Anda di halaman 1dari 2

B.

MEMBANDINGKAN KEDUDUKAN NAFSU, AKAL DAN QALBU


Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa nafsu, akal dan qalbmemiliki makna
serupa, yaitu susuatu yang lembut/ laifah. Sesuatu yang tidakbisa diindra namun mempunyai
daya pengaruh penentu baik-buruknya seseorang.Sehingga jika hati baik maka prilaku anggota
lahirpun akan baik. Jika hati burukmaka prilaku anggota lahirpun buruk.

Kedudukan antara hati dengan anggota badan ibarat seperti raja dengan rakyatnya. Akal ibarat
menterinya, dan nafsu polisinya/ tentara. Jika polisi bertindak tidak mengikuti perintah raja dan
pertimbangan menteri maka akan melahirkan perbuatan melenceng dari semestinya, dan semena-
mena.

Demikian juga nafsu kesenangan jika dilepaskan dari petunjuk akal dan arahan hati maka akan
melahirkan prilaku tercela dan merugikan. Nafsu diciptakan Allah SWT. bagi manusia untuk
melangsungkan kehidupannya. Manusia diberi nafsu makan, minum, seksual dan sebagainya
agar anggota badan bisa berfungsi dan sehat serta melangsungkan keturunan. Demikian juga
diberi nafsu marah agar dapat menjaga kehidupan dan harga dirinya. Manusia tidak bisa lepas
dari nafsu, karena dengan nafsu manusia bisa bertahan hidup, dan dengan menggunakan nafsu
juga manusia beramal ibadah. Karena itu nafsu tidak boleh dihilangkan sama sekali, juga tidak
boleh dibebaskan sebebas-bebasnya. Namun penggunaannya nafsu mesti harus sesuai dengan
petunjuk akal dan
pertimbangan hati. Nafsu tidak boleh menguasai seseorang.

Dengan akal seseorang mampu mendapatkan ilmu pengetahuan, menemukan kebenaran dan
kesalahan, membedakan kebaikan dan keburukan, menghitung kemasahatan dan kemadlaratan.
Namun untuk menentukan tindakan benar dari yang salah, baik dari yang buruk, dan maslahah
dari yang mafsadah maka perlu pertimbangan hati yang jernih. Karena itu tugas setiap orang
adalah bagaimana menjaga hati selalu dalam kondisi jernih, bersih dan bebas dari kotoran. Orang
seperti inilah yang beruntung dunia-akhirat, sebagaimana penjelasan surat al-Syamsy ayat 9-10:

9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10. Dan


Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.( QS. Asyamsy:9-10)

Setiap perbuatan maksiat atau dosa seseorang akan berdampak bekas hitam
pada hati. Jika kemaksiatan tersebut berlangasung terus-menerus maka hati benarbenar
menjadi hitam pekat. Jika hati menjadi hitam maka tidak bisa menerima
kebenaran, sulit mengendalikan hawa nafsu dan berat untuk melakukan kebajikan.

Hati seperti inilah yang digambarkan Allah sebagai hati yang terkunci dan buta.

14. Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan
itu menutupi hati mereka.(QS. al-Muhaffifin: 14).

Orang yang hanya menuruti kesenangan hawa nafsunya, akan serakah dan
tidak akan merasa puas. Inilah sumber malapetaka. Ia akan mudah jatuh kepada
kemaksiatan dan dosa. Sedangkan orang yang banyak dosa hatinya menjadi
kotor, hitam dan tertutup. Hati yang tertutup akan tumpul tidak peka terhadap
perasaan dan kebenaran, sehingga menyebabkan jauh dari Allah SWT. Orang
yang berbuat dosa juga disebabkan kebodohan dan tidak mau menggunakan akal
sehatnya. Orang yang tidak menggunakan akal sehatnya mudah sekali melakukan
kesalahan dan dosa. Dengan demikian jelaslah hubungan antara nafsu, akal dan
hati dalam kehidupan ini. Satu sama lain serupa dan saling terkait. Maka orang
yang beruntung adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya dengan akal
yang sehat dan hati yang jernih. Sedangkan nafsu yang terkendali akan memancar
ke angota badan sehingga membuahkan prilaku akhlakul karimah.

D. PERILAKU ORANG YANG MEMILIKI NAFSU, AKAL DAN QALB


Dengan memahami ajaran Islam mengenai nafsu. Akal dan hati, maka seharusnya kita memiliki
sikap sebagai berikut:

1. Dalam kehidupan sehari hari hendaknya tidak menuruti kesenangan nafsu, sebab kesenangan
nafsu selalu berakhir penyesalan bahkan kehancuran, sekalipun kadang berwujud kebaikan.

2. Selalu mengasah kecerdasan, menggunakan akal untuk mempertimbangkan semua hal yang
akan kita lakukan. Pertimbangkan untung ruginya, baik buruknya, dan dampak maslahah
madlorotnya.

3. Setiap hari hendaknya ada tambahan ilmu yang masuk dalam akal kita terutama ilmu agama,
yaitu ilmu yang berkaitan dengan aturan Allah dalam setiap yang akan kita lakukan. Kemudian
memastikan apa yang kita laukan tidak keluar dari aturan Allah tersebut.

4. Hendaknya mengasah ketajaman perasaan, dan kepekaan hati agar hati nurani kita berfunfsi
dengan baik. Yaitu hati bisa mengendalikan pikiran dan nafsu dalam setiap tindakan.

Anda mungkin juga menyukai