Anda di halaman 1dari 12

HATI NURANI

I. PENDAHULUAN
Sedikit mengulang tentang ilmu Filsafat dan Bioetika yang sangat erat kaitannya.
Filsafat sistematik memiliki tiga cabang utama: ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Aksiologi memiliki cabang-cabang, diantaranya adalah: etika. Etika sebagai filsafat
mempertanyakan: tentang yang harus atau tidak boleh dilakukan, tentang yang baik dan yang
buruk untuk dilakukan. Ada perbedaan antara etika dengan moralitas. Etika adalah sebuah
refleksi kritis dan rasional tentang nilai, ajaran dan pandangan-pandangan moral. Moralitas
adalah ajaran yang berlaku di masyarakat, yang menjadi obyek kajian etika. Sumber
moralitas macam-macam, ada yang berasal dari akal, dari agama, dari hukum, dan dari
kebiasaan yang dikembangkan. Dan tak lepas pula peran hati nurani; hati nurani ikut serta
menentukan wujud dan arah moralitas. Sebab itu hati nurani merupakan salah satu obyek
kajian filsafat Etika.
Sebagai suatu pengantar, perilaku adalah sebuah aspek yang akan dinilai oleh orang
lain terhadap kita. Oleh karena itu hati nurani sebagai instansi dalam hati kita, perlu diberi
pupuk agar menumbuhkan sifat, sikap dan perilaku yang baik juga bagi manusianya. Seperti
yang disabdakan Nabi SAW. Dalam sabdanya : Hamba Allah yang paling dicintai oleh
Allah adalah yang paling baik budi pekertinya. Maka kita harus menjadi manusia yang
mempunyai akhlak yang baik agar dicintai Allah dan mahluknya.
Untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa karena perbuatan buruk maka kita
harus mendengarkan hati nurani. Saat terjadi perseteruan isi hati antara hati nurani kita
dengan bisikan hati yang mengajak keburukan, maka segera kuatkanlah kesadaran utama kita
untuk mengikuti bisikan hati nurani yang jelas-jelas akan membawa kita melakukan hal-hal
yang benar. Sebagai contoh, saat kita berpikir untuk berbohong demi menutupi perbuatan
buruk kita, maka hati nurani akan membisikkan larangan untuk tidak berbohong.
Saat manusia sudah tidak mau mendengarkan hati nuraninya, niscaya akan selalu
melakukan hal yang tidak benar, hanya saja kita tetap bersyukur karena hati nurani kita tidak
bosan-bosannya menyertai dan membimbing kita sepanjang hidup kita. Tuntutan nilai-nilai
dari hati nurani semakin bergema saat hukum jauh dari nilai-nilai keadilan karena hanya
sekedar berperan sebagai teknologi undang-undang yang tidak mampu membawa bangsa dan
negara ini kearah kehidupan yang lebih tertur, tertib, aman dan tenteram. Saat kemaksiatan
semakin merajalela, saat ekonomi belum juga mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat,
Karena ia hanya menjadi eksploitasi bisnis demi keuntungan pribadi dan kelompok. Ketika
kemiskinan dan kesejahteraan hanya menjadi bahan seminar dan diskusi karena belum
mampu melahirkan sikap keberpihakan pada rakyat yang menderita, maka dapat dikatakan
kita belum mampu benar-benar menggunakan dan mengaplikasikan hati nurani untuk hal-hal
yang buruk.
Kenyataannya, walaupun sudah banyak yang menghimbau dan mengajak untuk
menghidupkan hati nurani, mulai dari rakyat kecil menghimbau dengan berbagi deritanya,
para aktivis dakwah dengan aneka taujih dan tausyiahnya, mahasiswa dengan gerakan
moralnya sampai dengan politisi dan presiden, gubernur, ataupun bupati yang menghimbau
dengan bahasa pidato yang mugkin sangat indah didengar namun jauh dari kesungguhannya.
Realitanya, belum ada perubahan yang segnifikan dalam kehidupan kita. Mungkin
masalahnya, ketidaktauan kita tentang apa hati nurani itu sebenarnya?
Karena pada dasarnya hidup ini adalah perbuatan, dan segala perbuatan baik lahir
maupun batin adalah kontrol dari hati nurani kita. Makalah ini berjudul Hati Nurani ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ETIKA, lebih jauh lagi agar mahasiswa dapat
memahami dan mempelajari isi makalah ini sehingga dalam pengamalannya kita dapat
memiliki hati nurani yang baik agar dalam kehidupan sehari-hari kita dapat berperilaku yang
baik juga, kerena hubungan hati nurani dengan masing-masing sub sangat erat, dimana hati
nurani ini adalah sebagai kontrol bagi perilaku kita.
II. ISI

A. PENGERTIAN HATI NURANI


Hukum memberi prinsip umumjangan berdusta, jangan mencuri jangan
membunuh,dan lain-lain.tetapi hukum tidak mengatakan apakah perbuatan tertentu yang
dikerjakan oleh pribadi tertentu ini di waktu sekarang dan disini ini adalah suatu perbuatan
berdusta,mencuri membunuh. Hukum tidak akan ada gunanya jika semua orang tidak
mempunyai kemampuan cukup untuk menerapkan hukum pada situasikongkret ditempat
orang tadi berada. Kemampuan ini, yakni menghubungkan antara hubungan hukum dan
perbuatan individual, adalah apa yang disebut hati nurani (conscience,geweten).
Apakah suatu perbuatan tertentu itu merupakan perbuatan yang menurut hakikatnya
baik,buruk, ataukah indiferen. Atau apakah perbuatan tersebut menjadi baik atau buruk oleh
keadaan luar. Hati nurani merupakan basis moralitas subjektif. Dengan hati nurani ini, si
pribadi menentukan, apakah perbuatan pribadinya ini (yang dikerjakan sekarang dalam
keadaan-keadaan ini dan dengan maksud ini dalam pikiran, dengan memperhatikan semua
factor yang mungkin memodifikasi pengetahuan atau persetujuan) baik atau buruk baginya.
Hal-hal yag berturut-turut dibawah ini akan kita bicarakan.
Dalam istilah sehari-hari, kita mengenal apa yang disebut dengan bahasa inggris
conscience atau dalam bahasa belanda geweten. Istilah inggris seperti tri tuntutan rakyat itu
sesuai dengan conscience of man sering kita pakai. Kata conscience berasal dari kata
conscientia (bahasa latin) yang artinyamengerti dengan. Dalam bahasa inggri, kata
conscientia bisa berarti consciousness dan conscientia. Maka hendaknya diperhatikan kalau
dipakai istilah-istilah tersebut. Dalam istilah latin dipakai istilah conscientia psychological
dan conscientia moralis.
Hati nurani kadang-kadang disebut suara tuhan. Tetapi istilah tersebut harus diterima
secara metaforis, bukankah secara harfiah. Hal tersebut tidak berarti bahwa kita mendapat
revelasi/wahyu khusus dari tuhan tentang setiap perbuatan yang akan kita perbuat. Tuhan
berbicara kepada kita mulai kodrat kita sebagai manusia yang bisa dan melalui kemampuan-
kemampuan biasa dari kodrat tersebut. Manifestasi adikodrati adalah diluar lingkungan
filsafat normal. Hati nurani bukanlah suatu kemampuan khusus dan berbeda dari intelek. Bila
tidak demikian, berarti keputusan jita atas kebenaran dan kesalahan perbuatan-perbuatan
individual kita akan nonrasional, nonintelektual sifatnya, dan merupakan produk sesuatu
naluri yang buta. Jelas perbuatan semacam itu idak dipunyai oleh makhluk yang cirikhasnya
rasionalitas. Karena itu, omoral sense theorytidak dapat diterima. Hati nurani adalah intelek
sendiri dalam suatu fungsi istimewa, yakni fungsi memutuskan kebenaran dan kesalahan
perbuatan-perbuatan individual kita sendiri. Hati nurani adalah suatu fungsi intelek praktis.

Hati nuarani dapat kita beri batasan sebagai keputusan praktis akal budi yang
mengatakan bahwa suatu perbuatan individual adalah baik dan harus dikerjakan atau suatu
perbuatan buruk maka harus dihindari. Tiga hal yang tercakup dalam hati nurani :
Intelek sebagai kemampuan yang membentuk keputusan-keputusan tentang perbuatan-
perbuatan individual Proses pemikiran untuk mencapai suatu keputusan hati nurani adalah
sama seperti yang tirade dalam setiap pemikiran logis deduktif. Kesimpulan secara logis
muncul daripadanya adalah hati nurani sendiri.
Contoh :
Semua perbuatan dusta tidak diperolehkan. Hakikat perbuatan saya ini adalah berdusta. Maka
hakikat perbuatan saya ini tidak diperbolehkan. Kesalahan yang bisa menyakiti orang lain
harus dikoreksi.
Kesalahan yang bisa menyakiti orang lain harus dikoreksi.kesalahan yang baru saja kuperbuat
adalah kesalahan yang bisa menyakiti orang. Maka kesalahan yang baru saja kuperbuat
haruslah dikoreksi.
a. Sesuatu yang tidak yang besar dan salah.
b. Proses pemikiran yang ditempuh intelek guna mencapai keputusan semacam itu.
c. Keputusan nya sendiri yang merupakan kesimpulan proses pemikiran ini.

dimiliki orang boleh dimiliki. Barang yang baru saja kuambil ini tidak ada yang memiliki.
Maka barang yang baru saja kuambil ini boleh kumiliki.

B. BENTUK HATI NURANI


Hati nurani retrospektif
Apabila seseorang membuat keputusan-keputusan dan melaksanakan putusan tersebut
atau bertindak, biasanya orang berpikir ulang atau membuat semacam penilaian terhadap apa
yang telah dilakukan tersebut. Apabila seseorang bertindak yang tidak etis dan bertentangan
dengan hati nuraninya, sudah tentu setelah bertindak orang tersebut akan menyadari bahwa
tindakannya tersebut tidak benar, dan menyesalinya. Jadi dapat dikatakan atau disimpulkan
bahwa hati nurani seseorang atau batin seseorang memberikan penilaian-penilaian terhadap
perbuatannya sendiri yang telah lamapu. Setelah seseorang bertindak, untuk menilai tindakan
tersebut orang menggunakan hati nuraninya, inilah yang disebut hati nurani retrospektif.
Hati nurani prospektif
Sebelum orang membuat keputusan dan bertindak, biasanya ia juga menilai dan
mempertimbangkan terhadap apa yang akan diputuskan dan dilakukan dengan menggunakan
hati nurani atau suara batinnya. Dengan kata lain, batin akan menilai perbuatan-perbuatan
seseorang mendatang. Sebelum orang bertindak, batin memberikan pertimbangan-
pertimbangan. Inilah yang dimaksud dengan hati nurani prospektif. Pertimbangan itu
terwujud dalam bentuk larangan untuk berbuat jelek, dan anjuran untuk berbuat baik. Oleh
sebab itu, hati nurani prospektif adalah tuntunan seseorang untuk berperilaku sesuai dengan
kondisi-kondisi psikologis dan sesuai kondisi rill di sekitarnya.

C. FUNGSI HATI NURANI


Sebagai pegangan, pedoman atau norma untuk menilai suatu tindakan, apakah
tindakan itu baik atau buruk.
Sebagai pegangan atau peraturan-peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-
hariMenyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya.
D. SIFAT HATI NURANI
A. Bersifat personal
Bersifat personal Artinya, selalu berkaitan erat dengan pribadi bersangkutan. Norma-
norma dan cita yangsaya terima dalam hidup sahari-hari dan seolah-olah melekat pada
pribadi saya, akan tampak juga dalam ucapan-ucapan hati nurani saya. Seperti kita katakan
bahwa tidak ada dua manusiayang sama, begitu pula tidak ada hati nurani yang bersifat
sama.Ada alasan lain lagi untuk mengatakan bahwa hati nurani bersifat personal yaitu hati
nuranihanya memberi penilaianya tentang perbuatan saya sendiri, maksudnya hati nurani
tidak memberikan penilaianya tentang perbuatan orang lain.

B. Bersifat Adi Personal


Bersifat Adi personal Selain bersifat pribadi hati nurani juga seolah-olah melebihi
pribadi kita, seolah-olahmerupakan instansi di atas kita. Aspek hati nuraniberarti hati yang
diterangi (nur cahaya) .hatinurani seolah-olah ada cahaya dari sinar yang menerangi budi dan
hati kita.aspek yang samatampak juga dalam nama-nama lain untuk menunjukan hati nurani
suara hati,kata hati,suara batin.
E. FILSAFAT HATI NURANI
Tujuan pokok pembinaan hati nurani adalah hati nurani yang secara subyektif baik
dan secara obyektif benar. Dengan hati nurani yang baik dan benar, seseorang akan selalu
terdorong untuk bertindak melakukan kehendak Tuhan dan menuruti norma-norma moral
obyektif. Pembinaan hati nurani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
seseorang tentang kebenaran dan nilai-nilai, ataupun kemampuan untuk memecahkan dilema
moral, tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya pembinaan karakter moral seseorang
secara lebih penuh. Pembinaan hati nurani merupakan upaya yang hakiki agar manusia lebih
mampu hidup dan bertindak sesuai dengan bisikan hati nurani yang bisa
dipertanggungjawabkan secara moral. Melalui pembinaan hati nurani, manusia
diharapkan bisa terhindar dari kesesatan dalam pengambilan keputusan dan tindakan
manusiawi.
Arti Virtualisasi
a. Virtualisasi artinya mengupayakan agar sesuatu benar-benar dekat dengan apa yang
seharusnya, seideal-idealnya sebagaimana yang telah dirumuskan melalui berbagai
pendekatan falsafati, keilmuan dan kebudayaan.
Alasan-alasan perlunya virtualisasi Hati Nurani.
a. Fakta-fakta menunjukkan bahwa masyarakat dunia sudah jenuh dengan konsep dan
praktek matrealisme dan sekulerisme yang membuat mereka asing dengan kedalaman diri
mereka sendiri.
b. Sejak masa reformasi bergulir, kita sering melihat berbagai kerusuhan yang
melibatkan warga masyarakat umum lebih banyak berbau anarkis atau tindak kekerasan serta
pengrusakan.
F.SEGI-SEGI HATI NURANI
a) Segi Waktu
Hati nurani dapat berperan SEBELUM suatu tindakan dibuat. Hati nurani akan
menyuruh kalau perbuatan itu baik dan melarang kalau perbuatan itu buruk
Hati nurani dapat berperan PADA SAAT suatu tindakan. Ia akan terus menyuruh jika
perbuatan itu baik dan melarang jika perbuatan itu buruk.
Hati nurani dapat berperan SESUDAH suatu tindakan dibuat. Hati nurani akan
memuji jika perbuatan itu baik dan menyesal jika perbuatan itu buruk.
b) Segi Benar-Tidaknya
Hati nurani benar jika kata hati kita cocok dengan norma objektif
Hati nurani keliru jika kata hati kita tidak cocok dengan norma objektif
c) Segi Pasti-Tidaknya
Hati nurani yang pasti artinya secara moral dapat dipastikan bahwa hati nurani tidak
keliru
Hati nurani yang bimbang artinya masih ada keraguan
G. SIKAP KITA TERHADAP HATI NURANI
Menghormati setiap suara hati yang keluar dari hati nurani kita
Mendengarkan dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani
Mempertimbangkan secara masak dan dengan pikiran sehat apa yang dikatakan oleh
hati nurani
Melaksanakan apa yang disuruh oleh hati nurani
H. CARA MEMBINA HATI NURANI
Ada beberapa cara membina suara hati / hati nurani yaitu:
1. Mengikuti suara hati dalam segala hal
Seseorang yang selalu berbuat sesuai dengan hati nuraninya, hati nuraninya akan semakin
terang dan berwibawa
Seseorang yang selalu mengikuti dorongan suara hati, keyakinan akan menjadi sehat dan
kuat.
2. Mencari keterangan pada sumber yang baik
Membaca bacaan rohani: Kitab Suci, dokumen gereja dan buku-buku rohani lainnya
Bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan atau pengalaman yang dapat dipercaya
Mengikuti kegiatan rohani: rekoleksi, retret, perayaan ekaristi, dll.
3. Koreksi diri atau introspeksi diri
Secara rutin mengevaluasi diri dan pengalaman setiap hari, entah itu pengalaman positif
maupun sebaliknya.

Beberapa Masalah Tentang Hati Nurani

1. Hati Nurani Termasuk Perasaan, Kehendak atau Rasio?


Dalam sejarah filsafat sering dipersoalkan apakah hati nurani termasuk perasaan,
kehendak atau rasio. Sekarang kita sudah mnenyadari bahwa persoalannya sebetulnya tidak
boleh dirumuskan dengan cara begitu. Dalam filsafat dewasa ini sudah terbentuk keyakinan
bahwa manusia tidak bisa dipisahkan ke dalam pelbagai fungsi atau daya. Kita harus bertolak
dari kesatuan manusia, di mana pelbagai fungsi dapat dibedakan tapi tidak boleh dipisahkan.
Dalam hati nurani pula memainkan peranan baik perasaan mau pun kehendak maupun juga
rasio. Tapi terdapat suatu tendensi kuat dalam filsafat untuk mengakui bahwa hati nurani
secara khusus harus dikaitkan dengan rasio. . Kami juga berpendapat demikian. Alasannya,
karena hati nurani memberi suatu penilaian, artinya, suatu putusan (judgement). Ia
menegaskan : ini baik dan harus dilakukan atau itu buruk dan tidak boleh dilakukan.
Mengemukakan putusan jelas merupakan suatu fungsi dari rasio. Tapi dalam hal ini perlu
dibedakan antara dua macam rasio : rasio teoretis dan rasio praktis. Rasio teoretis memberi
jawaban atas pertanyaan : apa yang dapat saya ketahui? Atau juga : bagaimana pengetahuan
saya dapat diperluas? Dengan demikian rasio dalam arti ini merupakan sumber pengetahuan,
termasuk juga ilmu pengetahuan. Sedangkan rasio praktis terarah pada tingkah laku manusia.
Rasio praktis memberi jawaban atas pertanyaan : apa yang harus saya lakukan? Dengan itu
rasio praktis memberi penyuluhan bagi perbuatan-perbuatan kita. Kalau rasio teoretis bersifat
abstrak, maka rasio praktis justru bersifat konkret. Jati nurani juga sangat konkret sifatnya
dan mengatakan kepada kita apa yang harus dilakukan kini dan di sini. Putusan hati nurani
mengkonkretkan pengetahuan etis kita yang umum. Pengetahuan etis kita (prinsip-prinsip
moral yang kita pegang dan nilai-nilai yang kita akui) hampir tidak pernah siap pakai dalam
keadaan konkret. Hati nurani seolah-olah merupakan jembatan yang menghubungkan
pengetahuan etis kita yang umum dengan perilaku konkret.

2. Hati Nurani sebagai Hak

Mengikuti hati nurani merupakan suatu hak dasar bagi setiap manusia. Tidak ada
orang lain yang berwenang untuk campur tangan dalam putusan hati nurani seseorang. Tidak
boleh terjadi, seorang dipaksa untuk bertindak bertentangan dengan hati nuraninya. Maka
tidak mengherankan, bila dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia (1948)
disebut juga hak atas kebebasan hati nurani (Pasal 18). Konsekuensinya bahwa negara
harus menghormati putusan hati nurani para warganya, bahkan kalau kewajiban itu
menimbulkan konflik dengan kepentingan lain. Dengan kata lain, negara harus menghormati
hak dari conscientious objector : orang yang berkeberatan memenuhi suatu kewajiban sebagai
warga negara karena alasan hati nurani. Contoh terkenal adalah konflik yang sering dialami
di negara-negara yang mempraktikkan wajib militer. Di sana tidak jarang ada orang muda
yang menolak untuk memenuhi wajib militer dengan alasan hati nurani. Misalnya, mereka
menandaskan bahwa suara hati nurani melarang mereka ikut serta dalam latihan-latihan
militer yang bertujuan membunuh sesama manusia.
3. Hati Nurani adalah Norma Moral Terakhir

Dari semuanya ini dapat disimpulkan bahwa hati nurani mempunyai kedudukan kuat
dalam hidup moral kita. Malah bisa dikatakan : dipandang dari sudut subjek, hati nurani
adalah norma terakhir untuk perbuatan kita. Kita selalu wajib mengikuti hati nurani dan tidak
pernah boleh kita lakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani. Dalam kehidupan
moral pribadi peranan hati nurani sangat penting. Manusia adalah orang yang hidup baik
(secara moral) bila ia selalu hidup menurut hati nuraninya. Namun, bukan sembarang hati
nurani patut membimbing hidup moral kita, tapi hanya hati nurani yang dididik dengan baik.
Manusia bukan saja wajib untuk selalu mengikuti hati nuraninya, ia wajib juga
mengembangkan hati nurani dan seluruh kepribadian etisnya sampai menjadi matang dan
seimbang. Pada orang yang sungguh-sungguh dewasa dalam bidang etis, putusan subjektif
dari hati nurani akan sesuai dengan kualitas moral objektif dari perbuatannya. Pada orang
serupa itu, yang baik secara subjektif akan sama dengan yang baik secara objektif. Karena itu
perlu kita pelajari lagi cara bagaimana keadaan ideal itu bisa dicapai.

4. Hati Nurani dan Superego

Sering kali hati nurani dikaitkan dengan Superego, bahkan tidak jarang kedua hal
itu disamakan begitu saja. Karena itu tidak ada salahnya, jika disini kita mempelajari juga
Superego, walaupun dengan demikian kita sebenarnya meninggalkan pokok pembicaraan
etika dan memasuki wilayah psikologi. Pada dasarnya pasal ini (dan dua pasal berikutnya)
termasuk apa yang sebelumnya disebut etika deskriptif dan bukan etika normatif dalam arti
sesungguhnya. Istilah superego berasal dari Sigmund Freud (1856 1939), dokter ahli
saraf Austria yang meletakkan dasar untuk psikoanalisis. Ia mengemukakan istilah itu dalam
rangka teorinya tentang struktur kepribadian manusia. Atau lebih tepat lagi, bila dikatakan
bahwa ini teorinya yang kedua tentang struktur kepribadian, yang sejak tahun 1923 (artinya,
sejak bukunya The Ego and The Id) menggantikan padangannya yang terdahulu. Kendati
bertubi-tubi terkena kritikan, serangan dan penolakan, namun minat untuk psikoanalisis
Freud bertahan terus dan rasanya untuk seterusnya pun tidak akan hilang. Pada tahun 2000,
pada kesempatan pergantian abad, majalah Amerika Times mengeluarkan sebuah nomor
khusus tentang 100 tokoh paling penting dalam abad ke 20 dan Freud dimasukkan
didalamnya, meskipun diakui juga bahwa ia masih tetap figur yang kontroversial dan untuk
masa depan tidak bias diharapkan hal itu akan berubah.
5 . Hati Nurani Tapi Keliru.

Apa yang akan terjadi bila seseorang berhati keliru ? kekeliruanya dapat diatasi
dengan cara mengoreksi diri. Semua orang tahu bahwa ia melekukan kekeliruan dalam
perbuatannya,yaitu dengan cara mengoreksi diri bahwa sadar denganapa yang dilakukannya
itu benar atau salah. Tapi hati nurani yang keliru dapat diatasi tidak dapat menjadi hati nurani
yang pasti. Hal tersebut dapat dilihat dengan bertanya bagaimana suatu hati nurani dapat
menjadi keliru dan dapat diatasi? seorang dapat mempunyai opini yang perobabel, yakni
pendapat yang sekedar bermutu barangkali yang ia lalui membuktikan meskipun meskipun
ia dapat berbuat demikian. Atau juga ia pernah berbuat keputusan dengan pasti tetapi keliru,
dan kini ia mulai meragukan apakah perbuatannya itu korek atau tidak. Selama ia tidak
menyadari kekeliruanya, hati nurabninya keliru secara tidak bisa diatasi. Kekeliruannya
menjadi dapat diatasi hanya ia subjektif, tidak lagi pasti dan mulai meragukan.jadi suatu hati
nurani yang keliru dapat diatasi adalah nama bagi hati nurani yang penuh keraguan sejak
permulaan, atau, jika tidak, hati nurani yang sekali waktu secara subjektif pasti tetap keliru,
dan kini hanya menjadi hati nurani yang hany penuh dengan keraguan. Hal tersebut akan kita
selesaikan dalm saat kita membicarakan hati nurani yang penuh keraguan.
Alasan pokok kesimpulan diatas adalah bahwa kehendak terganting dengan intelek
yang menyodorkan sesuatu yang tidak baik dari kehendak. Perbutan menghendaki baik
sejauh mengarah kepada kebaikan yang disodorkan oleh intelek, buruk bila mengarah kepada
hal yang menurut intelek adalah buruk. Kekelliruan yang tidak dapat diatasi dalm intelek
tidaklah mengubah kebaikan atau keburukan perbuatan yang menghendaki , yang pada
pokoknya merupakan intelek moralitas. Apabila seseorang dengan kuat yakin bahwa
perbuatannya adalah benar, ia menaati hukum moral sejauh ia dapat menaatinya. Manakala ia
yakin dengan tangguh bahwa pwrbuatannya salah, maka ia tidak mematuhi hukum moral
dalam maksud, meskipun bisa jadi perbuatan secara obyektif tidak salah.
III. KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan terakhir dapat dikemukakan hati maanusia dalam hubungan


susila budi manusia sepanjang memberikan pengertian dengan baik dan jeleknya perbuatan
yang akan dan sudah dilaksanakan, pengertian memberikan kelimpahan rasa perasaan kepada
manusia setelah perbuatan terjadi.
Kita bergeser dari moralitas obyektif kea rah subjektif. Manusia individu menetapkan
norma moralitas dan hokum kodrad pada perbuatannya sendiri dengan menggunakan hati
nurani (geweten, concience)
Hati nurani bukanlah kemampuan yang husus, melainkan suatu fungsi dari akal budi
peraktis memutuskan perbuatan konkrit dari seseorang sebagai mempunyai artimoral baik atu
buruk. Penyimpulan yang digunakan oleh akal budi adalah suatu silogisme deduktif, peremis
perinsip mayor adalh suatu perinsip moral yang diterima, perinsip minor adalah penerapan
perinsip pada kejadian yang sekarang yang sedang dihadapi, kesimpulan adalh hati nurani.
Hati nurani yang mendahului adalah suatu bimbingan ke perbuatan-perbuatan yang akan
dastang , hati nurani yang mengikuti adalah yang memutuskan mengenai perbuatan yang
sudah terjadi. Hari nurani ang korek -seksama menentukan yang baik sebagi baik, yang buruk
sebagi yang buruk, hati nurani yang sesat memutuskan yang baik sebagi yang salah dan yang
buruk sebagi yang baik. Hati nurani pasti memutuskan dan mementukan tanpa ada ras takut
akan terjadinya hal sebaliknya, hati nurani yang ragu-ragu tidak membuat keputusan dengan
rasa takut akan terjadi hal sebaliknya.
Hati nurani keras atu kendor sejauh cenderung melebih-lebihkan atau mangurangi
kewajiban. Selalu taatilah hati nurani yan pasti. Hati nurani yang pasti dan koreksi adalah
penerapan yang jelas dan semestinya dari hokum moral. Kepastian yang bijaksana,
penyisuiihan tentang bentuk ketakutan yang bijaksana tantang hal yang sebaliknya, adalah hal
yang dapat diharapkandalam soal-soal moral.
Seseorang yang dalam keraguan atau kebingungan dengan apa yang dia perbuat haruslah
menggunakan penyelidikan terlebih dahulu sebelum berbuat seuatu ahl yang berat untu
dipu8tiskan sendiri. Apabila cara ini tidak membawa hasil, metode tidak langsung dalam hal
ini bisa menjadi pilihan untuk membentuk hati nurani seseorang.
Keraguan-raguan dapat dikupas dengan salah satu dari perinsip repleks:
Jalan yang lebih aman yang harus dipilih.
Suatu hukum yang meragukan tidak mengikat.
IV.DAFTAR PUSTAKA

K. bertens, Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992


Poespoprodjo W, Filsafat Moral, Bandung, 1999
C.Z. ahmad, Kuliah Etika, CV Rajawali Pers, Jakarta, 1987
Admin, 2010. Hati Nurani dan Profesionalisme.
http://serbaunik.info/hati-nurani-dan profesional.cmd
Bertens. K. 2011. ETIKA. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Editor, 2010. Hati Nurani. http://allamandasyifa.wordpress.com/hati-nurani/
Minglie, K. 2010. Hati Nurani itu, Apa ya (2)
http://filsafat.kompasiana.com/2012/10/04/hati-nurani-itu-apa-ya-2/
Nashrulloh, A. 2009. Filsafat Hati Nurani (Bag. 1).
http://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2012/10/04/filsafat-hati-nurani-bag-1/

Anda mungkin juga menyukai