooo mesti kudu ngerti
disik to ah,,,, he he he he e: : D
Balas
SABDå
Maret 7th, 2010 pukul 21:55
Ni Batjoe Yth
Terimakasih sdh menyempatkan waktu buat nyambung paseduluran kita selama
ini. Semoga wilujeng dan berkahing Gusti selalu terlimpah kepada Ni Batjoe
sekeluarga. Kebahagiaan, ketentraman, keselamatan selalu menyertaimu dlm
setiap langkah.
salam karaharjan
Balas
Waaaahhh Pak Sabda, serangan Roh Rakseksi saat ini semakin menggencar. Semua
orang kena termasuk saya, jadi saya ndak beredar dulu hehehehe….
Di sini saya mau berbagi kepada Poro Sesepuh dan Poro Sedulur, mengenai sedikit
pengalaman saya yang cekak ini.
Beberapa bulan terakhir ini saya banyak mengalami masalah dari luar, paseban wingit
tinggalan almarhum Bapak saya yg berupa mata air sebagian diurug orang tanpa ijin.
Saudara yg nakal mengangkangi hak saya, dan sebagainya.
Sebelumnya saya sudah mendapat informasi, jauh hari sebelum hal-hal ini menimpa saya.
Saya sadar bahwa saya belum kuat secara finansial untuk menghadapi masalah ini jika
sampai terjadi (karena memang masalahnya membutuhkan penyelesaian duniawi, bukan
goib). Yang bisa saya lakukan waktu itu adalah hanya menyiapkan hati dan mental saja
agar siap jika sewaktu2 masalah terjadi.
Ternyata info itu benar. Saya & istri hanya ketawa2 saja (ndak tahu juga, ketawa2 itu apa
memang kami sudah siap atau belum). Kok ada yaa manusia seperti itu ? begitu pikir
kami.
Sewaktu ada sedikit rejeki, saya & istri ndadak mengunjungi kolam kami yg diurug
orang. Ternyata setelah kami selidiki, hal itu terjadi karena konspirasi paklik saya dg
warga setempat. Di samping sendang kami ada sendang lain yang saat ini lebih ramai,
warga memang sedang gencar-nya mengangkat sendang itu agar banyak orang datang ke
sana.
Sewaktu di sana saya ditembung paklik agar bertemu dengan wakil warga. Saya tidak
mau, sampai kapanpun saya ndak akan mau rembugan. Karena saya sadar bahwa
sungguh sangat sulit menghadapi orang jawa yg sudah kehilangan jawanya.
Selain itu masih ada banyak masalah yg terjadi pada tinggalan alm. Bapak saya.
Secara duniawi saya banyak dipersalahkan oleh beberapa orang yang saya ajak urun
rembug. Lha wong tinggalane wong tuwo kok ora tau ditengok. Karena keterbatasan,
saya memang ndak bisa sering2 nengok tinggalan Bapak, tapi saya punya solusi untuk
memasrahkan pengelolaannya kepada saudara-saudara yg saat itu membutuhkan
pekerjaan. Weladalah, malah tanah saya dijugil-jugil, mana tlatah wingit lagi.
Atas beberapa kejadian yg menimpa saya, saya jadi berefleksi : mengapa orang2 ini
bertingkah laku seperti ini ? bahkan banyak orang melakukannya. bersiasat &
berkonspirasi untuk memenuhi nafsunya. Ndak peduli sekalipun ada banyak orang
dikorbankan untuk itu.
Saya pikir pas sekali ulasan Pak Sabda di sini dengan pengalaman yg saya alami :
Mengolah & Mempertajam Nurani. Hal baik yang kita lakoni di alam jasmani ini dapat
membawa kita kepada ketenteraman kehidupan langgeng kita. Bila kita tidak menjaga
laku kita, maka kehidupan langgeng kita akan tidak tentram.
Orang sering tidak sadar atau sadar tapi mengabaikan hal ini. Maklum saja, pola pikir
modernisme (termasuk naturalisme & materialisme) sangat merajalela saat ini. Hal2
adikodrati pun jadi minggir. Menganggap bahwa Roh Rakseksi (Setan, Iblis) tidak ada
merupakan filsafat yg enak (tetapi jahat) bagi kaum naturalis ini. Bagi mereka semua
berpulang kepada moral.
Roh Rakseksi selalu ingin eksistensinya tidak diketahui manusia. Semakin nihil
keberadaannya bagi manusia, semakin suka dia. Roh rakseksi tidak sama dengan demit &
priprayangan lain. Roh Rakseksi lebih jahat, karena dia memang sumber kejahatan.
Biasanya hanya alasan daging yg membuat manusia menjadi jahat, nafsu itu tergantung
dari keinginan daging. Bisa dibayangkan jika sampai ada roh yg memiliki kehendak
jahat, seperti apakah kuatnya kekuatan jahat yg tercipta ? sungguh tidak dapat
dibayangkan. Bahkan nafsu daging pun kita dapat melihat hasilnya, sering menggetarkan
hati kita.
Sebenarnya ada tanda fisik pada tubuh kita ketika Roh Rakseksi ini bekerja di dalam diri
kita. Roh Rakseksi ini akan mempengaruhi roh kita, dan roh akan bekerja di dalam fisik :
berpikir & bertindak. Rasa puas yg di dapat dari berpikir & atau bertindak akan
menimbulkan semacam aliran nyaman dari cakra dasar naik ke cakra solar plexus di atas
pusar. Padahal pergerakan normal aliran etherik tubuh manusia adalah kebalikannya.
Yang seharusnya energi level atas mengalir ke bawah, ini malah sebaliknya, energi level
bawah yg menekan ke atas. Yg amarah & aluwamah mendesak yg supiyah & mutmainah.
Berbeda dg pergerakan Roh Suci. Manifestasi pergerakan Roh Suci di dalam tubuh kita
dirasakan sebagai aliran energi yang mengalir dari ubun2 lalu turun ke bawah melewati
bagian depan kepala, tubuh melalui berbagai organ sampai ke dasar (kerampang),
kemudian dari dasar naik melewati ruas2 tulang belakang (vertebra) & naik ke ubun2
untuk kemudian lepas ke semesta kembali.
Berbicara soal nafsu, kejahatan & alam kelanggengan (tentram atau kisruh, surga atau
neraka) seolah saya hendak menakut2i Poro Sedulur sekalian. Saya ndak mau menakut2i,
saya hanya mau mengajak agar kita semua takut.
Iya kalo yg kita dzolimi hanya satu orang, & dia memaafkan kita dengan tulus saat kita
meninggal. Maka Kadhang Sejati bisa memaafkan kita. Hla kalo yg kita dzolimi itu sak
jagad raya, & mereka ndak mau memaafkan & mendoakan kita saat kita meninggal,
bagaimana jadinya kita ?
Menurut pengalaman saya (dg ketulusan & kesabaran sy juga yakin Poro Sedulur bisa
melakukannya) ada banyak jiwa-jiwa yg sudah meninggal masih menantikan doa2 kita
untuk mengangkat jiwa mereka ke khazanah yg lebih tenteram. Jika sudah tinggal jiwa,
kita memang cenderung tidak bisa berbuat apa2. Penyesalan ndak berguna jika kita sudah
tidak punya badan ragawi, sudah tidak bisa merubah sikap bathin kita di dalam laku
hidup.
Selain pada kautaman daging Roh Rakseksi juga mencobai hidup kita dengan berbagai
kesulitan. Menurut saya cobaan berat terhadap hidup bukanlah bersumber dari dosa kita
atau leluhur kita, itu adalah cobaan Roh Rakseksi agar kita frustrasi menghadapi hidup
dan berpaling ke jalan lain. Jalan yg tidak sesuai dengan keinginan Roh Suci & Kadhang
Sejati.
Jalan yg sesuai dg keinginan Roh rakseksi memang lebih enak, tidak perlu berpikir sulit
untuk berbagai tetek-bengek moralitas. Oh iya, satu lagi catatan penting, semakin kita
menyadari pekerjaan Roh rakseksi dan menolak karya2nya, maka kita akan semakin
dicobai olehnya. Yaa kalau ndak dicobai lewat hal2 yg enak, tentu dicobai dg hal berat yg
bikin frustrasi.
Lantas kalau Roh Rakseksi berkarya, Roh Suci itu kerjanya ngapain ?
Roh Suci juga bekerja, tetapi keinginan daging cenderung lebih kuat. Orang2 yg tidak
pernah menjaga kekuatan bathin & nuraninya (dengan cara mengalahkan keinginan
daging), maka secara otomatis keinginan dagingnya memiliki kecenderungan yg lebih
kuat daripada bathin. Menahan nafsu & olah rahsa adalah sebagian kegiatan yg bisa kita
tempuh untuk memberikan suplemen yg baik bagi bathin kita. Bila bathin kita lebih kuat
sedikit daripada keinginan daging, maka kita bisa merasakan kerja Roh Suci termanifes
di dalam tubuh kita.
Saya merasa tenang karena Gusti memberikan lengkap buat kita, ya Roh Suci
(pendamping rohani), ya Kadhang Sejati (pendamping Raga Sejati). Jadinya lengkap.
Jadi kita ndak perlu kuatir jika harus melawan pergerakan Roh Rakseksi.
Tinggal saya nyuwun pangestunipun dari Poro Sesepuh dan Poro Sedulur agar saya &
kita semua dapat berteguh pada jalur Roh Suci dan Kadhang Sejati, & tidak ragu
melawan Roh Rakseksi demi alam kelanggengan yg akan kita jalani kelak.
Rahayu
nuwun
Balas
SABDå
Maret 9th, 2010 pukul 01:58
salam karaharjan
Balas
tomy
September 16th, 2010 pukul 11:17
matur nuwun sanget kadhang sepuh kula Mas Ngglosor Madhep Wetan & Mas
sabda atas sharing kawruhnya yang luar biasa, semoga bisa menjadikan kita
semakin eling dan waspada, setiti dan ngati-ati. Hormat saya kagem panjenengan
kekalih
Balas
lormuria
Maret 8th, 2010 pukul 16:19
Balas
Dulur Tunggal
Maret 9th, 2010 pukul 13:38
Balas
SABDå
Maret 10th, 2010 pukul 00:18
rahayu karaharjan
Balas
Dulur Tunggal
Maret 11th, 2010 pukul 00:45
Balas
hadi wirojati
Maret 9th, 2010 pukul 17:56
pamuji rahayu..
matur sebah nuwun kangmas juga dimas ngglosor madhep wetan.. juga poro sedulur atas
tambahan ilmunya.. wawasan dan ngelmu…yang sangat bermanfat dalam melakoni laku
hidup.. semoga kita kelak mendapat tempat dialam kelangengan dengan damai tenang
dan tidak bingung mencari jalan untuk menuju…,dari papan sak tekaning paran dan
sampai pada papan …,
nuwun
salah sihkatresnan
rahayu..
=====================
Dawah sami-sami mas Hadi ingkang dahat kinurmatan. Mugi kabegjan lan
karahayon ingkang tansah pinanggih dateng panjenengan sekeluarga.
Balas
Sejak kecil, aku diajari bahwa agama yang benar adalah yang berasal dari Allah,
berdasarkan wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada para Nabi dan Rasul-
Nya. Agama seperti demikian disebut juga dengan Dien al-samawat (agama langit), yang
dianggap berbeda 180 derajat dengan ajaran-ajaran yang diciptakan oleh manusia.
Agama-agama yang diciptakan oleh manusia disebut juga dengan dien al-ardh (agama
bumi): dalam pemilahan yang paling ketat, yang masuk kategori dien al-samawat
hanyalah Islam yang dibawa Nabi Muhammad..sementara lainnya, Hindu, Budha,
Kejawen, adalah dien al-ardh. Yahudi dan Kristen, pada awalnya memang benar
merupakan dien al-samawat, tapi telah tercemar dan kadaluwarsa. Yang terakhir ini
terakhir ini tentu saja, dinilai sebagai ajaran yang keliru bahkan sesat. Hanya yang
memeluk agama langitlah (yaitu Islam) yang diridhoi Tuhan dan dijamin masuk surga.
Kini, kusadari bahwa itu adalah salah satu mitos kaum beragama…sesuatu yang tak lebih
dari persangkaan kosong, dongeng, namun diyakini sebagai kebenaran!
Berdasarkan ilham yang menyelusup masuk ke dalam hatiku, juga pencerahan dari ajaran
sufi dan Kejawen, aku menjadi sadar bahwa sesungguhnya setiap manusia pada dasarnya
memang seonggok daging, tapi di baliknya bersemayam Cahaya Yang Maha Suci. Pada
setiap manusia, terdapat Ruh Al-Quds…yang dalam filsafat Jawa disebut juga dengan
Sukma Sejati atau Guru Sejati. Seseorang yang menjalankan proses tazkiyatun nafs
ataupun laku prihatin/tapa…pada akhirnya akan bertemu dengan Sukma Sejati dan Guru
Sejati-nya, dan pada akhirnya akan Manunggal Kalawan Gusti. Ya, mereka yang
berhasrat kuat untuk bergerak maju dan membuka diri terhadap hadirnya Kebenaran di
dalam hati yang paling dalam, pada akhirnya akan sedikit demi sedikit menemukan
Cahaya Kebenaran….mirip dengan apa yang diterima oleh para Nabi dalam tradisi Islam,
Kristen dan Yahudi.
Dengan cara pandang demikian, setiap kebenaran, apakah ia bernama Islam yang
disampaikan Nabi Muhammad, ataupun ajaran kebijaksanaan Cina, Kejawen, dan
lainnya, pada dasarnya adalah “agama langit” dalam pengertian sumber sejatinya adalah
Zat Yang Maha Suci, dan pada saat yang sama adalah “agama bumi” karena memancar
dari nurani sang manusia.
Balas
SABDå
Maret 10th, 2010 pukul 23:20
salam sihkatresnan
Balas
Dinah
Maret 11th, 2010 pukul 11:26
kulonuwun….ndherek sowan.
sy dari lereng gunung Slamet. merasa tertarik dgn tulisan2 mbah Sabdo dn saya ingin
menanyakan satu hal yg baru2 ini mendorong rasa keingin tahuan saya dn yg ingin saya
tanyakan
mbah, mohon maaf mungkin pertanyaan sy tdk barmutu. Konon BK ( bethara karang )
ada 2 macam
yaitu BK yg manembah ke Pangeran dn BK yg manembah kpd kesaktiannya seperti
halnya Jengglot yg akhirnya tubuhnya mengkristal. Apakah bisa ada penjelasan tentang
hal ini dan kalau benar memang ada,jenis BK yg pertama tadi apa juga bisa dipelajari
oleh setiap manusia apa hanya manusia2
tertentu saja yg bisa karena memang sudah ada sejak lahir ? Nuwun.
Balas
o
SABDå
Maret 11th, 2010 pukul 12:33
Rahayu karaharjan
Balas
Dinah
Maret 11th, 2010 pukul 11:34
Balas
Badhe nyuwun ngapunten Pak Sabda, jikalau berkenan ijinkan saya sedikit ngomyang
soal BK kepada sedulur Dinah.
Sepengetahuan saya, BK (= Bethara Karang, atau orang juga menyebutnya jenglot) itu
berasal dari kabudayan nDayak. Untuk sebutan BK itu memang dari orang Jawa. tapi di
tlatah Kalimantan orang lebih sering menyebutnya jenglot.
Ada lagi asal jenglot yg lain, yaitu dengan meminum semacam minyak yg sudah dijampi
(minyak bintang). Ketika meninggal dan lupa mengaktifkan anti minyaknya, maka ilmu
yg ditelan bersama minyak otomatis terpatri di dalam tubuhnya.
Jadi kondisi sebenarnya jenglot adalah hanya daya ilmu yg bersemayam di dalam tubuh
jenglot tersebut. Jika sampai ada roh yg bersemayam (jenglot yg dapat diajak
berkomunikasi), itu lebih karena ada roh atau mahluk gaib yg merasa senang tinggal di
dalam tubuh jenglot itu (karena getaran daya ilmunya sesuai dengan frekuensi mahluk
gaibnya).
Nah, jika dipertanyakan masalah BK itu menyembah siapa, itu berpulang lagi kepada
mahluk gaib yg bersemayam di dalamnya. Bisa menyembah kepada Gusti Pangeran atau
kepada anasir lain. Atau jangan2 ada juga jenglot yg suka disembah manusia ??
hehehehehe
Rahayu
nuwun
Balas
air langit
Maret 12th, 2010 pukul 00:13
Nderek nyimak kemawon. Mugi yg nyimak lainnya dapat ngangsu kawruh disini.
Shg bisa terlepas dr doktrin yg membelenggu pikiran. Karena saat belenggu terbuka
terdapat ruang luas yg dpt dilalui. Mungkin orang bilang ruang itu terlalu luas shg mudah
tersesat. Tetapi bila sudah tahu hakikat manembah lan panuju. Maka cara manembah itu
adalah sebanyak nafas manusia.
Nuwun
Balas
Mara
Maret 12th, 2010 pukul 11:44
salam jumpa lagi (sekarang ganti panggilnya biar sopan) pak dhe sabda
thread nya apik tenan…, ngomong – ngomong aku mau tanya…. lalu yang dimaksud
“uninong aning unong” iku opo?
Balas
SABDå
Maret 12th, 2010 pukul 16:50
Mara yth
Uninong aning unong, maknanya sepadan dengan hakekat MANUNGGALING
KAWULA GUSTI.
Rahayu karaharjan
Balas
cahAlit
Maret 13th, 2010 pukul 22:57
Dari CahAlit,,
Pembaca Budiman yg sy Hormati,
Ngapunten Mau urun masukAn soal Bathara karang (BK),
Soal cerita Asal usulnya BK, stiap orang boleh crita apa saja Krn tidak ada yg benar2
tahu awal kejadiannya.
Disini sy hanya mempertegas.! Bahwa BK tidak memiliki kekuatan Anti Cukur, Anti
Tembak, Nyedot Uang DLL. smua BOHONG belaka.
Ratusan Bathara Karang (BK) dr sgL macem perNah sy Pegang dan TEST.
Hasilnya NOL.!!!!!!!!
Orang Sakti masih Banyak, tapi Benda Sakti Tidak ada.!!
Benda” itu hanya berisi Khodam /JIN kecil yg LEMAH pengaruhnya. Baik mereka
(khodam) ada di Benda tsb, Ada krn datang sendiri atau diisi Khodam daya cipta
manusia.
Benda sbenarnya Hanya memiliki AuRa…
Para saudara pembaca smuanya jangan pernah percaya akan mitos yg dibesar2 kan. Nanti
Terjebak dlm Bisnis Lingakaran setan dr orang2 BODOH yg kemintEr dan tak
Bertanggung jawab.
Skali Lagi sy pertegas.! tidak ada benda jenis apapun yg Ampuh.. yg sakti manusianya..
Mbah Nuwun
Balas
sangat setuju Pak CahAlit…. saya sangat setuju sekali dengan pendapat
panjenengan. BK atawa jenglot memang semua [di dunia perdagangan barang
gaib] hanya bohong belaka.
Mungkin Pak Sabda berkenan membuka thread khusus masalah ini. Karena
mungkin saja Poro Sedulur yang singgah di sini pingin mendapat pengalaman
yang dibagikan seperti Pak CahAlit, tentunya supaya tidak sampai kejeglong di
dalam bisnis yg menggiurkan tapi lebih banyak ruginya kalau ndak mawas diri.
Bagi pembuat yg mengerti bahan2 kimia bisa juga dipakai bahan fiberglass yg
cetakannya disiapkan dulu. Untuk yg bahan bancak & kampret dapat lebih
mendekati jasad mahluk hidup karena susunan tubuhnya yg organik.
Tinggal untuk kesan anti cukurnya digunakan teknik sulap, bisa dengan silet yg
satu sisinya ditumpulkan. Atau dg menggunakan teknik ilusi ketika memotong
rambut dg silet baru sungguhan (sisi tajam silet jangan sampai mengiris rambut,
maka jalur potongnya ditahan oleh jari yg ada di samping silet).
Kalau mau berburu jenglot yg orisinil, jelas susah. Dan pasti si pemilik ndak mau
melepaskannya, karena jenglot, dapat dipastikan, merupakan piandel (pegangan)
suku, bukan pegangan keluarga apalagi pegangan pribadi.
Bahkan suatu suku pasti tidak akan memperlihatkan jenglot ini kendati diiming2i
berbagai materi. Menurut mereka ini wingit & sakral. Jadi mereka ndak mau
mengumbar pamer untuk memperlihatkan piandel mereka.
Jadi jangan harap ada perdagangan jenglot. Bagi mereka yg masih atau baru
berusaha di bidang transaksi barang gaib, berhati-hatilah, terutama jenglot, md, rb
& tk. anggap saja mereka mitos belaka.
jangan sampai terjebak pemilik barang yg biasanya nakal. Mereka biasanya minta
uang tes ke pihak mediator. Atau jika barang terbukti ampuh, mereka melepasnya
ke pihak mediator dengan harga murah (biasanya 250-800 jt), bayangkan bila
dibandingkan dengan pendapatan 40-80 M belah semangka. Pasti menggiurkan
bukan ?
Bila mediator terpancing dan melaksanakan transaksi, jangan heran jika ketika
sampai pembeli sesungguhnya, barang yg sudah ditangan akan hilang. Hilang ?
Ya, hilang. Namanya juga barang gaib.
Jangan mudah terpancing pula dengan status pembeli kaya raya dari luar negeri.
Mereka juga belum tentu benar kenyataannya. Bisa jadi mereka juga mediator
untuk salah seorang juragan dari negara asalnya sana.
Memang sulit, mediator harus mewaspadai pemilik barang & calon pembeli.
Saran saya jika ada gejala2 mediator harus mengeluarkan uang untuk segala
pengetesan dan syarat2 lainnya, mending dibatalkan saja. Masih ada anak, istri &
keluarga yg lebih membutuhkan uang dari pada dihamburkan untuk perburuan
benda gaib. Mau untung malah buntung kaki-tangan.
Demikian Para Pinisepuh dan Poro Sedulur. Mohon dimaafkan jika ada kata2
saya yg kurang berkenan bagi Panjenengan sekaliyan.
Rahayu
nuwun
Balas
SABDå
Maret 14th, 2010 pukul 21:23
yah, semua itu hanya tipu daya para sindikat pemburu PO. Karena di
zaman yg serba sulit ini banyak org menjadi lengah, tidak eling dan
waspada, banyak org menjadi mudah KAGETAN DAN GUMUNAN.
Maka saya sangat menghimbau para sedulur semua di sini utk lebih
waspada. Jangan mudah tergiur apalagi jika ketemu org yang selalu
berkata manis dan empuk banget menawarkan bisnis investasi. Bahkan
seolah ada yg mau mendanai melalui soft loan, bahkan hanya sekedar nitip
harta. A/l seperti berikut ;
2. Besi rongsok, batu bara, kuningan dan tembaga, perak, bijih besi. Nah
yg ini sebenarnya bisnis riil, hanya saja, anda harus memiliki mobilitas
vertikal dulu, bergaul dengan level PEMILIK LANGSUNG dan
PEMBELI LANGSUNG, anda juga hrs punya otoritas kuat dalam bidang
tersebut, barulah menjadi bisnis yg dekat dgn sumbernya/resourses
ekonomi. Jika anda tdk memiliki relasi langsung, saya jamin yg ada
hanyalah bisnis dengan komoditas ABAB alias jual omongan. Kata kang
Bondan sahabat saya dari Bandung anu lucu tea; NANAM POHON DI
TANAH SUGAN, DICEBOR KUCAI MOGA-MOGA, KALUARlah
DAUNNA MOGA-MOGA JADI, …BUAHNA mah EUWEUH…!
Nanem pohon di tanah antah berantah, disiram dengan air moga-moga,
keluar daunnya moga-moga jadi, hasilnya nol besar.
Sebagai gambaran MAKELAR KETEMU MAKELAR, saling ngotot
negosiasi sampai berani pinaltian, tempat bertemunya di loby-loby hotel
(tapi tidak pesen makanan), rumah makan mewah (yarwe-yarwe), cafe-
cafe, tapi barang yg dijual hanyalah omongan saja. Habis duit dan waktu,
yg ada juga makin miskin saja..
3. Kontraktor BTS, rumah walet, proyek pasar dll. Modusnya sama saja,
hanya ingin membawa kabur modal anda.
4. Pasir besi. Nah, yg ini kita harus tau UU nya. Pasir besi TIDAK
BOLEH DIEKSPOR. Di dalam negeri juga belum ada pabrik khusus yg
mengolah pasir besi ini. Jikalau pun ada barulah pabrik uji coba seperti yg
terjadi di Kl Progo Jogja yg malah menuai perang antara masy dengan
Pemda. Jika anda mendapat info ttg adanya buyer pasir besi utk diekspor,
nah itu dia kelihatan bohongnya.
Informasi ini sekaligus bisa buat referensi para sedulur semua agar jangan
ada lagi jatuh korban penipuan.
Saran saya, jika ada yg ingin memiliki, tidak perlu mencari-cari bahkan
sampai membeli, karena benda bertuah akan datang sendiri menghampiri
anda, jika memang sudah pulung. Kalaupun membeli, beli saja benda2
tersebut dilihat dari sisi nilai seninya.
Saya perlu membagi kiat sederhana agar para pembaca yg budiman tdk
mudah tertipu juga oleh ulah paranormal dan dukun yang hanya pandai
berakting. Kiatnya begini :
Langkah 1) anda ambil saja sendiri barang2 yg kira2 berkesan bertuah,
misalnya kerikil hitam legam di pinggir jalan. Atau batu akik kosong yg
anda miliki, lalu katakan padanya (ngibul sedikitlah buat lelucon), anda
mendapat benda tersebut setelah mimpi didatangi sesosok ular warna putih
besar sekali, tiba-tiba anda bangun tidur dan ditangan sdh mengenggam
batu tsb.
Langkah 2) berikan ke org yg mengaku dukun paranormal tsb, untuk
diketahui apa isinya. Nah, anda tinggal menunggu saja, karena akan segera
tahu sejauh mana kejujuran org tsb. Pastikan anda bisa menahan ketawa
saat org tsb berakting dgn sangat memukau. selamat mencoba
Rahayu
nuwun
murid
Maret 31st, 2010 pukul 10:32
“Pasir Besi”…. kalau tidak salah itu nama salah satu aji pukulan dari ps
merpati putih…. hehehe (intermezo dikit boleh dong Ki…)
tomy
September 16th, 2010 pukul 11:28
cahAlit
Maret 13th, 2010 pukul 23:01
Dari CahAlit,
Askum Wr.Wb Eyang SabdoLangit Yth dan Pembaca yg Budiman Ytc..
Hadist Rosulullah SAW.
Sesungguhnya penciptaan makhuk adlh sbb:
1. Malaikat dikasih kecerdasan tinggi Tapi tanpa Nafsu.
2. Jin diberi kecerdasan dan napsu.
3. Setan (dari keturunan iblis) diberi Napsu lebih besar dari Akalnya.
4. Hewan diberi Napsu dan Basic Insting.
5. Sedangkan Manusia diberi Akal, Napsu dan HATI NURANI.
Manusia adalah makhluk yg paling semPurNa.. MalaikatPun tersungkur Sujud
menghormati ADAM.! karena kesempurnaan ciptaan_Nya yg diberikan pada Adam.
NB:
SETAN adlh golongan Jin dan manusia.
Iblis termasuk keturunan gol.Jin diambil dari nenek moyangnya.
Nafsu manusia adalah Setan kita.
WassaLam..
Nuwun
Balas
Dulur Tunggal
Maret 14th, 2010 pukul 23:12
Nyuwun Sewu sebelumnya apabila saya memberanikan diri untuk menanggapi tentang
Betoro Karang ataupun benda-benda bertuah/keramat apapun itu namanya. Istilah
“keramat” kl orang jawa mengatakan “kramat”=makam=kuburan (tempat untuk
mengubur orang yg meninggal dunia).
Banyak orang mengartikan “keramat/kramat” hanya tempat untuk mengubur orang yg
meninggal dunia saja, padahal menurut saya lebih dari itu. Para leluhur/sesepuh membuat
istilah “keramat/kramat” tentunya tidaklah sembarangan pasti mempunyai maksud
tertentu agar kita generasi penerus ini tetap “ngugemi”,”nguri-uri” apa yg sdh diperbuat
oleh para leluhur.
Kalau istilah “keramat/kramat” di “LUAR” adalah tempat untuk mengubur orang yang
meninggal dunia, di “DALAM” pun jg ada “keramat/kramat” yg “terkubur”, Bedanya
dgn yg di “LUAR” gak boleh di “dudah” (digali) kecuali untuk kepentingan
forensik,sedangkan yg di “DALAM” perlu bahkan suatu keharusan untuk men”dudah”
(menggalinya) sampai ketemu siapa yg ada di dalam kubur itu.
Nah..Kl sdh ketemu dgn siapa yg ada di dalam kubur itu perlulah di “keramat/kramat”
kan, bukan barang/benda yang mempunyai daya magis luar biasa yang di keramatkan,
Sehingga kita semua tdk silau/”ulap” terhadap barang bertuah/keramat dan tdk lupa dgn
tujuan mencari…mencari..dan mencari sampai tahu&kenal siapa di dalam kubur ini.
Mungkin itu tanggapan saya, mhn maaf kpd poro sedulur yg lebih linuwih dari saya
Balas
Ngabehi
Maret 15th, 2010 pukul 09:13
Leres sanget Ki Sabda, pak Ngglosor dsb, mendingan dodol gorengan, rokok, mi ayam
dsb, sudah jelas dapat duit. Yang beli kenyang dan yang jualan juga dapat untung.Atau
kalau mau latihan spekulasi ndak usah terjun ke hal2 gituan, mendingan mancing aja,
kalau dapat ikan senang sekali tapi kalau ngga dapat ya.. itung2 melatih kesabaran.
Balas
aufclarunk
Maret 19th, 2010 pukul 19:34
Balas
aufclarunk
Maret 19th, 2010 pukul 19:35
Balas
Mbah Tukul
Maret 27th, 2010 pukul 17:47
Hati Nurani adalah anugrah Tuhan yang sangat besar tuk kita semua, karena merupakan
kunci hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa. Kenapa disebut sebagai “kunci”? Karena
hanya “Hati Nurani” lah yang mengetahui kehendak-Nya. Karena dengan mengikuti
perasaaan yang muncul dari “Hati Nurani” lah, semua yang kita lakukan akan menjadi
sesuai dengan kehendak-Nya. Inilah sebenarnya yang disebut ‘Manunggaling Kawula
Gusti”. Ketika semua yang dilakukan oleh sang hamba menjadi sesuai dengan Kehendak
Sang Pencipta, ketika sang hamba menjadi Alat-Nya, di setiap waktu.
Oleh karena itulah, Hati Nurani disebut juga sebagai percikan Illahi yang ada dalam diri
kita.
“So use it properly”.
Balas
sigit
Maret 29th, 2010 pukul 09:43
dalam keadaan ku yang sedang merana ini aku cuma mencari jati diriku sendiri
Balas
lulu
April 7th, 2010 pukul 14:29
Balas
murid
April 10th, 2010 pukul 13:28
HATI NURANI
oleh HMS
Yang disebut ‘nurani’ itu, adalah ‘rembesan’ dari apa yang dirasakan oleh qalb-nya jiwa
kita yang terasa hingga ke level jasad kita sekarang.
Contoh, kita bisa saja ingin mengambil uang di kantor, tapi entah gimana, ada sesuatu
dalam hati kita yang membuat kita tidak ingin melakukannya. Ini karena pada dasarnya
nafs kita tidak ingin kita melakukannya, dan ketidak-inginan itu kita rasakan hingga ke
level jasad kita ini. Inilah namanya nurani. Nurani adalah setitik rembesan qalb yang naik
ke perasaan kita. Kadang kita bisa tiba-tiba terharu, tiba-tiba ingin shalat, tanpa sebab. Ini
bisa jadi adalah apa yang dirasakan oleh jiwa kita, somehow, saking inginnya si jiwa
akan hal itu karena selama ini kita tidak pernah memperhatikan kebutuhan ‘makanan’
jiwa itu, maka terasa hingga ke jasad kita.
Tidak semua orang masih hidup nuraninya. Ini karena semakin seseorang mengabaikan
nuraninya sendiri, semakin lama kita menjadi tuli dengan nurani kita sendiri.
Sebagaimana anak kita, jika kita selalu mengabaikan pendapat maupun kebutuhannya,
lama-kelamaan anak kita akan ‘mati rasa’ dan tidak perduli lagi.
Nurani belum sampai ke fu’ad, atau ‘aql. Nurani baru ‘perasaan sang nafs’ (dalam tanda
kutip), belum sampai ke nafs yang mampu berfikir dan memberi pertimbangan. Itupun
hanya setitik yang merembes hingga ke jasad kita. Tapi belajar mendengarkan nurani kita
sendiri adalah langkah awal untuk hidup benar. Walaupun demikian, nurani belum bisa
dijadikan panduan karena nurani masih sangat tersamar diantara keinginan hawa
nafsu/syahwat dalam diri kita.
Ibaratnya, jika kita adalah seorang guru SD dan satu kelas yang kita pimpin ada 48 orang
murid. Nurani hanya satu orang, diantara semuanya, dan 47 orang lainnya adalah hawa
nafsu dan syahwat. Ketika semua berbicara bersama, kita masih samar membedakan
mana dari nurani dan mana yang bukan. Hanya kadang ketika syahwat dan hawa nafsu
kita sedang melemah, kita bisa mendengar nurani dengan agak jelas.
Jadi, kurang tepat kalau yang dikatakan bahwa mengetahui adalah dengan nurani. Nurani
belum sampai level ‘mengetahui’. Nurani baru merasakan indikasi, ‘kayaknya salah
nih’… tapi kita belum bisa membuktikan (baik kepada diri sendiri maupun kepada orang
lain) salahnya di mana.
Kita harus belajar mengidentifikasi mana suara nurani, mana yang bukan.. karena nurani
sumbernya dari ‘jeritan’ jiwa kita yang ingin didengar. Sayang sebagian besar orang
mengabaikan nuraninya sendiri hingga akhirnya nuraninya tidak lagi bersuara, bahkan
hilang terkubur dalam dosa-dosa.
Balas
Yang-Kung
April 17th, 2010 pukul 23:57
salam rahayu.
Balas
o
SABDå
April 18th, 2010 pukul 01:17
Balas
Edi Sugianto
Mei 6th, 2010 pukul 01:13
Balas
Fernando noyo
Mei 9th, 2010 pukul 00:03
Balas
Sapto
Mei 22nd, 2010 pukul 12:37
Nderek ngangsu kawruh Mas SabdaLangit… Nyuwun idin kagem ngopy tulisan
panjenengan, namung kagem kulo waca piyambak. Mugi panjenengan sinaosa karahayon
saking Gusti ingkang murbeng dumadi.
Balas
sri
Juni 30th, 2010 pukul 14:01
Ikut nimbrung ya…banyak sekali tulisan-tulisan mas Sabdalangit yang bermanfaat dan
baru saya ketahui (tambahan ilmu). Kebetulan ortu (bapak) punya banyak benda pusaka,
benda pusaka ada yang datang dari menjalani laku perihatin, ada juga yang dikasih orang
karena tidak sanggup tuk merawatnya. Secara kebetulan saya memiliki watu lintang 3
buah, yang menemukan saya terus. Menurut kakak (beliau bisa/mampu) mendeteksi watu
itu kosong atau isi. Watu itu saya dapat kalau saya rajin menjalani tirakat. Saya mohon
pencerahan mas Sabdalangit. Maturnuwun.
Balas
masJK
Agustus 18th, 2010 pukul 11:55
blognya makin rame, makin gaya, makin funky, makin greng. pokoknya makin muanteb
sebagai bahan bacaan.
Balas
SABDå
Agustus 19th, 2010 pukul 15:58
Kang JK apa kabar lama tak dengar pitutur panjenengan. Semoga panjenengan
sekeluarga selalu dalam limpahan berkah anugrah Gusti.
salam sejati
Balas
Kang HD
Agustus 24th, 2010 pukul 19:48
Balas
toto
September 13th, 2010 pukul 22:49
Balas
andra
September 20th, 2010 pukul 14:26
@kang munif:sugeng siang kang…dospundi kabaripun?sampun gesit melih?hehhehe….
@ki sabda:nuwun ki,tumut nyemak…matur sembah nuwun ingkang sanget saget
ngangsu kawruh dhumateng panjenengan,,nyuwun ngapunten menawi kala wingi kathah
ngrepotaken panjenengan sakaluarga ki….hehhehe,,mugi panjenengan sakaluarga
manggih rahayu kalis ing sambelaka…sepisan melih kula nyuwun agunging sih samudra
pangaksami….nuwun…
Balas
Dede
September 23rd, 2010 pukul 15:14
Sebelumnya saya mohon maaf karena saya bertanya terlalu banyak dan tidak bertanya
langsung di kotak yg disediakan di webnya….
terimakasih
Wassalam
Dede sunandar bin Agus Hendarto
Balas
tyo
September 26th, 2010 pukul 19:17
Balas
cah angon
September 26th, 2010 pukul 21:46
Mas sabda sugeng pepanggihan malih kalian cah angon,wilujeng kemawon mas?
ketingale langkung regeng daleme mas sabda sakmangke
Balas
cah angon
September 26th, 2010 pukul 21:59
Saya melihat dirumahnya mas sabda sekarang banyak pengunjung para kawula
muda,maklum dah lama saya gak pernah sowan ke rumah mas sabda,lagi sibuk resik-
resik mas.salam kemawon dumateng mas olad,mas suprayitno lan kadang-kadang
sedoyo.
Balas
Gombal Amoh
Oktober 30th, 2010 pukul 08:13
Metode yang runtut dan gamblang..tetapi bukan hal yang mudah dan sederhana untuk
sebuah ‘LAKU’ ..apalagi yang sudah biasa mengenakan Kaca mata Kuda… yang selalu
memandang ‘Kearifan Lokal’ adalah agama nenek moyang yg Batil…
Kaca mata Kuda …adalah simbol bagi orang2 yg belum mampu ‘Mandireng
Pribadi’ ..yang menyandarkan Laku pada Kapatuhan dan Ketaatan pada Kehendak
pengendali melalui ‘ Tali2 Kekang ‘. Urusan Nyaman atau tidak nyaman (berkacamata
kuda) merupakan bentuk konskwensi sebagai pilihan ..karena jika “melepaskannya ” di
anggapnya telah memperturutkan Hawa Nafsu dan telah terlepas dari “TALI KEKANG
YG KUAT”.
Dan lebih tragis lagi.. Kepatuhan dan Ketaatan yg demikian itulah yang mendatangkan
pahala, yang memberatkan timbangan amal baik, yang akhirnya menghantarkan ke
Surga.
Sungguh.. keyakinan seperti inilah..yang telah merusak Esensi Kehendak Tuhan ..
sehingga menutup jalan menuju Manunggaling Kawula Gusti..yang hanya selalu melihat
dari kaca mata sendiri..satu sudut pandang..tidak bisa menerima perbedaan.
Seandainya agama itu sebuah Pohon maka ‘Kesadaran’ adalah Buahnya.. apabila Pohon
itu tidak berbuah bukan pohon itulah yg salah .. tapi orang2 yang memelihara pohon
itulah yg salah..mengapa pohon yg seharusnya berbuah tapi tetap mandul dan
dibiarkannya tidak berbuah.
Bagi “Pemelihara Pohon ” yg belum menyadari bahwa Pohonnya belum berbuah dan
masih terlena dengan lebatnya ranting dan daun.,mohon direnungkan …
Sebagai orang tua selalu ingin melihat anak2nya kelak menjadi orang yang
berkepribadian baik. Ketika anak2 itu berumur delapan tahun atau belum genap 13
tahun.. orang tua sangat bangga dengan anak yang penurut dan taat perintah, awalnya Si
Bapak mendidik …,” Nak ,kalo kamu nurut sama bapak nanti akan diberi uang jajan dan
disayang bapak..tapi kalo gak nurut..kamu gak dikasih uang jajan dan bapak gak
sayang,malah bisa2 dijewer.” Maka dengan senang hati si anak memuruti perintah
Bapaknya, dan setiap selesai menjalakn perintah bapaknya dia bilang,” Pak semua
beres ..mana uang jajannya?.” Dengan bangga Bapaknya memberinya uang jajan..,”
Memang kamu bener2 anak bapak.”kata bapaknya sambil menciumi anaknya.
Beranjak remaja ..ketika Bapaknya lagi cape dan ibunya sedang sakit..anak itu gak mau
beres2 rumah.. ,” Nak, kenapa kamu diam saja sementara banyak kerjaan di rumah
ini.” ..Sahut anaknya ,” Bukankah dari dulu saya anak penurut..kenapa dari tadi Bapak
gak kasih perintah?..pasti akan saya laksanakan semua perintah itu !,” ..lebih tragis lagi ,”
Pak ntar sore mau main sama temen.. ada duwitnya kan untuk kerjaan2 ini??.”
,” Ya ampun Nak.. tidakkah kamu bisa lihat ..bapak sedang cape dan lagi gak ada
duwit.”.. sahutnya,” Bapak bohong..katanya kalo nurut dikasih duwit, gak konsisten!!.”..
sambil mengerjakan dgn setengah hati dan raut muka yg tak sedap.
Bapak menghampiri,” Nak , jadilah anak yg Berbakti kpd orang tua..yang NGerti.. Kamu
sudah besar..jangan nunggu di perintah…jangan lihat upah, anak yg taat sama orang tua
itu bagus..tapi lebih bagus lagi menjadi anak yang berbakti.”
Keesokan harinya..dengan hati riang dan ikhlas si anak membereskan pekerjaan rumah,
sambil membawakan teh hangat kepada bapaknya,” Bapak dan ibu telah banyak berbuat
untuk hidup saya.. sekarang saya paham apa artinya BERBAKTI.”
Pada awalnya sebuah ‘Ketaatan dan Kepatuhan”…tapi tujuan yang sebenarnya adalah
sebuah “Kesadaran”. Bagi seorang yang taat dan patuh terhadap peraturan maka rambu-
rambu ( Tali Kekang) sangat diperlukan ,karena belum masuk kepada level Kesadaran
“mengapa rambu2 itu di buat” . Bagi seorang yg telah mencapai Kesadaran akan
peraturan maka dia akan lebih beretika,lebih santun, lebih menghormati dan bagi dia ada
rambu2 maupun tidak sama saja, bahkan tidak ada rambu2 pun dia mampu membangun
rambu2 atas kesadarannya.
Kearifan Lokal sebagai khasanah ngilmu.. mampu menghantarkan kepada
Maneges ..menyentuh ke-hakiki-an dari simbol2, pralambang atau ‘Pasemon”.
Bahkan tuntunan laku (agama) yang mulia menjadi salah kaprah..karena justru
pengikutnya berhenti pada lambang dan simbol.. Ketaatan dan kepatuhan tidak berbuah
kesadaran.
Dalam Laku untuk pencapaian Ngilmu.. banyak hal yg harus dimiliki sebagai bekal yaitu
Ikhlas ,sabar,dan tawakal. sehingga dengan Ngilmu mampu membawa Kesadarannya
kepada Kepasrahan Sejati ( MUSLIM).
Pesan Nabi,” Kelak di akhir jaman umatku seperti Buih Lautan..banyak tapi
sesungguhnya ngga berada.” Mungkin maksudnya banyak orang Islam tak mampu
mencapai Muslim. Dianggapnya Muslim adalah label bagi orang Bersyare’at Islam ala
Nabi Muhammad. Islam diwasiatkan dari Nabi Adam Dan 124 Ribu Nabi lainnya…tentu
Untuk Menjadi Muslim..Ribuan Jalan yang dibentangkan oleh 124 Ribu Nabi.
Manunggaling Kawula Gusti ..Nuggal Rasa Lan Karsane Gusti..Berbakti tanpo Lamis.
Salam Rahayu..
Nb. sembah nuwun Ki Sabda mungguh wedaranipun.
Balas
TS
Oktober 30th, 2010 pukul 09:15
38.86. Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu
atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.
38.87. Al Qur’an ini tidak lain hanyalah ‘peringatan’ bagi semesta alam.
38.88. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) ‘berita’ Al Qur’an setelah
‘beberapa waktu lagi’. (QS. SHAAD)
Balas
PRASTOWO
November 24th, 2010 pukul 10:43
mas TS : nglindur nggih mas kok ngomyang2x mboten jelas malah marai bingung
mas
Balas
asmorojati
Desember 11th, 2010 pukul 00:26
salam kenal ki………… saya dari wonosobo, sayasangat awam di perihal diatas ,namun
saya sangat pingin di bantu dibukakan hijab yang menghalangi untuk bisa lebih
NGAPEREK marang gusti
salam sejati
Balas
teratai
Desember 11th, 2010 pukul 15:32
Yth. Ki Sabda,
Punten Ki Sabda, saya mohon ijn nyimak, untuk memperkaya pengetahuan dan batin
saya.
Tulisan bagus, menarik, saya menikmatinya,apalagi komentar-komentarnya cukup bagus
dan santun, saya suka sekali.
Andaikata saya memiliki kemampuan dan pengetahuan tentu saya juga ingin berbagi, tapi
karena saya sangat awam, saya hanya terbengong-bengong, melongo, membaca tulisan
dan menyimak tolisan tersebut.. Duh ya… kemana saja, apa saja yang saya kerjakan
selama ini, hingga tidak mngenal sama sekali tentang olah rasa.
Sekali lagi terima kasih Ki Sabda lan poro dulur kabeh.
Salam
Balas
panjioc
Maret 13th, 2011 pukul 21:45
Balas
agus haryanto
April 14th, 2011 pukul 08:14
Balas
djuwarto
April 26th, 2011 pukul 19:51
nyuwun sewu……
nderek nimbrung
Balas
hi hi hi
April 27th, 2011 pukul 08:08
……………………………….!
ttd…………………………………………..mengetahui,
………………………………..menyetujui,
Jayabaya……………………………….sabda alam…………………………………
(…………………)