a) Abaikan pikiran
b) Menabur keraguan dan keinginan
c. dosa dan maksiat
yaitu Gelisah, bingung dan sakit. Muhammad Asy-Syanawi mengatakan bahwa sebenarnya orang
tidak
terganggu oleh keberadaan nilai dan moral, seperti yang dikatakan beberapa orang, tetapi perilaku
mengganggu ketika orang menjauh dari nilai dan moral. Oleh karena itu, perilaku yang menyimpang
dari tujuan dan tugas utama seseorang merupakan gangguan, yang mengarah pada sikap menjauhi
agama dan ajarannya. Beberapa ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai bentuk atau jenis
penyakit hati. Menurut pengetahuan, basis, dan pengalaman yang mereka peroleh. Menurut psikolog
(barat), penyakit jantung/jiwa yang umum adalah ketakutan, kekecewaan, dan perjuangan. Sedangkan
menurut para pemikir Islam, berbagai penyakit hati antara lain riya, iri hati, dengki, serakah, takut,
rakus, dll. Ahmad Farid membagi penyakit liver menjadi tiga jenis, antara lain:
A. Penyakit Riya
Pada dasarnya riya' berarti mencari kedudukan di dalam hati seseorang dengan menunjukkan amal
kebaikan kepadanya, yang dimaksud dengan riya' itu bermacam-macam tetapi dapat dikelompokkan
menjadi lima macam yang merupakan kumpulan benda-benda yang digunakan seseorang untuk
menghiasi dirinya, yaitu: , pakaian. , ucapan, perbuatan dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya.
Riya memiliki nada yang jelas dan lemah. Riya' yang jelas adalah riya' yang memicu dan
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu, meskipun ia juga mengharapkan imbalan.
Sedangkan riya' samar adalah riya' yang tidak memotivasi seseorang untuk bertindak tetapi membuat
pekerjaan mencari ridha Allah terasa mudah. Untuk mengobati Riya' ringan, ada dua langkah yang
harus dilakukan. Pertama, memotong akar dan pangkalnya, yaitu mencintai kenikmatan pujian,
menghindari sakitnya pelanggaran, dan mengingini apa yang ada di tangan manusia. Ketiga hal inilah
yang membuat seseorang melakukan riya. Kedua, untuk mengusir gejala riya yang tiba-tiba muncul
saat beribadah.
b. Penyakit sombong
Sombong merupakan penyakit hati yang sangat buruk. Kata-kata berarti enggan menerima
kebenaran, menolaknya dan memandang ) َ (بطَ ُرا ْل َحقrendah terhadapnya. Dan hal itu terjadi karena
adanya perasaan tinggi hati dan agung (sombong).40 Ada beberapa ayat yang membicarakan penyakit
sombong, salah satunya dalam surat al-A‟raf ayat 136. Adapun hal-hal yang di sombongkan biasanya
antara lain; menyombongkan ilmu pengetahuan, status sosial dan nasab, kekayaan, menyombongkan
pengikut, pendukung dan golongan. Ketahuilah bahwa kesombongan bisa terjadi pada gerak-gerik
seseorang, seperti memalingkan muka, memandang sebelah mata (sinis) atau pada ucapannya hingga
suara dan nada bicaranya. Kesombongan tidak bisa hilang hanya dengan angan-angan, melainkan
dengan proses pengobatan yang membutuhkan dua tahap. Tahap pertama, cara mengatasinya harus
dilakukan secara ilmiah dan praktis secara simultan. Pengobatan secara ilmiah dilakukan dengan
mengenali diri sendiri dan mengenali sifat-sifat rabbnya. Tahap kedua, yaitu mengusir gejala
sombong yang tiba-tiba muncul akibat hal-hal yang bisa memicu kesombongan sebagaimana
disebutkan di atas.
c. Penyakit ujub
Ketahuilah bahwa uyub (kebanggaan) difitnah dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah, merupakan hasil sikap terhadap perbuatan-perbuatan
besar dan termasuk yujub. Ujub dapat menimbulkan sifat sombong. Orang dengan sifat Uimab tertipu
oleh diri dan pendapatnya sendiri, merasa aman dari siksa Allah, merasa memiliki kedudukan yang
tinggi di sisi Allah, dan tidak mau mendengar nasehat atau nasihat orang lain. Ini adalah kehancuran
yang nyata. Kami mohon kepada Allah pertolongan yang baik dalam menaati-Nya. Maka obat adalah
ilmu yang bisa melawan kebodohan. Jadi, munculnya penyakit Uimb disebabkan oleh ketidaktahuan
dan ketidakpercayaan terhadap hamba-hamba Allah. Hati merupakan salah satu organ dalam tubuh
manusia yang memiliki fungsi penting dalam kesehatan tubuh, mulai dari menghancurkan neurotoksin
hingga memproduksi protein dan membantu proses pencernaan. Dari sudut pandang Islam, hati adalah
hal utama dalam semua perilaku manusia, ketika hati baik maka perilaku itu baik, tetapi ketika hati
buruk maka buruklah akibat buruk bagi perilaku manusia. Hati yang buruk ini disebut hati yang sakit.
Penyakit jantung termasuk iri hati, cemburu, kesombongan, kegembiraan, tidak berterima kasih,
keserakahan, dll. Ketika orang dalam kondisi sakit hati, maka perlu dilakukan pengobatan agar
penyakit hati dapat menghilangkan noda. Menurut Ibnu Taimiah, penyakit jantung adalah suatu
bentuk kerusakan hati yang mengakibatkan hati tidak mampu melihat kebenaran. Orang dengan
penyakit jantung membenci kebenaran dan menyukai kebohongan yang merugikan. Penyakit hati
menurut Ibnu Taimiyah adalah penyakit pada hati seperti amarah, ketidakpercayaan dan kebodohan
serta kekejaman.Fokus utama kajian penyakit hati Ibnu Taimiyah adalah dengki atau dengki atau
dengki. Menurutnya, dengki terhadap pendapat tertentu adalah perasaan pedih yang disebabkan oleh
dengki terhadap orang kaya dan juga sikap keinginan, atau ingin kehilangan nikmat orang lain,
padahal ia tidak menyukai mereka karena hilangnya nikmat tersebut. tidak menang Dari sini dapat
disimpulkan bahwa iri hati adalah sejenis perasaan marah dan tidak puas terhadap kegembiraan orang
lain. Pengobatan penyakit jantung dapat dilakukan melalui berbagai upaya, salah satunya dengan
bernyanyi. Bagi umat Islam mengaji bukanlah hal yang baru, mengaji merupakan ajaran agama Islam
yang dapat diamalkan setiap saat dan dalam segala suasana. Dzikir merupakan basic need atau
kebutuhan primer setiap manusia. Sejak ruh pertama kali ditiupkan ke dalam tubuh manusia, telah
terjadi kontrak antara manusia dengan Allah SWT. dimana orang sendiri percaya akan keberadaan
Allah dan selalu mengingat-Nya. Kata dzikir dalam Al-Qur'an diulang sebanyak 292 kali dan terdapat
dalam 264 ayat dan berbagai topik dibahas dalam Al-Qur'an, dzikir bertujuan untuk menguatkan hati,
meningkatkan keimanan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah sebagaimana Allah dalam Al
berfirman. - Alquran. Dengan bernyanyi, orang mendapatkan ketenangan dan jiwa karena dia ingat
mengingat dirinya sendiri dan dia merasa diingatkan oleh Allah. Dengan membacanya, Anda akan
merasa bahwa Allah mengetahui doa Anda, peduli dan menjawabnya.6 Orang yang membaca dzikir
dengan segala cara pasti akan menghindari perilaku negatif dan hati mereka akan lebih nyaman,
tenang dan damai. Segala pengaruh yang masuk ke dalam hati tidak terlepas dari perasaan ragu,
keraguan tersebut merupakan pintu masuknya setan, dan setan selalu menanamkan keraguan dalam
hati manusia. oleh karena itu hanya dzikir yang dapat menutup pintu masuk setan, karena dzikir
adalah kebalikan dari semua godaan setan. Selain itu, Dzikir memiliki manfaat yang besar seperti
menenangkan hati, membersihkan kotoran yang menempel di hati dan obat segala penyakit hati
seperti Syirik, Iri, Iri, Riya, Ujub, Kesombongan dan sebagainya.
Hati berasal dari bahasa Arab yaitu qal-bun yang bermaksud jantung. Hati menurut kamus besar
bahasa Indonesia adalah organg badan yang berwarna kemerah- merahan di bagian kanan atas rongga
perut yang berguna untuk mengambil sari-sari makan di dalam darah dan menghasilkan empedu.7
Dalam Islam hati merupakan hal yang pokok dari segala perilaku manusia, jika hatinya baik maka
perilakunya akan baik, akan tetapi apabila hatinya buruk maka akan berakibat buruk terhadap perilaku
manusia. hati yang buruk ini disebut dengan hati yang berpenyakit. Dalam Islam penyakit hati
bukanlah penyakit hati yang berkenaan dengan penyakit fisik pada hati seperti liver, chirhosis dan lain
sebagainya, namun penyakit hati yang dimaksud disini adalah penyakit hati yang bukan fisik namun
penyakit ini bisa mempengaruhi perilaku dan perbuatan individu tersebut. Di antara penyakit hati
dalam Islam adalah iri, dengki, sombong, hasut, tidak syukur nikmat, serakah dan lain sebagainya.
Apabila manusia berada pada kondisi hati yang sakit, maka perlu mengobati penyakit ini sehingga
hati menjadi bersih dari noda-noda tersebut Secara bahasa zikir berasal dari kata dzakara, yadzkuru,
dzukr atau dzikir yang artinya merupakan perbuatan yang dilakukan dengan lisan (menutur,
menyebutkan, mengatakan) dan arti zikir dengan hati (mengingat dan menyebut).bSedangkan
menurut istilah zikir adalah sebuah kegiatan menyebut nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya,
menyanjung dan memuji, dengan ucapan seperti, subbhanallah (mahasuci Allah), al-hamdulillah
(segala puji bagi Allah), la ilaha illa Allah (tiada tuhan selain Allah), Allahhu Akbar (Allah Maha
Besar). Selain dalam Al-Qur‟an di dalam hadis Nabi Muhammad juga bernah bersabda yang artinya”
Dari Ziyad bin Abu Ziyad budak „Abdullah bin „Ayyasy bin Abu Robi‟ah, bahwasanya ada yang
menyampaikan padanya dari Mu‟adz bin Jabal berkata; Rasulullah Shallallahu‟alaihiwasallam
bersabda; “Tidak ada suatu amalan yang dilakukan oleh seorang manusia yang lebih bisa
menyelematannya dari adzab Allah melebihi dzikir”.(Iv et al., 2014)
Ibnu Atha seorang ulama sufi penulis kitab al-Hikam (kata-kata hikmah) membagi zikir menjadi tiga
jenis. Pertama, zikir jali (zikir jelas nyata) yaitu suatu perbuatan mengingat Allah yang berbentuk
ucapan sisan yang mengandung arti rsa syukur, pujian, dan doa kepada Allah yang lebih kepada
menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati, yang bertujuan untuk mendorong agar
hatinya hadir menyertai ucapan lisan. Kedua, zikir khafi (zikir samar-samar) yaitu suatu zikir yang
dilkukan secara khusuk oleh ingatan hati, baik yang dsertai zikir lisan maupun otak, ta semua orang
mampu melakukan zikir ini, namun orang yang mampu melakukan zikir ini merasa dalam hatinya
senantiasa memiliki hubungan dengan Allah, ia selalu merasakan kehadiaran Allah kapan dan dimana
saja,dalam dunia sufi terdapat ungkapan bahwa seorang sufi, ketika melihat suatu benda apapun
bukan melihat benda itu, tetapi melihat Allah benda itu bukanlah Allah. Tetapi pandangannya jauh
menembus melampui pandangan matanya tersebut ia tidak hanya melihat benda itu akan tetapi dia
juga menyadari adanya khalik yang menciptakan suatu benda tersebut. ketiga, zikir hakiki (zikir
sebenar-benarnya) yaitu melakukan zikir dengan seluruh jiwa dan raga, kapanpun dan dimana saja
dengan melakukan upaya memelihara seluruh jiwa dan raga dari larangan Allah dan melakukan apa
yang diperintahkan, tiada yang di ingat selain Allah, untuk dapt mencapai zikir tahap ini perlu dijalani
latihan muali dari zikir jali dan khaf. Zikir mempunyai manfaat yang sangat besar sebagaimana
penjelasan ayat di atas. Di samping menenangkan hati, zikir juga dapat membersihkan kotoran-
kotoran yang melekat pada hati sehingga hati menjadi bersih dan suci. Jika hati sudah bersih dan suci,
maka pikiranpun menjadi jernih, maka perbuatan akan selalu terjaga dan mengutamakan kebaikan.
Keutamaan zikir sangatlah besar sehingga Nabi Muhammad saw. mengumpamakan orang yang
berzikir dengan orang yang tidak berzikir seperti orang yang hidup dan orang yang mati, sebagaimana
Nabi bersabda “ perumpamaan orang yang berzikir kepada Allah dan orang yang tidak berzikir,
adalah seumpama orang yang hidup dan orang yang mati”. ( HR. Bukhari, no 6407). Bahkan Nabi
juga mengumpamakan dengan rumah, rumah orang yang berzikir kepada Allah merupakan rumah
orag yang hidup dan rumah orang yang tidak berzikir kepada Allah merupakan rumah orang yang
mati atau kuburan. Bimbingan berasal dari kata guide yang berarti to direct, pilot, manager, or steer
(menunjukkan, menentukan, mengatur atau mengemudi). Secara istilah bimbingan adalah suatu upaya
yang diberkan kepada seseorang dilakukan secara terus menerus dan sistematis agar mampu mencapai
kemandirian dalam memahami diri untuk seterusnya mengaktualisasikan diri sebagai usaha menuju
tingkat perkembangan optimal dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Secara bahasa
konseling merupakan terjemahan dari counseling (Amerika) atau counselling (British) yang berasal
dari kata consilium (Latin) yang berarti nasehat, informasi, percakapan atau pertimbangan yang
diberikan seseorang kepada orang lain. Sementara istilah konseling di definisikan sebagai sebuah
proses pemberian bantuan kepada individu agar individu tersebut mampu memahami dirinya sendiri
dan lingkungannya. Jadi, bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, bai
secara individu maupun kelompok agar individu maupun kelompok tersebut mandiri dan bisa
berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun pendukung berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Anwar Sutoyo dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan konseling Islam teori dan praktik,
mendefinisikan bimbingan dan konseling Islam sebagai upaya membantu individu untuk
mengembangkan fitrahnya dengan cara memberdayakan iman, akal dan kemauan yang dilimpahkan
oleh Allah kepadanya, agar fitrah yang sejatinya sudah ada pada individu tersebut dapat berkembang
sesuai dengan ajaran Islam.14 Thohari Musnamar mendefinisan bimbingan dan konseling Islam
sebagai sebuah proses pemberian bantuan terhadap konseli atau kelompok agar konseli menyadari
kembali keberadaannya sebagai mahluk Allah yang sepatutnya hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah, agar dapat tercipta kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu bimbingan dan konseling
Islam diartikan sebagai sebuah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah swt. sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Jadi, bimbingan dan konseling Islam merupakan layanan pemberian bantuan sebagaimana
kegiatan bimbingan konseling lainnya, yang membedakannya adalah bimbingan dan konseling Islam
berlandaskan pada ajaran Islam yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah sebagai landasan utama dan landasan
lainnya adalah filsafat dan ilmu lain yang sejalan dengan ajaran Islam.
Berdasarkan penjelasan konseptual bimbingan dan konseling Islam maka dalam hal ini proses
pebersihan jiwa seorang individu dengan cara menyucikan hati dan mengendalikan penyakit yang ada
pada diri individu mengunakan zikir merupakan salah satu metode terapi yang direkomendasikan
bimbingan dan konseling Islam, proses bimbingan dan konseling Islam ini diharapkan mampu
mmberikan bimbingan secara tepat tentang cara mengobati penyakit hati agar tidak salah dalam
memahami dan mampu menawarkan beberapa alternatif pemikiran tentang penyakit hati kepada
masyarakat. Penyakit hati dalam perspektif bimbingan dan konseling Islam merupakan sebuah
penyakit yang menyerang hati dan jiwa individu dan hal tersebut merupakan masalah yang harus
segara diselesaikan dengan cara memberikan bimbingan dan konseling dengan metode dan
pendekatan yang islami yaitu metode dan pendekatan sesuai dengan Al-Qur‟an dan Sunnah, salah
satu metode penyembuhan atau terapi penyakit hati adalah zikir.(Ghozali, 2019)
Bimbingan dan konseling Islam menawarkan tiga macam kondisi hati manusia, pertama, hati yang
sehat bisa menjadi selamat. Iya memiliki tanda-tanda antara lain, iman yang kokoh, mensyukuri
nikmat, tidak serakah, hidup tentram, khusyu‟ dalam beribadah, banyak berzikir, kebaikannya selalu
meningkat, segara sadar apabila berbuat salah dan suka bertaubat. Kedua, hati yang mati, yang telah
mengeras dan membatu karena banyak kerak akibat dosa-dosa yang dilakukan sehingga menghalangi
datangnya petunjuk Allah. Tanda-tandanya antara lain, tidak ada iman, mengingkari nikmat Alllah,
dikuasai hawa nafsu, pikirannya negatif/buruk sangka, tak berperikemanusiaan, egois, keras kepala,
dan tak pernah merasa bersalah. Ketiga, hati yang sakit, yang di dalamnya ada iman, ada ibadah ada
pahala, tetapi juga ada kemaksiatan dan dosa-dosa baik kecil maupun besar. Tandatandanya antara
lain, hatinya gelisah, tidak tenang, suka marah, tidak pernah punya rasa puas, susah menghargai orang
lain, serba tidak enak/tidak nyaman, penderitaan lahir batin dan tidak bahagia Hati merupakan salah
satu organ tubuh manusia yang mempunyai fungsi penting bagi kesehatan tubuh, mulai dari
menghancurkan racun di dalam saraf, menghasilkan protein hingga membantu proses pencernaan.
Dalam perspektif Islam hati merupakan hal pokok dari segala perilaku manusia, jika hatinya baik
maka perilakunya akan baik, akan tetapi apabila hatinya buruk maka akan berakibat buruk terhadap
perilaku manusia. Thoat Stiawan Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UM Surabaya menjelaskan, hati
yang buruk disebut dengan hati berpenyakit. Penyakit hati sering diidentikkan dengan beberapa sifat
buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah). Penyakit hati yang pertama diantaranya
adalah sikap sombong (Takabur).(Awaludin, 2018)
“Perasaan sombong adalah saat seseorang memiliki kebanggaan berlebih pada kemampuan diri
sendiri. Ia memandang dirinya tinggi dan enggan mengakui bahwa ada orang lain yang lebih
baik,”jelas Thoat Jumat (15/7/22)
Allah SWT sangat membenci sifat ini karena merupakan penyebab kafirnya iblis. Dalam QS. Al-Isra
ayat 37 kita diminta untuk menjauhi sifat sombong. "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini
dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung," (QS. Al-Isra:37). Kedua adalah mengagumi diri sendiri
(ujub), sifat sombong ada karakter ujub yang merujuk pada kecendrungan mengagumi diri sendiri.
Kebiasaan inilah yang menjadi akar rasa sombong di dalam hati seseorang. Rasulullah pernah
bersabda; “Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa
nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri),” (HR. Abdur
Razaq). Ketiga iri dengki (Hasad), menurut Thoat tanda utama penyakit ini adalah tidak senang saat
melihat orang lain bahagia, sukses, atau mendapat rezeki lebih. Kondisi paling parah adalah ketika
kamu berdoa agar kebahagiaan orang lain berpindah padamu. Perlu pahami, iri dengki adalah salah
satu penyakit yang bisa menggugurkan pahala. Ini senada dengan ucapan Rasulullah dalam hadis
riwayat Abu Dawud “Waspadalah terhadap hasad, sesungguhnya hasad mengikis pahala-pahala
sebagaimana api memakan kayu,” (HR. Abu Dawud). Keempat suka pamer (riya), sifat ini muncul
saat melakukan hal yang baik. Hati-hati, perilaku seperti ini bisa menghilangkan pahala dari amalan
kebaikan .Pasalnya, kebiasaan pamer atau riya termasuk penyakit hati dalam Islam yang tidak Allah
Swt sukai. Terakhir kikir (bakhil). Dasar utama dari perilaku ini adalah perasaan bahwa apa yang
kamu miliki masih kurang. Akibatnya, kamu tidak mau membagi rezeki kepada orang lain yang lebih
membutuhkan. Padahal harta yang dimiliki sudah lebih dari cukup untuk hidup dengan nyaman. Di
dalam Al-Qur’an surah Al-Imran ayat 180, dijelaskan bahwa mereka yang kikir di hari kiamat kelak
harus membawa hartanya dengan mengalungkannya.
“Menurut Imam Ibnu Qoyim, ada cara mengatasi penyakit hati yaitu: pertama, membaca Al-Qur’an
dan tadabbur (merenungkannya). Kedua, rajin mengosongkan perut (shaum). Ketiga, mendirikan
shalat malam (tahajud). Keempat, merendahkan diri di hadapan Allah (dengan do’a dan dzikir).
Kelima, bermajelis (bergaul) dengan orang-orang sholeh atau mengikuti kajian-kajian ke
Islaman,”tegasnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidaklah seorang hamba mendapatkan hukuman yang lebih
berat daripada hati yang keras dan jauh dari Allah.”
Sesungguhnya saat ini kita hidup di era perkembangan ilmu materealis yang sangat dahsyat. Manusia
banyak menghasilkan sesuatu berupa alat-alat peradaban dan kemewahan yang terus berkembang
dengan pesat. Setiap hari selalu saja ada hal yang baru. Perkembangan ini pula bersamaan dengan
tingginya populasi pengidap penyakit yang jumlahnya mencapai bilangan yang mengkhawatirkan
dengan berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang menjadi sorotan saat ini adalah penyakit
hati, karena hati menjadi inti manusia. Banyak dokter penyakit hati, konsultan, ahli bedah hati,
ramuan obat hati bahkan praktik operasi hati untuk meringankan penderita penyakit hati. Adapun
manusia mempunyai hati lain yang tidak terlihat secara kasat mata, yang keadaan dan tempatnya tidak
terputus dengan otot-otot hati yang dijelaskan dalam hadits berikut.“Ketahuilah sesungguhnya di
dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging tersebut baik, maka baiklah seluruh
tubuhnya. Dan, apabila segumpal daging tersebut buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah
segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rusaknya hati yang pertama dapat
mendatangkan kematian yang berbuntut hilangnya kehidupan dunia, maka rusaknya hati yang lain
(yang kedua ini) menyebabkan rusaknya manusia secara keseluruhan, serta hilangnya kehidupan
dunia dan akhirat. Maka dari sinilah pembahasan adanya hati yang tidak terlihat. Bencana besar bagi
hati ini adalah orang yang memilikinya tidak merasa dengan penyakitnya, karena tidak ada tanda-
tanda yang terlihat di tubuh sebagaimana keadaan yang tampak pada hati yang pertama. Banyak
ulama yang berdiri sesuai bagiannya untuk mempublikasikan kesadaran kesehatan dan mendidik
manusia dalam bidang ini, seperti Hasan Basri, Haris Al-Muhasibi, Al-Junaid, Al-Ghazali, dan lain-
lainnya. Adapun pada tulisan ini akan membahas obat hati yang sakit dari salah satu ulama dalam
bidang ini, yaitu Ibnu Qayyim rahimahullah. Berikut ringkasan pembahasan karya Ibnu Qayyim dari
kitabnya yang berjudul Thibbul Qulub.(Maturidi, 2020)
Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa cara mengobati hati yang sakit karena dikuasai oleh
nafsu yang mengarahkan kepada suu’ (keburukan) ada dua, yaitu: ”Melakukan muhasabah
(perhitungan) atas nafsu dan tidak menuruti nafsu”. Hati akan hancur dikarenakan meremehkan
muhasabah dan mengikuti nafsu. Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan hadits dari Syadad bin
Uwais bahwa Rasulullah bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang-orang yang menundukkan hawa
nafsunya dan beramal untuk persiapan sesudah mati, dan orang yang lemah adalah orang yang selalu
mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan untuk (diselamatkan) Allah.” (HR. At Tirmidzi no
2459). Adapun pada tulisan ini akan fokus membahas cara mengobati hati dengan poin pertama, yaitu
melakukan muhasabah. Al – Hasan berkata, “Orang mukmin itu selalu mengurusi jiwanya. Ia
mengevaluasi dirinya karena Allah”. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr [59]: 18) Imam Ahmad menuturkan dari Wahab
bahwasannya tertulis dalam hikmah Nabi Dawud, “Hak bagi orang berakal adalah tidak lalai dalam
empat waktu ini, yaitu waktu yang digunakan untuk bermunajah kepada Tuhannya, waktu yang
digunakan untuk mengintrospeksi dirinya, dan waktu dia menyepi antara jiwanya dengan
kelezatannya memikirkan yang halal dan menjadikan jiwanya terlihat indah. Waktu yang keempat ini
merupakan penolong pada semua waktu itu dan melimpahkan hati.”(Bastaman et al., 2001)
Hal-hal Yang Dapat Membantu Muhasabah
Adapun hal-hal yang dapat membantu Muhasabah diri adalah: 1) kesadarannya bahwa setiap kali ia
bersungguh-sungguh melakukan hal itu saat ini, maka ia akan istirahat dan merasa nyaman esok hari.
Setiap ia meremehkan hal itu sekarang, maka ia akan menghadapi hisab yang semakin berat kelak di
akhirat; 2) keyakinan bahwa keuntungan perniagaan tersebut adalah Surga Firdaus dan melihat wajah
Allah . Sedangkan kerugiannya adalah terjerumus ke dalam neraka dan terhalang dari memandang
Allah . Jika orang-orang meyakini hal ini maka hisab menjadi mudah. Muhasabah diri ada dua
macam, yaitu muhasabah diri sebelum melakukan suatu perbuatan dan muhasabah setelah selesainya
melakukan suatu perbuatan. Muhasabah diri sebelum berbuat, hendaknya orang yang ingin memulai
suatu pekerjaan mengawali dengan mempertimbangkan hingga benar-benar jelas keutamaanya
daripada meninggalkannya. Al-Hasan berkata, “Semoga Allah merahmati hamba-Nya yang berhenti
di saat berkeinginan. Jika karena Allah, maka ia laksanakan dan jika karena selain-Nya, maka ia
tinggalkan.” Sebagian ulama menjelaskan arti ungkapan tersebut dengan mengatakan, “ Jika diri
bergerak untuk melakukan suatu perbuatan dan ia sudah berkeinginan melakukannya, maka ia
berhenti dan merenungkan, apakah perbuatan tersebut sanggup ia lakukan atau tidak? Jika tidak
sanggup ia lakukan, maka ia tidak melanjutkannya. Tetapi jika sanggup ia lakukan, maka ia
merenungkan hal lain, apakah melakukannya lebih baik dari meninggalkannya atau meninggalkannya
lebih baik daripada melakukannya? Jika jawaban yang pertama, maka ia merenungkan hal ketiga,
apakah yang mendorong perbuatan itu adalah keinginan mendapatkan keridhaan Allah dan pahala-
Nya atau keinginan mendapatkan pangkat, pujian, dan harta dari makhluk? Jika jawabannya yang
kedua, maka ia membatalkan perbuatan itu meskipun itu yang akan mengantarkan pada apa yang ia
cari, agar ia tidak terbiasa dengan perbuatan syirik dan tidak merasa ringan untuk melakukan
perbuatan bukan karena Allah. Sesuai dengan keringanan yang ia rasakan dalam berbuat bukan karena
Allah, maka seberat itu juga beratnya untuk berbuat karena Allah, bahkan ia menjadi amal yang
terberat baginya. Tetapi jika jawabannya yang pertama, maka hendaknya ia merenungkan kembali,
apakah ia akan ditolong dalam perbuatannya itu, dan ada orang-orang yang bersedia membantunya
jika memang perbuatan itu membutuhkan pertolongan? Jika tidak ada yang menolongnya dalam
perbuatan itu ia berhenti, sebagaimana Nabi berhenti dan menunda jihad di Makkah hingga beliau
mendapatkan para penolong. Jika ia mendapatkan orang yang menolongnya, maka ia pun
melangsungkan pekerjaannya.” Muhasabah yang kedua adalah muhasabah diri setelah selesainya
pekerjaan, yangmana hal ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu: Pertama, muhasabah diri atas ketaatan
yang kurang sempurna dalam menyempurnakan hak Allah, sehingga ia tidak melakukannya sesuai
dengan sepantasnya. Adapun hak Allah dalam hal ketaatan ada enam, yaitu; 1) ikhlas dalam berbuat,
2) nasehat karena Allah dalam pekerjaan tersebut, 3) mengikuti Rasulullah, 4) memperlihatkan ihsan
pada pekerjaan tersebut, 5) menampakkan karunia Allah pada pekerjaan tersebut, serta 6)
menampakkan atas segala kekurangan dirinya dalam pekerjaan tersebut. Kedua, hendaknya
menghisab dirinya atas pekerjaan yang lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakannya. Ketiga,
hendaknya menghisab dirinya atas hal-hal yang mubah atau yang biasa dilakukan, kenapa ia
melakukannya? Apakah melakukannya karena Allah dan mengharapkan kehidupan akhirat sehingga
ia beruntung atau apakah ia melakukan hal itu untuk kehidupan dunia dengan segala ketergesaannya
sehingga ia merugi dan tidak memenangkan ridha Allah. Adapun yang paling berbahaya bagi suatu
pekerjaan adalah meremehkan, meninggalkan muhasabah, melepaskan begitu saja dan memudahkan
persoalan.
Manfaat Muhasabah
1. Definisi Hati
Ada beberapa hadis yang berbicara tentang hati, diantaranya yang paling besar kandungan hadis
tersebut adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Saw yang artinya, Ketahuilah bahwa
dalam tubuh ada segumpal daging, apabila daging itu bagus, bagus pulalah tubuh keseluruhannya.
Daging yang di maksud hadis tersebut adalah hati, bila hati bagus maka jasad akan bagus, namun
kalau hati rusak, maka jasad keseluruhannya akan rusak. Hal di atas meyatakan bahwa hati sangat
berperan dalam keberadaan jasad pada diri manusia. Dalam upaya pemahaman tentang hati,
Rasulullah Saw menjelaskan fungsi dan kedudukan hati dalam hadisnya yang tertera dalam bukunya
Ibn Hamzah ad-Damsyiqi jilid tiga: “Kedua mata itu petunjuk, kedua telinga itu corong, lidah itu
penterjemah, kedua tangan itu sayap, hati itu rahmah, limpah itu madu, paru-paru itu nafas, kedua
ginjal itu pengairan dn kalbu itu raja. Apabila raja itu baik, baiklah rakyatnya, apabila raja itu rusak,
rusak pula rakyatnya”.
Diriwayatkan oleh Abu Syeikh dan Ibnu Hibban dalam kitab Al „Azhamah dan oleh Ibnu Adi serta
Abu Nua‟aim dari Abu Sa‟id Al Khudri r.a.
Hadis tersebut menerangkan bahwa, telinga merupakan corong yang menangkap informasi dari luar,
kemudian terekam di dalam kalbu atau hati. Hati merupakan raja anggota badan dan anggota badan
itu bagaikan rakyatnya.30 Secara fisik hati itu segumpal darah, apabila hati itu baik, baiklah seluruh
tubuh; apabila rusak, rusaklah semuanya. Hati yang memerintah dan yang memutuskan. Hati juga
yang menaati Allah dan ia juga mendurhakai Allah Swt. Terbukti bahwa hati ternyata dapat berubah-
ubah baik dan buruknya, ia membutuhkan petunjuk dan kerelaan Allah Swt., untuk dapat
menempatkan kebaikan hati dalam dirinya, terutama jasad tempat ia berada disaat tidak memperoleh
kerelaan-Nya.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya hati makhluk (manusia) itu terletak di antara dua jari dari jari-
jari Allah „Azza wa jalla”.31 Penjelasan hadis di atas juga dijelaskan dengan sababul wurud hadis
(Sesungguhnya ....) dalam al-Jami’ul Kabir dari Abu Sufyan dari Abu anas, katanya: 32 “Adalah
Rasulullah Saw berdo’a Wahai Allah yang membolak balikkan hati, kukuhkanlah (mantapkanlah)
hatiku dalam agama-Mu. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apakah engkau masih menguatirkan
kami pada hal kami telah beriman kepada engkau dan kami meyakini tentang apa yang engkau
ajarkan kepada kami? Beliau menjawab: Apakah aku ini tidak mengetahui bahwa hati makhluk
(manusia) itu terletak diantara dua jari-jari Allah ‘azza wajalla?” Rasulullah Saw telah bersabda,
“Sesungguhnya syetan itu berjalan kesepanjang urat darah (nadi) anak Adam”. 34 Hal tersebut yang
menempatkan manusia harus hati-hati dalam menghadapi syetan, sehingga harus memiliki upaya
pencegahan pada hatinya.
D. RANGKUMAN
Keberadaan hati yang dijelaskan oleh hati dalam wacana keilmuan Islam yang dikutip dari sumber
Islam, yaitu Al-Quran dan Al-Hadis dapat memberi pemahaman yang benar dan kehati-hatian bagi
masyarakat dalam menggunakan dan menjaga hati tersebut dalam diri manusia. Pemahaman ini akan
mengantarkan kebenaran dalam mewujudkan ketenagan diri tanpa terjadi lagi kontradiksi dalam
mempertahankan mana yang benar dan tidak dari persepsi-persepsi yang hadir selama ini yang tidak
memiliki sumber dari Al-Quran dan Al- Hadis. Kesepakatan Al-Quran dan Al-Hadis dan penulis
menyimpulkan bahwa hati yang selamat adalah hati yang bersih dari penuhanan tuhan yang lain selain
Allah dengan banyak beristighfar, sehingga tidak ada kekotoran hati sebab dari keserakahan yang
dilahirkan mengagungkan ciptaan Allah Swt., dan menuhankannya. Hati senantiasa diisi oleh seorang
hamba dengan mengingat dan menjalin cinta dengan Allah Swt., diantaranya melakukan sholat,
sehingga jalinan tersebut mempertebal keyakinannya dan berkembang kepada jalinan cinta sesama
makhluk-Nya. Wallahua‟lam. Jelaslah bahwa mendidik hati ialah dengan cara mencegah dari melihat,
merasa riang dan gembira dengan kenikmatan dan kelezatan duniawi yang pada dasarnya akan dipisah
dengan kematian, katakanlah pada diri kita “cintailah sesuatu yang ingin engkau cintai, tetapi
ingatlah, engkau akan meninggalkannya. Al-Ghazali, mengilustrasikan pentingnya pendidikan hati
dalam membentuk karakter dengan diibaratkan tanah, hati yang sehat diibaratkan dengan tanah yang
subur dan hati yang telah dikuasai kehidupan duniawa diibaratkan tanah yang tandus. Hati menurut
Rasulallah swt berfungsi sebagai penentu karakter anak didik, Keimanan juga tidak akan dapat
istiqomah tanpa dibarengi dengan hati yang sehat dan baik, bahkan kealiman dan keselamatan
seseorang juga tergantung pada keselamatan dan kebaikan hatinya. Said Hawa menegaskan bahwa
ajaran dari al-Qur‟an tidak dapat disentuhkan kepada anak didik menjadi menyatu dengan
kepribadiannya mana kala hati mereka ada penyakitnya. Dengan demikian mendidik hati merupakan
titik awal yang harus dilakukan sebelum mendidik karakter, karena akan sangat sulit menanamkan
pendidikan karakter pada anak didik yang hatinya masih sakit. Kegagalan lembaga pendidikan dalam
mendidik hati anak didiknya adalah merupakan kesalahan fatal dalam upaya pembentukan karakter.
Dampak dari kesalahan ini dapat mengakibatkan krisis moral dan etika yang akan sangat sulit
ditanggulangi, Muahammad Nur menegaskan : Adab yang buruk menghasilkan akal yang rusak, akal
rusak mengakibatkan kebiasaan buruk, kebiasaan buruk mengakibatkan watak pemberontak, watak
pemberontak mengakibatkan perbuatan jahat, perbuatan jahat mengakibatkan dibenci Allah swt. dan
dibenci Allah swt. mangakibatkan kehinaan selamanya. Ketika hati anak didik sudah sakit, pastilah
mereka kelak akan menjadi mangsa harta. Kecenderungan mengejar harta dan materi semata akan
mengakibatkan meluasnya penyakit sosial sekaligus penyakit moral. Anak didik baik yang sekolah di
sekolah agama maupun sekolah umum akan semakin tersesat pada ketamakan terhadap pangkat dan
kedudukan, dan kemudian meluas memunculkan penyakit - penyakit berikutnya berupa penyakit batin
: iri hati, bakhil, ria, sewenang - wenang, gila popularitas, munafik, mencari muka, serta tunduk
terhadap materi, Banyak kasus pelanggaran terhadap moral yang dilakukan oleh orang yang sudah
terdidik dan sebenarnya mereka sudah mengetahui bahwa yang diperbuatnya adalah merupakan
perbuatan salah. Pelanggaran moral tidak hanya dilakukan oleh pemimpin negara, guru, dan orang
tua, bahkan hampir juga terjadi ketika anak didik masih dalam proses berlangsungnya pendidikan.
Kasus perkelahian antar pelajar dan kasus menyontek serta pacaran hampir menjadi pemandangan
yang senantiasa ada hampir pada setiap lembaga pendidikan. Faktanya banyak mereka yang
memahami moralitas, tetap tidak berdaya menghadapi godaan amoral, serta tidak dapat
menghindarkan dirinya dari perbuatan dosa itu. Sesekali memang bisa jadi mereka bertobat dan
kembali pada perbuatan yang baik, tetapi akhirnya setelah itu terjerumus lagi dan terjerumus lagi.
Lahirlah generasi-generasi yang rapuh, tak kuasa menahan syahwat, dikuasai materi, dan jauh dari
norma agama yang dia sudah mempelajarinya. Tidak heran kalau di negeri ini, jika remajanya tak
berdaya menghadapi rongrongan nafsu syahwat, terlena dengan gemerlap dunia, dan tergilas ganasnya
dunia. Memperhatikan fakta di atas, rusaknya karakter anak didik memang dapat disebabkan oleh
banyak faktor : lingkungan, sistem pendidikan, keluarga, sosial ekonomi dan merebaknya pornografi
dan pornoaksi. Namun, semua itu adalah penyebab jauh, dan penyebab utamanya adalah rapuhnya
hati mereka, kegagalan mengobatinya, hilangnya identitas hati dan hilangnya hati yang sehat.
Menurut Rusyah, orang yang mempunyai hati sehat, perilakunya tetap sehat walaupun mereka tidak
memiliki harta benda dan bekerja siang dan malam. Dengan pendidikan hati yang baik amat sangat
perlu dan segera dirumuskan berdasarkan pendapat beberapa tokoh islam terutama imam besar
Ghozali dalam kitabnya Ihya‟ Ulum al-Din yang bersumber pada al-Qur‟an, terutama dari petunjuk
qur‟ani dari ayat-ayat yang terkait dengan hati, demikian juga kajian pendidikan dari ayat-ayat Al-
Qur‟an dapat dilakukan karena Al- Qur‟an merupakan sumber pedoman hidup manusia, yang
didalamnya terkandung konsep pendidikan qur‟aniyah yang unggul, Al-Qur‟an juga menjelaskan
proses pensucian/pendidikan hati, bagi manusia yang senantiasa mau mensucikan dirinya. Salah satu
fungsi al-Qur‟an diturunkan adalah untuk mensucikan manusia, dan oleh karenanya di dalam ayatnya
terkandung pesan-pesan pensucian hati. Adapun riyadloh mendidik hati menjadi kebutuhan kita,
karena dalam ayat yang lain juga disebutkan bahwa nantinya harta dan anak-anak tidak bermanfaat di
akhirat. Tetapi yang bisa memberi manfaat adalah orang yang menghadap Allah dengan Qalbun
Salim, yaitu hati yang bersih dan suci. Do‟a dan besar harapan, Semoga kita dan anak keturunan kita
termasuk orang-orang yang konsisten untuk senantiasa selalu mendidik hati dengan melatih
menyucikan jiwanya agar kelak dapat menghadap Allah dengan qalbun salim (hati yang bersih)
sehingga jadi hamba yang selamat didunia dan akhirat . Aamiin.
Pendidikan hati yaitu : ada pada hati yang bersih, hati yang sakit dan hati yang mati. Dengan
mengoptimalkan dalam mengolah karakter, rasa jiwa manusia sampai keluhuran, kesucian, ber-
akhlaq, dan kemuliaan yang selaras dengan keteladanan Rasulullah S.A.W. Pemikiran al-Ghazālī
mengenai pendidikan yang terdapat dalam kitab Ihya‟ Ulūm al-Dīn, berkisar pada lima pokok:
1. Penjelasan tentang keutamaan ilmu pengetahuan atas kebodohan.
2. Pengklasifikasian ilmu-ilmu, pendidikan hati yang termasuk kedalam program
kurikuler. 3. Kode etik bagipendidik (guru) dan pesertadidik.
4. Kecintaan kepada Allah lebih diutamakan dari pada kecintaan kepada
apapun selain-Nya.
5. Sarana yang dapat meluruskan hati adalah mengagungkan
(memperhatikan) perintah dan larangan.
DAFTAR PUSTAKA
Awaludin. (2018). Hasad dalam Perspektif Al-Qur’an Studi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah
Al-Zuhaili). 1–14.
Bastaman, H. D., Offset, I. K. P., Shihab, M. Q., & Qalbu, L. M. (2001). ِ ال ِ ع ن ع ء: َِ ب ن ب ن
ل ٍ ي ْ ع ٍ ما ُ و َ َ ق ر َ ا َ ن َ ث د َ ز ْ م َ ح َ ح ُ ع ْ س َ ُ د َ ْ ُ ب َ ا ا َ ن َ ث د ْ ن ا و ىراخبال: ... ي َ ر ِْ ش ِ َ ال ْ ا
20–1 . ب ْ د ْ ح ْ ال ي ْ ح َ ت َ َ ذ ا َ َ ل صا ٌ ل ْ ق َ َ ل ص َ ُ ُ د َ َ ف ا َ ذ ا و َ َ ْ ا. هاور.
Ghozali, M. S. I. (2019). Sabar Sebagai Terapi Penyakit Hati Menurut Al-Ghazali. Ejournal
Universitas Darussalam Gontor, 15(2), 1–13.
Iv, B. A. B., KBRI, D. P., Teori, L., Pendapatan, A., Pendapatan, P., Putra, A. J., Aucla,
Isma, Iv, B. A. B., & Irawati, I. (2014). BAB III.pdf. In Αγαη (Vol. 8, Issue 5, p. 55).
https://eprints.umm.ac.id/73638/
Maturidi, M. (2020). Zikir Sebagai Terapi Penyakit Hati Dalam Perspektif Bimbingan Dan
Konseling Islam. At-Taujih : Bimbingan Dan Konseling Islam, 3(1), 74.
https://doi.org/10.22373/taujih.v3i1.6954