Hindu Indonesia
Ditulis oleh :
I Nyoman Kurniawan
MOKSHARTAM JAGADHITA
YA CA ITI DHARMA
MENGUBAH HIDUP MENUJU KEBAHAGIAAN DUNIAWI DAN ROHANI
Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma
[ Yayur Veda ]
Semoga ada kedamaian di langit dan udara yang meliputi bumi. Semoga ada
kedamaian di bumi. Semoga air dan tumbuh-tumbuhan menjadi sumber
kedamaian bagi semua mahluk. Semoga para dewa dan Brahman
menganugerahkan kedamaian kepada semua mahluk. Semoga terdapat
kedamaian dimana-mana. Semoga kedamaian itu datang kepada kita semua.
Semoga damai damai damai.
Om sarvesham svastir bhavatu
Sarvesham shantir bhavatu
Sarvesham purnam bhavatu
Sarvesham mangalam bhavatu
Sarve bhavantu sukhinah
Sarve santu niramayah
Sarve bhadrani pashyantu
Makaschit dukkha bhag bhavet
Om shanti shanti shanti
[ Brhadaranyaka Upanishad ]
Akan tetapi ketika kita mengalami jalan kehidupan yang buruk, ketika ditipu
orang, atau jatuh sakit, atau mengalami kecurian, atau mengalami sial, kita
cenderung berpikir bahwa semua ini terjadi karena berbagai sebab yang berbeda-
beda. Misalnya ketika kita jatuh sakit, kita mungkin akan berpikir bahwa semua ini
akibat cuaca ekstrim, atau akibat makanan yang kita makan, atau karena
gangguan ilmu hitam, ataupun karena sebab-sebab lainnya.
Ketika kita merasa resah-gelisah, merasa putus asa, merasa galau tanpa
sebab, kita cenderung berpikir bahwa semua itu akibat kita mengalami gangguan
metabolisme atau akibat kita terkena pengaruh energi buruk. Ini adalah berbagai
analisa yang sangat sering muncul dalam pikiran kita. Menurut ajaran Hindu, ini
merupakan ciri jelas bahwa kita tidak mampu mengenali akar penyebab
sesungguhnya dari semua kejadian buruk ini.
Semua mahluk ingin bahagia dan tidak ada yang mau menderita. Tapi
banyak mahluk tidak menemukan kebahagiaan hidup karena salah paham
terhadap pola dinamika alur kehidupan.
Karena itu kita perlu meluaskan pikiran ke dalam masa-masa jutaan kali kita
mengalami kelahiran-kematian dalam siklus samsara [kelahiran kembali yang
berulang-ulang]. Dimana terdapat hukum alam semesta yang bernama hukum
karma, hukum sebab-akibat kehidupan para mahluk yang saling berhubungan.
Dimana semua kejadian buruk dalam kehidupan kita disebabkan oleh diri kita
sendiri juga, karena akumulasi karma buruk kita sendiri.
- Dalam urusan ekonomi, akumulasi karma buruk kita sendiri akan membuat kita
mengalami kesulitan memperoleh rejeki. Kita cenderung menemui banyak
masalah, halangan, kena tipu, kesulitan, ke-tidak-mampuan atau kegagalan.
- Dalam urusan kesehatan, akumulasi karma buruk kita sendiri akan membuat kita
mudah sakit, kondisi fisik tidak bagus atau mengalami sakit yang berat.
- Dalam urusan hubungan asmara, akumulasi karma buruk kita sendiri akan
membuat kita mendapat banyak kesulitan, konflik dan kegagalan di dalam
mewujudkan jalinan asmara. Ataupun sering disakiti oleh yang menjadi pasangan
kita.
- Dalam urusan religius, akumulasi karma buruk kita sendiri akan membuat kita
sulit untuk berjodoh dengan guru spiritual yang asli. Serta sulit tersambung rapi
dengan ajaran dharma yang terang dan membebaskan.
- Dalam urusan keberuntungan, akumulasi karma buruk kita sendiri akan
membuat kita cenderung mudah mengalami banyak halangan, kesialan,
kecelakaan dan malapetaka.
- Dsb-nya.
Umumnya sebagai manusia kita merasa takut dan ingin menghindar dari
kesengsaraan, tapi yang sering terjadi kita malah semakin terjerumus pada
peningkatan rasa takut dan kesengsaraan. Kita mendambakan kedamaian, tapi
hal-hal yang kita lakukan justru membuat kita semakin resah dan jauh dari
kedamaian.
1. Nama Karma
Ada yang terlahir kembali dalam tubuh fisik manusia. Juga kita perhatikan
tubuh fisik manusia, ada yang berwajah menarik ada yang jelek, ada yang tinggi
ada yang pendek, ada yang berambut lurus ada yang keriting, ada yang kulitnya
putih ada yang hitam, dsb-nya.
Karma ini juga yang menyebabkan kita mengalami jalan kehidupan yang
cenderung membahagiakan seperti misalnya lahir di keluarga kaya, lahir di
lingkungan yang tentram dan damai, mendapatkan profesi yang bagus, mudah
mendapat rejeki, disukai orang, menang undian, dsb-nya. Sehingga kalau ada yang
terlahir kembali pada lingkungan yang penuh kasih sayang, serta perjalanan
kehidupan yang cenderung indah, lancar, bahagia dan berlimpah ajaran dharma,
itu disebabkan oleh gotra karma.
3. Vedaniya Karma
4. Mohaniya Karma
Ini sebabnya ada sebagian orang yang lebih tertarik judi, korupsi atau
selingkuh dibandingkan melaksanakan dharma dan belajar meditasi. Ada orang
yang lebih tertarik pergi dugem atau ke kafe dibandingkan pergi tirtayatra ke
pura-pura, dan kalaupun dia pergi ke pura yang dia pikirkan dan lakukan semata-
mata adalah untuk tujuan keduniawian. Ada orang yang lebih suka melampiaskan
amarah dibandingkan dengan mengasah kesabaran. Ada orang yang lebih suka
menonton infotaintment dan bergossip dibandingkan dengan duduk meditasi.
Akibatnya jalan kehidupannya cepat atau lambat akan terperosok dari satu lubang
kesengsaraan menuju lubang kesengsaraan lainnya.
Mohaniya karma juga yang menjadi penyebab ada sebagian orang yang
meyakini ajaran religius yang tidak tepat, misalnya menjanjikan kemudahan
masuk surga dengan cara ini atau itu padahal sesungguhnya hal tersebut tidak
benar. Atau mengalami ilusi religius, misalnya terjebak dalam doktrin keyakinan
salah bahwa dirinya melakukan hal yang baik, benar dan suci, padahal
sesungguhnya yang dilakukannya adalah hal yang melanggar dharma.
5. Jnanavaraniya Karma
Ini yang menjadi penyebab hambatan bagi kita di dalam kehidupan untuk
berjodoh dengan berbagai ilmu pengetahuan. Dan kalaupun kita berjodoh kita
akan sulit tersambung dan memahaminya. Dengan kata lain karma ini akan
membuat kita sulit memperoleh pemahaman, tumpul, bodoh, lamban dan buntu.
6. Antaraya Karma
7. Darsanavaraniya Karma
Karma ini juga yang menjadi penyebab kita mengalami jatuh sakit karena
gangguan fungsi organ, kerusakan organ atau kelumpuhan badan. Yang mungkin
dapat menyebabkan kita memiliki umur yang pendek, dimana badan fisik kita
mengalami gangguan akibat pola hidup kita sendiri sehingga badan fisik ini rusak
dan akibatnya kita mati.
8. Ayusya Karma
Sehingga kalau di hari ini hidup kita banyak kesulitan, tidak punya banyak
uang, selalu bertemu sial, hal yang tidak bagus atau sering gagal mendapatkan
apa yang kita inginkan dan perjuangkan, itu adalah buah dari apa yang kita
lakukan sendiri di masa lalu dan saat ini.
Atau sebaliknya kalau di hari ini hidup kita banyak kemudahan, punya uang
berlimpah, selalu bertemu keberuntungan, hal yang bagus atau sering mudah
mendapatkan apa yang kita inginkan dan perjuangkan, itu juga adalah buah dari
apa yang kita lakukan di masa lalu dan saat ini.
1. Atmika Tap
Yang dimaksud dengan atmika tap adalah kesengsaraan yang berasal dari
dalam diri kita sendiri, yaitu kegelapan pikiran-perasaan kita sendiri, serta
gangguan tubuh fisik yang membuat kita menjadi sengsara dan tidak menemukan
ketenangan dalam hidup.
Stress, murung dan depresi adalah sebuah contoh atmika tap, yaitu
kesengsaraan yang diakibatkan oleh avidya [kebodohan], emosi-perasaan negatif,
serta pikiran buruk dan prasangka buruk kita sendiri belaka.
Sedangkan kesengsaraan tubuh adalah rangkaian gangguan, penyakit dan
identifikasi yang salah terhadap tubuh. Misalnya seperti badan fisik mengalami
cacat, cedera, luka, mengalami gangguan atau jatuh sakit.
2. Bhautika Tap
Yang dimaksud dengan bhautika tap adalah gangguan atau konflik yang
berasal dari interaksi kita dengan sesama mahluk lainnya, yang membuat kita
menjadi sengsara dan tidak menemukan ketenangan dalam hidup.
Juga interaksi kita dengan mahluk-mahluk niskala [yang tidak dapat kita
lihat dengan mata biasa] yang membuat kehidupan kita terganggu. Karena di
alam ini dan di sekeliling kita banyak terdapat mahluk-mahluk niskala yang dapat
mempengaruhi kita menjadi gelisah, pemalas, beremosi negatif atau jatuh sakit.
Tapi disini juga sama kita harus benar-benar sadar bahwa sesungguhnya mereka
bukan mahluk jahat, melainkan mahluk-mahluk menderita yang karena karma
buruknya tidak dapat menemukan jalan terang.
3. Daivika Tap
Yang dimaksud dengan daivika tap adalah kesengsaraan yang berasal dari
rangkaian dinamika kosmik alam semesta, merupakan perpaduan antara hukum
karma dan hukum rta, yang membuat kita menjadi sengsara.
Misalnya gangguan alam seperti angin kencang, udara yang terlalu panas
atau terlalu dingin, terkena patahan pohon tumbang, kekeringan yang
mengakibatkan krisis air dan pangan. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor,
gunung meletus, gempa bumi, angin tornado.
Ini juga termasuk tata ruang kosmik rumah tinggal kita yang tidak bagus
[artinya asta kosala-kosali atau feng shui tidak bagus] yang dapat mempengaruhi
kita menjadi sulit mendapat rejeki, boros, tidak tenang, beremosi negatif atau
jatuh sakit. Tata ruang kosmik yang buruk dapat membuat hidup kita terganggu
dan mengalami kesengsaraan karena menghasilkan dinamika, aliran dan
akumulasi energi negatif di lingkungan sekitar kita.
Sedangkan berdasarkan rentang waktu, karma terdiri dari tiga jenis karma-
phala yang didasarkan atas waktu dari buah karma itu menjadi matang, lalu
menjadi sebuah kejadian yang kita alami dalam kehidupan, yaitu :
1. Sancita Karmaphala
Apa saja yang dapat kita kerjakan dan pahami dengan mudah di kehidupan
ini, seperti bekerja di tempat kerja, membuka usaha, mencari jodoh, mendalami
ajaran dharma yang asli, dsb-nya, merupakan akibat dari perbuatan atau
perkataan kita yang berdampak sukhacitta [menolong, menyelamatkan atau
membahagiakan mahluk lain] di kehidupan kita sebelumnya. Demikian juga
halnya dengan segala kesengsaraan yang kita alami di kehidupan ini, seperti jika
kita banyak mengalami kesulitan, banyak mengalami kesengsaraan, jatuh sakit,
berumur pendek, dsb-nya, merupakan akibat dari perbuatan atau perkataan kita
yang berdampak dhukacitta di kehidupan kita sebelumnya.
Misalnya ada dua orang pengusaha, yang satu bekerja sangat keras dan
mengalami kegagalan, tapi yang satunya lagi tidak harus bekerja demikian keras
dan mengalami keberhasilan. Atau ada dua wanita, yang satu berusaha sangat
keras tapi selalu dipermainkan laki-laki, tapi yang satunya lagi lancar saja dapat
bertemu dengan jodoh yang baik. Itu semua umumnya merupakan sancita
karmaphala.
2. Prarabda Karmaphala
3. Kriyamana Karmaphala
Misalnya ada penjahat yang tidak pernah dapat ditangkap polisi, atau orang
yang memfitnah kita tidak pernah ketahuan dan hidupnya aman-aman saja.
Demikian juga sebaliknya, ada orang yang baik sekali tapi hidupnya penuh
kesengsaraan. Karena karma-karma dari perbuatan atau perkataan yang telah
dilakukan masih tertunda untuk mengalami akibat, yang baru akan dia terima di
kehidupan mendatang.
Semua bentuk dinamika karma yang telah dijelaskan diatas adalah saling
berkait-kaitan dalam jejaring karma yang sangat rumit dan tidak dapat
terhindarkan. Dan kalau kita ingin merubah hidup kita agar mendapatkan
kebahagiaan duniawi dan rohani, seperti nasehat tetua orang Bali idupe nak
anggon ngalih bekel idup lan bekel mati [hidup ini adalah untuk mencari bekal
kehidupan dan bekal kematian], maka kita harus terus berjuang berusaha dengan
sebaik-baiknya di jalan dharma untuk memperbaiki diri dan kehidupan.
1. Udvartana
2. Apavartana
Misalnya [sebagai salah satu contoh] : putaran karma kita hari ini harus
dibunuh orang lain, karena di beberapa kehidupan sebelumnya kita sering
membunuh orang dan hari ini karmanya harus kita bayar. Tapi karena di saat ini
kita penuh dengan belas kasih, kebaikan dan kita menghadapinya dengan sikap
pikiran yang tenang dan damai, kita tidak jadi dibunuh, kita hanya dipukuli saja.
Atau misalnya putaran karma kita hari ini ditipu orang sampai benar-benar
bangkrut, tapi karena di saat ini kita penuh dengan belas kasih, kebaikan dan
sikap pikiran kita tenang, damai, kemudian akan ada orang yang datang menolong
kita sebelum kita jadi gelandangan, dsb-nya.
Atau sebaliknya putaran karma kita hari ini akan menjadi pejabat penting,
karena kita punya banyak tabungan karma baik dan hari ini buah-karmanya bisa
kita nikmati. Tapi karena disaat ini kita sering menjelek-jelekkan atasan kita, kita
bisa batal jadi pejabat penting karena atasan kita marah kepada kita. Atau
misalnya putaran karma kita hari ini menjadi orang kaya-raya, tapi karena disaat
ini kita suka judi, dugem atau selingkuh, kita akan jatuh miskin, dsb-nya.
Masa lalu tidak bisa diperbaiki karena sudah berlalu. Dalam kelahiran
sebelumnya kita jadi siapa dan seperti apa, itu tidak penting karena sudah berlalu
dan tidak bisa diperbaiki. Yang paling penting adalah bagaimana kita bersikap dan
berperilaku disaat ini juga. Bahkan orang yang harus mengalami karma buruk-pun
bisa dapat keringanan kalau sikap dan perilaku-nya baik di saat ini.
TEKAD KUAT DAN KESADARAN UNTUK SELALU MERUBAH DIRI
MENJADI LEBIH BAIK
Hukum karma adalah bagian dari dinamika alam semesta yang tidak dapat
dihindari. Kalau ingin tahu karma kita pada masa kehidupan yang lalu, lihat saja
apa yang kita alami dalam kehidupan sekarang. Kalau ingin tahu karma kita pada
masa kehidupan yang akan datang, lihat saja apa yang kita lakukan dalam
kehidupan sekarang.
Bagaimana lika-liku perjalanan hidup kita ada di tangan kita sendiri. Kalau
kehidupan kita buruk rubahlah menjadi baik. Dan kalau kehidupan kita sudah baik
rubahlah menjadi lebih baik lagi. Kita mampu untuk melakukan perubahan
kepada kehidupan kita sendiri, asalkan kita tekun dan sungguh-sungguh. Ya, kita
dapat melakukannya !!
1. JNANA YADNYA
Sadhana pertama adalah jnana yadnya. Jnana dalam bahasa sansekerta bisa
berarti pengetahuan atau bisa juga berarti kesadaran. Dalam kaitan dengan jnana
yadnya, yang dimaksud dengan jnana adalah kesadaran. Jnana yadnya berarti
yadnya [persembahan suci] berupa mengembangkan kesadaran di dalam diri kita
sendiri dengan cara melaksanakan yoga.
Yang dimaksud yoga disini tidak terbatas hanya kepada asana saja,
sebagaimana kesalah-pahaman pengertian yoga yang umum. Makna yoga
sesungguhnya adalah sebuah sistem sadhana [atau laku dalam istilah Hindu
Kejawen] untuk mengolah badan, pikiran dan kesadaran, yang berpuncak kepada
samadhi. Misalnya Ashtanga Yoga [delapan tiang yoga] yang dikembangkan oleh
Maharsi Patanjali, dimana asana merupakan hanya salah satu dari delapan tiang.
Atau Tapa, Brata, Yoga, Samadhi sebagaimana yang biasa diterapkan di
Nusantara.
Jnana yadnya tentu bukanlah tentang mencapai hidup yang lancar, aman
dan bahagia, bebas dari gangguan dan masalah, tapi tentang selalu dalam
kesadaran pada setiap kejadian dalam perjalanan kehidupan kita. Karena meditasi
tidaklah membuat hidup kita bebas dari kesusahan, masalah, kesulitan, dsb-nya.
Datangnya kebahagiaan dan kesengsaraan, itu sudah datang pada tempatnya
masing-masing, karena ada hukum karma yang bekerja. Yang membedakan
adalah kalau kita belajar meditasi, ketika ada rintangan, masalah dan
kesengsaraan kita tidak meronta, tidak berkelahi, tidak menangis menghadapi
kehidupan. Rasa sakit dan pedih dalam kehidupan tingkat sengatannya ke dalam
pikiran kita akan jauh lebih ringan dan sedikit, kalau kita selalu dalam kesadaran.
Dalam arti ada ruang diantara perasaan-pikiran negatif dengan kesadaran.
Sehingga apapun yang terjadi, kita dapat sadar, damai dan penuh belas
kasih disana. Dan sumber penyembuhan pikiran dari dalam yang paling
mengagumkan adalah selalu sadar, damai dan penuh belas kasih pada apapun
yang terjadi dalam kehidupan. Inilah yang disebut manah shanti, kebahagiaan dan
kedamaian di dalam diri.
Ini adalah dinamika hukum alam semesta itu sendiri terkait karma, bahwa
kalau kita pikirannya jernih dan pikirannya positif, dengan sendirinya kita akan
membentuk kehidupan yang penuh keberuntungan. Kita mungkin secara fisik
tidak menarik, tapi kita akan menjadi orang jelek yang beruntung. Kita mungkin
tidak pintar, tapi kita akan menjadi orang bodoh yang beruntung. Kita mungkin
tidak kaya, tapi kita akan menjadi orang sederhana yang beruntung. Ini yang
disebut sebagai merubah nasib [memutar karma baik] dengan memurnikan
samskara [minimal dengan selalu punya pikiran baik dan positif]. Dengan pikiran
baik dan positif hidup akan menjadi penuh dengan keberuntungan.
Bagi yang serius ingin memasuki jalan yoga, pilihan yang terbaik tentunya
adalah kita belajar dengan bimbingan langsung dari seorang guru yang tepat.
Pergilah belajar yoga dibawah bimbingan satguru yang bisa menuntun kita
menuju kejernihan pikiran dan membangunkan kesadaran di pesraman, di pusat
meditasi, dsb-nya, karena itu adalah langkah yang terbaik.
2. TAPA YADNYA
Sadhana kedua adalah tapa yadnya. Tapa berarti pengendalian diri. Tapa
yadnya berarti yadnya [persembahan suci] berupa disiplin pengendalian diri.
Karena orang yang sadar akan hakikat hukum karma akan berupaya
memotong sebab utama yang menjadi sumber karma buruk dan perasaan-
pikiran negatif, yaitu tindakan yang melanggar dharma.
Karena orang yang sadar akan hakikat hukum karma, juga akan berupaya
menjadikan dirinya seorang karma-gyani atau orang yang mengalir dengan
karma-nya. Semua kejadian dalam kehidupan dipeluk dengan dengan keheningan
dan belas kasih. Termasuk ketika dia disakiti, dihina, ditipu, ketemu orang jahat,
ketemu orang yang memperlakukan dengan tidak baik, kecelakaan, sakit keras,
dsb-nya, dia sadar sehingga berkata ke diri sendiri, saya sedang membayar
hutang karma. Dan bagi dia tidak usah menciptakan karma buruk yang baru
dengan cara balik menyakiti, malah sebaliknya disambut dengan dengan
keheningan dan belas kasih.
Dengan kata lain memotong akar penyebab yang menjadi sumber utama
karma buruk. Semua kejadian dalam kehidupan dipeluk dengan dengan
keheningan dan belas kasih. Termasuk ketika disakiti, karena sadar sesungguhnya
sedang membayar hutang karma.
Dengan pikiran dan indriya yang terkendali, kita akan lebih sedikit serakah,
lebih sedikit tidak puas, lebih sedikit marah, lebih sedikit benci, lebih sedikit
mengeluarkan kata-kata menyakitkan, serta akan lebih sedikit melakukan
tindakan yang menyakiti.
Ke semua arah, ini akan membuat kita membuat kita lebih sedikit menyakiti
mahluk lain dan banyak sekali mengurangi beban penderitaan para mahluk. Ke
dalam diri, ini tidak saja akan membuat kita berhenti memproduksi karma buruk
yang baru, tapi sekaligus juga membuat kita memperoleh kedamaian-ketenangan
pikiran di dalam diri.
Memang cenderung sulit dalam hidup ini kita bisa 100% melaksanakan 10
tapa yadnya. Tapi dengan bantuan jnana yadnya [melaksanakan yoga], yang
dimotivasi oleh belas kasih dan disertai tekad kuat dan disiplin untuk merubah
diri, kita dapat berusaha sebisa mungkin untuk banyak-banyak melaksanakannya
semampu kita. Termasuk dalam kondisi paling sulit, yaitu ketika disakiti kita
berusaha semampu kita untuk tidak membalas menyakiti, tapi malah sebaliknya
dengan kerendah-hatian memancarkan belas kasih.
Orang yang benar-benar sadar akan dinamika hukum karma, tidak saja akan
menjaga dirinya sendiri dengan melaksanakan 10 tapa yadnya, tapi juga memiliki
viveka, yaitu cara pandang yang benar dan terang.
Ketika kita bertemu dengan orang yang melakukan perbuatan jahat kepada
kita, disana kita harus sadar bahwa suatu saat dia tidak saja akan menerima
karma buruk akibat perbuatannya sendiri tersebut, tapi dia juga akan menjerat
dirinya sendiri dalam kesengsaraan akibat kegelapan pikirannya sendiri. Sehingga
sudah selayaknya kita tidak merasa marah atau benci, melainkan merasa kasihan
kepadanya.
Ketika kita bertemu dengan orang yang melakukan perbuatan jahat kepada
kita, disana kita harus sadar bahwa dibalik kejahatan yang dia lakukan, dia
sesungguhnya tidak saja sedang memberi kita kesempatan membakar hutang-
hutang karma buruk kita, tapi dia juga sedang menjadi guru yang mengasah
kesadaran kita. Sehingga sudah selayaknya kita tidak merasa marah atau benci,
melainkan merasa berterimakasih kepadanya.
- Berterimakasihlah kepada mereka yang menyakiti kita, karena mereka tidak saja
telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus
menjadi guru yang menghaluskan jiwa kita [kalau kita bisa tenang, damai dan
sabar].
- Berterimakasihlah kepada mereka yang menipu kita, karena mereka tidak saja
telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus
menjadi guru yang memperdalam wawasan kita.
3. DRWYA YADNYA
Sadhana ketiga adalah drwya yadnya. Drwya berarti belas kasih dan
kebaikan. Drwya yadnya berarti yadnya [persembahan suci] berupa belas kasih
dan kebaikan kepada semua mahluk. Sikap yang penuh belas kasih dan kebaikan
kepada semua mahluk adalah yadnya atau persembahan suci yang tertinggi.
Kita tidak sadar bahwa semua mahluk juga tidak ada bedanya sama seperti
kita, semuanya ingin bahagia dan tidak ada yang mau sengsara.
Kita tidak sadar bahwa sesungguhnya tidak ada orang jahat yang sejak awal
berniat menjadi orang jahat, karena tidak ada orang jahat yang berdiri sendiri. Dia
dikelilingi oleh orang tua yang kurang matang, sekolah yang belum tertata,
pemerintah yang tidak bisa memberi teladan, pemuka agama yang
memanfaatkan tuhan dan agama untuk ambisi pribadi, pemberitaan media yang
penuh kekerasan dan permusuhan, iklan yang menggoda berbagai macam
keinginan, lingkungan beracun penuh kebencian dan prasangka, dsb-nya, yang
semuanya membuat mereka jadi jahat. Lingkungan hidup yang secara mental
tidak sehat ini dapat menyebabkan kemerosotan jiwa. Oleh karena itu, seorang
yogi sejati tidak hanya menggembleng diri pribadinya saja, tetapi juga berjuang
untuk mendidik lingkungannya dengan cara belas kasih dan kesabaran agar
menjadi lingkungan masyarakat yang sehat jiwa-raga dan harmonis.
Seringkali kita bersikap marah dan benci kepada orang yang kita anggap
membuat kesalahan. Padahal kalau mau jujur, fair dan adil kita semua membuat
kesalahan. Itu sebabnya kita semua masih dilahirkan sebagai manusia dalam roda
samsara dan belum dapat memasuki alam-alam mahasuci. Kemarahan, kebencian
atau rasa permusuhan hanya akan membuat luka-luka jiwa bagi semua pihak.
Lebih bermakna bila kita bisa bersikap pengertian, apalagi bisa bersikap penuh
belas kasih dan kebaikan. Tanpa belas kasih dan kebaikan, semua pihak tidak saja
jiwanya akan kekeringan tapi juga akan saling melukai satu sama lain.
Setelah memahami semua hal tersebut, pertama-tama sekali kita harus
renungkan dan sadari sedalam-dalamnya bahwa segala sesuatu kondisi keadaan
yang buruk, rintangan, ketidak-beruntungan, pertemuan dengan orang lain dan
mahluk lain, ataupun termasuk hal-hal yang tidak kita pahami sebabnya, yang
membuat kita mengalami gangguan negatif pada emosi, perasaan, pikiran,
perkataan dan tindakan kita. Itu semuanya muncul semata-mata sebagai akibat
dari ahamkara [ego, ke-aku-an], yaitu keinginan membahagiakan diri sendiri.
Ini termasuk terjadi dalam lingkup dampak yang luas seperti perselisihan
keluarga, keributan antar tetangga, pertikaian di tempat kerja, perdebatan antara
pemimpin pemerintahan, kemiskinan, masalah sosial, sampai dengan perang
antar negara. Semua hal yang buruk itu terjadi pada kehidupan kita dan pada
dunia ini berasal dari ahamkara [ego, ke-aku-an], yaitu keinginan membahagiakan
diri sendiri. Sehingga segala sesuatu hal buruk yang terjadi pada kehidupan kita
dan pada dunia ini harus disalahkan kepada pikiran yang mementingkan diri
sendiri.
Dan tidak ada pencerahan jiwa atau kesadaran sempurna yang dicapai jika
hanya bertujuan untuk kepentingan diri sendiri belaka.
Apa yang dimaksud dengan belas kasih dan kebaikan ? Belas kasih dan
kebaikan adalah sikap tidak mementingkan diri sendiri, dalam bentuk segala
upaya perbuatan, perkataan dan pikiran yang menolong, membahagiakan atau
memberi keuntungan bagi mahluk lain. Tentu dalam hal ini, diri sendiri harus
mahir dalam pengendalian diri untuk meredam keserakahan dan penolakannya.
Maka disini dapat disebut sebagai latihan untuk mengorbankan diri sendiri bagi
mahluk lain. Dengan menolong mahluk lain berarti kita sudah menolong diri
sendiri dalam artian yang hakiki.
Kalau seandainya kita sudah melakukan banyak kebaikan tapi hidup kita
masih saja mengalami kesengsaraan, sering menemui hambatan, rintangan yang
rumit dan kegagalan, kita harus renungkan dan katakan kepada diri sendiri, saya
sudah melakukan banyak kebaikan saja hidup saya masih banyak menemui
kesengsaraan, apalagi kalau tidak ? Seringkali, sekalipun sudah melaksanakan
banyak karma kebaikan tetapi buahnya tidak segera nampak. Oleh karena itu
diperlukan kesabaran dan ketekunan yang pantang menyerah, karena hal-hal
semacam itu bisa saja dikarenakan kita sedang digembleng untuk dimurnikan
jiwanya.
Dan kalau sebaliknya seandainya kita jarang melakukan kebaikan tapi hidup
kita lancar, baik-baik saja dan tidak kekurangan suatu apapun, kita harus
renungkan dan katakan kepada diri sendiri, tanpa melakukan banyak kebaikan
saja hidup saya menemui banyak kebahagiaan, apalagi kalau saya banyak
melakukan kebaikan ? Pastilah kebahagiaan pada tataran yang lebih tinggi lagi
akan hadir dalam kehidupan saya. Itulah bahan renungan dalam hidup kita,
bahwa melakukan kebaikan itu adalah sesuatu yang mutlak untuk kita lakukan
dalam perjalanan kehidupan.
Ini kita laksanakan dengan drwya yadnya, atau 7 bentuk belas kasih dan
kebaikan yang saling berkait-kaitan sebagai persembahan suci, yaitu :
Ini adalah bentuk kebaikan dimana kesabaran kita dengan belas kasih kita
gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain. Misalnya memberi giliran antrean kita
kepada orang lain, meminggirkan mobil saat ada ambulance lewat, memberi
ruang bagi orang yang menyeberang jalan, mengalah saat ada kemacetan jalan,
mau menunggu orang yang datang janjian terlambat tanpa mengeluh, menemani
anak-anak bermain, dsb-nya, banyak lagi lainnya.
Ini adalah bentuk kebaikan dimana benda dan uang kita dengan belas kasih
kita gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain. Misalnya mentraktir makanan,
membelikan pakaian, memberi hadiah tiket jalan-jalan, menyumbang uang, dsb-
nya, banyak lagi lainnya.
Ini adalah bentuk kebaikan dimana pemikiran dan pengetahuan kita dengan
belas kasih kita gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain. Misalnya mau
mendengar masalah seseorang lalu memberi saran yang bermanfaat, dengan
tulus bersedia menjadi pendengar yang baik atau konsultan lalu memberi
masukan yang berguna, memberikan kursus atau pelatihan, menceritakan hal-hal
yang baik dan membahagiakan, dsb-nya, banyak lagi lainnya.
Ini adalah bentuk kebaikan dimana tubuh kita sendiri dengan belas kasih
kita gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain.
Ini adalah bentuk kebaikan dimana kerja keras dan pelayanan kita dengan
belas kasih kita gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain. Misalnya mematikan
keran bak air kamar mandi umum yang penuh, membuang sampah yang
berantakan, belajar yang rajin di sekolah [sehingga orang tua senang, tidak rugi
mengeluarkan biaya dan kelak kita bisa berguna bagi orang lain], ngayah di pura,
ikut kerja bhakti, membantu mengepel, mencuci piring, merawat orang-orang
yang sudah tua, dsb-nya, banyak lagi lainnya.
Dan bentuk kebaikan berupa kerja keras dan pelayanan kita yang paling
penting adalah melaksanakan svadharma [tugas kehidupan] kita sendiri dengan
tulus, jujur, tidak serakah dan sebaik-baiknya, seperti menjadi orang tua di rumah,
menjadi pegawai di kantor, sebagai nelayan, guru, pelajar, mahasiswa, tukang
sapu, pinandita, jro mangku, petani, gubernur, dsb-nya.
Sebab saat kita bekerja, kita tidak saja mendapatkan uang yang sangat kita
perlukan di jaman modern ini untuk membiayai kehidupan, kita tidak saja
memperoleh kesempatan untuk melakukan pelayanan, tapi kita juga sekaligus
berada di medan bagi pelaksanaan dharma yang sesungguhnya.
Ini termasuk juga bentuk upacara atau ritual yang dapat menyelamatkan
kehidupan mahluk lain, yaitu mengangkat serta menyempurnakan kedudukan
atma yang masih gentayangan, belum memperoleh tempat yang baik, ataupun
terjerumus ke alam-alam bawah. Di Bali ada banyak jenis upacara seperti ini,
misalnya upacara nilapati dan penyupatan atma.
Ini adalah bentuk kebaikan paling mulia dan tertinggi yang dapat
membebaskan mahluk lain dari siklus samsara. Misalnya membagikan dan
menyebarkan buku-buku ajaran dharma secara gratis, memberikan dharma
wacana yang mencerahkan, mengajar meditasi kesadaran secara gratis, dsb-nya,
banyak lagi lainnya.
Segala sesuatu pengalaman dan kejadian yang terjadi dalam hidup kita
adalah fenomena hukum-hukum alam semesta [hukum karma dan hukum rta].
Melalui ketekunan melaksanakan jnana yadnya, melaksanakan tapa yadnya dan
melaksanakan drwya yadnya, kalau waktunya sudah tiba kelak kita akan dapat
secara mendalam menyadari bahwa segala kejadian sesungguhnya tidak
membawa kebahagiaan maupun kesengsaraan. Baik kebahagiaan maupun
kesengsaraan adalah merupakan fenomena permainan pikiran kita sendiri. Begitu
riak-riak pikiran kita setenang air kolam yang jernih tanpa riak, maka berarti
berhenti pula baik kebahagiaan maupun kesengsaraan, digantikan oleh kesadaran
atman atau kesadaran sempurna akan kenyataan diri yang sesungguhnya.
Ada kebahagiaan yang lebih tinggi, lebih indah dan lebih sempurna
dibandingkan dengan kebahagiaan manapun. Kebahagiaan tertinggi dan
sempurna ini ada di dalam diri kita sendiri, selalu ada tidak pernah hilang atau
lenyap, hanya saja kita tidak menyadarinya. Dan disaat ketika kita menyadarinya
atau terserap ke dalamnya, itulah yang disebut sebagai atma jnana atau
kesadaran atman.
Kenyataan diri kita yang sesungguhnya adalah atman yang sempurna dan
mahasuci. Akan tetapi seringkali kesadaran kita terhalang oleh ke-akuan atau ego
[ahamkara] serta seluruh kegelapan-kegelapan pikiran [sad ripu] di dalamnya.
Ketika kita marah itu berarti kesadaran kita telah diambil-alih oleh kemarahan.
Ketika kita bersedih itu berarti kesadaran kita telah diambil-alih oleh kesedihan.
Ketika kita tidak puas itu berarti kesadaran kita telah diambil-alih oleh
keserakahan.
Atma jnana berarti kesadaran tentang kenyataan diri yang sempurna dan
mahasuci. Dalam bahasa logika yang paling disederhanakan berarti menjadi sadar
bahwa tidak ada perbedaan antara mendapat pujian dan penghormatan, dengan
sebaliknya yaitu mendapat penghinaan dan penghakiman. Keduanya hanya
didengar dengan pikiran yang jernih tenang-seimbang [upeksha] dan penuh belas
kasih. Yang bagus tidak menjadi akar kesombongan, yang jelek tidak menjadi akar
kemarahan dan permusuhan. Perasaan suka-tidak suka, sedih-bahagia, untung-
rugi [semua dualitas], sad ripu [enam kegelapan pikiran] dan ahamkara [ke-aku-
an] berhenti mensabotase dan memanipulasi kenyataan diri yang sejati. Selalu
terserap ke dalam samadhi, selalu terserap ke dalam atman yang sempurna dan
mahasuci.
Sesungguhnya secara seketika kita dapat membebaskan diri kita sendiri dari
atmika tap, atau kesengsaraan yang berasal dari dalam diri kita sendiri, yaitu
kegelapan pikiran-perasaan kita sendiri serta gangguan tubuh yang membuat kita
menjadi sengsara dan tidak menemukan ketenangan dalam hidup. Karena
kenyataan diri kita yang sejati bukanlah kemarahan, kekecewaan, kesedihan,
keputus-asaan, ketidak-puasan, dsb-nya. Melainkan atman yang sempurna dan
mahasuci.
- Kalau kita sedang belajar pelajaran sekolah, belajarlah dengan penuh kesadaran,
kedamaian, kebahagiaan dan belas kasih. Fokuslah hanya pada apa yang kita
pelajari. Temukan kedamaian dan kebahagiaan, serta penuh welas-asihlah dalam
menghafal, dalam menghitung matematika, dsb-nya.
- Kalau kita sedang mengasuh anak, asuhlah anak dengan penuh kesadaran,
kedamaian, kebahagiaan dan belas kasih. Fokuslah hanya pada mengasuh dan
menyayangi anak kita. Kalau anak cerewet dan nakal, terimalah cerewet dan
nakalnya dengan penuh kesadaran, kedamaian dan belas kasih.
- Kalau kita sedang terbaring sakit dengan infus di rumah sakit, terbaringlah
dengan penuh kesadaran dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah disana. Kalau
kita harus disuntik dan minum obat pahit, terimalah suntikan dan obat pahit itu
dengan penuh kesadaran, kedamaian dan belas kasih.
- Kalau kita tidak punya penghasilan, teruslah berupaya mencari kerja atau
pemasukan dengan penuh kesadaran dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah
disana. Kalau kita harus menerima penolakan dan kegagalan, terimalah hal itu itu
dengan penuh kesadaran, kedamaian dan belas kasih. Teruslah berusaha.
Kerjakan segala apa yang sedang kita kerjakan dengan penuh kesadaran,
kedamaian, kebahagiaan dan belas kasih. Fokuslah pada yang kita
kerjakan, temukan kedamaian dan kebahagiaan disana, serta penuh welas-
asihlah dalam mengerjakannya.
- Kalau kita dihina atau dicaci maki orang, terimalah hinaan dan caci maki itu
dengan penuh kesadaran, kerendah-hatian dan kedamaian, serta penuh welas-
asihlah disana.
- Kalau kita harus menanggung malu atau mungkin juga dipermalukan orang,
terimalah hal itu dengan penuh kesadaran, kerendah-hatian dan kedamaian, serta
penuh welas-asihlah disana. Kalau kita ditertawakan dan diberi komentar
menyakiti, terimalah komentar menyakiti dan tertawa menghina itu dengan
penuh kesadaran, kedamaian dan belas kasih.
- Kalau kita dimarahin istri, terimalah kemarahan itu dengan penuh kesadaran,
kerendah-hatian dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah disana.
- Kalau kita melakukan kesalahan, sengaja atau tidak sengaja, segera minta maaf-
lah dengan penuh kesadaran, kerendah-hatian dan kedamaian, serta penuh
welas-asihlah disana.
Terimalah semua kejadian tidak menyenangkan dalam kehidupan dengan
penuh kesadaran, penuh welas-asih, ke-rendah-hatian dan kedamaian. Karena
inilah sadhana pembayaran karma buruk dan proses pemurnian pikiran yang
sangat cepat.
Dan sesungguhnya juga secara seketika kita dapat membebaskan diri kita
sendiri dari daivika tap, atau kesengsaraan dan lenyapnya ketenangan dalam
hidup akibat dari rangkaian dinamika kosmik alam semesta yang tidak terduga
dan tidak kita ketahui, yang merupakan perpaduan antara hukum karma dan
hukum rta. Karena sekali lagi bahwa kenyataan diri kita yang sejati bukanlah
kemarahan, kekecewaan, kesedihan, keputus-asaan, ketidak-puasan, dsb-nya.
Melainkan atman yang sempurna dan mahasuci.
Bagaimana menjadikan jalan kehidupan yang tidak terduga dan tidak kita
ketahui, serta grafik kehidupan yang selalu naik-turun dalam kehidupan dengan
selalu terserap dalam atman, selalu terserap dalam samadhi ? Sadar dan damai-
lah disana, serta penuh welas-asihlah disana.
- Kalau terjadi suatu bencana tidak terduga dalam hidup kita, hadapilah dengan
penuh kesadaran dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah disana. Apapun yang
terjadi, seburuk apapun, terimalah kenyataan pahit itu dengan penuh kesadaran,
kedamaian dan belas kasih.
Bagaimana reaksi pikiran kita, tidak senang, marah, takut, benci, jengkel,
penasaran, tegang, dsb-nya. Sadari dan sadari. Sadari secara netral. Tanpa
penilaian, tanpa dualitas baik-buruk, enak-tidak enak, suka-tidak suka, suci-kotor.
Sadari sampai pikiran kita menjadi tenang-sejuk. Begitu kita sadar, secara alamiah
pikiran kita menjadi damai dan tenang, lalu kesadaran terbit muncul laksana
bulan purnama yang terang. Setelah itu, kalau diperlukan tindakan untuk
memperbaiki keadaan, yang keluar secara alamiah adalah belas kasih dan
kebaikan, dan bukan keserakahan, kemarahan atau kebencian.
Ketika semuanya menjadi yoga. Apa saja yang kita lakukan dalam
kehidupan menjadi tindakan yoga, karena kita selalu terserap ke dalam samadhi.
Praktisi yoga tingkat tinggi pasti tahu bahwa ketika pikiran masih sesempit diri ini
[ahamkara, ke-aku-an, ego], kita mudah marah, benci, tersinggung, sombong,
resah, tidak puas, dsb-nya. Semakin besar egonya maka akan semakin
menyakitkan kesengsaraan dan ketidakadilan. Inilah pe-er besar seorang yogi,
meruntuhkan ego dan semua bentuk kegelapan pikiran.
Orang suci yang sesungguhnya adalah orang yang sanggup mengolah apa
saja menjadi dharma. Leluhur kita menyebutnya sarwa dharma [semuanya
dharma]. Dapat mengolah adharma menjadi dharma. Dapat mengolah segala
bentuk godaan menjadi jalan pembebasan. Dapat mengolah segala bentuk
kesengsaraan dan ketidakadilan menjadi berkah spiritual yang tertinggi yang
mengantar mereka menuju kesadaran dan kemahasucian.
Hindu tidak dapat dipisahkan dengan unsur sekala dan niskala sebagai
pedoman kehidupan. Sekala adalah alam material atau alam fisik ini yang dapat
dirasakan langsung keberadaannya dengan indriya-indriya biasa, sedangkan
niskala adalah alam halus yang tidak dapat dirasakan dengan indriya-indriya biasa.
Di dalam menata berbagai aspek kehidupan, harus ada keseimbangan antara
sekala dan niskala. Sehingga Hindu sangat banyak mengajarkan tentang
membangun kehidupan yang seimbang itu, mendorong manusia agar
membangun kehidupannya secara sekala dan niskala.
Sehingga selain melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling berkait-
kaitan, Hindu tidak dapat lepas dari Panca Yadnya. Totalitas ke-delapan yadnya ini
disebut sebagai Asta Yadnya, yaitu yadnya yang lengkap dan menyeluruh.
1. Mengikuti dinamika hukum alam semesta, yaitu apa yang kita berikan atau
persembahkan, pasti akan kembali lagi kepada diri kita sendiri. Dalam hal
ini, kalau persembahannya itu bersih, tulus dan murni, akan kembali
kepada kita dalam bentuk tercapainya apa yang diharapkan.
3. Persembahan merupakan perwujudan mistik dari rasa belas kasih dan rasa
terimakasih kita, ke semua mahluk dan semua arah alam semesta. Apa-apa
yang kita dapatkan dalam hidup ini, kita kembalikan ke semua mahluk dan
semua arah alam semesta dalam bentuk persembahan. Yang pada akhirnya
semuanya akan kembali kepada diri kita sendiri [sisanya tidak boleh
diceritakan karena rahasia].
1. JANA KERTI
Dalam ajaran Hindu, ada tiga macam sadhana yang kita lakukan untuk
melaksanakan dan mewujudkan jana kerti, yaitu :
1. Tri Yadnya
Dengan keseharian yang dibimbing oleh tri yadnya kondisi pikiran kita akan
menjadi sejuk, teduh, terang dan galang apadang. Jauh lebih sedikit mahluk yang
disakiti dan jauh lebih banyak mahluk yang bisa disayangi. Hal ini tidak saja
menyegarkan pikiran orang lain dan mahluk lain, tapi sekaligus juga menyalakan
teja atau sinar suci di dalam pikiran kita.
Sehingga apapun yang kita lakukan langkah kita akan ringan, serta sekaligus
lebih mudah memancarkan vibrasi damai, kesejukan dan menciptakan harmoni.
2. Manusa Yadnya
Ini adalah yadnya atau ritual yang diselenggarakan guna pemeliharaan serta
penyucian secara spiritual terhadap manusia sejak terwujudnya jasmani di dalam
kandungan sampai akhir kehidupan. Yang membantu mencapai tujuan utama
kelahiran kita sebagai manusia, yaitu meraih kesempurnaan kesadaran.
Semua tujuan utama-nya adalah menguatkan vibrasi energi positif pada diri
kita sebagai manusia.
3. Rsi Yadnya
Ini adalah yadnya atau ritual yang dilakukan sebagai wujud rasa hormat dan
rasa terimakasih kepada para maharsi, para yogi dan para satguru dari semua
jaman, yang telah memberikan tuntunan dan ajaran pencerahan kepada manusia
untuk mencapai kedamaian pikiran, kesempurnaan jiwa dan pembebasan dari
roda samsara.
Hal ini juga penting dilakukan, karena hanya dengan rasa hormat dan sujud
kepada beliau, ajaran-ajaran suci beliau dapat bertahan lama di alam marcapada
ini, serta membuat ajaran-ajaran suci beliau masuk dengan jauh lebih baik ke
lubuk hati kita. Ajaran yang sudah membumi dan membadan inilah yang dapat
membantu kita manusia merealisasikan kesempurnaan kesadaran.
2. ATMA KERTI
Atma Kerti berarti upaya untuk menegakkan kesucian jiwa-jiwa yang telah
meninggalkan alam marcapada ini. Dimana dalam ajaran Hindu ada tiga macam
hal yang kita lakukan untuk melaksanakan dan mewujudkan atma kerti, yaitu :
1. Pitra Yadnya
Ini adalah yadnya atau ritual yang diselenggarakan guna mengangkat serta
menyempurnakan kedudukan atma para leluhur [pitra], agar mereka
mendapatkan tempat yang baik di alam kematian. Yadnya ini sebagai wujud
bhakti, yang dalam tradisi kita adalah untuk memberikan sesuatu yang baik dan
layak kepada para leluhur, dengan upacara jenasah [sawa vedana] sejak tahap
permulaan sampai tahap terakhir yang disebut atma vedana. Termasuk penyucian
dan pralina [kremasi / ngaben] yang kalau dilakukan dengan tepat [yang memang
benar berhasil] sangatlah membantu perjalanan atma di alam-alam kematian.
Ini dilakukan dengan rasa sadar bahwa kita memiliki dua hutang-karma
utama kepada orang tua kita dan para leluhur, yaitu hutang budi berupa warisan
badan [sarirakrit] dan hutang budi berupa kebaikan-kebaikan mereka kepada kita
[anadatha], dimana sejak bayi kita dirawat, dijaga dan dibiayai oleh mereka.
Tanpa kebaikan mereka pasti kita tidak akan berdaya dalam kelahiran kita ke
dunia ini.
Hutang karma kita kepada orang tua kita tidak akan pernah bisa kita bayar
sampai kapanpun, tapi kalau kita dapat membawa atma mereka ke alam-alam
luhur yang mahasuci dan membebaskan mereka dari siklus samsara, maka
seketika itu juga seluruh hutang karma kita kepada orang tua kita seketika akan
terselesaikan.
Kalau orang tua atau leluhur kita tidak mendapatkan tempat yang baik di
alam kematian, apalagi bertempat di alam-alam bawah, bisa jadi mereka akan
mengganggu hidup kita. Dalam istilah Bali disebut kepongor, yaitu orang tua
atau leluhur berupaya menarik perhatian kita, terkadang dengan cara menyakiti,
karena mereka mengharapkan pertolongan dari keturunannya. Tapi dengan
melaksanakan pitra yadnya yang bekerja sangat baik [yang memang benar
berhasil] guna mengangkat serta menyempurnakan kedudukan atma orang tua
atau leluhur, sudah pasti kita akan terbebas dari masalah ini.
2. Bhuta Yadnya
Ini adalah yadnya atau ritual yang kita selenggarakan bagi sarwa bhuta,
yaitu mahluk-mahluk niskala alam bawah, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan,
serta unsur-unsur alam raya beserta dinamika kekuatannya. Untuk menyomiakan
vibrasi alam yang negatif serta kekuatan kegelapan atau kesadaran rendah
sehingga menjadi damai dan harmonis.
Tapi kita tidak boleh memandang mereka sebagai mahluk jahat. Mereka
dulunya juga manusia, tapi mereka berubah menjadi mahluk-mahluk sengsara
karena semasa hidupnya sebagai manusia akumulasi karma buruknya bertumpuk,
atau karena samskara-nya [kecenderungan pikiran] negatif, atau karena mereka
pernah membuat kesalahan atau pelanggaran dharma yang berat, sehingga
mereka tidak dapat menemukan jalan menuju alam-alam mahasuci. Atma mereka
bergentayangan di alam-alam bawah [bhur loka] atau alam diantara alam
kehidupan dan alam kematian, yang penuh dengan kesengsaraan.
Tentu ini bukan berarti penganut Hindu menyembah apa yang di agama
lain disebut setan. Sama sekali tidak ! Ini adalah pancaran belas kasih dan
kebaikan yang sempurna.
Tingkatan yadnya atau ritual terkait atma kerti paling luhur lagi adalah bila
kita secara cepat dapat mengangkat serta menyempurnakan kedudukan atma
yang masih bergentayangan atau terjebak di alam-alam bawah, agar mereka
mendapat kesempatan naik tingkat, lahir menjadi mahluk yang lebih tinggi
kesadarannya dalam siklus samsara. Atau lebih bagus lagi bila bisa
menyeberangkan mereka agar mereka dapat memasuki alam-alam suci.
Di Bali ada banyak jenis upacara tingkat tinggi yang dapat secara cepat
mewujudkan hal ini, misalnya upacara nilapati dan penyupatan atma. Upacara
nilapati adalah upacara atau ritual penyucian atma dari segala kekotoran,
kegelapan dan energi negatif, sehingga atma bisa segera memasuki alam-alam
suci. Sedangkan penyupatan atma adalah suatu upacara atau ritual yang
merupakan upaya untuk menyeberangkan atma agar dapat memasuki alam-alam
suci. Upacara tingkat tinggi seperti ini tidak saja berguna bagi mereka, atma yang
masih gentayangan atau masih berada di alam-alam bawah yang sengsara dan
tidak saja berguna bagi yang melaksanakan karena karma baiknya besar, tapi
sekaligus juga berguna bagi semua manusia. Karena begitu mereka keluar dari
alam-alam bawah untuk kemudian masuk ke alam-alam suci, otomatis mereka
tidak akan pernah mengganggu manusia lagi yang masih berada di alam
marcapada.
3. JAGAT KERTI
- Asta Kosala-Kosali.
Asta kosala-kosali [atau feng shui] adalah ilmu topografi kuno mengenai
pembuatan dan tata ruang kosmik yang baik di lingkungan sekitar kita sendiri,
seperti di rumah tinggal, tempat kerja, tempat usaha, dsb-nya. Artinya bahwa
dalam pembangunan secara Bali selalu terbagi menjadi secara sekala
[pembangunan fisik, yang dapat dilihat] dan niskala [yang tidak dapat dilihat,
tetapi sesungguhnya memberi pengaruh yang nanti dapat dirasakan]. Karena
pembangunan yang hanya berdasarkan bangunan fisik semata dan melupakan
unsur niskala dapat membuat hidup kita terganggu.
Asta kosala-kosali atau tata ruang kosmik berkaitan erat dengan kerapian
hidup manusia. Tata ruang kosmik yang baik dapat membantu memperbaiki
kualitas hidup kita dengan menghasilkan dinamika, aliran dan akumulasi energi
positif yang kuat di lingkungan sekitar kita. Sebaliknya tata ruang kosmik yang
buruk akan membuat hidup kita terganggu karena menghasilkan dinamika, aliran
dan akumulasi energi negatif di lingkungan sekitar kita.
Asta kosala-kosali terbagi menjadi dua bagian ilmu yaitu asta kosala dan
asta bumi [asta mandala].
Asta bumi [asta mandala] adalah ilmu yang mengatur tentang tata letak
bangunan seperti misalnya pembagian ruang bangunan dan halaman, jarak antar
bangunan, dsb-nya, yang berpegang kepada tata letak ruang yang diatur dalam
konsep luan-teben [hulu-hilir], tri mandala [tiga kelas tingkatan kesucian ruang
dan bangunan], catur loka pala [tata letak empat bangunan pokok] dan dewata
nawa sanga [sembilan arah mata angin].
- Palemahan Hayu.
Palemahan berarti tanah yang ada di bumi ini beserta segala apa yang ada
diatasnya, yang telah menjadi hak milik, hak guna pakai, ataupun yang sering kita
gunakan untuk beraktifitas. Sedangkan Palemahan Hayu berarti palemahan yang
harmonis. Menciptakan harmoni di lingkungan sekitar kita sendiri berarti menjaga
palemahan, yang hasilnya adalah palemahan yang memiliki vibrasi kosmik yang
bagus.
Dalam bahasa sansekerta, jagat berarti alam semesta dan kerti artinya
upaya untuk menjaga kesucian atau menjaga keseimbangan. Dan di dalam ajaran
Hindu, jagat kerti berarti upaya luhur untuk mengharmoniskan alam semesta,
baik secara sekala maupun secara niskala.
- Dewa Yadnya
Ini adalah yadnya atau ritual yang kita selenggarakan berupa pemujaan
atau berupa persembahan suci kepada Hyang Acintya beserta sinar-sinar suci-
Nya, yaitu para Dewa-Dewi, Ida Btara-Btari, dsb-nya. Dewa Yadnya
diselenggarakan dengan melaksanakan persembahyangan, puja, muspa, japa
mantra ataupun persembahan upacara yang dilaksanakan pada hari pawedalan
[piodalan], hari-hari suci, rahinan, ataupun hari-hari raya lainnya seperti Hari Raya
Galungan, Kuningan, Saraswati, Siwaratri, dsb-nya.
Leluhur kita pada jaman dahulu tidak sembarangan membuat tata aturan
kekeran atau radius kesucian pura, yaitu batas wilayah dimana bangunan lain
selain masih terkait dengan pura tidak di-ijinkan untuk dibangun apapun, untuk
menjaga kesucian pura. Ini tentu bukanlah sebuah tata aturan sembarangan,
karena parahyangan sebagai stana para dewa-dewi mahasuci adalah mandala
penjaga keharmonisan kosmik yang demikian luhur.
Para jaman dimana kesucian pura, kesakralan dresta pura dan radius
kesucian pura masih sangat terjaga, orang-orang suci dengan trineta atau mata
ketiga [mata bathin] beliau akan dapat melihat Pulau Bali sebagai padma
bhuwana atau alam semesta yang berwujud laksana bunga padma [simbolik
kemahasucian]. Ini tidak lain disebabkan karena parahyangan stana para dewa-
dewi mahasuci sebagai mandala penjaga keharmonisan kosmik yang demikian
luhur sangat terjaga dengan baik. Tugas mulia kita di jaman ini sebagai yang
mewarisi kekayaan spiritual yang luhur, suci dan terang ini adalah menjaganya
dengan sebaik-baiknya agar tetap sama terjaga seperti di jaman dahulu.
4. WANA KERTI
Wana Kerti berarti upaya untuk menjaga kesucian atau kelestarian tumbuh-
tumbuhan [sarva tumuwuh], hutan dan pegunungan.
Dalam tata ruang kosmik Hindu ada tiga jenis hutan, yaitu : Maha
Wana [hutan rimba yang masih asli dan belum banyak tersentuh manusia], Tapa
Wana [hutan suci tempat dimana para yogi membuat pusat pertapaan atau
pesraman] dan Sri Wana [kawasan hutan yang dimanfaatkan sebagai sumber
kemakmuran ekonomi, seperti misalnya perkebunan]. Dan ketiga jenis hutan ini
wajib kita jaga dengan sebaik-baiknya agar tidak rusak, karena kalau rusak akan
sangat mengganggu kehidupan semua mahluk hidup.
5. DANU KERTI
Danu Kerti berarti upaya untuk menjaga kesucian atau kelestarian sumber-
sumber air tawar seperti danau, berbagai sumber mata air dan sungai.
Dalam tata ruang kosmik Hindu, danau adalah pusat penampungan sumber
mata air tawar. Dari resapan danau permukaan dan danau bawah tanah,
muncullah sumber-sumber mata air, yang lalu mengalir menjadi sungai-sungai.
Mata air adalah sumber air suci dan menjadi tempat suci utama untuk peleburan
energi-energi negatif di dalam diri kita. Dan ketiga jenis sumber mata air tawar ini
wajib kita jaga dengan sebaik-baiknya, karena kalau hal ini tidak dilakukan pasti
dampaknya akan sangat mengganggu kehidupan semua mahluk hidup.
6. SAMUDERA KERTI
Dalam tata ruang kosmik Hindu, samudera adalah tempat asal muasal
kehidupan, tempat peleburan energi-energi negatif yang beredar di alam raya
dan penjaga keseimbangan harmoni alam semesta. Kalau keseimbangan dan
harmoni samudera terganggu, maka akan berdampak kepada terganggunya
kehidupan semua mahluk hidup.
Tanpa keseriusan melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling berkait-
kaitan, yaitu melaksanakan jnana yadnya, melaksanakan tapa yadnya dan
melaksanakan drwya yadnya, maka kekayaan sebanyak apapun, dikenal dan
dihormati orang setinggi apapun, atau memperoleh keinginan sebanyak apapun,
maka tetaplah akan melahirkan kebingungan dan ketidak-bahagiaan. Ini yang
disebut sebagai ke-tidak-jernihan kesadaran sebagai akar kesengsaraan.
Karena sesungguhnya di dalam kedua upaya inilah [tri yadnya dan sad kerti]
ada kekuatan spiritual semesta yang sempurna, yang berguna bagi kebahagiaan
semua mahluk.
KEAJAIBAN TERTINGGI DAN TERINDAH
Setelah dilaksanakan dengan tekun, suatu saat kelak kita akan menyadari
bahwa melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling berkait-kaitan, yaitu
melaksanakan jnana yadnya, melaksanakan tapa yadnya dan melaksanakan drwya
yadnya, akan memunculkan empat jenis keajaiban, atau mukjizat dan kejutan
keberuntungan dalam kehidupan, yaitu :
1. Kesembuhan
Keajaiban tiga sadhana tri yadnya yang pertama muncul dalam bentuk
kesembuhan. Mereka yang melaksanakan tri yadnya, kekebalan dan kesembuhan
tubuhnya jauh lebih baik dibandingkan dengan yang tidak melaksanakannya. Di
tengah mahalnya harga obat, tidak terjangkaunya biaya rumah sakit, tidak
tersentuhnya masyarakat miskin oleh bantuan pemerintah, dsb-nya, layak
merenungkan untuk menjaga dan melindungi kesehatan tubuh dengan
melaksanakan tri yadnya.
Tidak sebatas hanya tubuh, yang jauh lebih penting lagi adalah tri yadnya
juga akan menyembuhkan pikiran kita dari segala gangguan penyakit emosional
dan jiwa.
2. Keselamatan
Keajaiban tiga sadhana tri yadnya yang kedua, karena dia sangat
menyelamatkan, baik menyelamatkan diri kita sendiri maupun orang lain.
Perhatikan kehidupan ini. Seringkali kita baru baru sadar betapa bahayanya judi
setelah harta-benda habis. Kita baru sadar betapa bahagianya hidup dengan jujur
setelah kita masuk penjara karena korupsi. Kita baru sadar celakanya selingkuh
setelah pasangan hidup menuntut cerai. Kita baru sadar indahnya kesabaran dan
kerelaan setelah kita terlibat dalam konflik mengerikan dengan orang lain. Dsb-
nya. Berbagai godaan kehidupan ini seringkali menipu kita dan menjauhkan diri
kita dari kesadaran, serta sekaligus menjerumuskan kita ke dalam jurang
kesengsaraan.
3. Kedamaian
Keajaiban tiga sadhana tri yadnya yang ketiga adalah dia sangat
mendamaikan. Mereka yang melaksanakan tri yadnya tidak saja di dalam dirinya
sendiri dia damai, dia juga akan memancarkan vibrasi damai kepada teman, serta
sekaligus juga memancarkan vibrasi damai kepada musuh. Ia tidak saja akan
dirasakan damai oleh sahabat dan keluarga, tapi juga terasa damai di hati orang
yang jahat atau memusuhi. Tidak saja manusia damai, bahkan mahluk-mahluk
alam bawah dan binatang liar seperti harimau atau ular pun damai. Sehingga
tidak ada hal lain yang tersisa kecuali damai.
4. Kesempurnaan
Keajaiban tiga sadhana tri yadnya yang ke-empat, karena dia bisa
menghantar manusia melangkah naik menuju tangga-tangga kesempurnaan.
Banyak diantara kita yang lahir, tumbuh dewasa, menikah, mencari nafkah,
membesarkan anak dan akhirnya meninggal begitu saja. Tanpa pernah tahu dan
menyadari kenyataan diri yang sejati. Karena titik tolak dari evolusi kesadaran
selalu bermula dari ketekunan melaksanakan tiga sadhana tri yadnya.
Ketika kesedihan dan kesengsaraan datang dalam hidup kita, itulah saat
bagi kita untuk melaksanakan dharma, yaitu menumbuhkan kesabaran, kerelaan
dan pengorbanan diri.
Ketika kebahagiaan datang dalam hidup kita, itulah juga saat bagi kita untuk
melaksanakan dharma, yaitu selalu dan selalu berbagi kebahagiaan dengan
mahluk lain. Lakukan kebaikan, kebaikan dan kebaikan.
Dari sudut pandang mereka yang menyakiti atau yang hanya melihatnya,
kesabaran, kerelaan dan pengorbanan diri mungkin terlihat pasif. Tapi bagi yang
mengalaminya itu bukanlah hal yang pasif. Karena kesabaran sempurna
melibatkan perjuangan panjang yang sulit dan melelahkan, serta pengorbanan
hebat sekali. Pada awalnya melatih kesabaran, kerelaan dan pengorbanan diri
selalu disertai dengan pertempuran hebat di dalam pikiran sendiri. Ketekunan
mengasah kesabaran kemudian membuat pertempuran di dalam pikiran sendiri
semakin lama semakin kecil dan semakin kecil. Sampai akhirnya mencapai tingkat
tanpa pertempuran di dalam pikiran. Pikiran yang upeksha, jernih dan tenang-
seimbang.
Sejak awal yang tidak berawal, sampai akhir yang tidak ada akhirnya,
semuanya selalu sempurna sebagaimana adanya.
KEBAHAGIAAN SURGAWI
Melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling berkait-kaitan, tidak saja
akan memberi keselamatan, kesembuhan, kedamaian dan kesempurnaan dalam
masa-masa kehidupan, tapi juga membuka jalan yang terang saat kematian tiba.
Sebuah proses kematian kemudian akan diikuti oleh perjalanan sang atma
memasuki alam-alam berikutnya, entah itu alam-alam bawah yang penuh
kesengsaraan, alam-alam bahagia, ataupun alam-alam suci yang bercahaya,
damai dan luhur. Sang atma akan memasuki alam yang sesuai dengan akumulasi
karma-nya dan kecenderungan kesadarannya, yang mencapai puncaknya pada
saat menjelang kematian sebagai kesadaran pikiran terakhir yang menuntunnya
atau disebut ayusya karma.
Ayusya karma atau karma penentu ke alam mana atma kita akan terbawa
pergi setelah kematian, adalah sebuah faktor penting pada saat menjelang
kematian. Ayusya karma dibentuk oleh sifat-sifat, tingkah laku dan akumulasi
karma seseorang pada kehidupannya, yang akan menentukan tingkat kesadaran
terakhirnya sebelum atma meninggalkan badan.
Dalam ajaran Hindu ini bukan merupakan hukuman ataupun hadiah dari
Tuhan, melainkan penyesuaian saja yang merupakan bagian dari dinamika alam
semesta itu sendiri. Dimana kesadaran yang terkait dengan sifat-sifat buruk
semuanya memiliki alam-alam dan wujud yang erat hubungannya dengan
kesadaran seperti itu. Demikian juga dengan sifat-sifat baik ataupun sifat-sifat
luhur, semuanya memiliki alam-alam dan wujud yang erat hubungannya dengan
kesadaran seperti itu.
Secara garis besar ada tiga kemungkinan perjalanan sang atma di alam
kematian, yaitu :
Dengan kata lain dia akan menemukan dirinya memasuki alam-alam yang
energinya sesuai dengan energi kesadaran dan energi karmanya sendiri. Yaitu
alam-alam bhur loka atau disebut juga sapta petala. Alam-alam ini dipenuhi oleh
mahluk-mahluk yang wujudnya tidak sempurna, ganjil atau menyeramkan dan
sangat kurang kecerdasan atma-nya [avidya]. Seperti wong samar, tonya,
memedi, gregek tunggek, dsb-nya. Dia sendiri akan sama menjadi mahluk seperti
itu. Alam ini beragam mulai dari alam-alam rendah yang penuh kesengsaraan,
alam gelap yang mengerikan dengan hukum rimba, sampai dengan alam neraka
yang sangat menyakitkan.
Segala hal duniawi dalam kehidupan kita seketika itu juga sama sekali tidak
ada gunanya di alam kematian. Berapa besar kekuatan kekuasaan kita, berapa
agung jabatan kita, berapa banyak gunungan harta kekayaan kita, berapa dalam
orang segan dan menghormati kita, berapa banyak orang mengagumi kita, berapa
tinggi kesuksesan kita, semuanya di alam kematian seketika itu juga sama sekali
tidak ada gunanya. Satu-satunya bekal yang berguna dan bisa dipakai di alam
kematian hanya kualitas kesadaran dan akumulasi karma baik kita sendiri. Ketika
sang atma sudah masuk ke alam-alam bawah, baru tahu betapa semu-nya segala
hal duniawi yang sangat singkat dalam satu masa kehidupan. Tapi disaat itu
semuanya sudah sangat terlambat.
Orang yang semasa hidupnya sifat-sifat dan tingkah lakunya jauh dari sifat
mementingkan diri sendiri sehingga jujur, tidak menyakiti, banyak mengalah,
penuh kerelaan dan banyak melakukan kebaikan-kebaikan, maka demikianlah
kecenderungan kesadarannya pada saat menjelang kematiannya, yang
dipengaruhi oleh kebiasaan pikiran, ucapan dan perbuatan masa kehidupannya.
Dengan kecenderungan kesadaran dharma-nya mencukupi dan akumulasi karma
baik-nya, inilah yang bermanifestasi menjadi kekuatan langsung dari karmanya
pada saat kematian, yang menyebabkan dia akan dapat memasuki alam-alam suci
svarga-loka yang penuh kebahagiaan, dimana sifat-sifat kesadaran ini ada dan
sesuai.
Dengan kata lain dia akan menemukan dirinya memasuki alam-alam yang
energinya sesuai dengan energi kesadaran dan energi karmanya sendiri. Yaitu
alam-alam yang dipenuhi oleh dewa-dewi yang wujudnya indah, sangat cantik dan
tampan, bercahaya dan dengan alam yang juga sangat indah, akan tetapi
kecerdasan atma-nya belum terarah sempurna. Dia sendiri akan sama menjadi
dewa atau dewi seperti itu.
Dia akan menemukan dirinya bersama para orang-orang suci dari berbagai
jaman atau sebagai mahadewa dan mahadewi, pada alam suci dengan pancaran
cahaya yang luhur dan sangat damai. Sang atma akan merasakan kedamaian yang
luas dan mendalam, yang berpusat pada kesadaran, kejernihan pikiran dan sifat
belas kasih-nya.
Akan tetapi ini semua juga tidak abadi. Ketika kekuatan ayusya karma yang
mendorong sang atma menuju ke suatu alam sudah berakhir, sang atma akan
terlahir kembali [punarbhawa] menurut karma-nya masing-masing. Mereka dari
alam-alam bawah yang sengsara yang akumulasi karma buruknya banyak bisa
terlahir kembali sebagai hewan, atau sebagai manusia yang hidupnya penuh
rintangan, kesulitan dan derita. Mereka dari alam-alam suci svarga-loka yang
penuh kebahagiaan yang akumulasi karma baiknya banyak bisa terlahir kembali
sebagai manusia yang hidupnya banyak kemudahan, keberuntungan dan
kebahagiaan. Dimana siklus samsara atau roda kelahiran-kematian yang
menjemukan ini akan masih akan terus berlangsung tanpa henti.
MOKSHA
Jika ke-aku-an atau ego [ahamkara] dan enam kegelapan pikiran [sad ripu]
lenyap maka segala bentuk kesengsaraan juga lenyap. Jika ke-aku-an dan enam
kegelapan pikiran lenyap maka tindakan-tindakan yang didasari penyebab-
penyebab karma juga lenyap, sehingga kelahiran kembali tidak terjadi lagi. Inilah
tujuan hidup tertinggi semua mahluk.
Moksha atau jivan-mukti adalah tujuan hidup yang tertinggi bagi setiap
manusia. Karena dengan mencapai moksha, kesadaran sang atma menyatu
sempurna dengan kemahasucian semesta sekaligus terbebaskan dari siklus
samsara.
Seorang yogi yang mengalami kesadaran sempurna seperti ini, dia akan
mengalami sendiri dan merasakan langsung bukan saja keheningan pikiran yang
luar biasa, tapi juga keheningan alam semesta. Serta melihat segala sesuatu yang
berbeda tetapi secara keseluruhan adalah satu kesatuan. Tidak ada lagi aku dan
kamu. Semuanya satu, manunggal. Dalam istilah Hindu Jawa disebut
"manunggaling kawulo lan gusti" atau sangkan paraning dumadi, dalam istilah
buku-buku suci Hindu disebut menyatunya Atman dengan Brahman.
JAGADHITA
Sadhana dharma tingkat tinggi umumnya sulit untuk dicapai oleh orang
kebanyakan atau orang biasa kalau tidak didukung oleh alam. Vibrasi alam yang
positif, keseimbangan yang terjaga dan keharmonisan jagat, sangat membantu
proses kedamaian dan kemajuan kesadaran semua mahluk. Itu sebabnya di jalan
Hindu Dharma hal ini sangat penting dilakukan. Kita melaksanakan sad kerti
sebagai kekuatan utama spiritual semesta yang mendukung [membawa vibrasi
positif, damai dan harmonis] yang berguna bagi semua mahluk.
Mereka yang lama terserap ke dalam samadhi, suatu saat akan mengalami
pengalaman kebersatuan kosmik. Dalam bahasa sederhananya bisa melihat
dirinya di mana-mana, di pohon, binatang, mineral, manusia, dsb-nya. Sampai
disini ia akan menjadi berhenti total menyakiti, serta sangat haus melaksanakan
belas kasih dan kebaikan. Karena ketika menyakiti mahluk lain sesungguhnya
sedang menyakiti diri sendiri, saat menyayangi mahluk lain sesungguhnya sedang
menyayangi diri sendiri. Dalam pengalaman kebersatuan kosmik, seluruh alam
semesta tidak lain adalah dirimu sendiri.
Alam semesta ini adalah satu-satunya rumah bersama bagi kita semua
mahluk hidup. Kalau rumah kita ini terganggu, maka dampaknya juga akan
mengganggu kehidupan semua mahluk hidup. Sebaliknya kalau kita semua bisa
bersatu-padu berkarma baik menjaga keseimbangan-keharmonisan semua
mahluk dan alam semesta baik secara sekala maupun secara niskala, secara
spiritual hal ini luar biasa terangnya. Bukan saja alam semesta yang dinyalakan
terang vibrasi kosmik-nya, tapi juga memberi penerangan, kedamaian,
kebahagiaan hidup dan kemajuan spiritual yang berguna bagi semua mahluk.
Kumpulan e-book lengkap dari Rumah Dharma - Hindu Indonesia bisa di-
download secara gratis tanpa dipungut biaya apapun di :
tattwahindudharma.blogspot.com
facebook.com/rumahdharma
DHARMA DANA
Rumah Dharma - Hindu Indonesia
Pada tahun 2009 mulai belajar dengan Guru dharma-nya yang kedua, mendalami
kekayaan spiritual Hindu Bali, mendalami ajaran Tantra, menjalin pertemanan
dengan banyak Guru dan praktisi spiritual, serta tetap meneruskan melakukan
tirthayatra dan penjelajahan ke berbagai pura pathirtan kuno.
Pada tahun 2010 mulai melakukan pelayanan dharma untuk umum di halaman fb
rumah dharma, serta mulai memberikan tuntunan dan berbagi ajaran kepada
adik-adik dharmanya. Di tahun yang sama juga mulai menulis buku. Inspirasi
dharma yang didapatnya dari perjalanan ke berbagai pura pathirtan kuno,
dikombinasikan dengan ajaran dari para Guru-nya, dari praktek meditasi,
membaca puluhan buku-buku suci, serta diskusi-diskusi panjang dengan banyak
praktisi spiritual, kemudian ditulisnya menjadi berbagai buku.
Pada tahun 2015 mulai belajar dengan Guru dharma-nya yang ketiga, serta tetap
meneruskan melakukan pelayanan dharma untuk umum.