Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN 10 HARI BALTA BGM

a. Latar Belakang
Di Indonesia dan di negara berkembang masalah gizi pada umumnya masih
didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan
masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Sedangkan untuk anak balita Masalah
kesehatan yang sering terjadi akibat asupan gizi yang kurang diantaranya adalah
Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), anemia,
dan Kekurangan Energi Protein (KEP)(Sulistyoningsih, 2011).
Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan
berikutnya. Gizi kurang dan gizi buruk pada balita tidak hanya menimbulkan gangguan
pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktifitas dimasa
dewasa (Supariasa dkk, 2001). Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan
Gizi nasional, Masalah gizi kurang pada balita umumnya disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yaitu
makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak
langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. (Depkes, 2000).
Prevalensi status gizi balita laki - laki lebih besar jumlahnya dibandingkan
dengan balita perempuan. Prevalensi status gizi balita laki - laki menurut berat badan
sesuai dengan umur balita pada tahun 2010 yaitu pada balita laki - laki prevalensi gizi
buruk sebesar 5,2% dan gizi kurang sebesar 13,9%. Balita perempuan memiliki
prevalensi gizi buruk sebesar 4,6% dan gizi kurang sebesar 12,1% (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
Prevalensi gizi buruk yang lebih dari 2,5% terjadi di 15 Kabupaten atau Kota
yang ada di Provinsi Jawa Timur. Prevalensi lebih dari 43% terjadi di 5 Kabupaten atau
Kota. Kejadian gizi buruk yang banyak terjadidi Jawa Timur bagian utara. Sementara
berdasarkan hasil laporandari Kabupaten atau Kota tahun 2009 didapatkan hasil data
bahwadari 2.175.362 balita yang ditimbangdi posyandu sebesar 70,74% balita (1.538.758
balita) yang naikberat badannya, sedangkan balita yang BGM sebesar3,16%(68.783

balita). Prosentase balita yang naik berat badannyaketika ditimbang di posyandu belum
memenuhi target 80%, sementara untuk prosentase balita BGM sudah memenuhi target
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu < 15%. Jumlah balita gizi buruk pada tahun
2009 sebesar 14.735 balita atau 0,68% dari jumlah balita yang ditimbangdi posyandu dan
semuanya

telah

dilakukan

perawatanoleh

petugas

kesehatan

(Dinas

KesehatanProvinsiJawa Timur, 2009).


a. Latar belakang Ibu Hamil KEK
Di Indonesia dan di negara berkembang masalah gizi pada umumnya masih
didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan
masalah obesitas terutama di kota-kota besar.
Ibu hamil yang menderita KEK ( Kurang Energi Kalori) mempunyai resiko
kematian ibu mendadakpada masa perinatal atau resikomelahirkan bayi dengan berat lahir
rendah(BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan,sehingga
akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Chinue, 2009).
Kurang Energi Kroniss adalah keadaaan dimana seseorang menderita kekurangan
makanan yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama atau menahun yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan dengan tanda tanda atau gejala antara
lain badan lemah dan muka pucat (James et al, 1988 dalam Podja dan Kelly, 2000;
Depkes, 1995). ResikoKEK bisa diketahui dengan cara melakukan pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) dengan ambang batas (cut off point) kurang dari 23,5 cm (Depkes,
2003). Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada ibu hamil Kurang Energi
Kronis (KEK) perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan.
PMT Pemulihan bagi ibu hamil KEK dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai
pengganti makanan utama sehari hari(Depkes,2012)
Berdasarkan data RISKESDAS 2007, penyebab langsung yang sering terjadi pada
kematian lbu adalah, perdarahan sebesar 28%, eklampsia 24% dan penyakit infeksi 11%,
sedangkan penyebab tidak langsung adalah kurang energikronis (KEK) sebesar 37% dan
anemia 40%. Prevalensi risiko KEK pada WUS di Indonesia pada tahun 2007 sebesar

19,1%. Salah satu provinsi yang memiliki prevalensi KEK sedang adalah propinsi Jawa
Timur sebesar 21,9%.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, proporsi wanita usia subur resiko KEK
usia 15 - 19 tahun yang hamil sebanyak 38,5% dan yang tidak hamil sebanyak 46,6%.
Pada usia 20 -24 tahun adalah sebanyak 30,1% yang hamil dan yang tidak hamil
sebanyak 30,6%. Selain itu, pada usia 25 - 29 tahun adalah sebanyak 20,9% yang hamil
dan 19,3% yang tidak hamil. Serta pada usia 30 - 34 tahun adalah sebanyak 21,4% yang
hamil dan 13,6% yang tidak hamil. Hal ini menunjukkan proporsi WUS (Wanita Usia
Subur) risiko KEK mengalami peningkatan dalam kurun waktu selama 7 tahun.
Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan
selama hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin
tersebut akan mempunyai konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan
berikutnya (Nora, 2013). Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang ibu akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga berpengaruh pada prilakunya. Ibu
dengan pengetahuan gizi yang baik kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi
bayinya. Hal ini terlebih lagi kalau seorang ibu tersebut memasuki masa ngidam, dimana
perut rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa yang tidak karuan. Walaupun dalam kondisi
yang demikian jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka ia akan berupaya
untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan juga bayinya (Astri, 2011).
b. Tujuan
Tujuan Umum
Melakukan penanganan intensif selama 10 hari terhadap balita dibawah garis merah dan
ibu hamil KEK untuk meningkatkan status gizi mereka.
Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran umum latar belakang dan keadaaan keluarga balita BGM atau
ibu hamil KEK.

Memberikan penyuluhan dan konseling gizi dengan materi seputar gizi yaitu
makanan sehat anak balita dan ibu hamil.

Memberikan PMT untuk balita BGM dna Ibu hamil KEK.

Melakukan pemantauan berat badan, tinggi badan dan juga status gizi balita.

c. Asumsi Perencanaan
Positif

Ada partisipasi dan dukungan dari kelurga balita BGM yang diberikan penanganan

Keluarga bersikap terbuka, jujur dan bisa diajak kerjasama sehingga data yang digali
lancar dan valid.

Negatif

Tidak ada dukungan dan partisipasi dari kelurga balita BGM yang diberikan
penanganan (penolakan).

d. Strategi Pendekatan
Pendekatan individu
e. Tempat dan Waktu
Tempat
: Rumah Balita BGM
Waktu
: Maret 2016
f. Sasaran
Balita BGM Desa Jedong Kecamatan Wagir Kabupaten Malang
g. Metode Pelaksanaan
Wawancara dan Penyuluhan
h. Sarana
Alat yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah : kertas, bolpoint, leaflet, dan kamera
i. Evaluasi
Kegiatan dinyatakan berhasil jika materi dapat tersampaikan dan dapat diterima baik oleh
Keluarga balita BGM, terjadi perubahan status gizi balita BGM Desa Jedong Kecamatan Wagir
Kabupaten Malang.
IDENTIFIKASI KASUS
Data Pribadi dan Keluarga
1.

Nama

: M. Maruf Syamil

2.

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

3.

Tanggal lahir

: 20 september 2013

4.

Umur Balita

: 29 bulan

5.

Identitas Orang tua

Identitas Orang Tua Balita


Identitas
Nama
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
Penghasilan
Alamat

Ayah
Ibu
Tn. Panawil
Ny. Khoirul
30 tahun
30 tahun
Swasta
Ibu Rumah Tangga
SMA
SMA
1.200.000
Dsn. Jaten Ds. Jedong, Kec. Wagir

Latar Belakang Keluarga


Psikososial
Balita yang menjadi responden merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Balita tinggal
bersama kedua orang tua dan kakak perempuan (kelas 1 SMA). Dalam kesehariannya, balita
diasuh oleh ibu balita sendiri. Balita ini merupakan balita yang aktif (aktif nergerak), balita ini
juga sering bermain di rumah tetangga sebelah rumahnya.
Sosial ekonomi - Budaya
Orang tua Balita berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Ayah bekerja
sebagai seorang pegawai bangunan dan ibu seorang ibu rumah tangga. Pendapatan keluarga
dalam satu bulan Rp 1.200.000. Berdasarkan wawancara dengan ibu balita, jika balita sakit
sebelum dibawa ke bidan atau ke pelayanan kesehatan balita akan diobati sendiri dengan obat
yang dibeli di warung. Sejak lahir hingga usia 19 bulan balita diberikan ASI pada bulan bulan
berikutnya balita ini mengknsumsi susu formula 3-4 kali sehari tapi beberapa bulan ini balita
sangat sulit untuk minum susu, jadi balita sangat jarang sekali minum susu (1 minggu hanya 2-3x
saja). Balita diberikan makanan lain (MP-ASI) pertama kali pada usia 6 bulan. Balita sangat suka
jajanan seperti kue marie, waffer, biskuit dan coklat. Biasanya jajanan yang sering dimakan
balita dibeli di warung dekat rumah, tetangganya. Balita ini juga sering sekali sakit batuk pilek.
Saat sakit, maka nafsu makan balita menurun.
Keadaan Rumah dan Lingkungan
Hasil observasi rumah balita diketahui bahwa:

a)

Lantai ruang tamu terbuat dari bahan campuran semen dan pasir, tapi lantai ruang
kelurga sudah diberi ubin.

b)

Dinding rumah terbuat dari batu bata yang sudah disemen dan dicat.

c)

Jendela terbuat dari kaca dan berada di sebelah depan ruang tamu dan bisa dibuka
tutup

d)

Udara didalam rumah terasa lembab (sirkulasi udara kurang baik).

e)

Atap rumah terbuat dari genteng.

f)

Rumah responden memiliki kamar mandi dan MCK

g)

Sumber air yang digunakan berasal dari sumur swadaya masyarakat.

Pengkajian Data
Data Antropometri dan Konsumsi Zat Gizi
Berat Badan

: 10 kg

BB Lahir

: 2,4 kg

Tinggi Badan

: 81,3 cm

Penilaian Status Gizi berdasarkan WHO-2005


Indeks BB/U
Berdasarkan indeks BB/U status gizi balita tergolong dalam kategori Gizi Kurang (-2,44 ).
Indeks TB/U
Berdasarkan indeks TB/U status gizi balita tergolong dalam kategori sangat pendek (-3,12).
Indeks BB/TB
Berdasarkan indeks BB/TB status gizi balita tergolong dalam kategori normal (-0,98).

Kebutuhan Dan Energi Dan Zat Gizi


BBI
: (usia dalam tahun x 2) + 8
: 2,5 x 2 + 8
: 13 kg
TEE
: 90 kkal/kg BBI
: 90 x 13
: 1170 kkal
: 1200 kkal
Protein

: (1,5 2,5) gram/kgBBI


: 19,5 - 32,5 g

Lemak

: 20 - 30 % x TEE

: 240 360 kkal


: 26,7 - 40 g
Karbohidrat

: 65% x TEE
: 780 kkal
: 195 g

Kebutuhan energi dan protein tersebut terdistrubusi menjadi 5 kali waktu makan, yaitu
makan pagi, siang, malam, dan 2 kali snack. Distribusi energi dan protein tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pagi

: Energi = 25% x 1200 kkal = 300 kkal

Snack

: Energi = 10% x 1200 kkal = 120 kkal

Siang

: Energi = 30% x 1200 kkal = 360 kkal

Snack

: Energi = 10% x 1200 kkal = 120 kkal

Malam

: Energi = 25% x 1200 kkal = 300 kkal

Status kesehatan
1.

Riwayat penyakit sekarang


Balita tidak mengalami sakit selama penanganan.

2.

Riwayat penyakit dahulu


Balita sering mederita batuk dan pilek.

3.

Riwayat penyakit keturunan


Tidak ada

Dietary history
Riwayat gizi sekarang
Frekuensi makan balita sudah teratur dan jumlah yang dikonsumsi hanya sedikit, dan
sangat sulit meningkatkan berat badan.
Balita menyukai konsumsi makanan jajanan seperti biscuit, kue marie, waffer, coklat
Balita jarang mengkonsumsi sayur dan buah
Riwayat gizi dahulu
Balita masih mengkonsumsi ASI sampai umur 19 bulan
Balita sering diberi seperti biscuit, kue marie, waffer, coklat. Berdasarkan hasil recall,
diperoleh hasil bahwa tingkat konsumsi balita terhadap energi dan zat gizi adalah
sebagai berikut :
Food Frequency Qualitative

Bahan makanan
Makanan pokok:
Nasi
Roti tawar
Kentang
Bahan makanan
Mie
Singkong
Lauk Hewani :
Ayam
Ikan lele
Telur
Ikan tongkol
Lauk nabati :
Tahu
Tempe
Sayur sayuran :
Bayam
Kacang panjang
Kenikir
Wortel
Sawi
Buncis
Buah buahan :
Pisang
Jeruk
Rambutan
Melon
Jeruk
Apel
Pepaya
Minuman :
Susu formula
Bahan makanan
Lain lain :
Minyak
Santan

Tidak pernah
-

Jarang (1-2 x /

Sering (> 2 x /

minggu)

minggu)

Tidak pernah

Jarang (1-2 x /

Sering (> 2 x /

minggu)

minggu)

Tidak pernah
-

Jarang (1-2 x /

Sering (> 2 x /

minggu)

minggu)

Kerupuk
Kopi
Teh

Konsumsi Zat Gizi


Hasil 3 hari Recall Konsumsi Makan Sebelum Penanganan
Recall I
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)

Kebutuhan

Pemenuhan

Kategori

1200

906,4

Konsumsi
75,3

defisit tingkat

65,8

sedang
defisit tingkat

91,25
65,7

berat
Normal
defisit tingkat

19,5 32,5
26,7 40
195

21,4
36,5
128,3

berat
Recall II
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)
Recall III
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)

Kebutuhan

Pemenuhan

Kategori

1200
19,5 32,5
26,7 40
195

1380,6
34,1
61,1
174,9

Konsumsi
115,05
106,15
152,75
89,69

Normal
normal
Diatas AKG
Normal

Kebutuhan

Pemenuhan

Kategori

1200

1070

Konsumsi
89,16

Defisit tingkat

19,5 32,5

28,6

88

ringan
Defisit tingkat

86,5

ringan
Defisit tingkat

85,5

ringan
Defisit tingkat

26,7 40
195

34,6
166,8

ringan

Recall IV

Kebutuhan

Pemenuhan

Kategori

1200

1038,4

Konsumsi
86,5

Defisit tingkat

Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)

19,5 32,5
26,7 40

30,6
34,9

94,1
87,25

ringan
Normal
Defisit tingkat

195

151,2

77,5

ringan
Defisit tingkat

Karbohidrat (gr)

sedang
Recall V

Pemenuhan

Kategori

1200
19,5 32,5
26,7 40
195

1368,7
33,5
57,6
184,1

Konsumsi
114,05
103,7
144
94,4

Normal
Normal
Diatas AKG
normal

Kebutuhan

Pemenuhan

Kategori

1200
19,5 32,5
26,7 40
195

1208,9
30,5
39,4
192,1

Konsumsi
100,7
93,8
98,5
98,5

normal
normal
normal
normal

Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)

Kebutuhan

Recall VI
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)

Pola Asuh dan Pola Hidup Balita


Balita diasuh oleh ibu balita. Balita makan 3 kali sehari dan mengkonsumsi ASI. Balita
sering mengkonsumsi biscuit dan buah
Partisipasi ke Posyandu
Kepemilikan KMS
Kontinyuitas Ke Posyandu

: Balita mempunyai KMS.


: Balita rutin dibawa ke Posyandu

Partisipasi dalam Program


Ketercakupan dalam Program Gizi

: Balita mendapat PMT dari posyandu saja.

Imunisasi

: Jenis Imunisasi yang telah diterima lengkap.

Diagnosa Gizi
1.

NC-3.1
Berat badan kurang dari normal disebabkan karena intake energi kurang

ditandai

dengan status gizi balita yang masuk dalam gizi kurang (-2,4 , indeks BB/U menurut
WHO 2005 sebesar)
2. NI-2.1
Inadekuat oral food disebabkan karena tidak tersedianya makanan yang bergizi dan
cukup di rumah ditandai dengan jarangnya balita mengkonsumsi buah dan sayur dan
lebih suka makan jajanan di warung seperti kue mari, biskuit, coklat dan wafer
3. NB-1.5
Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap makanan dan zat gizi untuk balita,
ditandai dengan seringnya mengkonsumsi wafer, coklat, jarang mengkonsumsi buah
dan sayur, minum susu

Anda mungkin juga menyukai