Anda di halaman 1dari 6

ETIKA PROFESI

HATI NURANI

DISUSUN OLEH:

NAMA : ALIFIA SANDRA AUDRIA

NIM : P07131217 041

KELAS : REG B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES ACEH

PRODI D-IV JURUSAN GIZI

2019/2020
1. Pengertian Hati Nurani

Hati nurani adalah suatu proses kognitif yang menghasilkan perasaan dan pengaitan
secara rasional berdasarkan pandangan moral atau sistem nilai seseorang. Hati nurani berbeda
dengan emosi atau pikiran yang muncul akibat persepsi indrawi atau refleks secara langsung,
seperti misalnya tanggapan sistem saraf simpatis.

Dalam bahasa awam, hati nurani sering digambarkan sebagai sesuatu yang berujung
pada perasaan menyesal ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang bertentangan
dengan nilai moral mereka. Nilai moral seorang individu serta ketidaksesuaiannya dengan
penafsiran pemikiran moral keluarga, sosial, budaya, maupun sejarah, dipelajari dalam studi
relativisme budaya dalam bidang dan praktik psikologi. Sejauh mana peran hati nurani dalam
menggerakkan penilaian moral seseorang sebelum bertindak dan apakah penilaian moral
tersebut memang atau sebaiknya didasarkan pada akal budi, telah memercik perdebatan yang
sengit antara filsafat Barat melawan teori-teori romantisme dan gerakan reaksioner lainnya.

Pandangan keagamaan tentang hati nurani umumnya mengatakan bahwa hati nurani
terkait dengan suatu moralitas yang melekat dalam diri semua manusia, melekat dengan
sebuah alam semesta yang baik, atau melekat kepada pengada yang bersifat ketuhanan.
Berbagai sifat agama, yaitu sifat ritualistis, mitis, doktrinal, institusional, dan material,
mungkin tidak selalu sejalan dengan pertimbangan pengalaman, emosional, spiritual, atau
kontemplatif mengenai asal mula dan cara kerja hati nurani. Pandangan sekuler atau ilmiah
umumnya menyatakan bahwa hati nurani mungkin ditentukan secara genetis, sementara
subjek-subjek hati nurani kemungkinan dipelajari atau merupakan hasil imprinting sebagai
bagian dari budaya. Metafora yang biasanya digunakan untuk hati nurani adalah "suara hati".

2. Keberadaan Hati Nurani

Hati nurani atau suara hati lebih bersifat subyektif, maksudnya bahwa hati nurani kita
sangat dipengaruhi oleh “diri sendiri” (yaitu yang menurut “aku” baik atau buruk). Suara hati
mencerminkan segala pengertian dan prasangka masing-masing individu, sehingga jelas
merupakan “sesuatu yang bersumber pada diri sendiri”. Dalam hal ini kita tidak boleh
mengidentifikasikan dan mengidentikkan hati nurani dengan suara Allah. Walaupun hati
nurani tidak dapat diidentikkan dan tidak boleh diidentifikasikan sebagai suara Allah, tetapi
hati nurani berhubungan dengan “yang Ilahi”, sebab komponen itu memang dari Allah dan
diharapkan dapat se-chemistry atau sewarna dengan Allah, sehingga subyektivitasnya dapat
dipercaya.

Dalam proses pembentukan hati nurani, yang memegang peranan adalah jiwa. Unsur
yang masuk dalam jiwa menentukan kualitas jiwanya; dan kualitas jiwa menentukan kualitas
hati nuraninya. Kalau unsur-unsur dunia atau dari kuasa jahat yang masuk ke dalam jiwa,
maka hati nuraninya rusak. Keberadaan hati nurani yang murni ini membuat seseorang
memiliki beban yang tulus terhadap keselamatan jiwa orang lain.

Oleh karena hati nurani belum tentu bisa mewakili suara Allah, maka hati nurani
belum tentu dapat selalu dipercaya. Belum tentu suara hati nurani sesuai dengan
pertimbangan dan keputusan Allah, oleh sebab itu hati nurani harus tunduk pada otoritas
Firman Allah dan pengadilan Allah.

3. Bentuk Suara Hati

Ada tiga bentuk umum dari suara hati yang sering dialami manusia, yakni melalui
rasa, visual, dan fisik. Bentuk suara hati melalui rasa biasanya diketahui ketika kita melalui
ketajaman rasa, ketika ia berpikir atau tiba-tiba terlintas didalam benak tentang sesuatu yang
harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Para inspirator banyak yang menemukan ketika
ia duduk di closed atau melamun.

Suara Hati tipe kedua datang dengan cara memberikan petunjuk dalam bentuk
visualisasi, baik dalam bentuk bayangan atau hadir melalui mimpi. Visualisasi yang nyata
dapat diterima siapa saja, baik yang berintuisi kuat maupun orang biasa. Bagi yang berintuisi
kuat bayangan-bayangan tersebut dapat dihadirkan setiap saat, bahkan digunakan untuk
menolong orang lain. Sedangkan bagi orang biasa, kehadirannya melewati mimpi yang
seolah-olah menggambarkan atau menceritakan kisah yang sebenarnya. Bagi orang-orang
yang beragama islam, kehhadiran intuisi ini sering terlebih dahulu dilakukan melalui ritual
shalat Istikharah. Dari keinginan untuk mendapatkan solusi, para pelaku istikharah
mendapatkan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan.

Suara hati tipe ketiga datang dalam bentu fisik, misalnya badan terasa tidak enak
untuk melakukan sesuatu atau malas, Selang beberapa saat diketahui, jika tadi ia lalukan
niscaya menemui kecelakaan. Suara hati tipe ini sering dianggap mistis, sesuatu yang tidak
terjawabkan dan hanya diperbincangkan, namun jarang disadari bahwa itu adalah suara hati.
Suara hati tidak menafikan eksistensi akal, kadang suara hati menuntut akal manusia
dalam mengambil keputusan-keputusan yang tepat.

4. Bentuk Komunikasi Hati Nurani

Ada beberapa bentuk komunikasi yang digunakan oleh hati nurani kita untuk
'berbicara' dengan diri kita dan mengevaluasi perilaku yang sudah maupun yang belum kita
lakukan.

Pertama: berbicara dengan diri sendiri atau dialog batin. Hal ini disebut juga 'self talk'
atau 'inner dialogue' berbicara dengan diri sendiri ini merupakan salah satu bentuk
komunikasi hati nurani. Saat pikiran kita hening, kita bisa mendengar suara hati kita dengan
jelas.

Kedua: melalui perasaan atau biasanya juga bisa disebut dengan 'gut feeling'. Saat kita
melakukan seusatu, kita pernah merasakan hal tertentu yang memberikan kita sinyal harus
lanjut atau berhenti. Itu adalah sinyal dari hati nurani kita. Jika kalian tanggap sinyal yang
dirasakan ini cukup jelas, mengabaikan perasaan ini bisa jadi merugikan kita, biasanya dalam
rupa penyesalan.

Ketiga: melalu ide yg mengisnpirasi. Ini juga merupakan bentuk komunikasi. Ide ini
bisa muncul tiba-tiba dan juga bisa dipicu oleh faktor lain, seperti informasi dari buku, TV,
dan sebagainya. Setelah melakukan itu masalah kalian akan selesai.

Keempat: melalui pergeseran persepsi. Kita pasti pernah merasa benci dn kesal pada
seseorang tapi seiring berjalannya waktu perasaan itu berubah mnjadi rasa kasihan atau
perhatian. Ini terjadi karena tanpa kita sadari pemahaman kita semakin berkembang, semakin
bijaksana, dan level kesadaran kita semakin meningkat. Seperti menjadi lebih dewasa. Hal ini
merupakan perkembangan diri yang juga disebabkan oleh hati nurani.

Kelima: secara kebetulan. Seringkali kita menemukan sebuah kejadian yang kita
anggap kebetulan tetapi sebenarnya bukan kebetulan. Kebetulan seperti ini adalah bentuk
komunikasi hati nurani kita.

5. Menghadirkan Suara Hati

Upaya menghadirkan suara hati bukan mutlak harapan para akhli khidmat; kaum sufi;
atau para pecinta keheningan, seperi kaum tantra dan zen, namun dinantikan juga oleh siapa
saja pencari solusi. Hanya bedanya, para pengagung rationalitas tidak faham sumbernya dan
hanya menganggap buah pemikiran, sedangkan para pecinta “alam hening” menganggap
sebagai suara Tuhan.

Ada beberapa cara yang sering dilakukan untuk menghadirkan suara hati. Pertama,
berdiam dalam keheningan; mengarahkan pikiran jauh menembus alam luar rationalitas dan
berfikiran logis; hirup udara segar perlahan-lahan, biarkan udara mengalir melalui aorta
membawa keotak. Dan, temukan pemikiran pemikiran yang belum ada sebelumnya; pilih
mana yang paling dipercayai.

Kedua, lakukan melalui cara mengasah keselarasan mind, body dan soul. Cara ini
tidak dapat dilepaskan dari adanya rasa iklhas dan pasrah untuk menerima dan melakukan
sesuatu. Bagi para pemeluk agama, sering dilakukan melalui ritual-ritual atau meditasi. Atau
bisa juga dilakukan dengan membawa alam sadar ke titik nol pemikiran (Zero Mind).

6. Menjaga Kejernihan Hati Nurani

Untuk menjaga kejernihan suara hati, agar dapat terus menerangi hidup dan
kehidupan - mengalir ibarat mata air yang menyirami hati dan pikiran – meyakini bahwa itu
adalah suara hati, bukan bisikan nafsu keburukan, memerlukan cara-cara sebagai berikut :

Pertama konsentrasi yang lebih fokus, karena dengan cara berkonsentrasi terhadap
penyelesaian suatu masalah maka manusia dapat bersungguh-sungguh memilah masalah dan
mendapatkan skala prioritas.

Kedua disiplin yang sangat menunjang, karena dengan disiplin menimbulkan


keseriusan dan berperilaku konsinten, tidak mudah tergoda dan terombang ambingkan
keadaan dan pemikiran.

Ketiga konsisten terhadap kehidupan yang jujur, karena tanpa memiliki sikap yang
jujur maka kesejatian suara hati tak dapat dirasakan manfaatnya sebagai pembawa berita
kebenaran.

Keempat, melakukan latihan-latihan yang dapat membangkitkan ilham, pikiran yang


mulia, terutama hidup yang selaras dengan suara hati. Dengan latihan dan terus
mengapilkasikannya manusia dapat terbiasa mengetahui kesejatian suara hati. Dengan
kebiasaan-kebiasaan inipula akan terbentuk paradigma tentang kesejatian suara hati.

7. Pentingnya Mendengar Suara Hati


a. Karena hidup kita selalu terkondisikan untuk mengambil sebuah keputusan.

Dalam 1×24 jam saja manusia sudah mengambil ribuan keputusan semenjak dirinya
membuka mata di pagi hari. Oleh karena itu suara hati nurani akan sangat berguna untuk
kehidupan dapat tetap mengambil keputusan yang benar.

Akibatnya :

 Kehidupan sehari – hari kita menjadi efektif dan efisien


 Menjadi lebih produktif
 Mengalami peningkatan dalam berbagai kemampuan

b. Di dunia ini masih ada pencobaan dan godaan yang pasti akan dihadapi.

Godaan dan cobaan seringkali membuat kita dikondisikan untuk memilih. Memilih
untuk menuruti godaan juga pencobaan tersebut atau menolak pencobaan tersebut lalu
memilih jalan hidup yang hidup yang benar. Suara hati nurani akan sangat berperan untuk
kita dapat memilih segala hal yang berakhlak, mulia, adil, suci, benar dan tulus. Tujuan dari
godaan dan cobaan adalah membuat hidup kita lebih hancur. Dengan kita terus
mendengarkan suara hati nurani sehingga tidak tergoda, maka diri kita akan menjadi pribadi
yang semakin kuat dan berkarakter.

Ciri – ciri suara hati nurani :

 Terdengar jelas dalam situasi dan keadaan apapun yang berada disekitar kita.
 Seringkali berupa arahan atau perintah
 Terdengar lebih keras dari pikiran (ada otoritas dan ketegasan) : Biasanya ketika
suara ini muncul untuk menuntun kita hidup sesuai dengan standard nilai – nilai
yang sudah diajarkan, pikiran kita biasanya akan mencoba “melawan”. Jika kita
tidak mendengarkan suara tersebut dan mengikuti pikiran kita yang menentang,
maka akan mengakibatkan berbagai hal.

Anda mungkin juga menyukai