Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ETIKA PROFESI

“Wujud Suara Hati”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi yang dibimbing oleh Bachyar Bakri,
S.KM, M. Kes

Oleh

Kelompok 2

Maulina Nur Fitriyah

Dewi Arianti

Ni Putu Ardhana Reswari S.

Rifka Laily Mafaza

Febi Ike Pramita

Dinar Ulul Azmi

Angsihno Nur Rosyidi

Nisfu Farida

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES KEMENKES MALANG

JURUSAN GIZI

2013
BAB I

PENDAHULUAN

Di dalam jiwa manusia dirasakan ada suatu kekuatan yang berfungsi untuk
memperingatkan, mencegah dari perbuatan yang buruk atau sebaliknya, kekuatan itu
mendorong terhadap perbuatan yang baik. Ada perasaan yang tidak senang apabila sedang
mengerjakan sesuatu karena tidak tunduk pada kekuatan. Apabila telah menyelesaikan
perbuatan tercela, mulailah kekuatan itu memarahinya dan merasa menyesal atas perbuatan
itu.

Kondisi perasaan yang lain bahwa kekuatan tersebut memerintah agar melakukan
kewajiban. Kemudian mendorong untuk melangsungkan perbuatannya. Dan setelah selesai,
dia merasakan lapang dada dan gembira.

Secara harafiah, suara hati adalah suara yang berasal dari kedalaman hati atau pusat
kedirian seseorang dan yang menegaskan benar-salahnya suatu tindakan atau baik-buruknya
suatu kelakuan tertentu berdasarkan suatu prinsip atau norma moral. Suara itu sering
dikaitkan pula dengan suara yang berasal dari luar diri manusia dan sekaligus mengatasi
kewenangan manusia untuk menolak atau mengabaikannya. Dalam kaitan dengan ini, suara
hati seringkali disebut suara Tuhan sendiri. Seperti pernah dinyatakan oleh John Henry
Newman (1801-1890), karena sifat kemutlakan penegasan atau tuntutannya, suara hati
merupakan suatu gejala manusiawi yang mengatasi keterbatasan manusia dan menunjuk pada
realitas yang mengatasi manusia, yakni Allah sendiri sebagai Yang Mutlak. Demikianlah
dalam gejala suara hati sekaligus ditemukan unsur dari dalam diri seseorang yang amat
pribadi dan unsur dari luar yang mengatasi kewenangan manusia untuk menolak atau
mengabaikannya

Suara hati secara ringkas dapat dirumuskan sebagai kesadaran manusia akan
kewajiban moralnya dalam situasi kongkrit atau penegasan tentang benar-salahnya suatu
tindakan manusia dalam situasi tertentu berdasarkan hukum moral. Sebagai suatu kesadaran,
suara hati mengandaikan adanya pertimbangan akalbudi, dan bukan sekedar ungkapan
perasaan spontan belaka. Kesadaran tersebut memang seringkali bersifat spontan, dalam arti
munculnya tidak dapat dikendalikan menurut kemauan seseorang dan merupakan suatu
endapan kesadaran akan nilai yang sudah dibatinkan sejak kecil. Kesadaran tersebut
menegaskan apa yang menjadi kewajiban moral (tindakan mana yang baik yang harus/wajib
dilakukan dan mana yang buruk yang harus/wajib dihindarkan) oleh seseorang dalam situasi
kongkrit. Suara hati menjadi pedoman atau pegangan moral manusia dalam situasi konkret
saat ia harus mengambil keputusan untuk bertindak.

Fakta adanya suara hati menjadi nyata dalam gejala munculnya kesadaran akan
kewajiban moral yang secara mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar dalam diri seseorang
berhadapan dengan situasi kongkrit tertentu yang menuntut pengambilan sikapnya sebagai
manusia. Gambaran keadaan jiwa di atas menunjukkan bahwa manusia di dalamnya ada hati
nurani. Ia merupakan kekuatan yang mendahului, mengiringi, dan menyusul pada kekuatan.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah, agar pembaca, dan penyaji khususnya
dapat memahami berbagai permasalahan yang menyangkut suara hati nurani.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Wujud suara hati sering dirasakan dalam kehidupan sehari-hari


Ada tiga bentuk umum dari suara hati yang sering dialami manusia, yakni melalui rasa ;
visual ; dan fisik.
Bentuk suara hati melalui rasa biasanya diketahui ketika kita melalui ketajaman rasa,
ketika ia berpikir atau tiba-tiba terlintas didalam benak tentang sesuatu yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan

 Rasa bersalah yang selalu menghantui diri setelah berbuat sesuatu yang melanggar
norma moral atau norma agama

 Rasa gembira, puas atau berani menghadapi tantangan, yang dirasakan setelah
melakukan sesuatu kebaikan

 Rasa penyesalan, sebagai akibat dari segala sesuatu yang telah kita lakukan. Dalam
hal ini lebih kea rah negatif
 Rasa sedih, perasaan kalut yang dialami seseorang yang tengah mengalami beban
pikiran, yang ditandai wajah yang muram, tidak semangat dan kurang motivasi
 Rasa cinta, sebagai salah satu ungkapan rasa yang ditandai dengan perhatian, kasih
& sayang serta muncul dari lubuk hati yang paling dalam
 Rasa marah / emosi, merupakan perasaan dimana kondisi pikiran seseorang dipenuhi
dengan kejengkelan dan tidak ada ketentraman dalam hatinya.
 Rasa kecewa, perasaan ini merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan
yang dialaminya.
 Rasa ingin tahu, suatu keadaan dimana seseorang selalu penasaran dengan segala
sesuatu yang ditemuinya.
 Rasa curiga, perasaan yang cenderung berprasangka buruk dengan segala sesuatu hal
 Rasa khawatir, perasaan tidak tenang, selalu berpikir melebihi ekspektasinya.
 Rasa cemburu, perasaan ketidaksukaan terhadap orang lain yang dia sayangi, oleh
suatu hal.
 Rasa iri hati, perasaan di mana seseorang tidak suka atas sesuatu yang dimilki orang
lain lebih dari apa yang dimilkinya
 Rasa takut, hasil dari pemikiran seseorang yang tidak menyukai suatu hal dan di
kombianasikan dengan perasaan yang khawatir dan tidak berani menghadapi suatu
masalah.
 Rasa kagum, perasaan yang bangga, suka terhadap sesuatu yang dianggapnya
istimewa.
 Rasa simpati, perasaan peduli terhadap apa yang terjadi pada orang lain.
 Rasa empati, perasaan peduli yang disertai rasa ikut merasakan apa yang sedang
dialami orang lain.
 Rasa gundah, perasaan di mana kita gelisah terhadap suatu masalah yang belum
ditemukan pemecahannya.
 Rasa tertindas, perasaan yang merasa dipojokkon atau merasa dalam tekanan orang
lain.

Suara Hati tipe kedua datang dengan cara memberikan petunjuk dalam bentuk
visualisasi, baik dalam bentuk bayangan atau hadir melalui mimpi. Visualisasi yang
nyata dapat diterima siapa saja, baik yang berintuisi kuat maupun orang biasa. Bagi
yang berintuisi kuat bayangan-bayangan tersebut dapat dihadirkan setiap saat, bahkan
digunakan untuk menolong orang lain. Sedangkan bagi orang biasa, kehadirannya
melewati mimpi yang seolah-olah menggambarkan atau menceritakan kisah yang
sebenarnya.

Suara hati tipe ketiga datang dalam bentu fisik, misalnya badan terasa tidak
enak untuk melakukan sesuatu atau malas, Selang beberapa saat diketahui, jika tadi ia
lalukan niscaya menemui kecelakaan. Suara hati tipe ini sering dianggap mistis,
sesuatu yang tidak terjawabkan dan hanya diperbincangkan, namun jarang disadari
bahwa itu adalah suara hati.

2.2 Suara hati adakah yang tidak baik? Kalau ada apa sebabnya? Dan bagaimana cara
mengatasinya?
Suara hati merupakan ungkapan pemahaman dan kesadaran moral yang
terbatas atau tidak sempurna dari orang yang memilikinya. Suara hati sebagai ungkapan
pemahaman dan kesadaran moral manusia bukanlah sesuatu yang bersifat bawaan dan
tidak berubah sama sekali dalam arus perkembangan sejarah. Peka atau tajam tidaknya
suara hati seseorang dan tepat tidaknya dalam menilai situasi moral yang dihadapinya,
cukup tergantung dari pemahaman dan kesadaran moral orang yang memilikinya. Tingkat
kedewasaan, latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial, dan budaya seseorang
misalnya ikut mewarnai pemahaman dan kesadaran moralnya. Suara hati seseorang, yang
erat terkait dengan pemahaman dan kesadaran moralnya, dipengaruhi dan dibentuk oleh
lingkungan tempat ia lahir dan dibesarkan.
Kenyataan adanya pengaruh lingkungan dalam pembentukan suara hati ini
tidak berarti bahwa suara hati itu tidak lain hanyalah sekedar cerminan saja dari
pemahaman dan kesadaran moral yang secara faktual ada dalam lingkungan sosial
seseorang. Di atas sudah dijelaskan bagaimana suara hati itu menjadi pangkal otonomi
manusia, dan hal itu menjadi samakin nyata justru pada saat suara hati mampu
menegaskan apa yang secara moral wajib ia laksanakan, kendati tidak sesuai atau bahkan
bertentangan dengan perintah, larangan, dan kebiasaan yang ada dalam masyarakatnya.
Apa yang ditegaskan oleh suara hati merupakan sesuatu yang sangat pribadi (tidak sama
dengan subjektif), tetapi sekaligus juga buah pengaruh lingkungan yang telah melahirkan
dan membentuk seseorang. Ketidakbaikan mengenai isi yang ditegaskan oleh suara hati
dapat timbul, baik karena pemahaman dan kesadaran moral yang diwarisi seseorang dari
lingkungannya itu secara objektif memang keliru, maupun karena ia keliru dalam
mengerti apa yang dia warisi.
Selain karena pemahaman yang kurang atau tidak tepat, ketidakbaikan suara
hati dalam menegaskan apa yang menjadi kewajiban moral dalam situasi konkret juga
dapat disebabkan karena seseorang belum sepenuhnya bebas dari nafsu-nafsu yang
menguasai dirinya
Cara mengatasinya adalah dengan mengendalikan diri terhadap nafsu-nafsu
buruk, dan menyadarkan diri untuk bisa memilih dengan benar apa yang akan kita
lakukan, serta selalu ingat dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan agar iman kita
semakin kuat.

2.3 Wujud nyata suara hati yang mana saja yang harus kita pupuk dalam diri? Dan
bagaimana cara memupuknya? Jelaskan!

Suara hati yang harus di pupuk adalah suara hati yang dapat memotivasi diri dan
membimbing menuju pribadi yang lebih baik, tidak merugikan diri sendiri dan orang
lain, serta suara hati sesuai dengan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan.

Cara memupuknya yaitu dengan memperbanyak ilmu yang bermanfaat (ilmu dunia
dan akhirat), bergaul dengan orang-orang yang positif, dan membiasakan berperilaku
baik terhadap siapapun, kapanpun, dan di manapun.
BAB III
PENUTUP

Suara hati nurani adalah kekuatan dalam bentuk bisikan yang datang dari dalam diri
manusia yang hatinya sudah mendapat sinar dari Tuhan, sehingga ia dapat membedakan
mana yang baik untuk dilakukan, dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan. Dia
memerintah untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab dan melarang hal yang
sebaliknya. Ketika kewajiban dilaksanakan, tanggung jawab diselesaikan dan segala
perintahnya dituruti, respon hati nurani akan lapang, tenang, dan puas. Namun sebaliknya,
apabila kewajiban dikebelakangkan, dia akan merasa sedih dan takut serta menjadi beban
pikiran.

Ciri-ciri suara hati nurani adalah :

 Merupakan anugerah dari Tuhan yang fitrah dalam diri setiap manusia.
 Berupa ilham dari Allah
 Cenderung memberikan respon positif dalam hal kebaikan dan respon negative untuk
keburukan.

Inti dari permasalahan “suara hati nurani” ini letaknya pada hati. Jadi, hati lah yang
berperan penting dan harus diperhatikan agar menghasilkan suara, atau cahaya nurani yang
bagus, yang bisa memberikan kebahagiaan dunia akhirat kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai