Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) STAGE V DI RUANG ICU RSUD dr.


SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Disusun Oleh :
NABILA NURIL FADIA
P27220019036
3AD3

POLTEKKES KENMENKES SURAKARTA


PRODI DII KEPERAWATAN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit

1. Definisi
a. Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan ketidakmampuan ginjal
untuk mempertahankan fungsi metabolisme serta keseimbangan
cairan elektrolit akibat kerusakan struktur ginjal yang progresif.
b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi kronis,
penyakit vaskuler (neefrosklerosisi), proses obstrukti (kalkuli),
penyakit kolagen (lupus sistemik, agen nfritik (aminoglikosida).
Penyakit endokrin seperti diabetes, (Doenges E, Marilynn, 2014).
c. Berdasarakan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Gagal ginjal kronik merupakan ketidakmampuan ginjal untuk
melakukan fungsinya akibat kerusakan struktur ginjal yang
progresif.

2. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa
tahun dan tidak reveersibel). Menurut LeMone, (2016) beberapa jenis
gangguan kesehatan yang menyebabkan gagal ginjal kroonik adalah
sebagai berikut:
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada
glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan
struktur, dan fungsi glomerulus.
b. Proteinuria
Adanya protein didalam urine tuh yang melebihi nilai normalnya
yaitu lebih dari 150mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140
mg/m2
c. Penyakit ginjal diabetik
Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi
seperti terjadinya batu salauran kemih, infeksi saluran kemih,
pilonefritis, yang selalu disebut sebgai penyakit ginjal non diabetik
pada pasien diabetes.
d. Amiloidosis ginjal
Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan polimer protein
di ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui dengan histokimia
dan gambaran ultrastruktur yang khas
e. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30%
pasien yang menerima dialisis hipertensi adalah penyebab utama.

3. Klasifikasi
Menurut Setiati (2015) dan Lemone, Burke, & Bauldoff (2016) gagal
ginjal kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat penyakit dan
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yaitu:
a. Stadium 1 memiliki nilai LFG > 90 ml/menit/1,73m²
b. Stadium 2 memiliki nilai LFG 60 – 89 ml/menit/1,73m²
c. Stadium 3 memiliki nilai LFG 30 – 59 ml/menit/1,73m²
d. Stadium 4 memiliki nilai LFG 15 – 29 ml/menit/1,73m²
e. Stadium 5 memiliki nilai LFG

4. Pathofisiologi
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR,
maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan
nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT / (Clearance
Creatinin test) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/menit ) = ( 140-umur) x berat badan ( kg )
72 x creatinin serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
b. Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan
natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang
saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan
turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan
kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam
kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan
sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun
menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Disebabkan oleh perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan
keseimbangan parathormon.

5. Pathway

Pathway gagal ginjal kronik menurut SDKI 2016


6. Manifestasi Klinis
a. Kardiovaskuler
- Hipertensi
- Pitting edema
- Edema periorbital
- Pembesaran vena leher
- Friction rub perikardial
b. Pulmoner
- Krekels
- Nafas dangkal
- Kusmaul
- Sputum kental dan liat
c. Gastrointestinal
- Anoreksia, mual dan muntah
- Perdarahan saluran GI
- Ulserasi dan perdarahan pada mulut
- Konstipasi / diare
- Nafas berbau amonia
d. Muskuloskeletal
- Kram otot
- Kehilangan kekuatan otot
- Fraktur tulang
- Foot drop
e. Integumen
- Warna kulit abu-abu mengkilat
- Kulit kering, bersisik
- Pruritus
- Ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar Reproduksi
- Amenore
- Atrofi testi

7. Penatalaksanaan
a. Dialisis
b. Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid
c. Diit rendah uremi
d. Dialisis
e. Transplantasi ginjal
f. Perikardiosentesis darurat atau pembedahan darurat untuk
penanganan kor tamponade.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

a. Laju endap darah


Laju endap darah akan meninggi diperberat oleh anemia,
hipoalbuminemia, dan retikulosit yang rendah
b. Ureum dan Kreatinin
Terdapat perbandingan antara ureum dan kreatnin 20:1 yang tinggi.
Diakibatkan oleh perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,
pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
c. Hiponatremi
Biasanya terjadi karena kelebihan cairan dan bersamaan dengan
menurunnya diuresis
d. Hipokalasemia dan Hiperfosfatemia
Terjadi karena kurangnya sintesis vitamin D3 pada penderita gagal
ginjal kronik
e. Phospat Alkaline meninggi
Gangguan metabolisme tulang mengakibatkan Phosfat alkaline
meninggi, utamntya pada Isoenzime fosfat lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia
Biasanya disebabkan oleh gangguan meetabolismedan diet rendah
protein.
g. Kadar gula darah meningkat
Diakibatkan oleh gangguan metabolisme pada gagal ginjal (resistensi
terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
h. Hipertrigliderida
Hormon insulin yang tinggi dan menurunyya lipoprotein lipase
mengakibatkan gangguan metabolisme lemak sehingga terjadi
hipertrigliderida.
i. Asidosis metabolik
Retensi asam organik dalam ginjal, mengakibatkan asidosis
metabolik dengan kompensasi respirasi pH yang mneurun, HCO3
yang menurun dan PCO2 juga menurun.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengakajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistemastis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian merupakan dasar utama dalam memeberikan assuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, (Buduiono, 2016).
Pengakajian dilakukan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada
saat melakukan anamnesis yang perlu ditanyakan pada pasien atau
keluarga pasien.
a. Pengkajian dasar
1) Identitas Klien dan penanggung jawab
2) Riwayat Kesehatan:
a) Keluhan Utama:
Pada umumnya akan ditemukan klien merasa lemah, sakit
kepala, mual dan muntah.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebaabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengaan menggunakan pendekatan
PQRST
c) Riwayat Kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit saluran
kencing, riwayat hipertensi, DM.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien dan penyakit yang berhubungan denga
penyakit ginjal/saluran kencing atau hipertensi
e) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi.
Sering terjadi perubahan pada tanda tanda vital, seperti pada
fase liguri sering didapatkan suhu tubu meningkat, frekuensi
nadi mengalami peningkatan dimna frekuenssi meningkat
sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dna denyut nadi.
Tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan
sampai berat.
f) Pemeriksaan pola fungsi
 B1 (Breating)
Pada periode oligri sering didapatkan adanya gangguan
pola napas dan jalan naps yang merupakan respons
terhadap azotemia dan sindrom akut uremia. Klien
bernapas dengan bau urine (fetor uremk) sering
didapatkan pada fase ii. Pada beberapa keadaan respon
uremia akan menjadi asidosis metabolik sehingga
didapatkan pernapasan kusmaul.
 B2 (Blood)
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melaakukan
auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang
merupakan tanda khas efusi perikardial sekunder dari
sindrom uremikpada sistem hematologi sering
didapatkan adanya anemia. Anemia yang menyertai
gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak dapat
dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi
eritropoetin, lesi, gastrointestinal uremik, penurunan usia
sel darah, biasanya darri saluran G1. Adanya penururnan
curah jantung sekunder dari gangguan fungsi jantung
akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan tekanan
darah sering didapatkan adanya peningkatan.
 B3 (Brain)
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia,
ketidakseimbangan elektrolit/assam/basa). Klien
berisiko kejang, efek sekunder akibat gangguan
elektrolit, sakit kepala pengelihatan kabur, kram
otot/kejang biassanya akan didapatkan terutama padaa
fase oliguri yang berlanjut pada sindrom uremia.
 B4 (Bladder
Perubahan pola kemih pada episode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output <400
ml/hari, sedangkan pada periode diuresis terjadi
peningkatan yang menunjukkan peningkatan umlah
urine secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi
glomerulus. Pada pemeriksaan didapatkan perubahan
warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
 B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia
sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
 B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum efek
sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari
hipertensi.

2. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

1) Laju endap darah


Laju endap darah akan meninggi diperberat oleh anemia,
hipoalbuminemia, dan retikulosit yang rendah
2) Ureum dan Kreatinin
Terdapat perbandingan antara ureum dan kreatnin 20:1 yang
tinggi. Diakibatkan oleh perdarahan saluran cerna, demam, luka
bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
3) Hiponatremi
Biasanya terjadi karena kelebihan cairan dan bersamaan dengan
menurunnya diuresis
4) Hipokalasemia dan Hiperfosfatemia
Terjadi karena kurangnya sintesis vitamin D3 pada penderita
gagal ginjal kronik
5) Phospat Alkaline meninggi
Gangguan metabolisme tulang mengakibatkan Phosfat alkaline
meninggi, utamntya pada Isoenzime fosfat lindi tulang.
6) Hipoalbuminemia
Biasanya disebabkan oleh gangguan meetabolismedan diet
rendah protein.
7) Kadar gula darah meningkat
Diakibatkan oleh gangguan metabolisme pada gagal ginjal
(resistensi terhadap penagruh insulin pada jaringan perifer).
8) Hipertrigliderida
Hormon insulin yang tinggi dan menurunyya lipoprotein lipase
mengakibatkan gangguan metabolisme lemak sehingga terjadi
hipertrigliderida
9) Asidosis metabolik
Retensi asam organik dalam ginjal, mengakibatkan asidosis
metabolik dengan kompensasi respirasi pH yang mneurun,
HCO3 yang menurun dan PCO2 juga menurun.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data dari pasien.
Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan
ginjal kronis adalah sebagai berikut (Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI,
2016):
a. Hipervolemia
b. Defisit nutrisi
c. Nausea
d. Gangguan integritas kulit/jaringan
e. Gangguan pertukaran gas
f. Intoleransi aktivitas
g. Resiko penurunan curah jantung
h. Perfusi perifer tidak efektif
i. Nyeri akut
j. Risiko infeksi
4. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperwatan Kriteria Hasil

1. Resiko Perfusi Setelah dilakukan Pencegahan Syok


Jaringan tindakan Observasi
Renal Tidak keperawatan selama  Monitor status
Efektif 3 x 24 jam kardiopulmonal
diharapkan resiko  Monitor status
perfusi jaringan oksigenasi
renal tidak efektif  Monitor status cairan
menurun dengan  Monitor tingkat
kriteria hasil : kesadaran dan respon
1. Jumlah urine pupil
meningkat  Periksa riwayat alergi
2. Distensia Terapeutik
abdomen  Berikan oksigen untuk
menurun mempertahankan
3. Kadar urea saturasi oksigen >94%
nitrogen darah  Pasang kateter urine
membaik untuk menilai produksi
4. Kadar kreatinin urine
plasma
Edukasi
membaik
 Jelaskan penyebab
5. Tekanan darah
faktor risiko syok
membaik
 Jelaskan tanda dan
6. Kadar elektrolit
gejala awal syok
membaik
 Anjurkan melapor jika
menemukan
/merasakan tanda dan
gejala syok
2. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas
Integritas tindakan kulit
Kulit/Jaringan keperawatan selama Obsevasi
3x24 jam 1. Identifikasi penyebab
diharapkan gangguan integritas kulit
integritas kulit dapat (mis. Perubahan
terjaga dengan sirkulasi, perubahan
kriteria hasil: status nutrisi)
1. Integritas kulit Terapeutik
yang baik bisa 2. Ubah posisi tiap 2 jam
dipertahankan jika tirah baring
2. Perfusi jaringan 3. Lakukan pemijataan
baik pada area tulang, jika
3. Mampu perlu
melindungi kulit 4. Hindari produk
dan berbahan dasar alkohol
mempertahankan pada kulit kering
kelembaban kulit 5. Bersihkan perineal
dengan air hangat
Edukasi
6. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion
atau serum)
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
8. Anjurkan minum air
yang cukup
9. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
3. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen
tindakan Hipervolemia
keperawatan selama Observasi:
3x24 jam maka 1. Periksa tanda dan gejala
hipervolemia hipervolemia (edema,
meningkat dengan dispnea, suara napas
kriteria hasil: tambahan)
1. Asupan cairan 2. Monitor intake dan
meningkat output cairan
2. Haluaran urin 3. Monitor jumlah dan
meningkat warna urin
3. Edema menurun Terapeutik
4. Tekanan darah 4. Batasi asupan cairan dan
membaik garam
5. Turgor kulit 5. Tinggikan kepala tempat
membaik tidur
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai pemberian
diuretik
8. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium
akibat deuretik
9. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replecement therapy
(CRRT), jika perlu
4. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
Aktivitas tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Monitor kelelahan fisik
3x24 jam toleransi 2. Monitor pola dan jam
aktivitas meningkat tidur
dengan kriteria Terapeutik
hasil: 3. Lakukan latihan rentang
1. Keluhan lelah gerak pasif/aktif
menurun 4. Libatkan keluarga dalam
2. Saturasi oksigen melakukan aktifitas, jika
dalam rentang perlu Edukasi
normal (95%- 5. Anjurkan melakukan
100%) aktifitas secara bertahap
3. Frekuensi nadi 6. Anjurkan keluarga
dalam rentang untuk memberikan
normal (60-100 penguatan positif
kali/menit) Kolaborasi
4. Dispnea saat 7. Kolaborasi dengan ahli
beraktifitas dan gizi tentang cara
setelah beraktifitas meningkatkan asupan
menurun (16-20 makanan
kali/menit)
5. Resiko Setelah dilakukan Perawatan Jantung
Penurunan asuhan keperawatan Observasi:
Curah selama 3x24 jam 1. Identifikasi tanda dan
Jantung diharapkan gejala primer penurunan
penurunan curah curah jantung (mis.
jantung meningkat Dispnea, kelelahan)
dengan kriteria 2. Monitor tekanan darah
hasil: 3. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik:
1. Kekuatan nadi 4. Posisikan semi-fowler
perifer meningkat atau fowler
2. Tekanan darah 5. Berikan terapi oksigen
membaik 100- Edukasi
130/60-90 mmHg 6. Ajarkan teknik relaksasi
3. Lelah menurun napas dalam
4. Dispnea menurun 7. Anjurkan beraktifitas
dengan frekuensi fisik sesuai toleransi
16-24 x/menit Kolaborasi
8. kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
6. Nausea Setelah dilakukan Manajemen Mual
tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi pengalaman
3x24 jam maka mual
nausea membaik 2. Monitor mual (mis.
dengan kriteria Frekuensi, durasi, dan
hasil: tingkat keparahan)
1. Nafsu makan Terapeutik
membaik 2. Kendalikan faktor
2. Keluhan mual lingkungan penyebab
menurun (mis. Bau tak sedap,
3. Pucat membaik suara, dan rangsangan
4. Takikardia visual yang tidak
membaik (60- menyenangkan)
100 kali/menit) 3. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
(mis. Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
Edukasi
4. Anjurkan istirahat dan
tidur cukup
7. Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual(mis.
Relaksasi, terapi musik,
akupresur)
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
7. Defisist Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Nutrisi tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi makanan
3x24 jam yang disukai
diharapkan 2. Monitor asupan
pemenuhan makanan
kebutuhan nutrisi 3. Monitor berat badan
pasien tercukupi Terapeutik
dengan kriteria 4. Berikan makanan
hasil: tinggi serat untuk
1. intake nutrisi mencegah konstipasi
tercukupi Edukasi
2. asupan makanan 5. Anjurkan posisi
dan cairan tercukupi duduk, jika mampu
6. Ajarkan diet yang
diprogramkan
8. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
Pertukaran tindakan Observasi
Gas keperawatan selama 1. Monitor frekuensi,
3x24 jam irama, kedalaman dan
diharapkan upaya napas
pertukaran gas tidak 2. Monitor pola napas
terganggu dengak 3. Monitor saturasi oksigen
kriteria hasil: 4. Auskultasi bunyi napas
1. Tanda-tanda vital Terapeutik
dalam rentang 5. Atur interval
normal pemantauan respirasi
2. Tidak terdapat sesuai kondisi pasien
otot bantu napas 6. Bersihkan sekret pada
3. Memlihara mulut dan hidung, jika
kebersihan paru perlu
dan bebas dari 7. Berikan oksigen
tanda-tanda tambahan, jika perlu
distress 8. Dokumentasikan hasil
pernapasan pemantauan Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
11. Kolaborasi penentuan
dosis eksigen

5. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam dalam proses asuhan
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan yang di prioritaskan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien,faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, starategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi merupakn inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulais etelah rencana tidakan disusun dan ditunjukkan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diaharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan untuk memodifikasi faktor-faktorr yang
memepengaruhi masslah kesehatan klien (Budiono, 2016).

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek


dari tindkan keperawatan pada pasien. Menurut, Budiono & Sumirah,
(2017) Evaluasi dilakukan terhadpa respon pasien secaara terus-
menerus terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evalusi
proses atau promotif dilakukan setiap selelsai tindakan. Evaluasi dapat
dilakukan menggunakan penilaian Subjektif, Objektif, Analisis dan
Perencanaan (SOAP) sebagai pola pikiranya.
S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawwtan yang telah
dilaksanakan.
O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A: Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah maslah teratasi, maslah teratasi sebagian, masalah tidak
teratasia tau muncul masalah baru.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evalusai meliputi:
1. Masalah teratasi, jika pasien menujukan perubahan sesuai dengaan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian, jika pasien menunjukkan sebagian dari
kriteria hasil yang telah ditetakan.
DAFTAR PUSTAKA

Dila, R. R & Panma, Y. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal
Kronik Rsud Kota Bekasi. Diakse dari file:///C:/Users/user/Downloads/60-
Article%20Text-167-1-10-20200730.pdf .
Gusnawati. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan
Hemodialisa Di Ruang Flamboyan Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Samarinda.
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Samarinda.
Jainurakhman, dkk. 2021. Dasar-Dasar Asuhan Keperwatan Penyakit Dalam
dengan Pendekatan Klinis. Yayasan kita Menulis.
Jayanti, I. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronis
Yang Di Rawat Di Rumah Sakit [Kti]. Jurusan Keperawatan Prodi D-Iii
Keperawatan Samarinda. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Samarinda. Diakses dari
file:///C:/Users/user/Downloads/KTI%20INDRI%20JAYANTI%20(1).pd
f
Nurbadriyah, W, D. 2021. Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronis Dengan
Pendekatan 3S (SDKI, SLKI, SIKI). Literasi Nusantara
Purwanto, H. 2016. Modul Bahan Ajar cetak Keperawatan “Keperawatan
Medikal Bedah II”. Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Pusat Pendididkan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperaawatan
Indonesia:definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperaawatan
Indonesia:definisi dan Tindakan Keperawtaan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Walidah, N. 2018. Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Cronic
Kidney Diseasse (CKD) dengan Intervensi Inovasi Pemijatan pada Titik
Large Intestinum 4 Untuk Menurunkan Nyeri Kanulasi AV-Vistula di
Ruang Hemodialisis RSUD Abdul Waahab Sjaahranie Samarinda. Jurusan
Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Samarinda. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Samarinda.
Zulani, dkk. 2021. Gangguan pada Sistem Perkemihan. Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai