Disusun Oleh :
NABILA NURIL FADIA
P27220019036
3AD3
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
a. Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan ketidakmampuan ginjal
untuk mempertahankan fungsi metabolisme serta keseimbangan
cairan elektrolit akibat kerusakan struktur ginjal yang progresif.
b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi kronis,
penyakit vaskuler (neefrosklerosisi), proses obstrukti (kalkuli),
penyakit kolagen (lupus sistemik, agen nfritik (aminoglikosida).
Penyakit endokrin seperti diabetes, (Doenges E, Marilynn, 2014).
c. Berdasarakan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Gagal ginjal kronik merupakan ketidakmampuan ginjal untuk
melakukan fungsinya akibat kerusakan struktur ginjal yang
progresif.
2. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa
tahun dan tidak reveersibel). Menurut LeMone, (2016) beberapa jenis
gangguan kesehatan yang menyebabkan gagal ginjal kroonik adalah
sebagai berikut:
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada
glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan
struktur, dan fungsi glomerulus.
b. Proteinuria
Adanya protein didalam urine tuh yang melebihi nilai normalnya
yaitu lebih dari 150mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140
mg/m2
c. Penyakit ginjal diabetik
Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi
seperti terjadinya batu salauran kemih, infeksi saluran kemih,
pilonefritis, yang selalu disebut sebgai penyakit ginjal non diabetik
pada pasien diabetes.
d. Amiloidosis ginjal
Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan polimer protein
di ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui dengan histokimia
dan gambaran ultrastruktur yang khas
e. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30%
pasien yang menerima dialisis hipertensi adalah penyebab utama.
3. Klasifikasi
Menurut Setiati (2015) dan Lemone, Burke, & Bauldoff (2016) gagal
ginjal kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat penyakit dan
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yaitu:
a. Stadium 1 memiliki nilai LFG > 90 ml/menit/1,73m²
b. Stadium 2 memiliki nilai LFG 60 – 89 ml/menit/1,73m²
c. Stadium 3 memiliki nilai LFG 30 – 59 ml/menit/1,73m²
d. Stadium 4 memiliki nilai LFG 15 – 29 ml/menit/1,73m²
e. Stadium 5 memiliki nilai LFG
4. Pathofisiologi
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR,
maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan
nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT / (Clearance
Creatinin test) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/menit ) = ( 140-umur) x berat badan ( kg )
72 x creatinin serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
b. Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan
natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang
saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan
turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan
kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam
kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan
sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun
menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Disebabkan oleh perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan
keseimbangan parathormon.
5. Pathway
7. Penatalaksanaan
a. Dialisis
b. Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid
c. Diit rendah uremi
d. Dialisis
e. Transplantasi ginjal
f. Perikardiosentesis darurat atau pembedahan darurat untuk
penanganan kor tamponade.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data dari pasien.
Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan
ginjal kronis adalah sebagai berikut (Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI,
2016):
a. Hipervolemia
b. Defisit nutrisi
c. Nausea
d. Gangguan integritas kulit/jaringan
e. Gangguan pertukaran gas
f. Intoleransi aktivitas
g. Resiko penurunan curah jantung
h. Perfusi perifer tidak efektif
i. Nyeri akut
j. Risiko infeksi
4. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperwatan Kriteria Hasil
5. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam dalam proses asuhan
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan yang di prioritaskan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien,faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, starategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi merupakn inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulais etelah rencana tidakan disusun dan ditunjukkan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diaharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan untuk memodifikasi faktor-faktorr yang
memepengaruhi masslah kesehatan klien (Budiono, 2016).
6. Evaluasi
Dila, R. R & Panma, Y. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal
Kronik Rsud Kota Bekasi. Diakse dari file:///C:/Users/user/Downloads/60-
Article%20Text-167-1-10-20200730.pdf .
Gusnawati. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan
Hemodialisa Di Ruang Flamboyan Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Samarinda.
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Samarinda.
Jainurakhman, dkk. 2021. Dasar-Dasar Asuhan Keperwatan Penyakit Dalam
dengan Pendekatan Klinis. Yayasan kita Menulis.
Jayanti, I. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronis
Yang Di Rawat Di Rumah Sakit [Kti]. Jurusan Keperawatan Prodi D-Iii
Keperawatan Samarinda. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Samarinda. Diakses dari
file:///C:/Users/user/Downloads/KTI%20INDRI%20JAYANTI%20(1).pd
f
Nurbadriyah, W, D. 2021. Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronis Dengan
Pendekatan 3S (SDKI, SLKI, SIKI). Literasi Nusantara
Purwanto, H. 2016. Modul Bahan Ajar cetak Keperawatan “Keperawatan
Medikal Bedah II”. Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Pusat Pendididkan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperaawatan
Indonesia:definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperaawatan
Indonesia:definisi dan Tindakan Keperawtaan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Walidah, N. 2018. Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Cronic
Kidney Diseasse (CKD) dengan Intervensi Inovasi Pemijatan pada Titik
Large Intestinum 4 Untuk Menurunkan Nyeri Kanulasi AV-Vistula di
Ruang Hemodialisis RSUD Abdul Waahab Sjaahranie Samarinda. Jurusan
Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Samarinda. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Samarinda.
Zulani, dkk. 2021. Gangguan pada Sistem Perkemihan. Yayasan Kita Menulis.