PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)
terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah
menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat
utama. Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang
lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah
perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai
berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran
cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia. Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik
lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang
merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah
terjadi gagal ginjal.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung
pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena
itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap
penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit
ginjal kronik dapat dikendalikan. Pada penyakit GGK stadium 5, terapi yang bisa dilakukan
hanya pemberian hemodialisis yang hanya bertujuan untuk mencegah kematian tetapi tidak dapat
menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya
aktivitas metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta
terapinya terhadap kualitas hidup pasien.Tindakan hemodialisis ini termasuk salah satu dalam
perawatan paliatif pada penyakit GGK.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana konsep dasar penyakit GGK serta
bagaimana keperawatan paliatif pada klien GGK?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui keperawatan paliatif pada klien
dengan GGK.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Konsep dasar penyakit GGK
b. Upaya keperawatan paliatif terhadap GGK
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
Penyakit peradangan misalnya glomerulonephritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amyloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
3. Patofisiologi
Pada gagal ginjal terjadi penurunan fungsi renal yang mengakibatkan produk akhir
metabolisme protein tidak dapat diekskresikan ke dalam urine sehingga tertimbun didalam darah
yang disebut uremia. Uremia dapat mempengaruhi setiap sistem tubuh, dan semakin banyak
timbunan produk sampah uremia maka gejala yang ditimbulkan semakin berat.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) mengakibatkan klirens kreatinin akan menurun
sehingga kreatinin darah akan meningkat. Kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya juga
meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi renal karena
substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh, sementara BUN tidak hanya dipengaruhi oleh
penyakit ginjal tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme jaringan medikasi
seperti steroid.
Ginjal juga tidak mampu mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine secara normal dan sering
terjadi retensi natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi system rennin angiotensin
aldosteron.
Asidosis sering terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mengeluarkan ion H+ (muatan basa) yang
berlebihan, ketidakmampuan menyekresikan ammonia (NH3+) dan mengabsorpsi bikarbonat
(HCO3-).
Anemia terjadi akibat sekresi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah
merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik,
terutama dari saluran gastrointentinal.
WOC
4. Klasifikasi gagal ginjal kronik
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage)
penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar
LFG. Derajat Penjelasan LFG :
a. Derajat 1 : Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ > 90
b. Derajat 2 : Kerusakan ginjal dengan LFG↓ ringan 60-89
c. Derajat 3 : Kerusakan ginjal dengan LFG↓ sedang 30-59
d. Derajat 4 : Kerusakan ginjal dengan LFG↓ berat 15- 29
e. Derajat 5 : Gagal ginjal < 15 atau dialysis
5. Gejala klinis
Pada GGK semua sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia. Keparahan gejala klinis
tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia
pasien. Gejala klinis yang muncul antara lain :
a. Manifestasi kardiovaskuler mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron), piting edema, edema periorbital, frikction
rub pericardial dan pembesaran vena leher.
b. Gejala integumen mencakup : warna kulit abu-abu mengkilat, rasa gatal yang parah
(pruritus), kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Gejala gastrointestinal mencakup : napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada
mulut, anoreksia, mual, muntah, cegukan, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran
GI.
d. Gejala Pulmoner mencakup : krekels, sputum kental, napas dangkal dan pernapasan
kussmaul.
e. Gejala neurologi mencakup : konfusi (perubahan tingkat kesadaran), tidak mampu
berkonsentrasi, kelemahan dan keletihan, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai,
rasa panas pada telapak kaki, dan perubahan perilaku.
f. Gejala musculoskeletal mencakup : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang dan
foot drop. Gangguan system reproduktif mencakup amenore dan atropi testikuler.
8. Pemeriksaan penunjang/diagnostic
Pemeriksaan penunjang mencakup :
A. Pemeriksaan laboratorium :
1. Urine :
Volume : oligouria atau anuria, warna keruh, berat jenis kurang dari 1,015, osmolalitas
kurang dari 350 mOsm/kg, klirens kreatinin mungkin agak menurun, natrium > 40 mEq/L,
proteinuria (3-4+).
2. Darah :
BUN/Kreatinin meningkat (kreatinin 10 mg/dl), Hematokrit menurun, HB < 7-8 g/dL), Gas
darah arteri : pH < 7,2 ,bikarbonat dan PCO2 menurun. Natrium mungkin rendah atau normal,
kalium, magnesium/ fosfat meningkat, kalsium menurun, protein ( khususnya albumin) menurun,
osmolalitas serum > 285 mOsm/kg.
B. Pemeriksaan Radiologi
1. USG Ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran
kemih atas.
2. Biopsy ginjal : mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologist.
3. Endoskopi ginjal, nefroskopi : menentukan pelvis ginjal; keluar batu, hematuri,
pengangkatan tumor selektif.
4. EKG : mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
5. KUB foto : menunjukkan ukuran ginjal/ ureter/ kandung kemih dan adanya obstruksi
batu.
6. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : menunjukkan demineralisasi dan
kalsifikasi.
1. Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama
gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
2. Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan
tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara
status nutrisi dan memelihara status gizi.
3. Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah
diuresis mencapai 2 L per hari.
4. Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG
dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).
C. Terapi simtomatik.
1. Asidosis metabolik : Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan
serum kalium (hiperkalemia).
2) Anemia : Transfusi darah
3) Keluhan gastrointestinal : Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, ulserasi mukosa
mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi
dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.
4) Kelainan kulit : Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan
kulit.
5) Kelainan neuromuskular : Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu
terapi hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal
paratiroidektomi.
6) Hipertensi : Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
7) Kelainan sistem kardiovaskular : Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan
kardiovaskular yang diderita.
D. Terapi pengganti ginjal
1) Hemodialisis
(3x seminggu selama 3-4 jam per kali terapi) atau sebelum melakukan operasi
pencangkokan ginjal.
3) Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:
a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal
ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah
b) Kualitas hidup normal kembali
c) Masa hidup (survival rate) lebih lama
d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat
imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
e) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Agama, Jenis Kelamin Pekerjaan, Alamat,
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
mulai dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011)
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau
amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan
perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin, 2011).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu
saluran kemih infeksi system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk
dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan(Muttaqin, 2011).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi yang bisa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal
kronik.
d. Pola Nutrisi/Metabolisme
1) Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
2) Pola Minum
Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada
mulut (pernapasan ammonia).
e. Pola Eliminasi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
NO DX TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL
KRITERIA KEPERAWATAN
HASIL
1.Pola nafas Tujuan : a. Auskultasi bunyi a. Menyatakan
tidak efektif Pola nafas kembali nafas, catat adanya
berhubungan normal atau stabil adanya crakles penumpukan secret
edema paru dengan kritria b. Ajarkan klien b. Membersihkan
hasil : batuk efektif dan jalan nafas dan
Klien tidak nafas dalam memudahkan
mengalami c. Atur posisi aliran oksigen
dyspnea. senyaman c. Mencegah
mungkin. terjadinya sesak
d. Batasi untuk nafas
beraktivitas d. Mencegah sesak
e. Anjurkan diet atau hipoksia
hipertonis e. Menguirangi
f. Kolaborasi edema paru
pemberian f. Perfusi jaringan
oksigen adekuat
A. Kesimpulan
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan
terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik
biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit
saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit
ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal.
Pada penyakit GGK stadium 5, terapi yang bisa dilakukan hanya pemberian
hemodialisis yang hanya bertujuan untuk mencegah kematian tetapi tidak dapat
menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi
hilangnya aktivitas metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak
dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien.Tindakan
hemodialisis ini termasuk salah satu dalam perawatan paliatif pada penyakit
GGK.
DAFTAR PUSTAKA