Anda di halaman 1dari 14

Penyakit Qolbu

Abdul Aziz, Astried Khoironnisa, Atika Sari.


Program Tasawuf Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, Indonesia

Email: azizalhazkil24@gmail.com, astriedkhoironnisa@gmail.com,


atika4061@gmail.com

Abstract
In everyday life, some people behave well, and vice versa. This means that humans
have both potentials. Every good or bad deed boils down to the heart. The heart is the
place of goodness and badness. If the heart is healthy, it will give birth to good deeds
or morals. bad. Therefore, Islam teaches many people to clean their hearts so that they
can give birth to good deeds. The way to purify the heart is by always remembering
Allah. That is by praying, fasting, remembrance, or reading the Koran

Keyword: Heart, Morals, People


Abstrak
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat manusia yang berkelakuan baik, dan juga
sebaliknya. Inilah berarti manusia memilki kedua potensi tersebut. Setiap perbuatan
baik atau buruk semuanya bermuara pada hati Hati adalah tempatnya kebaikan dan
keburukan, apabila hati dalam keadaan sehat maka akan melahirkan perbuatan atau
akhlak yang baik, akan tetapi apa bila hati dalam keadaan sakit atau tidak sehat maka
akan melahirkan perbuatan yang tercela atau akhlak yang buruk. Oleh sebab itu
dalam Islam banyak mengajarkan manusia untuk membersihkan hati agar bisa
melahirkan perbuatan yang baik. Cara menyucikan hati pun dengan selalu
mengingat Allah. Yaitu dengan shalat, puasa, zikir, ataupun dengan memaca Al-
Quran

Kata Kunci: Hati, Ahlak, Manusia

Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna bila di
bandingkan dengan makhluk yang lain. Antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain terdapat perbedaan, oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk
yang unik. Islam memandang manusia sebagai satu kesatuan yang terdiri dari
jasmani (jasad), ruhani (ruh), dan nafsani (kejiwaan) yang saling berkaitan dan
tidak mungkin dipisahkan menjadi beberapa bagian. Adapun nafsani merupakan
unsur penghubung di antara jasmani dan rohani manusia. Unsur nafsani terbagi
kepada tiga bahagian yaitu al-aql (akal), alqalb (hati), dan al-nafs (nafsu). diantara
ketiga elemen nafsani ini, hati (al-qalb) bertanggung jawab dalam menolong,
mengawal dan mengendali struktur dan elemen jiwa yang lain. Apabila salah satu
elemen tersebut tidak berfungsi dengan baik maka akan memberi pengaruh pada
elemen lain. Seperti hati atau qalbu, jika hati dalam keadaan sakit maka akan
membawa pengaruh kepada akal, nafsu dan bahkan kepada jasmani sekalipun.

Pada dasarnya setiap manusia memilki sisi baik dan sisi buruk dalam dirinya, inilah
yang dinamakan dengan keseimbangan. Namun, sisi buruk yang ada pada manusia
mampu menghancurkan sifat baik yang ada. Oleh karena itu Islam mengajarkan
kepada manusia untuk menyucikan hati dari kotoran atau dari segala macam
penyakit-penyakit hati. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat manusia yang
berkelakuan baik, dan juga sebaliknya. Inilah berarti manusia memilki kedua
potensi tersebut. Setiap perbuatan baik atau buruk semuanya bermuara pada hati

Pembahasan
A. Pengertian Qolbu

Kata qolb dari segi bahasa adalah bentuk masdar (kata benda dasar)
dari akar kata qalaba yang dapat diartikan berubah, berpindah atyau berbalik.
Pengertian qolbu menurut Quraish Shihab bermakna membaliik, karean
seringkali ia berbolak-balik, sekali senang sekali susah, sekali setuju dan sekali
menolak. Qolbu amat berpotensi untuk tidak konsisten. Qolbu merupakan
komponen dalam kejiwaan yang dianugerahkan Allah swt kepada manusia.
Qolbu menjadi penentu tingkah laku manusia. Rasulullah Saw telah
menjelaskan bahwa baik buruknya tingkah laku seseorang itu tergantung
keputusan qolbunya.
Kata qolbu dalam al-Quran disebutkan sebanyak 19 kali dalam 14 surat,
dan 19 ayat. Sedangkan dalam mu’jam Maqayas al-Lughah, kata qalb yang
terdiri dari huruf qof, lam dan ba memiliki dua arti yakni yang pertama,
menunjukkan pada sesuatu yang murni serta mulia. Adapun yang kedua yakni
memalingkan dari satu arah kea rah lain. Kata qalb atau yang tertulis qalaba
dalam Lisan al-‘arab karya Ibnu al-Manzur diartikan dengan mengubah sesuatu
dari bagian mukanya.
Dalam kamus al-Munawwir karya Ahmad Warson, qolb memiliki
beberapa arti yakni dalam bentuk kata asli yakni qalaba dapat diartikan hawlahu
(merubah bentuk, rupa, dll). Kemudian dalam bentuk taqalluba (berubah
bentuk, rupa, dll) dalam bentuk al-qalb:masdar qalaba dapat diartikan lubb (hati,
jantung, inti, lubuk hati). Selain itu, qalb juga sering diartikan ‘aql (akal)
diantaranya: quwwah atau syaja’ah (semangat, keberanian atau kekuatan), batin
(bagian dalam) dan wasat (pusat atau bagian tengah).
Al-Ghazali membagi qalbu menjadi dua pengertian:
a. Makna pertama: daging yang berbentuk pohon cemara atau kerucut
yang terletak di sisi kiri dada dan di dalanya terdapaty rongga yang
berisi darah hitam. Ia merupakan sumber dan pusat dari ruh.
b. Makna kedua: sesuatu yang halus (al-Lathifah), ketuhanan
(robbaniyah) dan kerohanian (rohaniah) yang memiliki hubungan
dengan daging (hati). Hat dalam pengertian inilah yang mengenal
Allah swt

B. Penyebab Penyakit Qolbu


Segala macam kemaksiatan adalah racun hati dan menjadi sebab timbulnya
penyakit hati serta dapat merusaknya. Kemaksiatan itulah yang menyebabkan
timbulnya penyakit hati dan keinginannya tidak sesuai dengan keinginan Allah.
Dan bahaya kemaksiatan terhadap hati sama seperti bahaya racun terhadap tubuh.
Kemaksiatan memiliki dampak yang buruk terhadap hati dan tubuh di dunia dan
akhirat yang speltrumnya hanya diketahui oleh Allah. Setiap keburukan dan
penyakit didunia dan akhirat disebabkan oleh dosa dan maksiat.
Sakitnya hati merupakan kerusakan yang menimpa seseorang dengan merusak
pandangan dan keinginannya terhadap kebenaran. Ia tidak melihat kebenaran
sebagai kebenaran atau ia melihatnya sebagai sesuatu yang tidak sesuai dari
hakikat sebenarnya atau pengetahuannya tentang kebenaran menjadi berkurang
dan merusak keinginannya terhadapnya, sehingga ia membenci kebenaran yang
bermanfaat atau mencintai kebatilan yang membahayakan.
Muhammad Asy-Syanawi mengatakan bahwa sebenarnya manusia tidak akan
terganggu dengan adanya nilai dan moral, seperti yang diungkapkan sebagian
orang, melainkan perilaku akan terganggu jika manusia menjauh dari nilai dan
moral. Oleh karena itu, perilaku yang menyimpang dari tujuan dan tugas utamanya
merupakan sumber gangguan yang bermuara pada sikap menjauhi agama dan
ajaran-ajarannya.

Ada lima racun-racun hati yang paling banyak beredar dan paling berat
pengaruhnya terhadap kehidupan hati, Yaitu :
1. Banyak Berinteraksi atau Kelebihan Bergaul
Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah, dapat mendatangkan kerugian
didunia dan di akhirat. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan
hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang
bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.
Bergaul secara berlebihan adalah penyakit kronis yang bisa mendatangkan segala
macam keburukan. Betapa banyak pergaulan yang mendatangkan kenikmatan dan
banyak pula pergaulan yang menanamkan benih permusuhan dan betapa banyak
juga pergaulan yang menancapkan kepedihan dalam hati.
2. Bergantung Kepada Selain Allah
Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya
dari pada bertawakkal dan bergantung kepada Allah. Karena ketikamanusia
bergantung kepada selain Allah, maka Allah akan menyerahkannya pada tempat
bergantungnya. Manusia yang paling hina adalah orang yang bergantung kepada
selain Allah, karena kebaikan, kebahagiaan, dan keberuntungan yang hilang
darinya itu lebih besar dari pada Allah tempat ia bergantungia telah
menjerumuskan dirinya untuk hilang dan kehilangan. Secara umum asal dan
pangkal kemusyrikan adalah dibangun di atas ketergantungan kepada selain Allah.
Orang yang melakukannya adalah orang yang paling hina keadaannya dan tidak
akan mendapatkan pertolongan Allah
3. Terlalu Banyak Makan
Salah satu hal yang paling besar dampak buruknya terhadap manusia adalah
syahwat (nafsu) makan. Perusak dari seperti ini ada dua macam: Pertama, merusak
karena sumber perolehan makanan serta zat/materinya sendiri yang berupa
perkara-perkara yang diharamkan. Kedua, makanan menjadi perkara yang
merusak hati karena melebihi kadar dan batasnya, seperti berlebihan dalam perkara
yang halal terlalu kenyang. Sebab yang demikian itu membuatnya malas
mengejarjakan ketaatan, sibuk terusmenerus dengan urusan perut untuk
memenuhi hawa nafsunya.
4. Terlalu Banyak Tidur
Banyak tidur memebuat hati mati, membuat badan berat, membuangbuang
waktu, dan mengakibatkan lalai serta malas. Darainya akan muncul banyak hal
berbahaya yang tidak bermanfaat bagi badan. Maka menahan dan membiarkan
kantuk akan menyebabkan dampak lain yang lebih besar, seperti keadaan mental
yang buruk dan hampa, jiwa yang menyimpang dan mengakibatkan sakit
mematikan di mana pemilik hati tidak dapat menfungsikan hati dan badannya.
5. Pandanagn Berlebihan
Pandangan berlebihan akan menimbulkan perasaan penganggungan terkesannya
bentuk yang dipandang dalam hati dan menyibukkan hati berfikir untuk
meraihnya, karena fitnah itu bermula dari pandangan berlebih.Kelebihan
pandangan adalah melepaskan pandangan kepada sesuatu secara penuh dan
melihat sesuatu yang tidak halal baginya. Menahan pandangan merupakan wasilah
(media) utuk menjaga dan memelihar kemaluan dan mata adalah pintu terbesar
menuju hati dan merupakan jalan yang paling ramai menuju indera-indera lainnya.
Malapetaka pandangan yang berlebihan. Kelebihan pandangan adalah perbuatan
maksiat dan pelanggraan terhadap perintah Allah
6. Terlalu Banyak Bicara atau kelebihan Bicara
Ucapan yang berlebihan sesungguhnya akan membuka pintu-pintu semua
keburukan bagi seorang hamba dan sebagai tempat masuknya setan. Menahan
ucapan yang berlebihan dapat menutup semua pintu-pintu tersebut. Kebanyakan
maksiat itu timbul dari ucapan dan pandangan berlebih. Keduanya merupakan
jalan terlebar bagi masuknya setan. Dua tindakan itu tiada membosankan dan tidak
membuat jenuh.

C. Penyakit Qalbu
1. Riya
Riya adalah perasaan ingin dilihat atau diketahui oleh orang lain dalam
segala sesuatu yang menurut dirinya kebaikan. Pengertian yang hamper sama
dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali bahwa riya adalah keinginan akan
kemanfaatan duniawi dengan melakukan perbuatan uhrawi, baik
menginginkannya dari Allah maupun dari manusia.
Pangkal riya ialah cinta dunia dan kesombongan. Maka perilaku riya,
biasanya diperlihatkan karena mengharapkan harta, kedudukan, kehormatan,
pujian dan tujuan-tujuan lainnya. Memperlihatkan ketakwaan dan kewaraan
karena ingin dianggap sebagai orang yang amanah yang ujung-ujungnya agar
memperoleh harta, baik secara halal maupun haram, atau untyk menutup[I
kemaksiatan. Memperlihatkan pakaian tertentu dan menyampaikan kata-kata
nasihat karena mau disebut orang alim, zuhud dan shalih. Hadir ke majelis-
majelis ilmu dan dzikir, dan khalaqah al-Quran untuk melihat perempuan.
Sibuk memberi pepatah atau berceramah agar memperoleh harta, menarik
perempuan, mendapatkan pengaruh dan sebagainya.
2. Dendam
Dendam adalah kemarahan yang tertahan lama dalam hati. Inilah
bahayanya kemarahan, kalau tidak berakibaty marah, maka berakibat
dendam, yakni memendam kebencian yang pada suatu saat bisa saja timbul
berupa hasud dan marah yang sangat membahayakan. Dengan demikian
hasuyd merupakan salahsatu akibat dari dendam, sementara dendam
merupakan akibat dari kemarahan. Dengan kata lain kebencianlah yang
menjadi pangkal semuanya.
Dengan kepada seseorang akan memunculkan hal-hal bereikut:
menginginkan hilangnya nikmat darinya, gembira atas bencana yang
menimpanya, memutuskan hubungan dengannya, menghindar darinya
karena menganggap hina kepadanya, membicarakannya dengan kata-0kata
yang tidak halal, mengolok-olok perkataannya, menyakitinya dengan
=pukulan dan apa saja yang dapat menyakiti badannya, dan menahan haknya.
3. Hasud
Hasud (dengki) merupakan akibat dari adanya dendam atau permusuhan
dan kebencian. Selain itu, hasud juga dapat disebabkan ujub, kesombongan,
takut kerhilangan tujuan yang diharapkan, cinta dunia dan kekikiran.
Perlu diketahui baha hasud hanya terjadi atas niuknat. Nikmat ini bisa
berupa harta, keindahan tubuh, kekuasaan, banyaknya pengikut dan
sebagainya. Imam Al-Ghazali berkta bahwa ketika Allah memberikan
kenikmatan kepada saudaramu, maka kamu berada pada dua keadaan.
Keadaan pertama, kamu tidak menyukai nikmat itu dan ingin nikmat itu
hiulang darinya. Keadaan ini disebut (dengki). Keadaan kedua adalah kamu
tridak ingin nikmat itu huoang darinya, dan menyukai keberadaan nikmat itu
padanya, tetapi kamu menginginkan nikmat serupa. Keadaan ini disebut
bersaing (0ghibtah). Maka hasud adalah tidak menykai nikmat pada seseorang
yang diberi nikmat dan menginginkan nimat itu hilang darinya.
Hasud dapat terlihat dalam bentuk mengumpat (ghibah) atau mengadu
domba (namimah). Ghibah adalah membicarakan orang lain yang apabila
orang itu mengetahuinya ia tidak menyukainya. Imam al-Ghazali
berkatadefinisi ghibah adalah kamu menyebut saudaramu dengan sesuatu
yang jika sampai kepadanya, ia tisak menyukainya. Adapun namimah adalh
membuka suatu rahasia yang tidak disukai =, baik oleh yang punya rahasia,
oleh yang diberitahu rahasia yang tidak disukai, baik oleh yangt punya
rahasia, oleh yang diberitaju8 rahasia atau oleh orang ketiga.
Hasud dengan tampuilannya ghibah dan namimah memiliki bahaya yang
sangat besar. Ia akan merusak tatanan kehidupan manusia, merusak
kerukunan dan kedamaian di antara mereka. Bahkan suatu agama atau bangsa
bisa bercerai-cerai atau bahkan hilang disebabkan penyakit hasud.
Demikian pula hasud merusak ketaatan, mendorong kepda kesalahan,
menimbulkan lelah dan kebingungan yang tidak berguna, bahkan dibarengi
dengan perbuatan dosa, dan menimbulkan kebutaan hati. Cukup bagi orang
yang hasud kesesatan dan kerugian, sebab ia memusuhi nikmat Allah,
menentang kehendak-Nya, dan membenci ketetapan_Nya.
Oleh karena itu hasud alaha haram, kecuali atas nikmat orang yang hanyut
dalam maksiat atau orang kafir yang menggunakan nikmat itu buntu
kerusakan, karena pada hakikatnya tidak membenci nikmat itu sendiri,
melainkan dari sisi sebagai alat kerusakan.
4. Kesombongan
Kesombongan atau al-kibru adalah perasaan lebih dari orang lain yang
menyebabkan tidak mau menerima kebenaran dan merendahkan orang lain.
Pengertian yang hamper sama dikemukakan oleh Imam al-Ghazali bahwa
kesombongan adalah kelegaan dan keyakinan karena melihat diri lebih dari
orang lain. Kesombongan ini akan tampak dalam beberapa perilaku, seperti
menghina orang lain, menjauhinya, selalu ingin berada di depan dan di atas,
menunggu disapa terlebih dahulu, tidak mau dibantah, tidak mau diberi
nasihat, tidak mau dikriitik dan sebagainya.
Sebagian orang berkata, sesungguhnya Allah merahasiakan tiga hal dalam
tiga hal. Pertama: merahasiakan ridha-Nya dalam ketaatan kepada-Nya, maka
janganlah merendahkan perbuatantaat sedikitpun, karena boleh jadi ridha-
Nya terdapat pada ketaatan yang sedikit itu, kedua: merahasiakan murka-Nya
dalam kemaksiatan kepada-Nya ada pada maksiat yang kecil itu, dan ketiga:
merahasiakan kewalian-Nya pada hamba-hamba-Nya, maka janganlah
merendahkan seseorang di antara mereka, karena boleh jadi seseorang yang
kita endahkan itu adalah kekasih Allah.
Penyebab kesombongan atau al-kibru adalah ujub, yakni perasaan bangga
dengan diri sendiri. Sementara ujub disebabkan keyakinan bahwa diri
memiliki sifat-sifat kesempurnaan yang berpusat pada kesempurnaan yang
bersifat agama atau yang bersifat keduaniaan. Adapun yang bersifat agama
adalah ilmu dan amal, sedangkan yang bersifat keduniaan adalah keturunan,
kecantikan, kekuatan, harta dan pendukung. Karena bangga dengan dirinya,
dengan ilmunya, dengan amalnya, muncullah kesombongan (al-kibru) ,
kemudian berperilaku sombong (takabbur) dan orangnya disebut orang yang
sombong (mutakabbir).
Inti dari kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan
orang lain. Takabbur inbi akan menghalangi adanya keimanan dan bisa
menghilangkannya setelah keimanan itu ada. Karena itu orang yabgterdapat
takabbur di dalam hatinya, sekecil apapun kesombongan itu, ia tidak akan
masuk surga.
5. Ujub
Ujub dalam bahasa arab yang pengertiannya secara umum adalah
membanggakan diri sendiri merasa heran terhadap diri sendiri sebab adanya
satu dan lain hal. Menurut Al-Junjani ujub adalah anggapan seseorang
terhadap ketinggian dirinya, padahal ia tidak berhak untuk anggapa itu.
Ujub merupakan cela dan perasaan yang sangat buruk. Hati manusia yang
ujub, disaat ia merasa ujub adalah buta sehingga ia melihat dirinya sebagai
orang yang selamat padahal ia adalah celaka, ia melihat dirinya sebagai orang
yang benar padahal ia adalah salah.
Ujub adalah membanggakan nikmat dan lega atasnya dibarengi lupa
kepada pemberi nikmat. Nikmat itu bisa berupa amal perbuatan, keindahan
yang ada pada tubuh, kekuaaan atau keuatan, kecerdasan atau kepandaian,
keturunan, banyaknya pengikut, harta, dan sebagainya. Ketika kita merasa
bangga, lega, dan senang dengan nikmat-nikmat ini, tetapi kita lupa pada
pemberi nijmatnya, maka artinya dalam jiwa kita terdapat ujub . ujub inilah
yang kemudian akan menyebabkan kesombongan. Bednya ujub dengan
kesombongan ialah jika ujub itu bisa terjadi sekalipun hanya sendirian,
sementara sombong hanya terjadi ketika melibatkan orang lain. Jadi,
kesombongan itu ialah ujub ditambah dengan merendahkan orang lain.
Ujub dapat melupakan dosa, sebab dengan ujub akan mengira telah
diampuni, dapat juga membutakan dari bahaya perbuatan, sehingga usaha
yang dilakukan hanyalah sia-sia, mencegah dari mengambil pelajaran,
meminta pendapat, dan tidak mau bertanya kepada yang lebih pandai, serta
tidak akan mendengarkan nasihat. Dan diantara bahaya terbesarnya ialah
berheni berusaha, karena mengira telah sukses dan telah cukup.
Apabila kita terjangkit penyakit ini maka kita akan sulit bergaul dalam
keorganisasian atau bekerjasama dengan orang lain. Rasulullah memberikan
nasehat bagi orang yang terjangkit penyakit ini untuk selalu berjamaah, tolong
menolong, dan bekerjasama dalam kebaikan. Dengan demikian kita ketahui
bahwa penyakit ujub, pelit, cinta dunia, dan mengikuti hawa nafsu
merupakan penyakit yang berbahaya dalam kehidupan manusia secara
umumj dan umat Islam secara khusus.
6. Kekikiran
Kekikiran atau kebakhilan merupakan lawan dari kemurahan hati atau
kedermawanan, yakni ketidakmauan dalam hati untuk memberi kepada
orang lain. Kalaupun memberi, mungkin ia memberi karena terpaksa atau
karena malu atau karena ada tujuan-tujuan tertentu.
Sebagaimana kemurahan hati, kekikiran bisa terdapat pada siapa saja, baik
pada orang kaya maupun pada orang miskin. Tetapi kekikiran orang kaya
lebih terasa efeknya daripada keikiran orang miskin.
Orang yang dalam jiwanya terdapat kekikiran, biasanya terdapat pula
kerakusan, dan thama’, tidak merasa cukup dan selalu ingin diberi. Semua ini
dipengaruhi oleh kecintaannya pada dunia. Karena kecintaannya kepada
dunia, maka cinta dan ingatnya kepada Allah sangat kurang, atau bahkan
tidak ada, dehingga ia lupa bahwa rizki telah sibagi-bagi oleh Allah. Ia
mengira bahwa jika harta yang dimiulikinya diberikan kepada orang lain,
maka hartanya itu akan berkurang sehingga mengira kebakhilan itu lebih baik
baginya.
Selain jauh dengan Allah, orang yang kikir akan jauh dengan manusia
lainnya. Dan sebagai akibatnya ia akan merasakan keterasingan, kesendirian,
kesusahan dan kesulitan, baik di dunia maupun di akhirat.
7. Tamak
Kata-kata tamak berasal dari akar kata ‫ع‬-‫م‬-‫ ط‬yang berarti keinginan hati
yang kuat untuk mendapatkan sesuatu. Di dalam bahasa Indonesia kata-kata
tamak berarti selalu ingin memperoleh banyak, untuk diri sendiri; loba;
serakah, dalam arti keinginan untuk memperoleh sebanyak-banyaknya.
Kata-kata tamak dengan berbagai bentuknnya dapat diketemukan di
dalam al-Quran sebanyak 12 kali dan pada umumnya berarti keinginan atau
mengharapkan sesuatu, seperti yang terdapat pada qs, al-0’araf: 56 yang
artinya yaitu:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

C. Pengobatan Penyakit Qolbu


Abdullah al-Anthakiy berkata, “Lima (perkara) semuanya termasuk obat-
obat hati, yaitu berkedudukan dengan orang-orang salih (menghadiri majlis
pengajaran dan kisah-kusah orang salih), membaca al-Quran (dengan
merenungkan maknanya), mengosongkan perut (dengan mengonsumsi sedikit
yang halal), bangun malam (shalat sunat setelah bangun tidur). Dan tadharru’
ketika subuh (memohon ampunan dan menangis menjelang waktu terbitnya
fajar).
Sebagian ulama menambahkan perkara-perkara yang lain, yaitu:
memperbanyak istighfar, mengingat kematian, mengunjungi kuburan dengan
mengambil pelajaran dari keadaan penghuninya dan menyaksikan orang-orang
yang sedang sakaratul maut.
Di antara menyembuhkan hati dari segala penyakit=penyakitnya adalah
dengan berdzikir , Rsulullah Saw bersabda: zikrullaahi syifaaul quluub
“Zikir kepada Allah adalah obat yang menyembuhkan (penyakit-penyakit
hati)”
Abdul Wahhab as-ASya’Rani berkata, “dan ketahuilah! Sesungguhnya
mengekalkan zikir kepada Allah Ta’ala dapat memadamkan segala penyakit
yang bathin yaitu kesombongan, berbangga diri, riya, berburuk sangka, dengki
dendam, khianat, menipu orang, suka di puji dan yag selain itu.”

1. Al-Quran Membersihkan Hati


Al-Quran mengantarkan manusia kepada keyakinan yang sama pada
berbagai tuntunan yang merupakan bernbagai tuntutan hamba yang paling
tinggi. Kerna itu, Allah menurunkannya kepada orang yang berbicara dengan-
Nya dan menjadikannya kesembuhan bagi apa yang terdapat didalam dada.
Saat mengkaji, merenungi, dan menghayati isi kandungannya, kalbu yang sehat
pasti akan menjadi senang kepada apa yaang bermanfaat bagi hidup dan
matinya. Kalbu yang sehat akan bersantap dari keimanan dan Al-Quran sebagai
sesuatu yang dapat menyucikan, mengatkan, mengukuhan, mengembirakan
dan menyenangkannya, serta memberinya semangat dan memantapkan
kerjannya.

2. Zikir Melunakkan Hati


Suatu ketika, seseorang bertanya kepada Hasan Al-Basri, “Wahai Abu Sa‟id,
aku ingin mengadu kepadamu, hatiku membatu.” Beliau menjawab,
“lunakkanlah dengan berzikir, karena tidak ada yang dapat meunakkan
kerasnya hati sebanding dengan zikrullah”. Zikir menjadi gizi ketiga yang
dibutuhkan hati. Zikir dapat melunakkan kerasnya hati ibarat air yang mampu
melunakkan tanah kering yang mengeras. Ia menyiramkan sejuk ketenangan
kepada jiwa, meleburkan kebahagiaan ke dalam hati, meratakan kesempurnaan
iman ke dalam lubuk, dan mendatangkan cinta kepada Allah pemilik langit dan
bumi. Zikir bagaikan detak jantung dalam diri manusia, detak jantung yang
memompa darah untuk bergerak menuju paru-paru untuk memperoleh oksigen
dan meninggalkan karbon dioksida. Apa jadinya jika detak jantung
diberhentikan oleh Allah. Itulah zikir yang menghidupkan hati. Ia memompa
hati tetap berpegang pada kebaikan dan meninggalkan kezaliman. Apa jadinya
jika zikir hilang dalam hati, maka kematianlah yang akan didapatlan. Hati yang
jauh dari kebaikan atau lama tak menyentuh kecintaan kepada Allah akan
berakhir keras seperti batu, busuk seperti bangkai, kotor, berdebu dan gelap. Ia
tidak mampu melihat mna yang baik dan mendatangkan kebahagiaan, mana
yang buruk dan menjerumuskan pada kesengsaraan. Hanya zikirlah yang
mampu menolongnya, menerangi hati dan gelap. Menurut Ibnu Qayyim
Aljauziah bahwa segala sesuatu itu mempunyai penerang dan sesungguhnya
penerang hati adalah zikrullah. Maka dengan berzikir memberikan asupan
terbaik bagi hati agar tetap sehat. Membawa diri pada cahaya, mencegah diri
berbuat keburukan, dan menghadapkan diri kita pada kebahagiaan. Setiap
manusia pernah melakukan kesalahan dan dosa, dosa itulah yang akan
menimbulkan titik hitam dalam hati manusia. Semakin banyak
kesalahankesalahan itu, semakin hitam jugalah hati manusia. Hingga ketika
seluruh permukaan hati sudah diselimuti titik hitam itu, ia tak mampu lagi
melihat cahaya, hatinya menjadi skeras batu sehingga tak mampu merasakan
nikmatnya ibadah, maka hanya beristigfarlah yang mampu membersihakan hati
dari noda-noda dan mengikis titik hitam yang menenmple dalam hati manusia.

3. Doa Untuk Memperbaiki Hati


Ada campur tangan Allah dalam setiap pergerakan yang terjadi di dalam
semesta ini, bahkan daun yang jatuh sekalipun hanya berlaku atas izin dari-Nya.
Karena itu, tak heran jika Allah mengatakan, jika seluruh manusia dan jin
bersatu untuk mendatangkan manfaat bagi seseorang hamba, maka hal itu tetap
tidak akan terjadi tanpa izin Allah. Maka rancangan sebenarnya bukan usaha
dan do‟a tetapi do‟a, usaha dan do‟a. Ibarat orang yang membangun rumah
tanpa fondasi, hanya menghabiskan waktu dan materi tanpa mendapatkan hasil
apa-apa. Walapun ada hasilnya tak akan mendatangkan kesyukuran dan tak
akan memuaskan pemikirannya. Begitupun dalam usaha memperbaiki hati,
rasanya tidak akan mungkin bisa dilakukan tanpa izin dari pemilik hati yang
sebenarnya. Dialah yang mampu mengubah pendirian hati, melembutkan hati
yang keras, melapangkan hati yang sempit, menerangi hati yang gelap dan
membersihkan hati yang koto

Kesimpulan
Qolbu merupakan komponen dalam kejiwaan yang dianugerahkan Allah
swt kepada manusia. Qolbu menjadi penentu tingkah laku manusia. Rasulullah
Saw telah menjelaskan bahwa baik buruknya tingkah laku seseorang itu
tergantung keputusan qolbunya. Ada bebrapa penyebab yang menyebabkan
pemicu adanya terjadinya penyakit qolbu seperti berinteraksi secara berlebihan,
makan dan minum secara berlebihan, terlalu banyak tidur, bergantung selain
pada allah dan pandangan berlebihan. Maka segala sesuatu yang berlebihan itu
tidaklah baik hal yang tadi disebutkan merupakan racun – racun pemicu
terjadinya penyakit qolbu seperti sombong, riya, iri, ujub, dll.
Ada banyak cara untuk menyebuhkan penyakit qolbu ini seperti
mendekatkan diri kepada allah melalui dzikir, membaca al qur’an dan berdua.

Daftar Pustaka.
Ab, Tgk Muhammad. 2014. Penyakit Hati & Pengobatannya. Banda Aceh:
Yayasan PeNA Banda Aceh Divisi Penerbitan.
Masrur C. 2022. Konsep Iman dan Qolbu dalam Al-Quran Persfektif Said Nursi.
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ushuluddin. Institut Perguruan Tinggi Ilmu
Al-Quran Jakarta: Jakarta.
Bustomi, Jenal dan Cucu Setiawan. 2020. Ilmu Akhlak Menyingkap Misteri
Tasawuf Meraih Derajat Waliyulah. Bandung: CV. Media Jaya Abadi.
Nurkamiden, Ulfa Dj. 2016. Cara Mendiagnosa Penyakit Ujub dan Takabur.
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Volume 4, No 2. Hlm. 117.
Tahir, Muhyiddin. 2013. Tamak dalam Persfektif Hadis. Jurnal Al Hikmah.
Vol. XIV Nomor 1. Hlm. 14.
Farid, Ahmad. Manajemen Ulama Sufi. Surabaya: Pustaka Elba, 2008
Muzakkir. Tasawuf dan Kesehatan Psikoterapi dan Obat Penyakit Hati.
Jakarta:Prenamedia Group, 2018.
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. Thibbul Qulib Klinik Penyakit Hati. Jakarta:
Pustaka
Salim, Ahmad Husain. Menyembuhkan Penyakit Jiwa dan Fisik. Jakarta:
Gema Insani.
Suardi, Riki. Mulai dari Hati Menjaga Yang Bening Memperbaiki Yang
Berkarat.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2018

Anda mungkin juga menyukai