Asuhan Gizi
Penderita Sindrom Nefrotik dan
Batu Ginjal
Dosen Pembimbing :
Diniyah Kholidah
2015
A. Tujuan
Setelah praktikum Terapi Diet pada Kasus Sindroma Nefrotik dan Batu Ginjal,
mahasiswa diharapkan mampu:
1. Inventarisasi data-data antropometri, biokimia, fisik kilinis dan riwayat gizi
pasien sindroma nefrotik dan batu ginjal
2. Mengidentifikasi permasalahan gizi yang ada sesuai dengan data-data
antropometri, biokimia, fisik klinis dan
riwayat gizi pasien sindroma
nefrotik dan batu ginjal
3. Mengidentifikasi domain permasalahan gizi pasien sindroma nefrotik dan
batu ginjal
4. Mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah gizi pasien sindroma nefrotik
dan batu ginjal
5. Mengidentifikasi tanda- tanda/gejala permasalahan gizi pasien sindroma
nefrotik dan batu ginjal
6. Merumuskan diagnosis gizi pasien sindroma nefrotik dan batu ginjal
7. Menentukan rencana intervensi gizi pasien sindroma nefrotik dan batu ginjal
8. Menentukan tujuan diet pasien sindroma nefrotik dan batu ginjal
9. Menghitung kebutuhan energi dan zat gizi pasien sindroma nefrotik dan batu
ginjal
10. Menentukan prinsip diet pasien sindroma nefrotik dan batu ginjal
11. Menentukan jenis diet yang sesuai untuk pasien sindroma nefrotik dan batu
ginjal
12. Menentukan bentuk makanan dan cara pemberian makanan sesuai dengan
kondisi pasien sindroma nefrotik dan batu ginjal
13. Menyusun menu sesuai rencana tujuan, prinsip dan syarat diet dengan
mempertimbangkan standard diet, standard porsi, dan standard menu untuk
pasien sindroma nefrotik dan batu ginjal
14. Menentukan parameter antropometri, biokimia, fisik klinis dan
intake/asupan pasien sindroma nefrotik dan batu ginjal
15. Mendokumentasikan rencana asuhan gizi pasien sindroma nefrotik dan batu
ginjal
~2~
B. Landasan Teori
Nephrotic syndrome (Sindroma nefrotik)
Sindroma nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis
(GN) ditandai dengan edema anarsarka, proteinuria massif 3,5 g/hari,
hiperkolesterolemia dan lipiduria.
Pada proses awal atau SN ringan, untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala
ditemukan. Proteinuria massif merupakan tanda khas SN akan tetapi pada SN berat
yang disertai kadar albumin rendah, ekskresi protein dalam urin juga berkurang.
Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada SN.
Hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan lipiduria, gangguan keseimbangan nitrogen,
hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme kalsium dan tulang serta hormone tiroid
sering dijumpai pada SN. Umumnya, SN dengan fungsi ginjal normal kecuali
sebagian kasus yang berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Pada
beberapa episode SN dapat sembuh sendiri dan menunjukkan respone yang baik
terhadap terapi steroid akan tetapi sebagian lain dapat berkembang menjadi kronik.
Sindroma nefrotik dapat disebabkan oleh GN primer dan GN sekunder akibat infeksi,
keganasan, penyakit jaringan penghubung (connective tissue disease), akibat obat
atau toksin dan akibat penyakit sistemik
Proteinuria, merupakan kelainan dasar SN. Proteinuri sebagian besar berasal dari
kebocoran glomerulus (proteinuri glomerular) dan hanya sebagian kecil berasal dari
sekresi tubulus (proteinuri tubular). Konsentrasi albumin plasma ditentukan oleh
asupan protein, sintesis albumin hati dan kehilangan protein melalui urin. Pada SN,
hipoalbuminemia disebabkan oleh protenuria massif dengan akibat penurunan
tekanan onkotik plasma.
Hiperlipidemi
Kolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein
(LDL), trigliserida meningkat sedangkan high density lipoprotein (HDL) dapat
meningkat, normal atau menurun. Hal ini disebabkan peningkatan sintesis lipid di
~3~
~4~
Batu Ginjal
Penyakit batu ginjal merupakan salah satu penyakit paling sering ditemui dan
dialami oleh banyak masyarakat indonesia yang umumnya dialami pria. Pada
umumnya penyakit ginjal disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang membuat pola
makan menjadi tidak teratur, adanya faktor keturunan yang juga memiliki peranan
penting karena jika terdapat keluarga yang memiliki penyakit ginjal, resiko
diturunkan penyakit ginjal pada anak 6 kali lebih besar, kurangnya konsumsi air
putih, jarang buang air kecil atau sering ditahan, banyak mengkonsumsi makanan
atau minuman yang mengandung bahan kimia, bahan pengawet dan lingkungan
suhu udara disekitar tempat tinggal dan tempat bekerja yang tidak mendukung
aktivitas sehari-hari.
Penyakit batu ginjal memang banyak melanda orang Asia dan Afrika khusuusnya
Indonesia yang diliputi berbagai macam kultur, suhu udara yang cenderung sering
kali berubah tidak menentu, pola hidup dan gaya hidup yang terkadang salah, dsb.
Penyakit ginjal memang lebih dominan menyerang kaum pria dibanding wanita, hal
in terbukti dari survei yang diperkirakan bahwa pria yang berusia 70 tahun keatas
memiliki resiko lebih besar terserang penyakit ginjal hingga 80% dibanding wanita.
Batu ginjal terbentuk disebabkan oleh
adanya peningkatan pada bakteri dan
saluran kandung kemih yang terinfeksi
bakteri pemecah urea dan urine yang
kemudian membentuk batu pada kandung
kemih. Jika tubuh kekurangan cairan atau
kurang minum air putih, akan terjadi
kepekatan urine yang semakin meningkat
yang mempermudah pembentukan batu
ginjal.
Batu ginjal memiliki komponen penyusun
batu ginjal melalui proses pembentukan
batu ginjal yang terdiri dari 80% batu
kalsium, kalsium okalat dan kalsium fosfat.
Berikut paparan secara jelas proses pembentukan batu ginjal dalam tubuh manusia :
1. Batu oksalat/kalsium oksalat
Asam oksalat yang terbentuk di dalam tubuh manusia berasal dari metabolisme
asam amino dan asam askorbat yakni vitamin C. Asam askorbat merupakan
penyumbang terbesar dari prekursor okalat hingga 30 %.
Kalsium oksalat terbentuk hingga 50 % yang dikeluarkan oksalat urine. Manusia
tidak mampu melakukan metabolisme oksalat, sehingga harus dikeluarkan melalui
ginjal. Jika fungsi kerja organ ginjal mengandung asupan oksalat berlebih akan
mengakibatkan peningkatan oksalat yang mendorong terbentuknya batu oksalat di
ginjal / kandung kemih.
2. Batu struvit
~5~
Batu struvit tersusun dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalisum
karbonat. Batu struvit terbentuk di pelvis dan kalik ginjal apabila produksi ammonia
meningkat dan pH urine semakin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal
tersebut terjadi akibat adanya infeksi bakteri pemecah urea yang banyak berasal
dari spesies proteus dan providencia, peudomonas eratia, dan semua spesies
klebsiella, hemophilus, staphylococus dan coryne bacterium pada saluran urine.
3. Batu urat
Batu urat umumnya terjadi pada penderita gout atau sejenis penyakit rematik,
pengguna urikosurik misalnya probenesid atau aspirin dan penderita diare kronis
karena kehilangan cairan dan peningkatan konsentarsi urine serta asidosis yakni pH
urine menjadi asam sehingga terjadi penimbunan yang membentuk asam urat.
4. Batu sistina
Sistin merupakan bagian dari asam amino yang memiliki tingkat kelarutan paling
kecil. Kelarutan semakin kecl apabila pH urine menurun atau menjadi asam. Bila
kadar sistin ini tidak dapat larut dan kemudian mengendap serta membentuk kristal
yang kemudian tumbuh di dalam sel ginjal atau saluran kandung kemih akan
membentuk batu ginjal.
5. Batu kalium fosfat
Batu kalium fosfat umumnya terjadi pada penderita hiperkalsiurik yakni kadar
kalsium dalam urine yang tinggi atau berlebihnya asupan kalsium di dalam tubuh
yang berasal dari konsumsi susu dan keju.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium
bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asma urat). Konsentrasi
bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan
makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala
sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada
pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan
kemungkinan pembentukan batu.
Batu di ginjal itu sendiri mungkin asimotmatik kecuali apabila batu tersebut
menyebabkan obstruksi atau timbul infeksi. Umumnya batu ginjal tidak
menimbulkan gejala. Gejala baru nyata ada jika batu tersangkut di saluran kemih
ginjal atau kalau turun memasuki ureter atau jika menyumbat muara kandung
kemih.
-
Adanya riwayat batu ginjal yang sebelumnya di derita oleh salah satu anggota
keluarga
Batu ginjal yang ukurannya masih sangat kecil atau bahkan belum menyebabkan
rasa sakit. Si penderita tanpa merasa terganggu melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Namun, jika batu sudah berukuran cukup besar dan sudah turun ke saluran kemih,
~6~
rasa sakit akan sangat mendera. Rasanya nyeri, ngilu yang luar biasa, sampai tidak
kuat untuk menahannya.
Sakit dirasakan di bagian pinggang kanan dan kiri, kadang sampai pada sekitar
kemaluan. Gejala lain berupa rasa sakti ketika kencing, air kemih keluar sedikitsedikit dan kadang disertai keluarnya darah.
Batu ginjal dapat menimbulkan komplikasi yang tergantung pada lokasi, bentuk dan
komposisi bati ginjal itu sendiri, ada batu ginjal yang bisa keluar dengan sendirinya
bersama dengan urine, tetapi ada pula yang tidak sehingga perlu perawatan khusus.
Batu ginjal dengan ukuran kecil, licin dan bulat mungkin bisa keluar terbawa urine,
sedangkan yang berukuran cukup besar dan bentuknya runcing akan menyumbat di
ginjal atau saluran kemih. Kalau tidak segera diobati, sumbatan dan infeksi ginjal
dapat menyebabkan gagal ginjal.
Ukuran dan bentuk batu ginjal tersebut bermacam-macam, mulai dari yang sangat
kecil (dapat lewat bersama urin tanpa diketahui) sampai yang berukuran 5 cm dan
keras. Rasa sakit terjadi ketika batu terserbut bergerak ke luar dari ginjal dan
bentuknya yang tajam dapat mengakibatkan luka pada dinding penyaring ginjal atau
saluran kemih.
Komplikasi dari batu ginjal itu sendiri dapat disertai oleh batu ginjal yang disertai
hipertensi dan batu ginjal disertai diabetes. Jika penderita asam urat memiliki
penyakit hipertensi maka tekanan darah haruslah diturunkan hingga kembali ke
batas tekanan darah normal dengan tekanan darah yang normal tentunya dapat
membantu meringankan batu ginjal yang terjadi di saluran kemih.
~7~
D. Prosedur
~8~
E. Tugas Praktikum
Tugas Mandiri
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sebelum Saudara mengerjakan
kasus lengkap !
Kasus Sindroma Nefrotik
An. Bagus Setiawan, 7 th TB 105 cm BB 22,5 kg. Didiagnosis mengalami nefrotik
sindrom dengan keluhan bengkak di wajah (mata) dan kaki (oedema), kencing
tidak lancar (selama 3 hari yang lalu), batuk dan pilek. Pasien tidak pernah
mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan belum pernah mengalami
penyakit berat lainnya serta tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit
yang sama. Pasien sekolah SD kelas I dan biasa makan siang di warung
sekolahnya. Saat ini nafsu makan baik, meskipun 10 (sepuluh) hari yang lalu
muntah saat makan, kebiasaan makan pasien tidak teratur 1-3 kali sehari, tidak
mempunyai pantangan atau alergi terhadap makanan.
Pemeriksaan fisik/klinis : KU lemah, kesadaran cm, wajah/mata bengkak,
oedema tungkai kaki +, tensi 130/80 mmHg, suhu 37C
Pemeriksaan laboratorium : Hb 12,5 g/dl, LED 20-40, leukosit 6.000 mm3,
trombosit 315.000, PVC 31%, ureum 36 g/dl, creatinin 0,7 g/dl, tes widal negatif.
Pertanyaan:
1. Sebutkan faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko dan juga gejala-gejala
penyakit pada pasien diatas !
a. Antropometri : .........................................................................................................................
b. Laboratorium : .........................................................................................................................
c. Keluhan fisik klinis : ...............................................................................................................
d. Diet : ..............................................................................................................................................
2. Masalah gizi yang dialami oleh pasien adalah
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
3. Intervensi gizi yang diberikan kepada pasien tersebut adalah
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
4. Prinsip diet untuk pasien diatas adalah:
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
~9~
~ 10 ~
~ 11 ~
KASUS 2
An. Novi Ariani, perempuan usia 5 tahun, TB 100 cm BBA 17 kg. LILA 17 cm. sudah
masuk sekolah TK. Diagnosis MRS : Susp. GNA + Obs NS.
Pasien MRS dengan keluhan pilek, mata bengkak perut membesar dan keras disertai
dengan suhu tubuh tinggi terus menerus selama 7 hari sebelum MRS. Pasien kesulitan
BAK sejak 5 hari yll. dan BAK sedikit (5x/hr) disertai rasa nyeri dan warna kuning
kemerahan. Penyakit yang pernah diderita pasien sejak kecil diare, pilek, amandel.
Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
Hasil pemeriksaan fisik/klinis :
Tekanan darah : 140/95 mmHg, Tax 36,5C, Nadi 84x/mnt, RR 44x/mnt,
BAKjarang, sedikit 5x/hr (125cc/24 jam), KU cukup, Kesadaran : cm, Batuk/pilek
- / +, BAB normal, Muntah -, Abdomen
: perut membesar, keras, distended,
BU+ (N), Mata anemic -, icteric -, bengkak +, Edema palpebra +
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Hematologi/Kimia darah : Leukosit
: 5800 mm3, Hb 7,9 g/dl, LED 43 mm/jam,
Trombosit 296.000 ul, EHD tepi / Eritrosit : normokrom normositer, Lekosit
jenuh, Trombosit : jenuh.
BUN 24,3 mg/dl, Kreatinin 1,4 mg/dl, Protein total : 6,3 mg/dl, Albumin :
2,9
mg/dl, Globulin 3,4 mg/dl, SGOT 18 u/L, SGPT 13 u/L,
Urine
Warna : keruh, kuning kemerahan
pH
: +5
N: 7,35-7,45
albumin
: +2
eritrosit : ++ alkalis
lekosit : 7-12/lp.5
epitel : +
kristal : amorph p + / bakteri
Serologi
ASTO : 400 IU/ml
N: <200 IU/ml
WIDAL : Ty.O
: +(1/80)
Ty.H
: +(1/80)
paraTy.B
: +(1/60)
Hasil recall 24 jam : Energi : 612,4 kalori, Protein
: 24,2 gram, Lemak :21,4 gram
Karbohidrat : 86 gram, Cairan
: 900 cc
Nafsu makan kurang, Intake makan kurang, BB turun 2 kg sejak sebulan yang lalu, Diet
yang sedang dijalani : Diet Rendah Garam (Nasi), Diet diberikan bertahap dengan
frekuensi 3x makan utama 2 kali selingan, Tanpa pemberian nutrisi parenteral (TPN),
Mengkonsumsi makanan dari luar RS berupa soto ayam dan teh manis.
Tidak ada alergi/pantangan terhadap makanan
Pola makan :
Pasien makan utama 3x/hr (nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur), makan selingan
kadang-kadang yaitu berupa makanan jajanan, snack ringan, permen, dll.
Kebiasaan makan :
Nasi 5-8 sdm 3x/hr, roti bungkus/tawar 4x/mgg, mie instant/pangsit 1 mgk 3x/mgg,
biskuit 5x/mgg, telur 3x/mgg, ikan 1 ptg sdg 4x/mgg, ayam 1 ptg kcl 2x/mgg,
tahu/tempe 1 ptg sdg 1x/hr, sayur (bayam/wortel) 4 sdm 2x/hr,
pisang/pepaya/jeruk/apel 3x/mgg, susu berbagai rasa 1 gls/hr, jajanan 4x/mgg, teh
2x/hr.
~ 12 ~
Pasien tidak suka kentang, daging, kacang-kacangan, sayur selain bayam dan wortel.
Saat makan, pasien masih disuapi oleh ibu/kelurganya.
Diagnosis medis
KASUS 3
An. Imron, 7 tahun. TB 120 cm, BB 32,5 kg. MRS 2 hari yang lalu dengan keluhan utama
bengkak seluruh tubuh. Pasien sering mengalami bengkak dan hilang timbul selama
beberapa hari.
Menderita Nefrotic Syndrome sejak 4 tahun yang lalu dan diberikan steroid sejak
diagnosis ditegakkan. Beberapa hari yang lalu pasien mengalami bengkak seluruh
tubuh, berkurang setelah diberikan diuretic dan saat ini bengkak hanya terdapat di
periorbital, pipi dan dagu, BAK lebih sedikit dari biasanya dan warna urin keruh.
Albumin urin 4+, sering kedinginan meski udara tidak terlalu dingin. Keringat dingin
tampak diwajah pasien. Kadang-kadang mengalami susah BAB. Sering mendengkur dan
menggertakkan gigi saat tidur. Nafsu makan seperti biasanya, sangat menyukai
makanan manis dan gurih.
Ayahnya menderita Renal Calculi dan ibunya menderita diabetes mellitus. Neneknya
menderita diabetes dan kakeknya meninggal karena kanker tulang.
Hasil pemeriksaan fisik/klinis :
KU cukup, cm., Tax 36,5oC, tensi 120/80 mmHg, k/c : an -/-, ict -/-, abdomen
distended. Edema periorbital, pipi dan dagu, rambut merah, tipis, tidak mudah
dicabut.
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Darah lengkap :
Leukosit 2.400/ul, Hb 9 gr/dl, hematokrit 26,7%, trombosit 179.000/ul
Kimia Darah :
GDA 100 mg/dl, ureum 31,5 mg/.dl, creatinin 0,42 mg.dl, SGOT 52, SGPT 16
Analisa elektrolit :
Na 137 mmol/l, K 2,92 mmol/l, Cl 105 mmol/l, Ca 9,2 mmol/l, P 3,82 mmol/l
Urin : albumin 3+, protein 4+, warna keruh, urin tampung 450 cc/24 jam
Anamnesa gizi didapatkan bahwa pasien tidak nafsu makan. Selama di rumah sakit,
nafsu makan menurun, makanan dari RS hanya dimakan sedikit bahkan tidak dimakan
sama sekali. Px mengkonsumsi makanan dari luar berupa mie instan, puding, biskuit
dan kue.
Tidak mau makan lauk hewani karena takut alergi.
Hasil recall didapatkan : E : 718,78 Kalori, Protein : 24,3 gram, Lemak : 26,4 gram,
Karbohidrat : 100 gram.
Pola makan px tidak teratur dan sedikit. Px jarang mengkonsumsi lauk hewani.
Sedangkan lauk nabatinya tahu dan tempe sering. Px tidak terbiasa makan dengan
sayur. Buah yang disukai apel dan pear. Px suka makanan yang dan digoreng.
Pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan sumber protein spt telur, ayam,
ikan dan susu, tetapi karena tidak pernah diberikan makanan tersebut, gatal-gatal yang
sering timbul akibat alergi tidak pernah dirasakan lagi.
KASUS 4
An. Nasril, 2 tahun. PB 84 cm, BBA 10,5 kg, LILA 11 cm. MRS dengan keluhan
oedeme/bengkak di beberapa bagian tubuhnya, serta pasien mengalami demam.
Awalnya bengkak hanya diwajah sejak 4 hari yang lalu, semakin memberat ke kedua
~ 13 ~
kaki. Beberapa hari yang lalu pasien merasa tubuhnya menggigil dan demam, pasien
mengalami berak cair, BAK normal jernih. Riwayat sebelumnya tidak ada dan tidak
ditemukan riwayat penyakit keluarga.
Hasil pemeriksaan fisik/klinis :
KU baik, kes.cm, thorax icterus palpable, tensi 95/60 mmHg, Nadi 160x/mnt, RR
40x/mnt, kep/lhr : an- ; ic- ; oedema +, urin tampung 500cc/24 jam
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Albumin 1,19 g/dl, protein urin 4+, Na 120 mmol/l, K 6,5 mmol/l, Cl 104 mmol/l,
kolesterol 243 mg/dl.
Makan makanan dari Rumah Sakit dengan diet Rendah Garam (makanan biasa). Nafsu
makan pasien mulai membaik, pasien sering minta makan sebelum waktunya dan ibu
pasien memberikan makanan dari rumah berupa biskuit, susu dan telur asin.
Hasil recall 24 jam : energi 436 kalori, protein 19,1 gram, lemak 15 gram, karbohidrat
56 gram, natrium 454 mg.
Anamnesis gizi pasien melalui wawancara sebelum di diagnosa menderita nefrotik
syndrome, keluarga pasien mengatakan bahwa frekuensi makan sebanyak 3 kali sehari
yang komposisinya terdiri dari nasi, lauk nabati dan sayuran dengan porsi cukup,
pasien jarang mengkonsumsi lauk hewani seperti ayam dan daging sapi, kadang-kadang
makan ikan dan telur. Sayuran yang disukai bayam, kacang panjang sedangkan yang
lainnya tidak suka terutama kangkung dan buncis. Nafsu makan pasien baik, tidak
mempunyai alergi atau pantangan terhadap makanan. Makanan yang disukai dan sering
dikonsumsi adalah tempe, tahu, kerupuk, sambal, sayur dan buah-buahan (rambutan,
pisang, pepaya). Pasien tidak suka minum air putih, tetapi biasa minum teh manis dan
kadang-kadang minum sedikit kopi yang setiap pagi diminum oleh ayahnya. Ibu pasien
sering mengolah makanan dengan ditumis, bersantan dan digoreng.
KASUS 5
Tn. Tono, seorang karyawan pabrik plastik berusia 40 tahun. TB 157 cm BBA 68 kg,
Pasien mengeluh bengkak seluruh tubuh sejak 2 minggu yang lalu, dua hari sebelum
MRS pasien merasa suhu tubuhnya panas. Sejak 2 minggu sebelum MRS, warna kencing
pasien seperti teh, BAB normal, pinggang terasa kemeng-kemeng. Pasien sudah pernah
MRS dengan keluhan yang sama tetapi bengkak tidak hilang. Ayah pasien meninggal
karena penyakit Hipertensi.
Hasil pemeriksaan fisik/klinis :
Tensi 120/90 mmHg, nadi 86x/mnt, RR 24x/mnt
Kep/mata pupil isocor, refleks cahaya +, refl.konvergensi +/+, visum normal,
conjunctiva anemi +/+, kornea normal, sklera ikteris, iris normal.
Telinga normal, hidung normal, mulut normal.
Leher normal, kaku kuduk -, kelenjar -, tumor
Thorax normal
Paru : inspeksi S=D(simetri), palpasi simetri, perkusi(sonor) ics v
Auskultasi suara nafas (vesikuler)
Jantung : inspeksi ic.tidak terlihat, palpasi ic.tdk teraba, perkusi : batas kiri ics v mcl
S, batas kanan SL D, pinggang jantung +
Auskultasi : frekuensi denyut jantung 86x/mnt, irama jantung reguler, S1-S2
tunggal, bising
~ 14 ~
~ 15 ~
Pemeriksaan laboratorium : ureum 29 mg/dl, kreatinin 1,3 mg/dl, SGOT 30 U/L, SGPT
28 U/L, protein urine +1, sedium : leukosit 8-10/plk, eritrosit 4-6/plk, epithelium +
pos/plk, kristal Ca oksalat +, cast finely (+1-+2).
Diagnosis medis : batu saluran empedu
Terapi yang diberikan : obat : Kalpicilin IV 3x1 gr, Buskopan 3x1 gr, ampisilin 1 gr dan
Neuragat.
~ 16 ~