BY : Ns.Efrin Sinaga,S.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik adalah proses kehilangan fungsi ginjal secara
progresif dalam periode beberapa bulan atau beberapa tahun. Penyakit ini
merupakan masalah di bidang nefrologi dengan angka kejadian yang
cukup tinggi.Gejala-gejala memburuknya fungsi ginjal tidak spesifik, dan
mungkin juga ditemukan tidak enak badan dan penurunan nafsu
makan.GGK merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Dimana secara bertahap terjadi penurunan fungsi ginjal dari waktu
ke waktu dan biasanya menetap pada penderita penyakit ginjal tahap akhir
dan akan terus meningkat jika kita tidak melakukan pencegahan dan
pengelolaan dengan baik. Ada banyak hal yang menjadi pencetus
timbulnya penyakit Gagal ginjal kronis.Salah satu diantaranya adalah
penyakit diabetes Melitus. Semakin hari angka penderita penyakit GGK
terus meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ada.(Baradero,et,al. 2008).
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah di bawah ini sebagai
berikut:
C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai penyakit gagal ginjal kronik
atau CKD
2. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit gagal ginjal kronik
D. Manfaat
Ada beberapa penjelasan manfaat dari makalah ini yang terbagi menjadi
dua bagian, yaitu secara teoritis dapat menambah konsep keilmuan di bidang
ilmu keperawatan, khususnya mengenai penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan sistim perkemihan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang
baik untuk di lakukan khususnya oleh seorang perawat dengan klien ataupun
pasien mereka, sedangkan manfaat secara praktis berguna untuk
memberitahukan bahwa setiap manusia dari berbagai lapisan, perlu menyadari
bahwa akan pentingnya sebuah sikap dan perilaku yang baik, pelayanan
kesehatan yang mendukung dan baik itu perlu adanya, agar menjamin
kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pengertian Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut
beberapa ahli dan sumber diantaranya adalah :
a. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. (Setiati, dkk,
2015)
b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi kronis,
penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit
kolagen (lupus sistemik), agen nfritik (aminoglikosida), penyakit endokrin
(diabetes). (Doengoes .2014)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD
adalah penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh
secara total seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir yang
dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit,
yang meyebabkan komplikasi hipertensi maupun diabetes militus.
B. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa
tahun dan tidak reversible). (NIC-NOC 2015)
a. Glomerulonefritis Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non
inflamasi pada glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas,
perubahan struktur, dan fungsi glomerulus. (Sudoyo, 2014).
3
b. Proteinuria Adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai
normalnya yaitu lebih dari 150mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari
140mg/m2 . (Sudoyo 2010).
c. Penyakit ginjal diabetik Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada
ginjal dapat terjadi, seperti terjadinya batu saluran kemih, infeksi saluran
kemih, pielonefritis, yang selalu disebut sebagai penyakit ginjal non
diabetik pada pasien diabetes. (sudoyo 2010).
d. Amiloidosis ginjal Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan
polimer protein di ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui dengan
histokimia dan gambaran ultrastruktur yang khas. (sudoyo 2010)
e. Diabetes militus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30% klien
yang menerima dialisis.hipertensi adalah penyebab utama ESRD kedua.
(yuli 2015)
a. Etiologi menurut :Buku ajar “Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan perkemihan” (yuli 2015)
b. Obstruksi dan infeksi, Iiskemi dan infeksi nefron-nefron ginjal
c. Nefrotik diabetik, angiopati sehingga jaringan ginjal
d. Nefritis hipertensil, vaskularisasi jaringan ginjal kurang.
e. Nefritis lupus, kerusakan jaringan dan nefron ginjal.
f. Eritematosa lupus sistemik Kompleks imun terbentuk di membran
basalis yang menyebabkan inflamasi dan sklerosis dengan
glumerulonefritis fokal, lokal, atau difus.
g. Nefrosklerosis hipertensi Hipertensi jangka panjang menyebabkan
sklerosis dan penyempitan arteriol ginjal dan arteri kecil dengan akibat
penurunan aliran darah yang menyebabkan iskemia, kerusakan
glomerulus, dan atrifi tubulus.
4
C. Pathway
5
6
E. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney Disease
(CKD) dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia
klien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop. 15
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.
7
F. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Suwitra (2006) antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,dan masukan
diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah. i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan
Hiperfosfatemia.
G. Pemeriksaan penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium darah
a. Hematologi : Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit.
b. RFT ( renal fungsi test ) : ureum dan kreatinin.
c. LFT (liver fungsi test).
d. Elektrolit : Klorida, kalium, kalsium.
e. Koagulasi studi : PTT, PTTK.
f. BGA.
2. Urin
a. Urin rutin.
b. Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu.
8
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG.
b. ECO.
4. Radidiagnostik
a. USG abdominal.
b. CT scan abdominal.
c. BNO/IVP, FPA.
d. Renogram.
e. RPG ( retio pielografi )
H. Penatalaksanaan
Klien CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan derajat
penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut (Sudoyo, 2015), sesuai
dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam tabel berikut :
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
c. Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
9
Tabel Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya.
LFG(ml/mnt/1,73
Derajat m Rencana tatalaksana
Terapi penyakit dasar,
kondisi komoroid, evaluasi
1 ≥90 pemburukan fungsi ginjal,
memperkecil resiko
kardiovaskular
menghambat pemburukan
2 60-89
fungsi ginjal
evaluasi dan terapi
3 30-59
komplikasi
persiapan untuk terapi
4 15-29
pengganti ginjal
5 <15 terapi pengganti ginjal
a. Penatalaksanaa keperawatan
1) cairan
a) Klien yang tidak didialisa Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-
500 ml (untuk menghitung kelebihan cairan rutin) ditambah volume yang hilang lainya
seperti urin, diare, dan muntah selama 24 jam terakhir.
b) Klien dialisis Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat badan
tidak lebih dari 0,45 kg/hari diantara waktu dialisis. ini 17 umumnya akibat dari
pemasukan 500 ml sehari ditambah volume yang hilang melalui urin, diare dan muntah.
2) Elektrolit
a) Klien yang tidak dialisis Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64
mEq)/hari pada dewasa dan sekitar 50 mg (1,9 mEq)/kg/hari untuk anak-anak
b) Klien yang didialisis Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar
natrium dan kalium serum normal pada Klien dengan dialisis. selama CAPD (cronik
ambulatory peritonial dealysis), kalium yang dapat diberikan sekitar 2,7-3,1 g (70-80
mEq)/kg/hari pada anak, untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
10
3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme protein yang
tidak dapat diekresikan ginjal.
4) Persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt:
a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi kesalah pahaman. Klien
sering menganggap Operasi AV-Shunt adalah pemasangan alat untuk HD padahal
hanya menyambungkan pembuluh darah yang ada pada tubuh klien.
b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya direkomendasikan dari dokter
penyakit dalam dan ahli bedahnya. Selama ini Rekomendasi untuk Periksakan
laboratorium yaitu , Hb > 8 mg/dl, Trombosit dalam batas normal, Gula Darah Sewaktu
dalam batas normal untuk klien tanpa riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus
dikonsultasikan lagi dengan ahli bedahnya.
c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi, menurut literatur sebaiknya
heparin tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan
kembali setelah 12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi mengering.
d) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris
untuk merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke ahli
bedah. bila salah satu arteri (radilis/ ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan dengan
alat penditeksi (dopler) maka kontra indikasi untuk dilakukan AVShunt.
b. Penatalaksanaa kolaboratif
1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi ginjal dengan
mengikat fosfat dan menambah kalsium.
4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan edema.
5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.
6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.
7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang, memproduksi sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan efek
hematologik.
9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)
11
Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan uremik dari tubuh bila
ginjal tidak mampu melakukanya.juga dapat digunakan untuk mengobati klien dengan
edema yang tidak meresponpengobatan lain, hepatic, hiperkalemia, hiperkalsemia,
hipertensi, dan dialysis peritonial, untuk menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.
Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir (partikel) memlalui membaran
semipermeabel. Dialisis adalah suatu tindakan yang dapat memulihkan keseimbangan
cairan dan elektrolit, mengendalikan keseimbangan asam-basa, dan mengeluarkan sisa
metabolisme dan bahan dari tubuh.
Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis, yaitu disfungsi, osmosis, dan ultrafiltrasi.
Disfungsi adalah pergerakan butir-butir (partikel) dari tempat yang berkonsentrasi
tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Dalam tubuh manusia, hal ini terjadi
memlalui membran semipermeabel. Difusi menyebabkan urea, kreatinin, adan asam
urat dari darah klien masuk ke dalam dialisiat.
Walaupun konsentrasi eritrosit dan protein da;lam darah tinggi, meteri ini tidak dapat
menebus membran semipermeabel katrena eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul
yang besar. Osmosi menyangkut pergerakan air melakui membran semipermeabel dari
tempat yang berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi (osmolalitas).
Ultrafiltrasi adalah pergerakan cairan melalui membran semipermeabel sebagai akibat
tekanan gradien buatan. Tekanan gradien buatan dapayt bertekanan positif (didorong)
atauu negatif (ditarik). Ultrafiltrasi lebih efisien daripada osmosisi dalam mengambil
cairan dan diterapkan dalam hemodialisa. Pada saat dialissi, prinsip osmosis, dan difusi
atau ultrafiltrasi digunakan secara simultan atau persamaan.
12
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease
(CKD) menurut Doengoes, 2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015 sebagai
berikut :
a. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami
CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses
pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat
Penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi,
rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian
bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau
somnolen).
Tanda :
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
13
Gejala :
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak
tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang
jarang terjadi pada penyakit tahap akhir, friction rub pericardial (respon terhadap
akumulasi rasa) pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna. Oliguria,
dapat menjadi anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut
(pernafasan amonia), pengguanaan diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit.
Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan 22 gusi / lidah. Penurunan
otot, penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
14
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki, gelisah ; kebas
terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda :
Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketikmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma.
Kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam hari.
Tanda :
Perilaku berhati-hati dan gelisah.
8) Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental
atau banyak.
Tanda :
takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul).
Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).
9) Keamanan
Gejala :
Klit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual terjadi
peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari pada
normal ( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur
tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak
sendi, keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala : penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
11)Interaksi Sosial
15
Gejala :Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
16
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD) menurut
trucker, 2008; sudoyo, 2015.
1. Urinalisasi :
PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume normal, volume kosong
atau rendah, proteiurea, penurunan klirens kreatinin kurang dari 10 ml permenit
menunjukan kerusakan ginjal yang berat.
2. Hitungan darah lengakap :
penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit, peningkaanj SDP.
3. Pemerikasaan urin :
Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.
4. Kimia darah :
kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal.
5. Uji pencitraan :
IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.
6. EKG : distritmia
7. Poto polos abdomen, bias tampak batu radio opak 25
8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat melewati filter
glomerolus, disamping kekawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
9. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.
10. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju filtrasi
glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance
Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus : CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x
berat badan ( kg ) 72 x creatini serum
*) wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
17
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-
NOC (2015).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan
diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi
ke jaringan sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
f. Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia.
18
3. Rencana Asuhan Keperawatan Rencana asuhan keperawatan menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Kelebihan volume cairan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
Definisi : Retensi cairan isotomik Setelah dilakukan asuhan Fluid Management :
meningkat keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji status cairan ; timbang berat
Batasan karakteristik : volume cairan seimbang. badan,keseimbangan masukan dan haluaran,
- Berat badan meningkat pada waktu yang Kriteria Hasil: turgor kulit dan adanya edema.
singkat Nursing outcomes classification 2. Batasi masukan cairan.
- Asupan berlebihan dibanding output (NOC) : Fluid Balance 3. Identifikasi sumber potensial cairan.
- Tekanan darah berubah, tekanan arteri - Terbebas dari edema, efusi, 4. Jelaskan pada klien dan keluarga rasional
pulmonalis berubah, peningkatan CVP anasarka pembatasan cairan.
- Distensi vena jugularis - Bunyi nafas bersih,tidak adanya 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
- Perubahan pada pola nafas, dipsnea Hemodialysis therapy :
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, - Memilihara tekanan vena 1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah
suara nafas abnormal (Rales atau crakles), sentral, tekanan kapiler paru, (misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium,
kongestikemacetan output jantung dan vital sign tingkat phospor) sebelum perawatan untuk
paru, pleural effusion normal. mengevaluasi respon thdp terapi.
- Hb dan hematokrit menurun, perubahan 2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
elektrolit, khususnya perubahan berat jenis pernapasan, dan tekanan darah untuk
- Suara jantung SIII mengevaluasi respon terhadap terapi.
- Reflek hepatojugular positif 3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan
- Oliguria, azotemia jumlah yang tepat dari cairan berlebih di tubuh
19
- Perubahan status mental, kegelisahan, klien.
kecemasan 4. Bekerja secara kolaboratif dengan klien untuk
Faktor-faktor yang berhubungan : menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet,
- Mekanisme pengaturan melemah keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk
- Asupan cairan berlebihan mengatur cairan dan elektrolit pergeseran antara
- Asupan natrium berlebihan pengobatan.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
2 Definisi : Intake nutrisi tidak cukupuntuk Setelah dilakukan asuhan Nutritional Management :
keperluan metabolisme tubuh. keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya mual dan muntah
Batasan karakteristik : Berat badan 20 % nutrisi seimbang dan adekuat. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
atau lebih di Kriteria Hasil:Nursing outcomes perubahan status nutrisi3. Monitor albumin, total
bawah ideal classification protein, hemoglobin, dan
- Dilaporkan adanya intake (NOC) : Nutritional Status hematocrit level yang menindikasikan status
makanan yang kurang dari RDA - Nafsu makan meningkat nutrisi dan untuk perencanaan treatment
(Recomended Daily Allowance) - Tidak terjadi penurunan BB selanjutnya.
- Membran mukosa dan - Masukan nutrisi adekuat 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
konjungtiva pucat - Menghabiskan porsi makan 5. Berikan makanan sedikit tapi sering.
- Kelemahan otot yang digunakan - Hasil lab normal (albumin, 6. Berikan perawatan mulut sering.
untuk menelan/mengunyah kalium) 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
- Luka, inflamasi pada rongga diet
mulut sesuai terapi.
- Mudah merasa kenyang, sesaat
setelah mengunyah makanan
20
- Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan
sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan
cukup - Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau
tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap
makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai
rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
21
misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
3 Perubahan pola napas berhubungan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
dengan hiperventilasi paru Setelah dilakukan asuhan Respiratory Monitoring :
keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
pola respirasi.
nafas adekuat. 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
Kriteria Hasil: penggunaan otot tambahan, retraksi otot
Nursing outcomes classification supraclavicular dan intercostal.
(NOC) : Respiratory Status 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
- Peningkatan ventilasi dan kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.
oksigenasi yang adekuat 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
- Bebas dari tanda tanda distress tidak
pernafasan adanya ventilasi dan suara tambahan.
- Suara nafas yang bersih, tidak Oxygen Therapy :
ada sianosis dan dyspneu 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles.
(mampu mengeluarkan sputum, 2. Ajarkan klien nafas dalam.
mampu bernafas dengan mudah, 3. Atur posisi senyaman mungkin.
22
tidak ada pursed lips) 4. Batasi untuk beraktivitas.
- Tanda tanda vital dalam rentang 5. Kolaborasi pemberian oksigen.
normal
4 Gangguan perfusi jaringan berhubungan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke Setelah dilakukan asuhan Circulatory Care :1. Lakukan penilaian secara
jaringan sekunder. keperawatan selama 3x24 jam komprehensif fungsi
perfusi jaringan adekuat.Kriteria sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler
Hasil: refil, temperatur ekstremitas).
Nursing outcomes classification 2. Kaji nyeri.
(NOC) : Circulation Status 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan.
- Membran mukosa merah muda 4. Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih
- Conjunctiva tidak anemis rendah
- Akral hangat untuk memperbaiki sirkulasi.
- TTV dalam batas normal. 5. Monitor status cairan intake dan output.
- Tidak ada edema 6. Evaluasi nadi, oedema.
7. Berikan therapi antikoagulan.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
keletihan anemia, retensi produk sampah Setelah dilakukan asuhan Activity therapy :
dan prosedur dialysis. keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor respon fisik, social dan spiritual.
Intoleransi aktivitas dapat teratasi. 2. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan
Kriteria Hasil: aktivitas seperti kursi roda, krek.
Nursing outcomes classification 3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
(NOC) : Circulation Status disukai.
23
- Mampu melakukan aktivitas 4. Bantu klien/ keluarga untuk mengidentifikasi
sehari-hari secara mandiri. kekurangan dalam beraktivitas.
- Tanda-tanda vital normal 5. Bantu klien untuk mengembangkan motivasi
- Mampu berpindah dengan atau diri
tanpa bantuan alat. dan penguatan.
- Sirkulasi status baik 6. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
dalam merencakan program terapi yang tepat.
6 Resiko Kerusakan intregritas kulit Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan dengan efek uremia dan Setelah dilakukan asuhan Skin surveilance :
neuropati perifer. keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya tanda – tanda kerusakan
Resiko Kerusakan intregritas kulit integritas
tidak terjadi. kulit.
Kriteria Hasil: 2. Monitor warna kulit.
Nursing outcomes classification 3. Monitor temperatur
(NOC) : Circulation Status 4. Catat adanya perubahan kulit dan membran
- Temperatur jaringan dalam mukosa.
rentang normal. 5. Ganti posisi dengan sering.
- Elastisitas dan kelembaban 6. Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang
dalam rentang rentang normaal. adekuat
- Pigmentasi dalam rentang
normal.
24
4. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008) Pelaksanaan kepewatan
1. Menstimbangkan cairan
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Memenuhi pola nafas
4. Menstimbangkan perfusi jaringan
5. Mengstimbangkan aktivitas
6. Mengelastisikaskan integritas kulit
5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan antara tingkat
kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat kemajuan
kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Evaluasinya menurut Nursalam (2008) sebagai berikut :
1. Cairan seimbang.
2. Nutrisi seimbang
3. Pola nafas terpenuhi
4. Perfusi jaringan seimbang
5. Aktifitas seimbang
6. Integritas Kulit teratasi
25
BAB II
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus Asuhan Keperawatan
Pada Klien Tn.A Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan Dan
Elektrolit Patologis Sistem Perkemihan Chonic Kidney Disease (CKD) Di ICU
Mayapada Hospital Kuningan dari tanggal 11 sampai 15 Oktober 2020.
26
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 Oktober 2020
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
PROFIL HATI
AST ( SGOT ) H 68 < 36 u/L
ALT ( SGPT ) 4 < 50 u/L
Albumin L 2.2 g/dL g/dL
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 115 70 – 200 mg/dL
PROFIL GINJAL
Ureum H 57 20 – 50 mg/dL
Kreatinin H 1.38 0.7 – 1.2 mg/dL
eGFR CKD-EPI 46.9 Normal: >= 90 mL/menit/1.73
Borderline: 60 – 89 m2
Rendah: <60
Perkiraan perhitungan ini
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
ELEKTROLIT & GAS
DARAH
Elektrolit Serum (Na-K-Cl)
Natrium (Na) 142 135 – 145 mmol/L
Kalium (K) 4.9 3.5 – 5.5 mmol/L
Klorida (Cl) 104 98 – 106 mEq/L
SEROLOGI
SEROLOGI UMUM
CRP Kuantitatif H 15.20 <5 mg/L
IMUNOLOGI
IMUNOLOGI
Anti SARS-Cov-2 (Covid19) Non Reaktif Non-reaktif
total Ig
Klien di pindahkan ke ICU dikamar 03 pada hari minggu, Tanggal 11Oktober
2020 jam 03.00 WIB dengan keluhan yang sama ketika di IGD. Kesadaran
compos mentis, keadaan umum klien sakit sedang TTV : TD : 100/60 mmHg,
Nd : 120 x/menit , RR : 24 x/menit , S : 36 °C. Klien di diagnosa CKD,
Diabetes Militus dan diagnosa keperawatanya adalah : Kelebihan volume
cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air.
Intervensinya yaitu : Kaji status cairan , timbang berat badan harian,
27
kesimbangan masukan dan haluran, turgor kulit dan adanya edema, ttv,
membatasi masukan cairan, Menjelaskan pada klien rasional pembatasan
cairan, bantu klien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan
cairan, pemberian terapi :
Infus :
Clinimix 1000cc/24jam
Injeksi :
Meropenem 3x1gr, Cravid 1x750mg, pranza 2x1amp, Lasix 2x40amp, Brain
act 3x500mg, Kalnex 3x500mg, Resfar 1x12cc, Sanexon 3x62,5mg,
Ramikaf25mg, milos 2mg,
oral :
VIP albumin 3x2 caps, Tracetat 1x20cc, Flumucyl 2x15cc, Diabetone 1x1,
Arcoxia 1x20mg, Esilgan 1x1, Atrovastatin 1x40mg, Forsigra 1x10mg,
Episan 3x10cc,
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas, mual, muntah,
pusing selama 2 hari dan cepat lelah saat beraktivitas, oedem tungkai kaki
dibagian kedua kaki grade +2, lamanya keluhan sudah 2 bulan. Selama
sakit klien sering kontrol ke dokter dan minum obat. Saat ini klien
direncanakan untuk dilakukan CRRT
28
c. Riwayat psikososial dan spiritual
Saat ini klien tinggal bersama anak nya. Komunikasi dan interaksi dengan
saudara dan orang lain baik, setiap ada permasalahan selalu di diskusikan
dengan anaknya ( bersama – sama ), dan selalu diputuskan bersama
anaknya. Harapan klien terhadap penyakitnya ingin lekas sembuh
walaupun tidak maksimal dan ingin cepat kembali pulang dan kumpul
dengan keluarga. Peran sebagai ayah sebagai kepala rumah tangga. Hal
yang sangat dipikirkan saat ini klien merasa penyakit yang di deritanya
sebagian ujian dari allah. Aktivitas agama klien puasa dan beribadah 5
waktu tidak di tinggalkan karena sebagai kewajiban yang harus di
laksanakan.
d. Kondisi Lingkungan rumah
Saat ini klien tinggal buah batu bandung Jawa Barat. Menurut klien
keadaan rumah rapi dan lantainya tidak licin, ventilasi ketika pagi sampai
sore sering terbuka, posisi kamar mandi jauh dengan kamar tidur klien,
lingkungan dekat rumah klien padat penduduknya. keluarga klien tidak
ada yang mengosumsi rokok
e. Pola Kebiasaan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi
Sebelum Dirawat
Sebelum sakit pola kebiasaan makan klien adalah 3x/hari dengan
menghabiskan 1 porsi makan, sayur, lauk pauk, dan buah – buahan.
Klien dan pada saat sebelum sakit nafsu makan klien baik, tidak ada
hambatan dalam hal mengkonsumsi makanan.
Saat di Rawat
Pola makan klien tetap sama yaitu tiga kali dalam sehari. Nafsu makan
klien cukup baik, makanan yang di habiskan 1 porsi saja, terkadang
29
tidak habis dikarenakan perutnya kembung. Saat ini klien mendapat
diit rendah protein 60 gram.
2) Pola Eliminasi
Sebelum Dirawat
Sebelum sakit klien biasa buang air besar satu kali dalam sehari,
konsistensinya lembek, warna feses kuning. Sedangkan untuk buang
air kecilnya lebih dua kali dalam sehari, warnanya kuning bening.
Saat di Rawat
Saat di rawat klien mengatakan buang air besarnya yaitu 1 kali dalam
sehari, konsistensi lembek, warna kuning. Sedang kan untuk buang air
kecilnya terjadi perubahan yaitu (70 - 100cc/hari), warnanya adalah
kuning. Dikarenakan penurunan fungsi ginjal.
3) Pola personal hygiene
Sebelum Dirawat
Klien biasa mandi dibantu anaknya dua kali dalam satu hari
menggunakan sabun dan sampo, menggosok gigi dua kali sehari,
setiap mandi pagi dan sore sebelum tidur, klien satu kali dalam satu
minggu membersihkan rambutnya.
Saat dirawat
Selama di rawat klien mandi dibantu dua kali sehari, klien dibantu
perawat pembersihan mulut setiap habis mandi dua kali.
Pola istirahat tidur
Sebelum Dirawat
Klien tidur selama kurang lebih 8 jam /hari dan tidur siang 3 jam.
Klien tidak mempunyai kebiasaan sebelum tidur dan sesudah tidur.
Selama dirawat
Klien tidur kurang lebih 6 jam/hari dengan sering terbangun dan tidur
siang 2 jam. Karena sudah bosan dengan suasana rumah sakit, dan
pengen cepet pulang.
4) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum Dirawat
30
Aktivitas sehari – hari klien yaitu sebagai penulis, klien mudah lelah
setelah beraktivitas.
Selama dirawat
Selama dirawat aktivitas klien terganggu karena kurang terbiasa
dengan suasana rumah sakit dan klien ingin segera pulang, kaki klien
terasa berat dan sakit ketika di gerakkan. Aktivitas klien hanya
ditempat tidur. Untuk perawatan dirinya klien dibantu semua
4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien sakit sedang, Kesadaran klien Compos mentis,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, berat badan klien 50 kg,
tinggi badan 165 cm, tekanan darah klien 100/60 mmHg di suport
vaskon0.1mcg dan dobutamin 5mcg, nadi 125 x/menit, RR 24 x/menit,
Suhu 36°C.
a. Sistem penglihatan
Sitem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda – tanda radang, tidak
ada kelainan otot-otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsang cahaya,
posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva an anemis, kornea normal, sklera ikterik, pupil
isokor.
b. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu
dengar dan tidak mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga
normal, tidak ada serumen, dan tidak ada perasaan di telinga.
c. Sistem wicara
Dalam sistem wicara klien baik, tidak ada disatria, menanggapi
pembicaraan sesuai.
31
d. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien bersih, klien sesak sedikit , tidak menggunakan otot
bantu nafas, frekuensi nafas klien 24 x/menit, irama teratur, nafas
dalam, tidak ada batuk, tidak ada seputum, suara nafas vesikular, tidak
ada nyeri saat bernafas.
e. Sistem kardiovaskular
Nadi 90 x/menit dengan irama teratur,tekanan darah klien 100/60
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit klien hangat,
warna kulit klien pucat, pengisian kapirelirevil <5 detik, odem tungkai
kaki kanan grade + 2.
f. Sistem hematologi
Tidak ada pendarahan, kongjungtiva tidak pucat, hemoglobin normal
9.3 g/dl.
h. Sistem pencernaan
Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu,tidak ada
stomatitis di rongga mulut, bibir kering, , abdomen kembung, bising
usus 16 x/menit.
i. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, ada
luka gangren di bagian punggung belakang dan bagian bokong
32
j. Sistem urologi
Keseimbangan cairan per 24 jam : intake : infus per24jam (+ 1571.6),
minum 650 , total intake : + 2221.6 , Output : urine : 73, muntah 70,
iwl 500 , total : + 643, total balance cairan tanpa iwl : +2078.6,
sedangkan dengan iwl adalah +1578.6, diuresis per24jam 0.06
cc/kgbb/jam. ada perubahan pola kemih, BAK kuning, tidak ada
ketegangan kandung kemih, ada keluhan sakit pinggang Ada nyeri
pada saat bak. Odem di tungkai kedua kaki karena adanya
penumpukan cairan di kaki. Penatalaksanaan diit rendah cairan (batasi
cairan 600cc/24 jam, lasik 2x1 amp.
k. Sistem integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit 36°C, warna kulit kemerahan,
keadaan kulit tidak ada kelainan kulit, terjadi pembengkakan pada kulit
daerah pemasangan infus, kulit kering. Pemeriksaan lab ureum 57
Mg/dl, kreatinin 1.38 Mg/dl. Penatalaksanaan rendah protein 40gr dan
rendah garam 40 gr .
l. Sistem muskuloskeletal
KLien mengalami struk pada tahun 2005 Ada kesulitan dalam
pergerakan sebelah kiri, klien merasa sakit pada tulang sendi dan kulit,
tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan struktur tulang
belakang, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, kekuatan otot:
5555 4444
1111 1111
33
5 Pemeriksaan Penunjang
34
PO2 H 111.6 95 – 100 (Arteri) Mmhg
Total CO2 (TCO2) L 14.2 23.0 – 27.0 Mmhg
Bikarbonat (HCO3) LL 13.5 22 – 26 Mmol/L
Std HCO3 17.0 Mmol/L
Basa Lebih (BE) 9.1 (-3) – (+3) Mmol/L
BEecf/std BE 11.3 Mmol/L
Saturasi O2 H 98.5 95.0 – 98.0 %
Hasil sudah dikoreksi
terhadap
Suhu Badan 36.6 Celcius
O2 60%
72 x kreatinin plasma
= (140-83) x 60kg
= 57 x 60 = 3420
93.6 93.6
= 36,5 ml/menit
Klasifikasi dari CRF klien masuk gret 3, yang artinya kilen mengalami gagal ginjal
tahap 3B (karena LFG klien 36.5%, akan dilakukan scrining dan rujukan ( CRRT )
1. Penatalaksanaan terapi :
Diet : Peptamen 6x150 cc
Infus :
D5 ½ NS 7 tpm
Vascon : 0.1 mcg /kgbb/mnt
35
Dobutamine : 5mcg /kgbb/mnt
Octalbin 25% 100cc/hari untuk 3hari
Injeksi :
Meropenem 3x1gr, Cravid 1x750mg, pranza 2x1amp, Lasix 2x40amp, Brain act
3x500mg, Kalnex 3x500mg, Resfar 1x12cc, Sanexon 3x62,5mg, Ramikaf25mg,
milos 2mg,
oral :
VIP albumin 3x2 caps, Tracetat 1x20cc, Flumucyl 2x15cc, Diabetone 1x1,
Arcoxia 1x20mg, Esilgan 1x1, Atrovastatin 1x40mg, Forsigra 1x10mg, Episan
3x10cc,
DATA FOKUS
Data subyektif, klien mengatakan :
Kaki bengkak di tungkai ke dua kaki
36
Data Obyektif ;
Keadaan umum klien sakit sedang
GCS : (E : 4, V : 5, M : 6) = 15
Balance cairan dalam 24jam tanpa iwl : +2078.6 , sedangkan dengan iwl :
+1578.6
GFR : 36 % (berat)
37
7 ANALISA DATA
Tabel 3.3 Analisa Data
No DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS: Ketidakmampuan
klien mengatakan bengkak ginjal
di tungkai bagian kedua mengsekresi air
kaki dan kaki terasa berat Kelebihan volume dan natrium
saat di gerakkan kaki terasa cairan
nyeri.
DO:
Kulit kering dan pucat
Edem di tungkai kaki
kanan garde + 2
Balan cairan : dengan
iwl : +1578.6, tanpa
iwl : +2078.6
Ureum : 57 mg/dl
Kreatinin : 1.3 mg/dl
GFR : 36%
Penurunan berat badan
3 kg dari 53>50 kg
TD : 100/60 mmHg
38
support vaskon 0.1mcg,
dan vaskon 5 mcg
39
B. Diagnosa Keperawatan
grade + 2
Ureum : 57 mg/dl
GFR : 36 %
TD : 100/60 mmHg
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan intake diit ditandai dengan : Mual ,Muntah dan diit ketat
DS :
klien mengatakan perut kembung, badan lemas sudah 2 hari, dan BB turun
3 kg dalam 3 bulan terakhir.
40
DO :
Keadaan klien sakit sedang
A. : BB : 50 kg
TB : 165cm
IMT : 18.5 )Normal)
BB ideal klien : 50 kg – 55 kg.
B. : HB : 9.7 g/dl
Ureum : 57 mg/dl
Kreatinin : 1.3 mg/dl
C. : konjungtiva ananemis, abdomen kembung, bising usus 18 x/menit.
D. : pola makan klien 3 x/hari. Diit rendah protein 40gr ,rendah garam 40gr.
C. Perencanaan Keperawatan
41
1. Klien bebas dari edema kelebihan/kekurangan masukan dan
2. Klien dapat cairan. pengeluaran cairan
mempertahankan bunyi paru 3. Batasi dan jelaskan 2. Untuk mengetahui
bersih masukan cairan adanya kekurangan /
3. BB stabil ( dengan minum 2 kelebihan cairan
4. Turgor kuli normal gelas / hari 600cc ) 3. Pembatasan cairan,
5. Tidak ada oliguria 4. Anjurkan klien pengeluaran urin, dan
6. Seimbang antara intake dan mencatat penggunaan respon terhadap
output cairan terutama terapi
pemasukan dan 4. Untuk mengetahui
pengeluaran keseimbangan intake
5. Kolaborasi persiapan dan output
klien untuk CRRT hari 5. Agar keadaan klien
Sabtu. terpantau untuk
persiapan CRRT
selanjutnya
42
c. Ureum : 10-50 mg/dl hematokrit, ureum dilambung dapat
d. Kreatinin : <1.4 mg/dl dan kreatinin. berkurang
3. Anjurkan perawatan 5. Kolaborasi dengan
mulut ahli gizi untk
4. Berikan obat oral : pemberian diit
a. Lasik 10mg 1 yang diberikan
injeksi jam 06.00 klien
wib 6. Agar kadar protein
b. Ondancentron seimbang
10mg injeksi jam
06.00 wib
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi pemberian
diit rendah protein
40 gram diit rendah
garam 40gram
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
obat ketosteril
43
Ureum :10-50 mg/dl rambut
Kreatinin : <1,4 mg/dl 5. Kolaborasikan
untuk pemberian
obat gatal
D. Pelaksanaan Keperawatan
Tabel 3.5 pelaksanaan
44
DS : berterima kasih
11/10/2020 Kolaborasi persiapan klien untuk CRRT hari
11.00 Sabtu
Respon :
DS : berterima kasih
DO : klien tampak cemas
11/10/2020 Mengkaji status cairan dengan menimbang BB
13.00 per hari, keseimbangan intake dan output
Respon :
DS : klien mengatakan BB masih sama seperti
kemarin 50 kg minum hanya 2 gelas/hari 600cc.
DO : balance cairan = + 1578.6cc
11/10/2020 Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan
13.30 Respon :
DS : minum 2 gelas/hari 600cc
DO : tampak masih bengkak di tungkai kaki
kanan dan kiri grade +2, balance cairan =
+1578cc/hari
11/10/2020 Persiapan klien untuk CRRT hari Sabtu
14.00 Respon :
DS : klien mengtakan sudah siap untuk
mengikuti terapi CRRT.
DO : tampak menerimanya
12/10/2020 Mengkaji status cairan dengan menimbang BB
08.10 per hari, keseimbangan intake dan output
Respon :
DS : klien mengatakan minum 2 gelas/hari
600cc.
DO : balance cairan = + 1578.6 cc/hari
12/10/2020 Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan
08.30 Respon :
DS : berterima kasih
DO : balance cairan = + 1578.6 cc/hari, tampak
45
odem semakin bertambanh dan klien tampak
pucat pucat lagi.
No DX Implementasi paraf
12/10/2020 2 Mengkaji status nutrisi, pengukuran A, B, C, D
08.50 Respon :
DS : klien mengatakan “nafsu menunrun” dan
klien cm pengen jus buah
DO : A : BB : 50 kg , TB : 165cm,
BB ideal klien: 50 kg – 60 kg
IMT : 18.5(Normal).
B : HB 9.7 g/dl
Ureum : 57 mg/dl
Kreatinin : 1.3 mg/dl
C : konjungtiva ananemis
Abdomen kembung, bising usus 18 x/menit
D : pola makan klien 3 x/hari
4. Diit Peptamen 6 x 150 c
12/10/2020 Monitor lab hemoglobin, hematokrit, ureum
09.30 dan kreatinin.
Respon :
DS : berterima kasih
DO : HB : 9,7g/dl (rendah)
HT : L 28 % (rendah)
Ureum : 57 mg/dl (tinggi)
Kreatinin : 1.3mg/dl (tinggi)
Menganjurkan perawatan mulut 2x sehari.
12/10/2020 Respon :
12.00 DS : keluarga klien mengatakan “boleh
dilakukan perawatan mulut”
46
DO : tampak kumur-kumur
12/10/2020 Memberian obat episan 15cc jam 08.00 wib.
12.20 Respon :
DS : tidak mual
DO : tidak muntah
12/10/2020 Memberikan makanan siang/sore diit rendah
12.00 protein 40gr,rendah garam 40gr
Respon :
DS : mengucapkan terima kasih sudah
beritahukan
DO : makanan nasi dan tampak klien habis 1
porsi
13/10/2020 Mengkaji status nutrisi, pengukuran A, B, C, D
09.00 Respon :
DS : klien mengatakan “nafsu makan baik”
DO : A : BB : 50 kg , TB : 165cm,
BB ideal klien : 50 kg – 55 kg
IMT : 18.5(Normal).
B : HB : 9.7g/dl
HT : L 27 %
Ureum : 57 mg/dl
Kreatinin : 1.3 mg/dl
C : konjungtiva ananemis
Abdomen kembung, bising usus 18 x/menit
D : pola makan klien 3 x/hari
Diet : Peptamen 6x150 cc
47
13/10/2020 Memberian therapi obat
12.00 Respon :
DS : tidak mual lagi
DO : tidak muntah
13/10/2020 Memberikan makanan siang
12.00 Diet : Peptamen 6x150 cc
Respon :
DS : -
DO : tampak menghabiskan 1 porsi
14/10/2020 Monitor lab hemoglobin, hematokrit, ureum
10.00 dan kreatinin.
Respon :
DS : terima kasih
DO : belum ada rencana cek darah kembali
Tgl : 17 oktober 2020 :
HB : 9.6 g/dl (rendah)
HT : 28 % (rendah)
Ureum : 134 mg/dl (batas normal)
Kreatinin : 3,1mg/dl (tinggi)
15/10/2020 Informkonsen keluarga pasien tentang
08.00 pemasangan crrt
Respon :
DS : keluarga klien mengatakan “ bersedia”
DO : sabtu, tanggal 17 juni 2020 BB : 50 kg.
15/10/2020 Memberian obat injeksi jam 8
08.00 Respon :
DS :tidak mual lagi
DO : tidak muntah
15/10/2020 Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
20.00 Respon :
DS : -
DO : pasien terlihat sakit berat
15/10/2020 Memberikan makanan siang Diet : Peptamen
48
20.00 6x150 cc
Respon :
DS : -
DO : tampak menerima
49
15/10/2020 Menjaga kebersihan kulit
15.00 Respon :
DS : klien mengatakan gatal sedikit
berkurang
DO : tampak klien jarang menggaruk
E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tgl 20 – 22 mei 2017 maka
evaluasi di ambil pada hari terakhir yaitu :
Tabel 3.6 evaluasi keperawatan
HARI/ NO SOAP PARAF
TANGGAL DX
Kamis, 1 kelebihan volume cairan berhubungan
15/10/2020 dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi
air dan natrium.
S : klien mengatakan tungkai masih
bengkak bagian kanan. Klien mengatakan
ketika berjalan berat dan masih lemas, klien
mengatakan mengerti tentang pembatasan
cairan.
O:
mukosa bibir lembab
Turgor kulit masih terlihat kurang
elastis dan masih tampak kering.
Edema di tungkai masih grade +1
Balance cairan +1578.6/hari
Lab : ureum : 57 mg/dl, kreatinin : 1.3
mg/dl
GFR : 36 %
Penurunan BB 3 kg 50< 53
50
TD : 100/60 mmHg.
Rencana pemasang CRRT tgl 17
oktober 2020
B : HB : 9.6g/dl, HT : 28 % ureum : 57
mg/dl, kreatinin : 1.3 mg/dl.
C : konjungtiva anemis, , abdomen
kembung, bising usus 10 x/menit.
D : pola makan klien 3 x/hari, Peptamen
6x150 cc
51
A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Kaji pengukuran ABCD
2. Memberian obat injeksi sesuai therapy
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
Kamis, Kerusakan integritas kulit berhubungan
15/10/2020 dengan uremia
S : klien mengatakan gatal berkurang
O : tampak kulit masih kering
A : kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Mengkaji karakteristik kulit
2. Menjaga kebersihan kulit
BAB III
PENUTUP
52
A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Chronic kidney disease adalah kerusakan
faal ginjal yang tidak dapat pulih lagi atau kembali sembuh secara total seperti
sedia kala yang bisa disebabkan oleh berbagai hal.
Komplikasi dari penyakit gagal ginjal kronik yaitu : hiperkalemi akibat
penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan diit berlebih.
Perikarditis, efusi perikardial, dan temponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat. Hipertensi akibat retensi cairan
dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin aldosteron. Anemia akibat
penurunan eritropoetin, mual, muntah, dan lain-lain.
B. Saran
Mudah-mudahan Askep ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan lainnya dan
semoga selanjutnya dapat membahas lebih detail tentang “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Choronic Kidney Disease”.
DAFTAR PUSTAKA
53
Doenges E, Marilynn, dkk. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.
Alih bahasa: Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.
54