Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)
terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah
menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat
utama. Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang
lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah
perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai
berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran
cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia. Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik
lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang
merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah
terjadi gagal ginjal.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung
pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena
itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap
penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit
ginjal kronik dapat dikendalikan. Pada penyakit GGK stadium 5, terapi yang bisa dilakukan
hanya pemberian hemodialisis yang hanya bertujuan untuk mencegah kematian tetapi tidak dapat
menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya
aktivitas metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta
terapinya terhadap kualitas hidup pasien.Tindakan hemodialisis ini termasuk salah satu dalam
perawatan paliatif pada penyakit GGK.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana konsep dasar penyakit GGK serta
bagaimana keperawatan paliatif pada klien GGK?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui keperawatan paliatif pada klien
dengan GGK.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Konsep dasar penyakit GGK
b. Upaya keperawatan paliatif terhadap GGK
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit Gagal Ginjal Kronis


a) Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang persisten dan irreversible (Mansjoer,
2000). Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner
and Suddarth, 2002).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,
biasanya berlangsung beberapa tahun ( Price,Silvia Anderson, 1995). Gagal ginjal kronis atau
penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah). Ini dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
glomerulonefritis kronis,pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi traktus
urinarius, lesi herediter. Dan penyakit ginjal polikistik seperti gangguan vaskuler, infeksi,
medikasi, atau agens toksik. Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal
kronis mencakup timah, cadmium, merkuri, dan kromium.

2. Etiologi
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
 Infeksi misalnya pielonefritis kronik
 Penyakit peradangan misalnya glomerulonephritis
 Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis
 Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
 Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
 Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amyloidosis
 Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

3. Patofisiologi
Pada gagal ginjal terjadi penurunan fungsi renal yang mengakibatkan produk akhir
metabolisme protein tidak dapat diekskresikan ke dalam urine sehingga tertimbun didalam darah
yang disebut uremia. Uremia dapat mempengaruhi setiap sistem tubuh, dan semakin banyak
timbunan produk sampah uremia maka gejala yang ditimbulkan semakin berat.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) mengakibatkan klirens kreatinin akan menurun
sehingga kreatinin darah akan meningkat. Kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya juga
meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi renal karena
substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh, sementara BUN tidak hanya dipengaruhi oleh
penyakit ginjal tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme jaringan medikasi
seperti steroid.
Ginjal juga tidak mampu mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine secara normal dan sering
terjadi retensi natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi system rennin angiotensin
aldosteron.
Asidosis sering terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mengeluarkan ion H+ (muatan basa) yang
berlebihan, ketidakmampuan menyekresikan ammonia (NH3+) dan mengabsorpsi bikarbonat
(HCO3-).
Anemia terjadi akibat sekresi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah
merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik,
terutama dari saluran gastrointentinal.

WOC
4. Klasifikasi gagal ginjal kronik
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage)
penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar
LFG. Derajat Penjelasan LFG :
a. Derajat 1 : Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ > 90
b. Derajat 2 : Kerusakan ginjal dengan LFG↓ ringan 60-89
c. Derajat 3 : Kerusakan ginjal dengan LFG↓ sedang 30-59
d. Derajat 4 : Kerusakan ginjal dengan LFG↓ berat 15- 29
e. Derajat 5 : Gagal ginjal < 15 atau dialysis

5. Gejala klinis
Pada GGK semua sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia. Keparahan gejala klinis
tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia
pasien. Gejala klinis yang muncul antara lain :
a. Manifestasi kardiovaskuler mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron), piting edema, edema periorbital, frikction
rub pericardial dan pembesaran vena leher.
b. Gejala integumen mencakup : warna kulit abu-abu mengkilat, rasa gatal yang parah
(pruritus), kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Gejala gastrointestinal mencakup : napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada
mulut, anoreksia, mual, muntah, cegukan, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran
GI.
d. Gejala Pulmoner mencakup : krekels, sputum kental, napas dangkal dan pernapasan
kussmaul.
e. Gejala neurologi mencakup : konfusi (perubahan tingkat kesadaran), tidak mampu
berkonsentrasi, kelemahan dan keletihan, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai,
rasa panas pada telapak kaki, dan perubahan perilaku.
f. Gejala musculoskeletal mencakup : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang dan
foot drop. Gangguan system reproduktif mencakup amenore dan atropi testikuler.

6. Keluhan atau masalah yang sering timbul pada pasien GGK


a. Fisik : Mual, muntah, nyeri, odema, lemas, sianosis, sering terjaga
b. Psikologi : Ansietas (cemas), binggung, putus asa
c. Sosial : Tidak mau bicara, tidak member respon terhadap pembicaraan
d. Spiritual : Kehilangan keyakinan nilai luhur atau yang maha kuasa (Tuhan)
e. Kultural : Persepsi pasien tentang penyakit yang dihadapinya dikaitkan dengan
kepercayaan yang dianut pasien, gelisah.
7. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : edema jaringan umum, kulit coklat kehijauan/kuning, distensi abdomen,
pruritus, petekie
b. Palpasi : pitting pada kaki, nadi kuat, hipertensi, pembesaran hati (tahap akhir),
perubahan turgor kuli
c. Auskultasi : disritmia jantung, takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman
(pernafasan kusmaul)

8. Pemeriksaan penunjang/diagnostic
Pemeriksaan penunjang mencakup :
A. Pemeriksaan laboratorium :
1. Urine :
Volume : oligouria atau anuria, warna keruh, berat jenis kurang dari 1,015, osmolalitas
kurang dari 350 mOsm/kg, klirens kreatinin mungkin agak menurun, natrium > 40 mEq/L,
proteinuria (3-4+).
2. Darah :
BUN/Kreatinin meningkat (kreatinin 10 mg/dl), Hematokrit menurun, HB < 7-8 g/dL), Gas
darah arteri : pH < 7,2 ,bikarbonat dan PCO2 menurun. Natrium mungkin rendah atau normal,
kalium, magnesium/ fosfat meningkat, kalsium menurun, protein ( khususnya albumin) menurun,
osmolalitas serum > 285 mOsm/kg.
B. Pemeriksaan Radiologi
1. USG Ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran
kemih atas.
2. Biopsy ginjal : mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologist.
3. Endoskopi ginjal, nefroskopi : menentukan pelvis ginjal; keluar batu, hematuri,
pengangkatan tumor selektif.
4. EKG : mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
5. KUB foto : menunjukkan ukuran ginjal/ ureter/ kandung kemih dan adanya obstruksi
batu.
6. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : menunjukkan demineralisasi dan
kalsifikasi.

B. Perawatan Paliatif Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis


1. Definisi perawatan paliatif
Suatu pendekatan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan, penilaian, pengobatan
nyeri dan masalah-masalah fisik lain, juga masalah psikologis dan spiritual lainnya .

2. Prinsip perawatan paliatif


a. Menghilangkan nyeri & gejala-gejala yang menyiksa lain
b. Menghargai kehidupan & menghormati kematian sebagai suatu proses normal
c. Tidak bermaksud mempercepat atau menunda kematian
d. Perawatan yang mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, sosial, budaya dari
pasien
dan keluarganya, termasuk dukungan saat berkabung.
e. Memberi sistim dukungan untuk mengusahakan pasien sedapat mungkin tetap aktif
sampai kematiannya.
f. Memberi sistim dukungan untuk menolong keluarga pasien melalui masa sakit pasien,
dan sewaktu masa perkabungan

3. Karakteristik perawatan paliatif


a. Menggunakan pendekatan tim untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarganya,
termasuk konseling kedukaan bila diperlukan.
b. Meningkatkan kwalitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi perjalanan
penyakit.
c. Perawaatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
d. Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, social
e. Pendekatan multi-disipliner : medis, non-medis, keluarga
4. Manfaat perawatan paliatif
a. Meningkatkan kualitas hidup Pasien GGK dan keluarganya
b. Mengurangi penderitaan pasien
c. Mengurangi frekuensi kunjungan ke rumah sakit
d. Meningkatkan kepatuhan pengobatan

5. Pelaksana perawatan paliatif


a. Petugas medis :
1. Perawat
2. Manajer kasus
3. Dokter, fisioterapis, nutrisionis
b. Keluarga pasien
c. Petugas sosial komunitas : lay support
d. Anggota KDS
e. Petugas LSM

6. Syarat perawatan paliatif yang baik


a. Menghargai otonomi dan pilihan pasien
b. Memberi akses sumber informasi yang adekuat
c. Ciptakan hubungan saling menghargai dan mempercayai antara pasien dengan pemberi
perawatan
d. Berikan dukungan bagi keluarga, anak, petugas sosial yang memberikan perawatan.
e. Hormati dan terapkan nilai-nilai budaya setempat, kepercayaan / agama, dan adat istiadat.
7. Jenis perawatan paliati
a. Pengobatan medikamentosa terutama penatalaksanaan nyeri dan gejala-gejala lain
b. Perawatan psikososial berupa :
1) psikologis
2) social
3) spiritual
4) kedukaan/berkabung
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin. Seluruh factor yang berperan pada gagal ginjal tahap akhir
dan factor yang dapat dipulihkan (mis : obstruksi) diidentifikasi dan ditangani.
Komplikasi potensial gagal ginjal kronis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam
perawatan mencakup :
a. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
b. Obat-obatan: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium
hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi
serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila
terjadi anemia.
c. Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki
abnormalitas biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendurungan perdarahan; dan
membantu penyembuhan luka.
d. Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
e. Penanganan hiperkalemia; Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang
paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan
adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum
(nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak
gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan
kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium
polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
f. Mempertahankan keseimbangan cairan; Penatalaksanaan keseimbanagan cairan
didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi
urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien.
Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses,
drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi
penggantia cairan
9. Terapi GGK
A. Terapi Farmakologis
1. Kontrol tekanan darah
a. Penghambat EKA atau antagonis reseptor Angiotensin II → evaluasi kreatinin dan
kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin > 35% atau timbul
hiperkalemia harus dihentikan.
b. Penghambat kalsium, Diuretik
2. Pada pasien DM, kontrol gula darah → hindari pemakaian metformin dan obat-obat
sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target HbA1C untuk DM tipe 1 0,2 diatas
nilai normal tertinggi, untuk DM tipe 2 adalah 6%
3. Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dl
4. Kontrol hiperfosfatemia: polimer kationik (Renagel), Kalsitrol
5. Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-22 mEq/l
6. Koreksi hyperkalemia
7. Kontrol dislipidemia dengan target LDL,100 mg/dl dianjurkan golongan statin
8. Terapi ginjal pengganti
B. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara
progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,
memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit (Sukandar, 2006).

1. Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama
gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
2. Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan
tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara
status nutrisi dan memelihara status gizi.

3. Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah
diuresis mencapai 2 L per hari.
4. Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG
dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).
C. Terapi simtomatik.
1. Asidosis metabolik : Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan
serum kalium (hiperkalemia).
2) Anemia : Transfusi darah
3) Keluhan gastrointestinal : Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, ulserasi mukosa
mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi
dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.
4) Kelainan kulit : Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan
kulit.
5) Kelainan neuromuskular : Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu
terapi hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal
paratiroidektomi.
6) Hipertensi : Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
7) Kelainan sistem kardiovaskular : Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan
kardiovaskular yang diderita.
D. Terapi pengganti ginjal
1) Hemodialisis
(3x seminggu selama 3-4 jam per kali terapi) atau sebelum melakukan operasi
pencangkokan ginjal.

2) Dialisis peritoneal (DP)


yaitu metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang
melapisi perut dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki area permukaan
yang luas dan kayaakan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah
tersaring melalui peritoneumke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui
sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan
harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah
secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan,
dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.

3) Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:
a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal
ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah
b) Kualitas hidup normal kembali
c) Masa hidup (survival rate) lebih lama
d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat
imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
e) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Agama, Jenis Kelamin Pekerjaan, Alamat,

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama
mulai dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011)
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau
amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan
perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin, 2011).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu
saluran kemih infeksi system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk
dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan(Muttaqin, 2011).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi yang bisa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal
kronik.

c. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan


Persepsi terhadap penyakit Biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik
mengalami kecemasan yang tinggi. Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok,
alkohol dan obat-obatan dalam kesehari-hariannya.

d. Pola Nutrisi/Metabolisme

1) Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
2) Pola Minum
Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada
mulut (pernapasan ammonia).

e. Pola Eliminasi

1) Buang Air Besar


Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.
2) Buang Air Kecil
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine <400ml/hari sampai anuria, warna urine keruh
atau berwarna coklat, merah dan kuning pekat.

f. Pola Aktivitas /Latihan


Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya
membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain. Biasanya klien kesulitan menentukan
kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi peran dalam
keluarga.

g. Pola Istirahat Tidur


Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya nyeri panggul, sakit
kepala dan kram otot/kaki ( memburuk pada malam hari).
h. Pola Kognitif –Persepsi
Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat
asietas sedang sampai berat.
i. Pola Peran Hubungan
Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena perawatan
yang lama. Pola Seksualitas/Reproduksi Biasanya terdapat masalah Seksual berhubungan
dengan penyakit yang di derita.

k. Pola Persepsi Diri/ Konsep Diri

1) Body image/gambaran diri


Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh terganggu, keluhan
karena kondisi tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang
mengubah fungsi alat tubuh
2) Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita
3) Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu menerima
perubahan, merasa kurang memiliki potensi
4) Self esteem/harga diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan diri, keluhan
fisik
5) Self ideal/ideal diri
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak memiliki
kemampuan, tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya

l. Pola Koping-Toleransi Stres


Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan dan sebabnya, perasaan
tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah
tersinggung, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.

m. Pola Keyakinan Nilai


Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
n. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.
2) Kepala
a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala, kuku
rapuh dan tipis.
b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis, dan
sclera tidak ikterik.
d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pendek dan
kusmaul
e) Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi,
dan napas berbau f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
3) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
4) Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening
5) Dada / Thorak
 Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussmaul
(cepat/dalam)
 Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
 Perkusi : Biasanya Sonor
 Auskultasi : Biasanya vesicular
6) Perut / Abdomen
 Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan,
klien tampak mual dan muntah
 Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit
 Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya
pembesaran hepar pada stadium akhir.
 Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
7) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, distensi abdomen,
diare atau konstipasi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah, coklat dan
berawan.
8) Ekstremitas
Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, odema pada ektremitas,
kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,keterbatasan gerak
sendi.
9) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area
ekimosis pada kulit.
10) Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran,
disfungsi serebral,seperti perubahan proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapati
kejang, dan adanya neuropati perifer.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan edema paru


2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan
menurun.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan input cairan lebih besar dari pada
output
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat.
5. Memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan berhubungan dengan keparahan dan
kesabaran dalam memnghadapi tingkat penyakit yang dialami oleh pasien GGK
tahap akhir stadium V.
6. Kualitas hidup pasien meningkat berhubungan kemampuan pasien dan keluarga
dalam menghadapi sulitnya menjalani hidup dengan penyakit yang berat.

3. Intervensi Keperawatan
NO DX TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL
KRITERIA KEPERAWATAN
HASIL
1.Pola nafas Tujuan : a. Auskultasi bunyi a. Menyatakan
tidak efektif Pola nafas kembali nafas, catat adanya
berhubungan normal atau stabil adanya crakles penumpukan secret
edema paru dengan kritria b. Ajarkan klien b. Membersihkan
hasil : batuk efektif dan jalan nafas dan
Klien tidak nafas dalam memudahkan
mengalami c. Atur posisi aliran oksigen
dyspnea. senyaman c. Mencegah
mungkin. terjadinya sesak
d. Batasi untuk nafas
beraktivitas d. Mencegah sesak
e. Anjurkan diet atau hipoksia
hipertonis e. Menguirangi
f. Kolaborasi edema paru
pemberian f. Perfusi jaringan
oksigen adekuat

2.Gangguan Tujuan : a. Selidiki adanya a. Mengetahui


perfusi Perfusi jaringan anemia penyebab
jaringan adekuat b. Observasi adanya b. Edema merupakan
berhubungan Kriteria hasil : edema penyebab
dengan suplai CRT kurang dari 2 ekstermitas c. Meningkatkan
oksigen ke detik c. Dorongan latihan sirkulasi perifer
jaringan aktif dengan d. Meningkatkan
menurun. rentang gerak supplai oksigen
sesuai toleransi
d. Kolaborasi
pemberian
oksigen
3.Kelebihan Tujuan : a. Kaji status cairan a. Mengetahui status
volume cairan Volume cairan dengan cairan,
berhubungan dalam keadaan menimbang BB meliputiinput dan
dengan input seimbang perhari, output
cairan lebih Kriteria hasil : keseimbangan b. Pembatasan cairan
besar dari Tidak ada edema masukan dan akan menentukan
pada output keluaran, turgor BB ideal, keluaran
kulit tanda-tanda urine, dan respon
vital terhadap terapi
b. Batasi masukan c. Pemahaman
cairan meningkatkan
c. Jelaskan pada kerjasama klien
pasien dan dan
keluarga tentang
pembatasan
cairan
d. Anjurkan
pasien/ajari
4.Gangguan Tujuan : a. Awasi konsumsi a. Menidentifikasi
nutrisi kurang Mempertahankan makanan atau kekurangan nutrisi
dari masukan nutrisi minuman b. Menurunkan
kebutuhan yang adekuat b. Perhatikan pemasukan dan
tubuh dengan kriteria hasil adanya mual memerlukan
berhubungan : muntah intervensi
dengan intake Menunjukin pritein c. Berikan makanan c. Porsi lebih kecil
tidak adekuat. albumin stabil sedikit tapi sering dapat
d. Berikan diet meningkatkan
tinggi protein masukan makanan
e. Berikan d. Meningkatkan
perawatan mulut protein albumin
e. Menurunkan
ketidaknyamanan
dan mningkatkan
nafsu makan
5.Memiliki Tujuan : a. Rajin melakukan a. Mendekat diri pada
hubungan Memelihara doa Tuhan (membina
yang baik hubungan baik b. Rajin membaca hubungan yang
dengan Tuhan dengan Tuhan Al-qur’an baik dengan Tuhan
berhubungan c. Rajin melakukan memalui doa)
dengan hal yang b. Menenangkan diri
keparahan dan berkaitan dengan dengan melihat dan
kesabaran kerohanian merenungkan
dalam ajaran-ajaran
memnghadapi Tuhan
tingkat c. Meningkatkan
penyakit yang keimanan dengan
dialami oleh melibatkan diri
pasien GGK dengan hal-hal
tahap akhir yang berkaitan
stadium V. dengan kerohanian

6.Kualitas Tujuan: a. Mampu a. Menghadapi segala


hidup pasien Mempertahankan mengendalikan sesuatu dengan
meningkat kualitas hidup yang masalah tenang
berhubungan baik b. Mengahadapi b. Mampu
kemampuan perawatan dengan mengendalikan
pasien dan tabah dan sabar stress dengan baik
keluarga
dalam
menghadapi
sulitnya
menjalani
hidup dengan
penyakit yang
berat.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan
terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik
biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit
saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit
ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal.
Pada penyakit GGK stadium 5, terapi yang bisa dilakukan hanya pemberian
hemodialisis yang hanya bertujuan untuk mencegah kematian tetapi tidak dapat
menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi
hilangnya aktivitas metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak
dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien.Tindakan
hemodialisis ini termasuk salah satu dalam perawatan paliatif pada penyakit
GGK.
DAFTAR PUSTAKA

Brenner BM, Lazarus JM. 2000.Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 3


Edisi13. Jakarta: EGC.1435-1443.
Mansjoer A, et al. 2002.Gagal ginjal Kronik. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II
Edisi 3.Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Suhardjono, Lydia A, Kapojos EJ, Sidabutar RP. 2001.Gagal Ginjal Kronik. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: FKUI.427-434.
Suwitra K. 2006.Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.581-584.
Brunner&Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol
2.EGC:Jakarta
Drs. H. syaifuddin, B. AC. 1997. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk, 2000. kapita Jilid I & II. Edisi ketiga. Jakarta : Media Acsulapius.
R. syamsu Hidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta : EGC.
http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?
option=com_content&view=article&id=305:pengertian-gagal-ginjal-
kronik&catid=53:perut&Itemid=68
http://hanif.web.ugm.ac.id/gagal-ginjal-kronik.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/gagal-ginjal-kronik/
http://indonesiannursing.com/2008/08/22/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-kronis-
nursing-diagnosis-of-chronic-kidney-diseases/

Anda mungkin juga menyukai