Anda di halaman 1dari 80

Rumah Dharma

Hindu Indonesia

Ditulis oleh :

I Nyoman Kurniawan

MOKSHARTAM JAGADHITA
YA CA ITI DHARMA
MENGUBAH HIDUP MENUJU KEBAHAGIAAN DUNIAWI DAN ROHANI
Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma

-Dengan dharma kita meraih pembebasan dari roda samsara


[moksartham], serta mewujudkan keharmonisan alam semesta
[jagadhita]-
MOKSHARTAM JAGADHITA YA CA ITI DHARMA
MENGUBAH HIDUP MENUJU KEBAHAGIAAN DUNIAWI DAN ROHANI

Ditulis oleh : I Nyoman Kurniawan


Supervisi : Daniel Suchamda

Rahina Saraswati, 10 Agustus 2013


Om dyauh santir antariksam santih
Prthivi santir apah santir
Osadhayah santih vanaspatayah santir
Visve devah santir Brahman santih
Sarvam santih santir eva santih
Sa ma santir edhi
Om shanti shanti shanti

[ Yayur Veda ]

Semoga ada kedamaian di langit dan udara yang meliputi bumi. Semoga ada
kedamaian di bumi. Semoga air dan tumbuh-tumbuhan menjadi sumber
kedamaian bagi semua mahluk. Semoga para dewa dan Brahman
menganugerahkan kedamaian kepada semua mahluk. Semoga terdapat
kedamaian dimana-mana. Semoga kedamaian itu datang kepada kita semua.
Semoga damai damai damai.
Om sarvesham svastir bhavatu
Sarvesham shantir bhavatu
Sarvesham purnam bhavatu
Sarvesham mangalam bhavatu
Sarve bhavantu sukhinah
Sarve santu niramayah
Sarve bhadrani pashyantu
Makaschit dukkha bhag bhavet
Om shanti shanti shanti

[ Brhadaranyaka Upanishad ]

Semoga semua mahkluk mencapai keberhasilan. Semoga semua mahluk dalam


kedamaian. Semoga semua mahluk mencapai kesadaran. Semoga semua mahluk
sejahtera. Semoga semua mahkluk berbahagia. Semoga semua mahkluk bebas
dari ketidak-sempurnaan. Semoga semua mahkluk menolong kesejahteraan
mahluk lain. Semoga semua mahkluk bebas dari penderitaan. Semoga damai
damai damai.
Bab 1

DARIMANA DATANGNYA KESENGSARAAN

Di dalam perjalanan kehidupan, umumnya kita pasti pernah mengalami


kesengsaraan kehidupan, seperti mengalami banyak rintangan yang rumit,
kegagalan, disakiti orang, kena tipu, mengalami sial, mengalami bencana dan
banyak lagi lainnya.

Akan tetapi ketika kita mengalami jalan kehidupan yang buruk, ketika ditipu
orang, atau jatuh sakit, atau mengalami kecurian, atau mengalami sial, kita
cenderung berpikir bahwa semua ini terjadi karena berbagai sebab yang berbeda-
beda. Misalnya ketika kita jatuh sakit, kita mungkin akan berpikir bahwa semua ini
akibat cuaca ekstrim, atau akibat makanan yang kita makan, atau karena
gangguan ilmu hitam, ataupun karena sebab-sebab lainnya.

Ketika kita merasa resah-gelisah, merasa putus asa, merasa galau tanpa
sebab, kita cenderung berpikir bahwa semua itu akibat kita mengalami gangguan
metabolisme atau akibat kita terkena pengaruh energi buruk. Ini adalah berbagai
analisa yang sangat sering muncul dalam pikiran kita. Menurut ajaran Hindu, ini
merupakan ciri jelas bahwa kita tidak mampu mengenali akar penyebab
sesungguhnya dari semua kejadian buruk ini.

Semua mahluk ingin bahagia dan tidak ada yang mau menderita. Tapi
banyak mahluk tidak menemukan kebahagiaan hidup karena salah paham
terhadap pola dinamika alur kehidupan.

Karena itu kita perlu meluaskan pikiran ke dalam masa-masa jutaan kali kita
mengalami kelahiran-kematian dalam siklus samsara [kelahiran kembali yang
berulang-ulang]. Dimana terdapat hukum alam semesta yang bernama hukum
karma, hukum sebab-akibat kehidupan para mahluk yang saling berhubungan.
Dimana semua kejadian buruk dalam kehidupan kita disebabkan oleh diri kita
sendiri juga, karena akumulasi karma buruk kita sendiri.

Sesungguhnya semua analisa penyebab kesengsaraan yang kita simpulkan


di awal tersebut hanyalah faktor kulit luar atau faktor pemicu saja [yang memicu
buah karma atau karma-phala kita menjadi matang]. Sedangkan akar dari semua
pengalaman buruk ini disebabkan oleh karma kita sendiri yang tidak ada habis-
habisnya, dari jutaan kehidupan sebelumnya sampai dengan disaat ini dalam
siklus samsara.

Segala kebahagiaan dan segala kesengsaraan yang terjadi dalam kehidupan


manusia disebabkan oleh karma. Hukum karma mengatur sebab-akibat perbuatan
para mahluk, dimana setiap tindakan kita akan membuahkan hasil atau buah
karma [karma-phala]. Yang dimaksud dengan "tindakan" itu adalah pikiran,
perkataan, dan perbuatan kita sendiri. Oleh karena ada satu tindakan, akan ada
suatu akibat dari tindakan tersebut.

Asubha karmaphala atau akumulasi karma buruk adalah yang membuat


kehidupan kita mengalami rintangan dan kesengsaraan. Ini berlaku dalam semua
bidang kehidupan. Misalnya contoh :

- Dalam urusan ekonomi, akumulasi karma buruk kita sendiri akan membuat kita
mengalami kesulitan memperoleh rejeki. Kita cenderung menemui banyak
masalah, halangan, kena tipu, kesulitan, ke-tidak-mampuan atau kegagalan.

- Dalam urusan kesehatan, akumulasi karma buruk kita sendiri akan membuat kita
mudah sakit, kondisi fisik tidak bagus atau mengalami sakit yang berat.

- Dalam urusan hubungan asmara, akumulasi karma buruk kita sendiri akan
membuat kita mendapat banyak kesulitan, konflik dan kegagalan di dalam
mewujudkan jalinan asmara. Ataupun sering disakiti oleh yang menjadi pasangan
kita.

- Dalam urusan religius, akumulasi karma buruk kita sendiri akan membuat kita
sulit untuk berjodoh dengan guru spiritual yang asli. Serta sulit tersambung rapi
dengan ajaran dharma yang terang dan membebaskan.
- Dalam urusan keberuntungan, akumulasi karma buruk kita sendiri akan
membuat kita cenderung mudah mengalami banyak halangan, kesialan,
kecelakaan dan malapetaka.

- Dsb-nya.

Umumnya sebagai manusia kita merasa takut dan ingin menghindar dari
kesengsaraan, tapi yang sering terjadi kita malah semakin terjerumus pada
peningkatan rasa takut dan kesengsaraan. Kita mendambakan kedamaian, tapi
hal-hal yang kita lakukan justru membuat kita semakin resah dan jauh dari
kedamaian.

Karena umumnya pada sebagian besar kita manusia, ketika mengalami


kesulitan dan kesengsaraan dalam hidup, reaksi kita yang muncul biasanya akan
merasa heran, tidak terima, marah, protes atau bahkan mengamuk. Akibatnya
kita tidak dapat melepaskan diri dari siklus karma-phala yang saling berkait-kaitan
dan sambung-menyambung, serta sekaligus tidak bisa menghentikan siklus
samsara.

Penyebab utamanya karena kita tidak sepenuhnya menyadari akar


permasalahan sesungguhnya.

Hukum karma secara mendasar bisa dikatakan sebagai adanya akibat


karena ada sebab. Segala hambatan dan kesengsaraan yang terjadi dalam
kehidupan kita disebabkan oleh akumulasi karma buruk kita sendiri. Karena
semuanya berasal dari diri sendiri, maka penyelesaiannya juga ada pada diri
sendiri. Dan inilah yang selanjutnya akan dibahas di dalam buku ini, yaitu cara-
cara untuk mengatasi-nya dan sekaligus merubah hidup menuju kebahagiaan
duniawi dan rohani

Dalam perjalanan kehidupan ini manusia itu svatantra katah, yaitu


mahluk yang sepenuhnya bebas, memiliki kehendak bebas dan sekaligus
bertanggung jawab atas semua pilihan perbuatannya sendiri. Diri kita sendiri-lah
yang sepenuhnya merancang dan menentukan jalan kehidupan kita sendiri. Kita
memiliki peluang yang sangat besar untuk memperoleh kebahagiaan dan
ketenangan hidup.
Tergantung pilihan kita sendiri, bagaimana pilihan kita untuk bersikap dan
bertindak dalam hidup ini adalah yang pada akhirnya akan menentukan kita
memperoleh kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan hidup atau sebaliknya
bertemu dengan kesengsaraan.
Bab 2

DINAMIKA KERJA HUKUM KARMA

Sebelum kita mendalami cara-cara untuk mengatasi karma dan sekaligus


merubah hidup menuju kebahagiaan duniawi dan rohani, sudah tentu terlebih
dahulu kita perlu mengenali dan memahami dinamika kerjanya.

DELAPAN BENTUK POKOK KARMA YANG SALING BERKAIT-KAITAN

Menyangkut hukum karma, terdapat sangat banyak macam-macam bentuk


karma-phala, yang secara garis besar dikelompokkan menjadi delapan pokok
macam-macam bentuk karma-phala yang saling berkait-kaitan, yaitu :

1. Nama Karma

Nama karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yang menentukan


kita lahir dalam tubuh fisik mahluk apa dan dengan kondisi tubuh fisik bagaimana.
Karma ini yang menentukan tubuh fisik kelahiran kembali [punarbhawa,
reinkarnasi] kita sebagai mahluk.

Ada yang terlahir kembali dalam tubuh fisik manusia. Juga kita perhatikan
tubuh fisik manusia, ada yang berwajah menarik ada yang jelek, ada yang tinggi
ada yang pendek, ada yang berambut lurus ada yang keriting, ada yang kulitnya
putih ada yang hitam, dsb-nya.

Kemudian ada juga yang karena banyak akumulasi karma buruknya


kemudian mengalami kejatuhan spiritual yaitu harus terlahir kembali dalam tubuh
fisik binatang [menjadi binatang].
2. Gotra Karma

Gotra karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yang menentukan


seperti apa dan dimana kelahiran kita, serta bagaimana pengalaman dalam
perjalanan hidup kita.

Misalnya seperti dilahirkan di tempat, situasi lingkungan dan keluarga


seperti apa, dalam kehidupan kita bertemu dengan siapa, mengalami apa, dsb-
nya. Juga yang menentukan perjalanan nasib kehidupan kita, lingkungan kita,
kebahagiaan hidup, agama yang dianut, orangtua ketika kita dilahirkan, serta juga
menjadi penentu pertemuan kita dengan teman, sahabat, rekan kerja,
perjodohan dengan suami atau istri, anak, keluarga besar, satguru, dsb-nya.

Gotra karma adalah yang menentukan kita mengalami jalan kehidupan


yang cenderung menyengsarakan seperti misalnya lahir di keluarga miskin, lahir di
lingkungan yang penuh kejahatan dan konflik, kena tipu, tabrakan di jalan,
mengalami bencana, kecurian, kena rampok, disiksa orang, dsb-nya. Termasuk
terlahir kembali pada lingkungan yang penuh konflik dan kejahatan, serta
perjalanan kehidupan yang cenderung bengis dan penuh kekerasan dan tidak ada
ajaran dharma, itu disebabkan oleh gotra karma.

Karma ini juga yang menyebabkan kita mengalami jalan kehidupan yang
cenderung membahagiakan seperti misalnya lahir di keluarga kaya, lahir di
lingkungan yang tentram dan damai, mendapatkan profesi yang bagus, mudah
mendapat rejeki, disukai orang, menang undian, dsb-nya. Sehingga kalau ada yang
terlahir kembali pada lingkungan yang penuh kasih sayang, serta perjalanan
kehidupan yang cenderung indah, lancar, bahagia dan berlimpah ajaran dharma,
itu disebabkan oleh gotra karma.

3. Vedaniya Karma

Vedaniya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yang


mempengaruhi kecenderungan sifat-sifat dasar kita, kondisi pikiran dan perasaan,
serta gejolak emosi kita.

Karma ini yang menyebabkan mengapa ada orang yang kecenderungan


sifatnya mudah marah atau sebaliknya sangat penyabar, ada orang yang
kecenderungan sifatnya pemurung atau sebaliknya humoris dan ceria, ada orang
yang pemberani atau sebaliknya penakut, ada orang yang mudah bahagia atau
sebaliknya mudah kecewa dan frustasi, ada orang yang pemalu dan mudah grogi
atau sebaliknya sangat percaya diri, dsb-nya. Karma ini juga menyebabkan kita
mengalami pengalaman emosional yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan dalam hidup, jatuh cinta, patah hati, pantang menyerah, mudah
kecewa, merasa malu, merasa sungkan, dsb-nya.

Juga menjadi penyebab perbedaan sikap seseorang dalam menyikapi


positif-negatif suatu kejadian. Misalnya ketika ada yang menghina dan
melecehkan sikap si A adalah marah karena merasa disakiti, sedangkan sikap si B
dengan kejadian yang sama adalah dia bisa tenang, sabar dan nrimo. Semua
karena efek dari vedaniya karma, dimana karma ini mempengaruhi gejolak emosi,
perasaan dan pikiran positif-negatif kita. Jadi kalau ada orang yang secara alami
kecenderungan emosinya stabil, jiwanya sabar, tenang dan damai, itu disebabkan
oleh vedaniya karma.

4. Mohaniya Karma

Mohaniya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yang


mempengaruhi kecerdasan spiritual kita, dimensi tingkat kesadaran kita, serta
menghambat peningkatan kualitas kesadaran kita. Mohaniya karma
mempengaruhi badan, pikiran, perasaan dan jalan kehidupan kita yang membuat
kita sulit untuk sadar atau keluar dari jalan adharma, membuat kita sulit untuk
meninggalkan cara-cara salah dan jalan hidup yang salah. Membuat kita jauh dari
Atma Jnana atau kesadaran akan kenyataan diri yang sejati.

Ini sebabnya ada sebagian orang yang lebih tertarik judi, korupsi atau
selingkuh dibandingkan melaksanakan dharma dan belajar meditasi. Ada orang
yang lebih tertarik pergi dugem atau ke kafe dibandingkan pergi tirtayatra ke
pura-pura, dan kalaupun dia pergi ke pura yang dia pikirkan dan lakukan semata-
mata adalah untuk tujuan keduniawian. Ada orang yang lebih suka melampiaskan
amarah dibandingkan dengan mengasah kesabaran. Ada orang yang lebih suka
menonton infotaintment dan bergossip dibandingkan dengan duduk meditasi.
Akibatnya jalan kehidupannya cepat atau lambat akan terperosok dari satu lubang
kesengsaraan menuju lubang kesengsaraan lainnya.
Mohaniya karma juga yang menjadi penyebab ada sebagian orang yang
meyakini ajaran religius yang tidak tepat, misalnya menjanjikan kemudahan
masuk surga dengan cara ini atau itu padahal sesungguhnya hal tersebut tidak
benar. Atau mengalami ilusi religius, misalnya terjebak dalam doktrin keyakinan
salah bahwa dirinya melakukan hal yang baik, benar dan suci, padahal
sesungguhnya yang dilakukannya adalah hal yang melanggar dharma.

Atau kalau kita perhatikan ada orang-orang yang kelakuannya cenderung


menciptakan belenggu atau hambatan kesadaran bagi banyak orang, seperti
menanamkan doktrin atau dogma absolut, kefanatikan beragama, manipulasi,
penipuan, pembodohan, tidak ada toleransi, tidak ada kebijaksanaan atau senang
memicu pertikaian antar agama atau sekte [sampradaya]. Sesungguhnya orang-
orang seperti ini sedang terjebak dalam siklus mohaniya karma yang buruk,
sehingga dia harus membebaskan dirinya sendiri dari belenggu tersebut.

Atau dapat juga terjadi sebaliknya, mohaniya karma dapat menyebabkan


seseorang mengalami rasa bersalah karena menyangka dirinya melakukan hal
yang salah dan melanggar dharma, padahal bila diselami secara mendalam
ternyata tidak.

5. Jnanavaraniya Karma

Jnanavaraniya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma perintang


[penghalang karma], yang membuat kita tidak dapat memaksimalkan
kecemerlangan intelek. Seperti membuat kita mengalami kesulitan dalam
penyerapan [pemahaman] ilmu pengetahuan, atau sulit memahami penjelasan
orang lain. Dengan kata lain karma ini akan membuat kita cenderung tumpul,
bodoh, lamban dan buntu terhadap pengetahuan atau penjelasan.

Ini yang menjadi penyebab hambatan bagi kita di dalam kehidupan untuk
berjodoh dengan berbagai ilmu pengetahuan. Dan kalaupun kita berjodoh kita
akan sulit tersambung dan memahaminya. Dengan kata lain karma ini akan
membuat kita sulit memperoleh pemahaman, tumpul, bodoh, lamban dan buntu.

Ini berlaku pada semua jenis ilmu pengetahuan, termasuk pada


pengetahuan religius atau agama. Kita yakin dan percaya kepada ajaran agama
yang kaku, dangkal dan tidak tepat. Kita akan cenderung menjalani dan
memahami kehidupan atau perjalanan spiritual dengan sulit dan kacau karena
disesatkan oleh ketumpulan, kebodohan dan kebuntuan kita sendiri.

6. Antaraya Karma

Antaraya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma perintang


[penghalang karma], yang merintangi kita untuk menerima pemberian, menerima
jasa kebaikan, atau menikmati hasil dari upaya kerja kita. Serta menghambat dan
menyulitkan kita untuk melakukan kebaikan-kebaikan bagi mahluk lain. Antaraya
karma juga yang menyebabkan munculnya di dalam diri kita keengganan berbuat,
atau melakukan sesuatu, seperti kemalasan atau sifat mudah putus asa.

Karma ini menyebabkan kita dalam berbagai situasi mengalami hambatan


dan kesulitan di dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Misalnya kita tahu
menolong orang yang sedang kelaparan itu baik, tapi kita sendiri tidak bisa
membantu karena kita tidak punya makanan. Atau kita ingin menolong orang lain
dan tahu caranya, tapi kita tidak bisa melakukannya karena kita tidak punya
waktu dan kesempatan.

Ini menyebabkan kita dalam berbagai situasi mengalami hambatan dan


kesulitan di dalam menerima pemberian orang lain, walaupun ada waktu dan
kesempatan. Misalnya ada orang sedang membagi-bagi sembako gratis, kita
sudah ada disana saat itu ikut antrean, tapi kita tidak mendapat karena sembako
gratisnya kemudian sudah habis. Atau karma ini menyebabkan kita tidak bisa
menikmati hasil seimbang dari upaya kerja kita. Misalnya kita sudah bekerja
keras, tapi hasilnya atau pemasukannya sangat minim.

Antaraya karma juga yang menyebabkan munculnya keengganan berbuat


atau melakukan sesuatu di dalam diri kita. Seperti kemalasan atau rasa frustasi
yang juga disebabkan oleh antaraya karma.

7. Darsanavaraniya Karma

Darsanavaraniya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma


perintang [penghalang karma], yang merintangi kita menggunakan potensi
maksimal dari badan fisik dan indriya kita.
Ini yang menyebabkan kita terhalang dari potensi kemampuan yang
sebenarnya pada berbagai indriya. Misalnya mata kita menjadi rabun, buram atau
mengalami kebutaan. Atau contoh lain telinga kita menjadi kurang
pendengarannya atau tuli.

Lebih jauh lagi, secara niskala kita semua sesungguhnya memiliki


kemampuan untuk melihat alam-alam dan mahluk halus, atau yang biasa disebut
trineta [mata ketiga], tapi kita tidak mampu menggunakan potensi tersebut. Atau
secara niskala telinga kita ini sesungguhnya memiliki kemampuan untuk
mendengar suara dari alam-alam halus atau mahluk halus, tapi kita tidak mampu
menggunakan potensi tersebut.

Karma ini juga yang menjadi penyebab kita mengalami jatuh sakit karena
gangguan fungsi organ, kerusakan organ atau kelumpuhan badan. Yang mungkin
dapat menyebabkan kita memiliki umur yang pendek, dimana badan fisik kita
mengalami gangguan akibat pola hidup kita sendiri sehingga badan fisik ini rusak
dan akibatnya kita mati.

Darsanavaraniya karma juga yang menyebabkan ada orang yang tidak


sinkron-nya antara badan fisik dan kesadarannya, yang akibat paling kelihatan
adalah gangguan tidur, seperti insomnia [sulit tidur], tidur berjalan, dsb-nya.

8. Ayusya Karma

Ayusya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yang


menentukan seperti apa dan bagaimana perjalanan atma dialam kematian. Serta
yang menjadi penentu, setelah melewati alam antarabhava [alam kematian],
atma akan ditarik terhisap kemana, menuju kelahiran kembali berikutnya atau
menuju alam-alam yang sesuai dengan akumulasi karma-karma kita sendiri.
Apakah atma akan terlahir kembali, ataukah akan pergi ke alam-alam bawah
[bhur loka] atau ke alam-alam suci para dewa [swah loka]. Ini semua ditentukan
oleh ayusya karma.

TIGA BENTUK KESENGSARAAN AKIBAT KARMA-PHALA KITA SENDIRI

Dinamika dari akumulasi delapan pokok macam-macam bentuk karma-


phala yang saling berkait-kaitan, yang kemudian bekerja dalam tiga rentang
waktu, semua inilah yang menjadi akar penyebab sesungguhnya dari segala apa
yang kita alami dalam kehidupan ini.

Sehingga kalau di hari ini hidup kita banyak kesulitan, tidak punya banyak
uang, selalu bertemu sial, hal yang tidak bagus atau sering gagal mendapatkan
apa yang kita inginkan dan perjuangkan, itu adalah buah dari apa yang kita
lakukan sendiri di masa lalu dan saat ini.

Atau sebaliknya kalau di hari ini hidup kita banyak kemudahan, punya uang
berlimpah, selalu bertemu keberuntungan, hal yang bagus atau sering mudah
mendapatkan apa yang kita inginkan dan perjuangkan, itu juga adalah buah dari
apa yang kita lakukan di masa lalu dan saat ini.

Terkait dengan rintangan dan kesengsaraan dalam kehidupan, dinamika


dari akumulasi karma buruk kita sendiri, yang bekerja dalam tiga rentang waktu,
menyebabkan munculnya tap athreya atau tiga bentuk kesengsaraan yang
menyebabkan kita jauh dari kebahagiaan hidup, yaitu :

1. Atmika Tap

Yang dimaksud dengan atmika tap adalah kesengsaraan yang berasal dari
dalam diri kita sendiri, yaitu kegelapan pikiran-perasaan kita sendiri, serta
gangguan tubuh fisik yang membuat kita menjadi sengsara dan tidak menemukan
ketenangan dalam hidup.

Kesengsaraan pikiran-perasaan adalah rangkaian kebodohan dan perasaan


negatif dalam diri kita sendiri. Misalnya seperti sifat emosional, mudah marah,
mudah kecewa, mudah sedih, mudah putus-asa, rasa tidak puas,
ketidakmampuan memecahkan masalah, ketidakmampuan melakukan analisa,
rasa malu yang berlebihan, pemikiran yang salah, rasa tidak percaya diri,
fanatisme agama berlebihan, tidak mengerti yang benar dan yang salah, tidak
mampu fokus atau berkonsentrasi, dsb-nya. Kesadaran sejati kita dipermainkan
oleh emosi, perasaan dan pemikiran salah kita sendiri.

Stress, murung dan depresi adalah sebuah contoh atmika tap, yaitu
kesengsaraan yang diakibatkan oleh avidya [kebodohan], emosi-perasaan negatif,
serta pikiran buruk dan prasangka buruk kita sendiri belaka.
Sedangkan kesengsaraan tubuh adalah rangkaian gangguan, penyakit dan
identifikasi yang salah terhadap tubuh. Misalnya seperti badan fisik mengalami
cacat, cedera, luka, mengalami gangguan atau jatuh sakit.

Ataupun terseret dengan liarnya keinginan panca indriya, tidak puas


dengan badannya sendiri [misalnya yang berambut keriting ingin lurus, yang
berambut lurus ingin keriting, yang kulitnya hitam ingin putih, yang kulitnya putih
ingin hitam, dsb-nya], merasa malu akan pandangan kepada badan fisiknya, larut
dalam kemalasan dan kelelahan, kecanduan minuman keras atau narkoba, dsb-
nya. Kesadaran sejati kita dipermainkan oleh badan fisik kita sendiri.

2. Bhautika Tap

Yang dimaksud dengan bhautika tap adalah gangguan atau konflik yang
berasal dari interaksi kita dengan sesama mahluk lainnya, yang membuat kita
menjadi sengsara dan tidak menemukan ketenangan dalam hidup.

Misalnya bertemu dengan orang-orang yang menyakiti, ditipu orang,


dikelilingi oleh orang-orang tidak baik, dihina orang, difitnah orang, dipukul orang,
rekan kerja yang brengsek, persaingan bisnis, sulit jodoh, orang tua yang keras,
istri yang cerewet, anak yang bandel, tetangga yang suka mengganggu, dirugikan
orang. Diserang anjing, diterkam harimau, dikencingi burung, serangan hama ulat
bulu, digigit lintah, ada banyak nyamuk, semut atau lalat. Dsb-nya. Tapi disini kita
harus benar-benar sadar bahwa sesungguhnya mereka semua bukan mahluk
jahat, melainkan mahluk-mahluk menderita yang karena karma buruknya tidak
dapat menemukan jalan terang.

Juga interaksi kita dengan mahluk-mahluk niskala [yang tidak dapat kita
lihat dengan mata biasa] yang membuat kehidupan kita terganggu. Karena di
alam ini dan di sekeliling kita banyak terdapat mahluk-mahluk niskala yang dapat
mempengaruhi kita menjadi gelisah, pemalas, beremosi negatif atau jatuh sakit.
Tapi disini juga sama kita harus benar-benar sadar bahwa sesungguhnya mereka
bukan mahluk jahat, melainkan mahluk-mahluk menderita yang karena karma
buruknya tidak dapat menemukan jalan terang.
3. Daivika Tap

Yang dimaksud dengan daivika tap adalah kesengsaraan yang berasal dari
rangkaian dinamika kosmik alam semesta, merupakan perpaduan antara hukum
karma dan hukum rta, yang membuat kita menjadi sengsara.

Misalnya gangguan alam seperti angin kencang, udara yang terlalu panas
atau terlalu dingin, terkena patahan pohon tumbang, kekeringan yang
mengakibatkan krisis air dan pangan. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor,
gunung meletus, gempa bumi, angin tornado.

Ini juga termasuk tata ruang kosmik rumah tinggal kita yang tidak bagus
[artinya asta kosala-kosali atau feng shui tidak bagus] yang dapat mempengaruhi
kita menjadi sulit mendapat rejeki, boros, tidak tenang, beremosi negatif atau
jatuh sakit. Tata ruang kosmik yang buruk dapat membuat hidup kita terganggu
dan mengalami kesengsaraan karena menghasilkan dinamika, aliran dan
akumulasi energi negatif di lingkungan sekitar kita.

Juga sulitnya kita memperoleh keberuntungan dan mengalami sial karena


alam semesta tidak mendukung kita. Misalnya tidak pernah menang undian,
mengalami pecah ban di jalan, berada di tempat dan waktu yang salah sehingga
menimbulkan prasangka buruk orang lain, dsb-nya.

TIGA RENTANG WAKTU MATANGNYA BUAH KARMA

Sedangkan berdasarkan rentang waktu, karma terdiri dari tiga jenis karma-
phala yang didasarkan atas waktu dari buah karma itu menjadi matang, lalu
menjadi sebuah kejadian yang kita alami dalam kehidupan, yaitu :

1. Sancita Karmaphala

Sancita karma-phala disebut juga karma kehidupan masa lalu. Yaitu


tindakan yang kita lakukan di banyak kehidupan-kehidupan sebelumnya, yang
buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita terima di kehidupan saat ini.

Apa saja yang dapat kita kerjakan dan pahami dengan mudah di kehidupan
ini, seperti bekerja di tempat kerja, membuka usaha, mencari jodoh, mendalami
ajaran dharma yang asli, dsb-nya, merupakan akibat dari perbuatan atau
perkataan kita yang berdampak sukhacitta [menolong, menyelamatkan atau
membahagiakan mahluk lain] di kehidupan kita sebelumnya. Demikian juga
halnya dengan segala kesengsaraan yang kita alami di kehidupan ini, seperti jika
kita banyak mengalami kesulitan, banyak mengalami kesengsaraan, jatuh sakit,
berumur pendek, dsb-nya, merupakan akibat dari perbuatan atau perkataan kita
yang berdampak dhukacitta di kehidupan kita sebelumnya.

Misalnya ada dua orang pengusaha, yang satu bekerja sangat keras dan
mengalami kegagalan, tapi yang satunya lagi tidak harus bekerja demikian keras
dan mengalami keberhasilan. Atau ada dua wanita, yang satu berusaha sangat
keras tapi selalu dipermainkan laki-laki, tapi yang satunya lagi lancar saja dapat
bertemu dengan jodoh yang baik. Itu semua umumnya merupakan sancita
karmaphala.

2. Prarabda Karmaphala

Prarabda karma-phala disebut juga karma kehidupan masa kini. Yaitu


tindakan yang kita lakukan di kehidupan saat ini, yang buah karma-nya matang
dan kita terima di kehidupan saat ini juga.

Perputaran karma tidak selalu berputar antar kehidupan. Bisa terjadi


perputaran karma langsung terwujud pada masa hidup sekarang ini. Perbuatan
baik atau buruk yang diperbuat pada masa hidup sekarang ini langsung mendapat
akibatnya pada hidup ini juga. Perbuatan baik akan menerima yang baik dan
perbuatan buruk akan menerima yang buruk.

3. Kriyamana Karmaphala

Kriyamana karma-phala disebut juga karma masa kehidupan mendatang.


Yaitu tindakan yang kita lakukan di kehidupan saat ini, yang buah karma-nya baru
matang dan kita terima di kehidupan mendatang.

Misalnya ada penjahat yang tidak pernah dapat ditangkap polisi, atau orang
yang memfitnah kita tidak pernah ketahuan dan hidupnya aman-aman saja.
Demikian juga sebaliknya, ada orang yang baik sekali tapi hidupnya penuh
kesengsaraan. Karena karma-karma dari perbuatan atau perkataan yang telah
dilakukan masih tertunda untuk mengalami akibat, yang baru akan dia terima di
kehidupan mendatang.

PERENUNGAN HAKIKAT HUKUM KARMA

Semua bentuk dinamika karma yang telah dijelaskan diatas adalah saling
berkait-kaitan dalam jejaring karma yang sangat rumit dan tidak dapat
terhindarkan. Dan kalau kita ingin merubah hidup kita agar mendapatkan
kebahagiaan duniawi dan rohani, seperti nasehat tetua orang Bali idupe nak
anggon ngalih bekel idup lan bekel mati [hidup ini adalah untuk mencari bekal
kehidupan dan bekal kematian], maka kita harus terus berjuang berusaha dengan
sebaik-baiknya di jalan dharma untuk memperbaiki diri dan kehidupan.

Sehingga pertama-tama sekali kita harus renungkan dan sadari sedalam-


dalamnya bahwa segala sesuatu kondisi keadaan yang buruk, rintangan, ketidak-
beruntungan, pertemuan dengan orang lain dan mahluk lain, ataupun termasuk
hal-hal yang tidak kita pahami sebabnya, yang membuat kita mengalami
gangguan negatif pada emosi, perasaan, pikiran, perkataan dan tindakan kita.
Baik gangguan yang muncul dari luar diri maupun dalam diri. Itu semuanya
muncul semata-mata sebagai akibat dari matangnya buah karma buruk [asubha
karmaphala] kita sendiri, baik itu karma masa lalu maupun karma disaat ini.

Kedua kita harus renungkan dan sadari sedalam-dalamnya bahwa ketika


segala pengalaman buruk itu terjadi pada kehidupan kita, lalu kita terseret ke
dalam gangguan negatif pada emosi, perasaan, pikiran, perkataan dan tindakan
kita tersebut, maka akan ada konsekuensi karma buruk dan kesengsaraan baru
yang akan mengikuti kemudian. Kita tidak saja akan membuat karma buruk yang
baru, tapi karma buruk kita itu tetap ada tidak terselesaikan dan malah menjadi
semakin bertumpuk-tumpuk.

Ketiga, menyadari dua kebenaran hukum semesta tersebut, kita harus


renungkan dan sadari sedalam-dalamnya bahwa ketika segala pengalaman buruk
itu terjadi dalam kehidupan kita, sesungguhnya kita sedang mendapat
kesempatan terbaik untuk menyelesaikan akar penyebab-nya saat ini juga, yaitu
dengan cara tidak terseret ke dalam gangguan negatif pada emosi, perasaan,
pikiran, perkataan dan tindakan kita. Tapi sebaliknya kita harus menghadapinya
dengan pikiran yang tenang-seimbang dan penuh belas kasih. Karena tindakan
inilah yang akan menyelesaikan dan menghapus karma buruk kita sendiri.
Sekaligus membuat kita terhindar dari keadaan yang jauh lebih buruk di masa
depan, atau terhindar dari kelahiran kembali yang buruk.

Lalu melalui tiga perenungan tersebut kita tanamkan di dalam kesadaran


kita, bahwa seluruh akar penyebab kesengsaraan [akumulasi karma buruk kita]
dapat mulai kita selesaikan saat ini juga. Yaitu caranya, ketika segala pengalaman
buruk itu terjadi dalam kehidupan kita, dengan tekad dan upaya sungguh-sungguh
kita tidak boleh terseret ke dalam gangguan negatif pada emosi, perasaan,
pikiran, perkataan dan tindakan kita. Tapi sebaliknya kita harus menghadapi
semua pengalaman buruk dalam kehidupan dengan pikiran yang tenang-
seimbang dan penuh belas kasih. Sehingga kita tidak saja terhindar dari membuat
karma buruk yang baru, tapi sekaligus karma buruk kita itu akan terselesaikan dan
kita tidak membuatnya menjadi semakin bertumpuk-tumpuk. Dimana hal ini
adalah yang akan membuat kita terhindar dari keadaan yang jauh lebih buruk di
masa depan, atau terhindar dari kelahiran kembali yang buruk, serta sekaligus
membangun dasar-dasar dari jalan kesadaran yang terang.

TIGA MACAM PERUBAHAN KARMA

Hukum karma bukanlah suatu hukum yang statis, melainkan hukum


dinamis yang dapat berubah sesuai dengan pikiran, perkataan, tindakan dan
sadhana-sadhana yang kita lakukan. Sehingga sangat mungkin untuk merubah
karma kita sendiri atau juga untuk terbebas darinya. Dalam ajaran dharma
disebutkan ada tiga macam jalur perubahan karma, yaitu :

1. Udvartana

Udvartana berarti penambahan. Yaitu bertambahnya karma buruk, karena


kita menghadapi kehidupan dengan emosi, perasaan, pikiran, perkataan dan
tindakan yang buruk dan negatif.

2. Apavartana

Apavartana berarti pengurangan. Yaitu berkurangnya beban dan jangka


waktu karma buruk, karena kita menghadapi kehidupan dengan emosi, perasaan,
pikiran, perkataan dan tindakan yang bersih, baik dan positif.
3. Samkramana

Samkramana berarti perubahan. Yaitu perubahan atau terhapusnya karma


buruk karena ketekunan kita melaksanakan sadhana-sadhana tertentu.

Pentingnya mengetahui tiga macam modifikasi atau perubahan karma ini


agar kita paham. Di masa lalu kita boleh punya banyak karma buruk [asubha
karma], tapi kita sesungguhnya bisa dapat keringanan atau penghapusan karma
buruk. Atau sebaliknya, di masa lalu kita boleh punya banyak karma baik [subha
karma], tapi kita bisa mendapat karma buruk baru berupa masalah, kesulitan
serta pengalaman buruk tambahan, kalau kita mengisi kehidupan kita di hari ini
dengan hal-hal yang tidak baik.

Misalnya [sebagai salah satu contoh] : putaran karma kita hari ini harus
dibunuh orang lain, karena di beberapa kehidupan sebelumnya kita sering
membunuh orang dan hari ini karmanya harus kita bayar. Tapi karena di saat ini
kita penuh dengan belas kasih, kebaikan dan kita menghadapinya dengan sikap
pikiran yang tenang dan damai, kita tidak jadi dibunuh, kita hanya dipukuli saja.
Atau misalnya putaran karma kita hari ini ditipu orang sampai benar-benar
bangkrut, tapi karena di saat ini kita penuh dengan belas kasih, kebaikan dan
sikap pikiran kita tenang, damai, kemudian akan ada orang yang datang menolong
kita sebelum kita jadi gelandangan, dsb-nya.

Atau sebaliknya putaran karma kita hari ini akan menjadi pejabat penting,
karena kita punya banyak tabungan karma baik dan hari ini buah-karmanya bisa
kita nikmati. Tapi karena disaat ini kita sering menjelek-jelekkan atasan kita, kita
bisa batal jadi pejabat penting karena atasan kita marah kepada kita. Atau
misalnya putaran karma kita hari ini menjadi orang kaya-raya, tapi karena disaat
ini kita suka judi, dugem atau selingkuh, kita akan jatuh miskin, dsb-nya.

Masa lalu tidak bisa diperbaiki karena sudah berlalu. Dalam kelahiran
sebelumnya kita jadi siapa dan seperti apa, itu tidak penting karena sudah berlalu
dan tidak bisa diperbaiki. Yang paling penting adalah bagaimana kita bersikap dan
berperilaku disaat ini juga. Bahkan orang yang harus mengalami karma buruk-pun
bisa dapat keringanan kalau sikap dan perilaku-nya baik di saat ini.
TEKAD KUAT DAN KESADARAN UNTUK SELALU MERUBAH DIRI
MENJADI LEBIH BAIK

Hukum karma adalah bagian dari dinamika alam semesta yang tidak dapat
dihindari. Kalau ingin tahu karma kita pada masa kehidupan yang lalu, lihat saja
apa yang kita alami dalam kehidupan sekarang. Kalau ingin tahu karma kita pada
masa kehidupan yang akan datang, lihat saja apa yang kita lakukan dalam
kehidupan sekarang.

Akan tetapi kadang ketika berbicara melakukan perubahan karma, tentu


saja kemudian akan ada yang berkata bahwa hidup saya lancar, baik-baik saja dan
saya tidak kekurangan suatu apapun, lalu untuk apa saya bersusah payah
melakukan ini semua ? Memang benar demikian bahwa hidup sebagian orang
demikian lancar, baik-baik saja dan tidak kekurangan suatu apapun.

Sesungguhnya semuanya juga disebabkan oleh diri kita sendiri, yang


disebabkan oleh akumulasi karma baik kita sendiri, baik di masa lalu maupun di
masa kini. Subha karmaphala [akumulasi karma baik] akan membuat kehidupan
kita penuh dengan kemudahan, kesenangan dan keberuntungan. Tapi cepat atau
lambat akumulasi karma baik ini akan habis. Kalau kita terlena dan tidak merubah
diri menjadi lebih baik, maka ketika akumulasi karma baik kita ini habis maka
hidup kita juga akan mengalami terjun bebas ke dalam jurang kesengsaraan yang
sama.

Jarak pandang penglihatan manusia yang tenggelam dalam avidya


[kebodohan] sangat terbatas, sehingga yang terlihat hanya kenikmatan indriya,
kehormatan, harga diri, keuntungan, harta kekayaan, wujud dan bentuk. Hal
inilah yang telah mengundang diri mereka enggan berkarma baik dan malah
menciptakan berbagai karma buruk tanpa mempertimbangkan akibatnya yang
fatal. Orang yang tenggelam dalam avidya menyangka perbuatan adharma yang
dia lakukan itu nikmat dan manis laksana madu, selama ketika buah karma buruk
dari perbuatannya itu belum matang. Tapi disaat buah karma buruk dari
perbuatannya itu matang, maka disanalah dia akan mengalami kesengsaraan.
Oleh karena itu kita harus selalu tekun dan bersemangat mengumpulkan
akumulasi karma baik, agar kehidupan di masa depan menjadi baik dan
beruntung.
Seandainya perjalanan hidup kita mengalami banyak masalah dan
kesengsaraan, kita harus punya tekad kuat dan kesadaran bahwa kita harus
merubahnya menjadi lebih baik, agar kelak hidup kita tidak sengsara seperti saat
ini. Langkah pertama adalah dengan sadar [bertobat], mengakui kesalahan dan
kemudian bertekad untuk tidak melakukan perbuatan maupun ucapan salah lagi
di masa depan.

Sebaliknya ketika perjalanan hidup kita mengalami banyak kemudahan dan


kebahagiaan, jangan terlena, kita harus tetap punya tekad kuat dan kesadaran
bahwa kita harus merubahnya menjadi lebih baik. Kita harus tetap eling bahwa
dengan tidak melaksanakan dharma saja hidup kita sudah bahagia, apalagi kalau
kita banyak melaksanakan dharma ? Dan tentunya hal yang lebih bahagia, terang
dan mulia sudah menanti kita. Dan bukan sebaliknya, hanya tinggal menunggu
waktu saja akumulasi karma baik kita ini habis, untuk kemudian hidup kita juga
akan kembali mengalami terjun bebas ke dalam jurang kesengsaraan.

Pandangan yang mengatakan bahwa kehidupan ini sudah ditentukan oleh


karma yang tidak bisa atau tidak perlu dirubah, sehingga hidup menyerah bagai
kayu lapuk, adalah termasuk salah satu dari pandangan yang salah. Menempuh
jalan dharma berarti selalu berusaha merubah arah karma kita [merubah
kehidupan] ke arah yang lebih baik.
Bab 3

MELAKSANAKAN DHARMA : MENGUBAH


HIDUP MENUJU KEBAHAGIAAN DUNIAWI DAN
ROHANI

Sekarang kita sudah memahami bagaimana hukum karma sebagai hukum


alam semesta bekerja dalam dinamikanya. Kita sudah mengetahui bahwa akibat
asubha karma-phala kita sendiri, yang terbagi dalam tiga rentang waktu, kita
mengalami tap athreya atau tiga bentuk kesengsaraan. Sehingga sekarang kita
perlu mengetahui cara mengatasi dan melampaui tiga bentuk kesengsaraan
tersebut.

Jalan keluar atau penyelesaiannya dalam ajaran Hindu Dharma adalah


dengan menjalankan dan melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling
berkait-kaitan satu sama lain. Tri yadnya adalah tiga macam yadnya
[persembahan suci] yang tidak berhubungan dengan upacara, yaitu melaksanakan
jnana yadnya, melaksanakan tapa yadnya dan melaksanakan drwya yadnya.

Tiga sadhana tri yadnya ini ketiganya harus dilaksanakan secara


menyeluruh dengan ketekunan holistik. Kalau hanya melaksanakan satu atau dua
saja dari tri yadnya tidak akan membuat kita mampu mengatasi dan melampaui
tap athreya atau tiga bentuk kesengsaraan. Kita harus melaksanakan ketiganya
secara bersama-sama, karena ketiganya saling berkait-kaitan satu dengan yang
lain. Tidak hanya bergantung kepada satu sadhana saja, melainkan upaya kolektif
dari setiap sadhana yang saling menopang, saling berkaitan dalam sebab, akibat
dan kondisi.

Bagaimana lika-liku perjalanan hidup kita ada di tangan kita sendiri. Kalau
kehidupan kita buruk rubahlah menjadi baik. Dan kalau kehidupan kita sudah baik
rubahlah menjadi lebih baik lagi. Kita mampu untuk melakukan perubahan
kepada kehidupan kita sendiri, asalkan kita tekun dan sungguh-sungguh. Ya, kita
dapat melakukannya !!

1. JNANA YADNYA

Sadhana pertama adalah jnana yadnya. Jnana dalam bahasa sansekerta bisa
berarti pengetahuan atau bisa juga berarti kesadaran. Dalam kaitan dengan jnana
yadnya, yang dimaksud dengan jnana adalah kesadaran. Jnana yadnya berarti
yadnya [persembahan suci] berupa mengembangkan kesadaran di dalam diri kita
sendiri dengan cara melaksanakan yoga.

Yang dimaksud yoga disini tidak terbatas hanya kepada asana saja,
sebagaimana kesalah-pahaman pengertian yoga yang umum. Makna yoga
sesungguhnya adalah sebuah sistem sadhana [atau laku dalam istilah Hindu
Kejawen] untuk mengolah badan, pikiran dan kesadaran, yang berpuncak kepada
samadhi. Misalnya Ashtanga Yoga [delapan tiang yoga] yang dikembangkan oleh
Maharsi Patanjali, dimana asana merupakan hanya salah satu dari delapan tiang.
Atau Tapa, Brata, Yoga, Samadhi sebagaimana yang biasa diterapkan di
Nusantara.

Melaksanakan yoga artinya MEMURNIKAN SAMSKARA atau melampaui


kesan-kesan pikiran dan perasaan. Samskara adalah apa yang menjadi salah satu
kekuatan penggerak utama bagi hukum karma dan siklus samsara.

Bagi kebanyakan orang, pikiran-perasaan negatif atau kegelapan pikiran


seperti iri hati, marah, benci, dendam, serakah, galau, resah, sedih, rasa sakit,
dsb-nya, lekat menjadi satu dengan kesadaran. Itu sebabnya ketika marah kita
bertengkar, ketika tidak suka kita mengeluarkan kata-kata menyakitkan, ketika
kecewa kita stress, ketika sedih kita menangis, ketika ada godaan kita serakah,
dst-nya. Karena kesadaran kita diseret jauh oleh perasaan-pikiran negatif.

Melalui praktek meditasi yang mendalam, perasaan-pikiran negatif atau


kegelapan pikiran perlahan-lahan berpisah dengan kesadaran. Artinya mulai ada
ruang diantara perasaan-pikiran negatif dengan kesadaran. Semakin dalam dan
tekun praktek meditasi-nya, semakin lebar ruang diantara keduanya. Hasilnya
adalah kondisi dimana perasaan-pikiran negatif kita berhenti menjadi diktator
menyeramkan bagi diri kita sendiri. Emosi kita menjadi stabil dan pikiran kita
menjadi tenang-seimbang, atau dengan kata lain samskara [kesan-kesan pikiran]
menjadi jernih dan murni. Inilah jnana atau kesadaran.

Tapi tentu saja karena ketidak-sempurnaan kita sebagai manusia, ditambah


dengan derasnya gangguan-godaan kehidupan, walaupun kita sudah tekun
praktek meditasi-nya kadang-kadang masih kembali terjadi perasaan-pikiran
negatif lekat menjadi satu dengan kesadaran, sehingga pengalaman buruk seperti
iri hati, marah, benci, dendam, serakah, galau, resah, sedih, rasa sakit, dsb-nya,
terulang kembali. Namun jangan mudah putus asa. Teruskan, teruskan dan
teruskan praktek meditasi-nya.

Melaksanakan yoga sangat membantu mengatasi rintangan yang berasal


dari dalam diri kita sendiri, yaitu rintangan pikiran-perasaan serta rintangan tubuh
yang membuat kita menjadi sengsara dan tidak menemukan ketenangan dalam
hidup.

Jnana yadnya tentu bukanlah tentang mencapai hidup yang lancar, aman
dan bahagia, bebas dari gangguan dan masalah, tapi tentang selalu dalam
kesadaran pada setiap kejadian dalam perjalanan kehidupan kita. Karena meditasi
tidaklah membuat hidup kita bebas dari kesusahan, masalah, kesulitan, dsb-nya.
Datangnya kebahagiaan dan kesengsaraan, itu sudah datang pada tempatnya
masing-masing, karena ada hukum karma yang bekerja. Yang membedakan
adalah kalau kita belajar meditasi, ketika ada rintangan, masalah dan
kesengsaraan kita tidak meronta, tidak berkelahi, tidak menangis menghadapi
kehidupan. Rasa sakit dan pedih dalam kehidupan tingkat sengatannya ke dalam
pikiran kita akan jauh lebih ringan dan sedikit, kalau kita selalu dalam kesadaran.
Dalam arti ada ruang diantara perasaan-pikiran negatif dengan kesadaran.

Sehingga apapun yang terjadi, kita dapat sadar, damai dan penuh belas
kasih disana. Dan sumber penyembuhan pikiran dari dalam yang paling
mengagumkan adalah selalu sadar, damai dan penuh belas kasih pada apapun
yang terjadi dalam kehidupan. Inilah yang disebut manah shanti, kebahagiaan dan
kedamaian di dalam diri.

Dengan meditasi samskara kita termurnikan, dimana pikiran kita menjadi


lebih damai, tenang-seimbang dan bahagia, serta kecenderungan negatif kita
seperti kemarahan, kebencian, kesombongan, dsb-nya, akan jauh
berkurang. Dengan lebih sedikit marah dan benci, kita lebih sedikit melukai hati
dan perasaan mahluk lain. Dengan lebih rendah hati, kita bisa menghormati orang
lain dan menghormati perbedaan secara lebih baik. Dengan lebih sedikit serakah,
kita lebih sedikit membuat orang lain menderita, dsb-nya. Tidak saja hidup kita
sendiri akan lebih damai dan bahagia, tapi kita juga membuat mahluk lain lebih
damai dan bahagia.

Ini adalah dinamika hukum alam semesta itu sendiri terkait karma, bahwa
kalau kita pikirannya jernih dan pikirannya positif, dengan sendirinya kita akan
membentuk kehidupan yang penuh keberuntungan. Kita mungkin secara fisik
tidak menarik, tapi kita akan menjadi orang jelek yang beruntung. Kita mungkin
tidak pintar, tapi kita akan menjadi orang bodoh yang beruntung. Kita mungkin
tidak kaya, tapi kita akan menjadi orang sederhana yang beruntung. Ini yang
disebut sebagai merubah nasib [memutar karma baik] dengan memurnikan
samskara [minimal dengan selalu punya pikiran baik dan positif]. Dengan pikiran
baik dan positif hidup akan menjadi penuh dengan keberuntungan.

Bagi yang serius ingin memasuki jalan yoga, pilihan yang terbaik tentunya
adalah kita belajar dengan bimbingan langsung dari seorang guru yang tepat.
Pergilah belajar yoga dibawah bimbingan satguru yang bisa menuntun kita
menuju kejernihan pikiran dan membangunkan kesadaran di pesraman, di pusat
meditasi, dsb-nya, karena itu adalah langkah yang terbaik.

2. TAPA YADNYA

Sadhana kedua adalah tapa yadnya. Tapa berarti pengendalian diri. Tapa
yadnya berarti yadnya [persembahan suci] berupa disiplin pengendalian diri.

Melaksanakan tapa yadnya artinya MENJAGA DIRI SENDIRI, dengan kata


lain menghentikan diri kita sendiri membuat rangkaian karma buruk yang baru.
Yang berarti mencegah diri kita sendiri terus-menerus membuat halangan dan
rintangan karma buruk baru, yang dapat menyebabkan kita semakin jauh dan
semakin jauh dari kebahagiaan hidup.

Karena orang yang sadar akan hakikat hukum karma akan berupaya
memotong sebab utama yang menjadi sumber karma buruk dan perasaan-
pikiran negatif, yaitu tindakan yang melanggar dharma.
Karena orang yang sadar akan hakikat hukum karma, juga akan berupaya
menjadikan dirinya seorang karma-gyani atau orang yang mengalir dengan
karma-nya. Semua kejadian dalam kehidupan dipeluk dengan dengan keheningan
dan belas kasih. Termasuk ketika dia disakiti, dihina, ditipu, ketemu orang jahat,
ketemu orang yang memperlakukan dengan tidak baik, kecelakaan, sakit keras,
dsb-nya, dia sadar sehingga berkata ke diri sendiri, saya sedang membayar
hutang karma. Dan bagi dia tidak usah menciptakan karma buruk yang baru
dengan cara balik menyakiti, malah sebaliknya disambut dengan dengan
keheningan dan belas kasih.

Dengan kata lain memotong akar penyebab yang menjadi sumber utama
karma buruk. Semua kejadian dalam kehidupan dipeluk dengan dengan
keheningan dan belas kasih. Termasuk ketika disakiti, karena sadar sesungguhnya
sedang membayar hutang karma.

Dengan pikiran dan indriya yang terkendali, kita akan lebih sedikit serakah,
lebih sedikit tidak puas, lebih sedikit marah, lebih sedikit benci, lebih sedikit
mengeluarkan kata-kata menyakitkan, serta akan lebih sedikit melakukan
tindakan yang menyakiti.

Ke semua arah, ini akan membuat kita membuat kita lebih sedikit menyakiti
mahluk lain dan banyak sekali mengurangi beban penderitaan para mahluk. Ke
dalam diri, ini tidak saja akan membuat kita berhenti memproduksi karma buruk
yang baru, tapi sekaligus juga membuat kita memperoleh kedamaian-ketenangan
pikiran di dalam diri.

Tapa yadnya ini dilaksanakan dengan 10 bentuk disiplin diri sebagai


persembahan suci, yaitu :

Tiga disiplin tindakan :


- Hindari menyakiti secara fisik [meracuni makanan, kekerasan secara fisik,
membunuh].
- Hindari melakukan aktifitas seksual salah [selingkuh, pelecehan seksual,
pemerkosaan].
- Hindari mengambil sesuatu yang bukan milik kita [mencuri, merampok,
korupsi].
Empat disiplin perkataan :
- Hindari berbohong [tidak berkata yang sebenarnya, menipu, memanipulasi
pandangan orang lain, bercerita berlebihan].
- Hindari memfitnah [bergossip, menceritakan hal tidak benar tentang orang
lain].
- Hindari kata-kata tidak menyenangkan [kasar, mengolok-olok, menebar
kebencian, membandingkan, menghina, melecehkan, merendahkan].
- Hindari kesombongan [menganggap diri lebih benar, lebih pantas, lebih
hebat, lebih suci].

Tiga disiplin pikiran :


- Hindari kemarahan [tersinggung, tidak terima, tidak puas, iri hati, sentimen,
kebencian].
- Hindari kegundahan [ketakutan, kegelisahan, kegalauan, kesedihan].
- Hindari dualitas pikiran [berpikir negatif, prasangka buruk].

Orang yang tidak menjaga dirinya sendiri [melaksanakan 10 tapa yadnya],


jangankan pada masalah besar, hal-hal sepele saja sangat mungkin bisa menjadi
sumber ketidakpuasan atau kemarahan. Sehingga tidak saja pikirannya yang akan
sengsara karena ketidakpuasan atau kemarahan, tapi sekaligus juga akan
memancarkan permusuhan kesana kemari. Dan permusuhan ini kemudian
mengundang permusuhan orang lain, yang ujung-ujungnya akan berakhir kepada
siklus kebencian dan kesengsaraan yang tidak mengenal ujung akhir.

Memang cenderung sulit dalam hidup ini kita bisa 100% melaksanakan 10
tapa yadnya. Tapi dengan bantuan jnana yadnya [melaksanakan yoga], yang
dimotivasi oleh belas kasih dan disertai tekad kuat dan disiplin untuk merubah
diri, kita dapat berusaha sebisa mungkin untuk banyak-banyak melaksanakannya
semampu kita. Termasuk dalam kondisi paling sulit, yaitu ketika disakiti kita
berusaha semampu kita untuk tidak membalas menyakiti, tapi malah sebaliknya
dengan kerendah-hatian memancarkan belas kasih.

Orang yang benar-benar sadar akan dinamika hukum karma, tidak saja akan
menjaga dirinya sendiri dengan melaksanakan 10 tapa yadnya, tapi juga memiliki
viveka, yaitu cara pandang yang benar dan terang.
Ketika kita bertemu dengan orang yang melakukan perbuatan jahat kepada
kita, disana kita harus sadar bahwa suatu saat dia tidak saja akan menerima
karma buruk akibat perbuatannya sendiri tersebut, tapi dia juga akan menjerat
dirinya sendiri dalam kesengsaraan akibat kegelapan pikirannya sendiri. Sehingga
sudah selayaknya kita tidak merasa marah atau benci, melainkan merasa kasihan
kepadanya.

Ketika kita bertemu dengan orang yang melakukan perbuatan jahat kepada
kita, disana kita harus sadar bahwa dibalik kejahatan yang dia lakukan, dia
sesungguhnya tidak saja sedang memberi kita kesempatan membakar hutang-
hutang karma buruk kita, tapi dia juga sedang menjadi guru yang mengasah
kesadaran kita. Sehingga sudah selayaknya kita tidak merasa marah atau benci,
melainkan merasa berterimakasih kepadanya.

- Berterimakasihlah kepada mereka yang menyakiti kita, karena mereka tidak saja
telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus
menjadi guru yang menghaluskan jiwa kita [kalau kita bisa tenang, damai dan
sabar].

- Berterimakasihlah kepada mereka yang mencela atau memfitnah kita, karena


mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi
juga sekaligus menjadi guru yang memperdalam kesabaran dan kebijaksanaan
kita.

- Berterimakasihlah kepada mereka yang menipu kita, karena mereka tidak saja
telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus
menjadi guru yang memperdalam wawasan kita.

- Berterimakasihlah kepada mereka yang menjerumuskan kita sehingga kita


berbuat kesalahan, karena mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk dan
penghalang karma kita, tapi juga sekaligus menjadi guru yang memberi pelajaran
berharga kepada kita.

- Berterimakasihlah kepada mereka yang mengabaikan atau menyisihkan kita,


karena mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma
kita, tapi juga sekaligus menjadi guru yang mengajarkan kita untuk mandiri.
- Berterimakasihlah kepada mereka yang menggoda nafsu atau keserakahan kita,
karena mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma
kita, tapi juga sekaligus menjadi guru terbaik yang mengajarkan kita
mengembangkan kesadaran.

Inilah yang disebut sebagai sarva dharma [semuanya dharma]. Bahkan


dilempar batu-pun bisa menjadi dharma, asalkan kita mampu memahami dan
menyadarinya sebagai membayar hutang karma, sebagai guru yang melatih
kesabaran dan memperdalam kebijaksanaan. Sehingga kemudian kita
menerimanya dengan senyuman damai.

Ketekunan, tekad dan upaya sungguh-sungguh untuk melaksanakan 10


tapa yadnya ini sifatnya adalah untuk menjaga diri kita sendiri. Dengan
melaksanakan tapa yadnya tidak saja membuat kita dapat menyelesaikan
akumulasi karma buruk kita sendiri, mencegah diri kita membuat karma buruk
yang baru, tapi juga sekaligus sangat membantu meredakan gangguan negatif
pada emosi, perasaan, pikiran, perilaku dan badan fisik kita, yang pada akhirnya
cepat atau lambat semuanya akan menghindarkan diri kita dari berbagai bentuk-
bentuk kesengsaraan. Dan dengan ketekunan, tekad dan upaya sungguh-sungguh
untuk melaksanakan 10 tapa yadnya, kita sesungguhnya sedang menanamkan
benih-benih kesadaran atman [atma jnana] yang sangat terang dan mulia di
dalam diri kita sendiri. Hanya perlu bermodalkan kesabaran dan ketekunan,
kemudian akan mendatangkan hasil yang sangat terang dan mengagumkan.

3. DRWYA YADNYA

Sadhana ketiga adalah drwya yadnya. Drwya berarti belas kasih dan
kebaikan. Drwya yadnya berarti yadnya [persembahan suci] berupa belas kasih
dan kebaikan kepada semua mahluk. Sikap yang penuh belas kasih dan kebaikan
kepada semua mahluk adalah yadnya atau persembahan suci yang tertinggi.

Melaksanakan drwya yadnya artinya MENJADIKAN DIRI SENDIRI PENYEBAB


KEBAHAGIAAN MAHLUK LAIN. Dengan kata lain mengembangkan sikap tidak
mementingkan diri sendiri, dalam bentuk segala upaya perbuatan, perkataan dan
pikiran yang menolong, membahagiakan atau memberi keuntungan bagi mahluk
lain.
Ini tidak lain berarti mengupayakan terjadinya pengikisan halangan dan
rintangan karma buruk kita sedikit demi sedikit dengan cara terus-menerus
berkarma baik, sehingga kelak terbukalah kebahagiaan di semua bidang
kehidupan, baik duniawi maupun rohani, serta sekaligus membuka jalan lapang
yang terang bagi kesadaran atman.

Untuk dapat melaksanakan drwya yadnya secara mendalam, terlebih


dahulu kita harus merenungkan dan menyadari sedalam-dalamnya bahwa karena
kecenderungan sifat mementingkan diri sendiri [ahamkara, ke-aku-an, ego], kita
cenderung kurang sadar bagaimana sebenarnya hakikat keberadaan semua
mahluk.

Kita tidak sadar bahwa semua mahluk juga tidak ada bedanya sama seperti
kita, semuanya ingin bahagia dan tidak ada yang mau sengsara.

Kita tidak sadar bahwa sesungguhnya tidak ada orang jahat yang sejak awal
berniat menjadi orang jahat, karena tidak ada orang jahat yang berdiri sendiri. Dia
dikelilingi oleh orang tua yang kurang matang, sekolah yang belum tertata,
pemerintah yang tidak bisa memberi teladan, pemuka agama yang
memanfaatkan tuhan dan agama untuk ambisi pribadi, pemberitaan media yang
penuh kekerasan dan permusuhan, iklan yang menggoda berbagai macam
keinginan, lingkungan beracun penuh kebencian dan prasangka, dsb-nya, yang
semuanya membuat mereka jadi jahat. Lingkungan hidup yang secara mental
tidak sehat ini dapat menyebabkan kemerosotan jiwa. Oleh karena itu, seorang
yogi sejati tidak hanya menggembleng diri pribadinya saja, tetapi juga berjuang
untuk mendidik lingkungannya dengan cara belas kasih dan kesabaran agar
menjadi lingkungan masyarakat yang sehat jiwa-raga dan harmonis.

Seringkali kita bersikap marah dan benci kepada orang yang kita anggap
membuat kesalahan. Padahal kalau mau jujur, fair dan adil kita semua membuat
kesalahan. Itu sebabnya kita semua masih dilahirkan sebagai manusia dalam roda
samsara dan belum dapat memasuki alam-alam mahasuci. Kemarahan, kebencian
atau rasa permusuhan hanya akan membuat luka-luka jiwa bagi semua pihak.
Lebih bermakna bila kita bisa bersikap pengertian, apalagi bisa bersikap penuh
belas kasih dan kebaikan. Tanpa belas kasih dan kebaikan, semua pihak tidak saja
jiwanya akan kekeringan tapi juga akan saling melukai satu sama lain.
Setelah memahami semua hal tersebut, pertama-tama sekali kita harus
renungkan dan sadari sedalam-dalamnya bahwa segala sesuatu kondisi keadaan
yang buruk, rintangan, ketidak-beruntungan, pertemuan dengan orang lain dan
mahluk lain, ataupun termasuk hal-hal yang tidak kita pahami sebabnya, yang
membuat kita mengalami gangguan negatif pada emosi, perasaan, pikiran,
perkataan dan tindakan kita. Itu semuanya muncul semata-mata sebagai akibat
dari ahamkara [ego, ke-aku-an], yaitu keinginan membahagiakan diri sendiri.

Ini termasuk terjadi dalam lingkup dampak yang luas seperti perselisihan
keluarga, keributan antar tetangga, pertikaian di tempat kerja, perdebatan antara
pemimpin pemerintahan, kemiskinan, masalah sosial, sampai dengan perang
antar negara. Semua hal yang buruk itu terjadi pada kehidupan kita dan pada
dunia ini berasal dari ahamkara [ego, ke-aku-an], yaitu keinginan membahagiakan
diri sendiri. Sehingga segala sesuatu hal buruk yang terjadi pada kehidupan kita
dan pada dunia ini harus disalahkan kepada pikiran yang mementingkan diri
sendiri.

Kedua kita harus renungkan dan sadari sedalam-dalamnya bahwa segala


sesuatu kondisi keadaan yang menyenangkan, kemudahan, keberuntungan,
pertemuan dengan orang lain dan mahluk lain, ataupun termasuk hal-hal yang
tidak kita pahami sebabnya, yang membuat kita mengalami kebahagiaan positif
pada emosi, perasaan, pikiran, perilaku dan badan fisik kita, itu semuanya muncul
semata-mata sebagai akibat dari perbuatan membahagiakan mahluk lain.

Lalu melalui seluruh perenungan tersebut, kita tanamkan kebenaran alam


semesta ini di dalam kesadaran kita, bahwa sesungguhnya semua bentuk
kesengsaraan berasal dari keinginan membahagiakan diri sendiri dan sebaliknya
semua bentuk kebahagiaan berasal dari perbuatan membahagiakan mahluk lain.

Dan tidak ada pencerahan jiwa atau kesadaran sempurna yang dicapai jika
hanya bertujuan untuk kepentingan diri sendiri belaka.

Apa yang dimaksud dengan belas kasih dan kebaikan ? Belas kasih dan
kebaikan adalah sikap tidak mementingkan diri sendiri, dalam bentuk segala
upaya perbuatan, perkataan dan pikiran yang menolong, membahagiakan atau
memberi keuntungan bagi mahluk lain. Tentu dalam hal ini, diri sendiri harus
mahir dalam pengendalian diri untuk meredam keserakahan dan penolakannya.
Maka disini dapat disebut sebagai latihan untuk mengorbankan diri sendiri bagi
mahluk lain. Dengan menolong mahluk lain berarti kita sudah menolong diri
sendiri dalam artian yang hakiki.

Biasakan untuk mendidik diri mengembangkan belas kasih dan kebaikan


dalam kesadaran kita. Lakukan kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Karena kebaikan
yang selalu dilaksanakan, itu tidak saja berguna bagi mahluk lain, tapi juga
demikian berguna bagi diri kita sendiri. Karena kebaikan yang selalu dilaksanakan
itu akan meringankan beban akumulasi karma buruk kita, akan menumpuk
akumulasi karma baik kita, akan meredakan banyak gangguan negatif pada emosi,
perasaan dan pikiran kita, akan membuka pintu-pintu persahabatan dengan
semua mahluk, akan membuka kebahagiaan di berbagai bidang kehidupan, serta
sekaligus akan membuka jalan lapang yang terang bagi kesadaran atman.

Kalau seandainya kita sudah melakukan banyak kebaikan tapi hidup kita
masih saja mengalami kesengsaraan, sering menemui hambatan, rintangan yang
rumit dan kegagalan, kita harus renungkan dan katakan kepada diri sendiri, saya
sudah melakukan banyak kebaikan saja hidup saya masih banyak menemui
kesengsaraan, apalagi kalau tidak ? Seringkali, sekalipun sudah melaksanakan
banyak karma kebaikan tetapi buahnya tidak segera nampak. Oleh karena itu
diperlukan kesabaran dan ketekunan yang pantang menyerah, karena hal-hal
semacam itu bisa saja dikarenakan kita sedang digembleng untuk dimurnikan
jiwanya.

Dan kalau sebaliknya seandainya kita jarang melakukan kebaikan tapi hidup
kita lancar, baik-baik saja dan tidak kekurangan suatu apapun, kita harus
renungkan dan katakan kepada diri sendiri, tanpa melakukan banyak kebaikan
saja hidup saya menemui banyak kebahagiaan, apalagi kalau saya banyak
melakukan kebaikan ? Pastilah kebahagiaan pada tataran yang lebih tinggi lagi
akan hadir dalam kehidupan saya. Itulah bahan renungan dalam hidup kita,
bahwa melakukan kebaikan itu adalah sesuatu yang mutlak untuk kita lakukan
dalam perjalanan kehidupan.

Untuk dapat melaksanakannya kita harus melatih dan mengembangkan diri


dengan sering-sering menolong, memberi dan berbagi kepada mahluk lain.
Sering-sering membuat orang lain merasa lebih bahagia atau senang. Dengan kata
lain banyak-banyak melakukan kebaikan. Karena karma baik sangatlah membantu
meringankan beban karma buruk kita. Dan untuk dapat membuat belas kasih dan
kebaikan mekar bersemi di dalam pikiran kita sendiri, kita harus banyak sekali
melepaskan. Yaitu melepaskan segala bentuk keterikatan diri kita pada pikiran,
perasaan, harga diri, ucapan, tubuh dan identitas diri yang sama sekali tidak kekal.
Yang berpuncak kepada melepaskan ahamkara [ke-aku-an, ego], karena belas
kasih dan kebaikan kita baru bisa sempurna ketika ahamkara telah lenyap.

Ini kita laksanakan dengan drwya yadnya, atau 7 bentuk belas kasih dan
kebaikan yang saling berkait-kaitan sebagai persembahan suci, yaitu :

1. Kshanti Yadnya : kebaikan berupa persembahan kesabaran

Ini adalah bentuk kebaikan dimana kesabaran kita dengan belas kasih kita
gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain. Misalnya memberi giliran antrean kita
kepada orang lain, meminggirkan mobil saat ada ambulance lewat, memberi
ruang bagi orang yang menyeberang jalan, mengalah saat ada kemacetan jalan,
mau menunggu orang yang datang janjian terlambat tanpa mengeluh, menemani
anak-anak bermain, dsb-nya, banyak lagi lainnya.

Sebenarnya banyak hal-hal yang tampaknya sepele atau remeh-temeh yang


terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat digunakan untuk melatih diri. Hal
ini hanya dapat disadari bila kita secara sungguh-sungguh melatih kesadaran.
Karena dengan semakin mahir dalam kesadaran, maka hal-hal yang tadinya
terabaikan akan terlihat secara apa adanya secara alamiah.

2. Artha Yadnya : kebaikan berupa persembahan uang, benda atau hadiah

Ini adalah bentuk kebaikan dimana benda dan uang kita dengan belas kasih
kita gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain. Misalnya mentraktir makanan,
membelikan pakaian, memberi hadiah tiket jalan-jalan, menyumbang uang, dsb-
nya, banyak lagi lainnya.

3. Vidya Yadnya : kebaikan berupa persembahan pemikiran dan pengetahuan

Ini adalah bentuk kebaikan dimana pemikiran dan pengetahuan kita dengan
belas kasih kita gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain. Misalnya mau
mendengar masalah seseorang lalu memberi saran yang bermanfaat, dengan
tulus bersedia menjadi pendengar yang baik atau konsultan lalu memberi
masukan yang berguna, memberikan kursus atau pelatihan, menceritakan hal-hal
yang baik dan membahagiakan, dsb-nya, banyak lagi lainnya.

4. Mahati Yadnya : kebaikan berupa persembahan tubuh

Ini adalah bentuk kebaikan dimana tubuh kita sendiri dengan belas kasih
kita gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain.

Misalnya menampilkan wajah ceria dan tersenyum ramah kepada orang


lain, memeluk orang yang sedang dalam kesedihan, menjadi donor darah,
membiarkan nyamuk-nyamuk lapar menghisap darah kita, dsb-nya, banyak lagi
lainnya.

5. Svadya Yadnya : kebaikan berupa persembahan kerja dan pelayanan

Ini adalah bentuk kebaikan dimana kerja keras dan pelayanan kita dengan
belas kasih kita gunakan untuk kebahagiaan mahluk lain. Misalnya mematikan
keran bak air kamar mandi umum yang penuh, membuang sampah yang
berantakan, belajar yang rajin di sekolah [sehingga orang tua senang, tidak rugi
mengeluarkan biaya dan kelak kita bisa berguna bagi orang lain], ngayah di pura,
ikut kerja bhakti, membantu mengepel, mencuci piring, merawat orang-orang
yang sudah tua, dsb-nya, banyak lagi lainnya.

Dan bentuk kebaikan berupa kerja keras dan pelayanan kita yang paling
penting adalah melaksanakan svadharma [tugas kehidupan] kita sendiri dengan
tulus, jujur, tidak serakah dan sebaik-baiknya, seperti menjadi orang tua di rumah,
menjadi pegawai di kantor, sebagai nelayan, guru, pelajar, mahasiswa, tukang
sapu, pinandita, jro mangku, petani, gubernur, dsb-nya.

Sebab saat kita bekerja, kita tidak saja mendapatkan uang yang sangat kita
perlukan di jaman modern ini untuk membiayai kehidupan, kita tidak saja
memperoleh kesempatan untuk melakukan pelayanan, tapi kita juga sekaligus
berada di medan bagi pelaksanaan dharma yang sesungguhnya.

Penolakan akan tugas-tugas kehidupan kita justru akan menjauhkan kita


dari jalan dharma yang sebenarnya.
6. Abhaya Yadnya : kebaikan yang menyelamatkan kehidupan

Ini adalah bentuk kebaikan mulia yang dapat menyelamatkan kehidupan


mahluk lain. Misalnya menyekolahkan anak-anak miskin dan yatim-piatu
[memberi mereka peluang hidup layak di masa depan], mencarikan pekerjaan,
membantu kesembuhan orang-orang yang sakit, membeli hewan yang akan
dimasak di restoran lalu membebaskan mereka di alam, memberikan karyawan
gaji yang layak dan mencukupi, dsb-nya, banyak lagi lainnya.

Ini termasuk juga bentuk upacara atau ritual yang dapat menyelamatkan
kehidupan mahluk lain, yaitu mengangkat serta menyempurnakan kedudukan
atma yang masih gentayangan, belum memperoleh tempat yang baik, ataupun
terjerumus ke alam-alam bawah. Di Bali ada banyak jenis upacara seperti ini,
misalnya upacara nilapati dan penyupatan atma.

7. Dharma Yadnya : kebaikan yang membuka atau mempercepat jalan


pembebasan

Ini adalah bentuk kebaikan paling mulia dan tertinggi yang dapat
membebaskan mahluk lain dari siklus samsara. Misalnya membagikan dan
menyebarkan buku-buku ajaran dharma secara gratis, memberikan dharma
wacana yang mencerahkan, mengajar meditasi kesadaran secara gratis, dsb-nya,
banyak lagi lainnya.

Perlu disadari dalam-dalam bahwa jauh lebih penting untuk melakukan


kebaikan dibandingkan untuk menjadi benar. Lihatlah betapa banyaknya konflik
dan orang-orang bertikai semata karena semuanya merasa dirinya benar. Karena
apa yang disebut benar itu sesungguhnya sifatnya dualistik dan sangat relatif.
Sedangkan belas kasih dan kebaikan pasti akan memutar karma baik yang
membimbing kita menuju jalan terang. Walaupun tindakan kita salah [tanda
kutip, karena sifatnya dualistik dan sangat relatif], tapi kalau tindakan kita didasari
oleh aspirasi belas kasih dan kebaikan, kita pasti akan terbebas dari kesalahan
malah sebaliknya dibawa menuju kemuliaan dan penerangan. Inilah kemudian
yang akan menghasilkan prajna atau kebijaksanaan.
Ketekunan, tekad dan upaya sungguh-sungguh untuk melaksanakan 7
drwya yadnya ini adalah titik berangkat bagi terbukanya jalan terang dan bahagia
di semua bidang kehidupan, baik duniawi maupun rohani. Orang yang hatinya
penuh belas kasih dan kebaikan, di mana-mana merasakan dan melihat orang-
orang sengsara yang memerlukan pertolongan. Orang miskin sengsara karena
tidak punya uang, orang kaya sengsara karena takut kehilangan, orang sakit
sengsara karena menahan rasa sakit, orang jahat sengsara karena kegelapan
pikirannya, orang hedonis sengsara karena tidak mampu mengendalikan dirinya,
dsb-nya. Dalam hati yang penuh belas kasih seperti ini, muncul sebentuk
pengertian, toleransi, memaafkan dan kebaikan. Hasilnya kemudian tidak saja
pikirannya damai, tapi dia juga diterima dengan persahabatan dan memperoleh
keberuntungan di mana-mana.

Dengan menjadikan diri sendiri sebagai penyebab kebahagiaan mahluk lain,


maka banyak sekali manfaatnya. Kita tidak saja akan meringankan beban karma
buruk kita sendiri, kita tidak saja akan mengikis sedikit demi sedikit gangguan
negatif pada emosi, perasaan, pikiran, perilaku dan badan fisik kita, kita tidak saja
akan terus menerus menumpuk karma baik, kita tidak saja akan membuat hidup
kita jauh lebih damai dan bahagia, tapi sekaligus juga inilah jalan lapang yang akan
menghantar kita ke depan pintu gerbang depan pencapaian kesadaran yang kekal
dan mahasuci.

LENYAPNYA SEGALA BENTUK KESENGSARAAN : SELALU TERSERAP KE


DALAM ATMAN / SELALU TERSERAP KE DALAM SAMADHI

Segala sesuatu pengalaman dan kejadian yang terjadi dalam hidup kita
adalah fenomena hukum-hukum alam semesta [hukum karma dan hukum rta].
Melalui ketekunan melaksanakan jnana yadnya, melaksanakan tapa yadnya dan
melaksanakan drwya yadnya, kalau waktunya sudah tiba kelak kita akan dapat
secara mendalam menyadari bahwa segala kejadian sesungguhnya tidak
membawa kebahagiaan maupun kesengsaraan. Baik kebahagiaan maupun
kesengsaraan adalah merupakan fenomena permainan pikiran kita sendiri. Begitu
riak-riak pikiran kita setenang air kolam yang jernih tanpa riak, maka berarti
berhenti pula baik kebahagiaan maupun kesengsaraan, digantikan oleh kesadaran
atman atau kesadaran sempurna akan kenyataan diri yang sesungguhnya.
Ada kebahagiaan yang lebih tinggi, lebih indah dan lebih sempurna
dibandingkan dengan kebahagiaan manapun. Kebahagiaan tertinggi dan
sempurna ini ada di dalam diri kita sendiri, selalu ada tidak pernah hilang atau
lenyap, hanya saja kita tidak menyadarinya. Dan disaat ketika kita menyadarinya
atau terserap ke dalamnya, itulah yang disebut sebagai atma jnana atau
kesadaran atman.

Kenyataan diri kita yang sesungguhnya adalah atman yang sempurna dan
mahasuci. Akan tetapi seringkali kesadaran kita terhalang oleh ke-akuan atau ego
[ahamkara] serta seluruh kegelapan-kegelapan pikiran [sad ripu] di dalamnya.
Ketika kita marah itu berarti kesadaran kita telah diambil-alih oleh kemarahan.
Ketika kita bersedih itu berarti kesadaran kita telah diambil-alih oleh kesedihan.
Ketika kita tidak puas itu berarti kesadaran kita telah diambil-alih oleh
keserakahan.

Atma jnana berarti kesadaran tentang kenyataan diri yang sempurna dan
mahasuci. Dalam bahasa logika yang paling disederhanakan berarti menjadi sadar
bahwa tidak ada perbedaan antara mendapat pujian dan penghormatan, dengan
sebaliknya yaitu mendapat penghinaan dan penghakiman. Keduanya hanya
didengar dengan pikiran yang jernih tenang-seimbang [upeksha] dan penuh belas
kasih. Yang bagus tidak menjadi akar kesombongan, yang jelek tidak menjadi akar
kemarahan dan permusuhan. Perasaan suka-tidak suka, sedih-bahagia, untung-
rugi [semua dualitas], sad ripu [enam kegelapan pikiran] dan ahamkara [ke-aku-
an] berhenti mensabotase dan memanipulasi kenyataan diri yang sejati. Selalu
terserap ke dalam samadhi, selalu terserap ke dalam atman yang sempurna dan
mahasuci.

Lalu pasti muncul pertanyaan, dapatkah kita selalu terserap ke dalam


samadhi, selalu terserap ke dalam atman yang sempurna dan mahasuci ? Tentu
saja kita bisa, asalkan kita tekun melatih diri kepada tiga sadhana tri yadnya yang
saling berkait-kaitan, yaitu melaksanakan jnana yadnya, melaksanakan tapa
yadnya dan melaksanakan drwya yadnya. Serta melatih diri selalu terserap ke
dalam samadhi, selalu terserap ke dalam atman yang sempurna dan mahasuci.

Sesungguhnya secara seketika kita dapat membebaskan diri kita sendiri dari
atmika tap, atau kesengsaraan yang berasal dari dalam diri kita sendiri, yaitu
kegelapan pikiran-perasaan kita sendiri serta gangguan tubuh yang membuat kita
menjadi sengsara dan tidak menemukan ketenangan dalam hidup. Karena
kenyataan diri kita yang sejati bukanlah kemarahan, kekecewaan, kesedihan,
keputus-asaan, ketidak-puasan, dsb-nya. Melainkan atman yang sempurna dan
mahasuci.

Bagaimana melaksanakan seluruh tugas-tugas kehidupan kita dan jalan


kehidupan kita dengan selalu terserap dalam atman, selalu terserap dalam
samadhi ? Sadar dan damai-lah disana, serta penuh welas-asihlah disana.

- Kalau kita sedang belajar pelajaran sekolah, belajarlah dengan penuh kesadaran,
kedamaian, kebahagiaan dan belas kasih. Fokuslah hanya pada apa yang kita
pelajari. Temukan kedamaian dan kebahagiaan, serta penuh welas-asihlah dalam
menghafal, dalam menghitung matematika, dsb-nya.

- Kalau kita sedang menyapu lantai, menyapulah dengan penuh kesadaran,


kedamaian, kebahagiaan dan belas kasih. Fokuslah hanya pada menyapu
lantai. Temukan kedamaian dan kebahagiaan, serta penuh welas-asihlah dalam
memunguti barang yang berserakan, dalam menyapu sudut-sudut yang sulit.

- Kalau kita sedang mengasuh anak, asuhlah anak dengan penuh kesadaran,
kedamaian, kebahagiaan dan belas kasih. Fokuslah hanya pada mengasuh dan
menyayangi anak kita. Kalau anak cerewet dan nakal, terimalah cerewet dan
nakalnya dengan penuh kesadaran, kedamaian dan belas kasih.

- Kalau kita sedang bekerja di kantor, bekerjalah dengan penuh kesadaran,


kedamaian, kebahagiaan dan belas kasih. Fokuslah hanya pada apa yang kita
kerjakan sebagai tugas kita. Kalau bos memarahi kita, terimalah omelannya
dengan penuh kesadaran, kedamaian dan belas kasih.

- Kalau kita sedang terbaring sakit dengan infus di rumah sakit, terbaringlah
dengan penuh kesadaran dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah disana. Kalau
kita harus disuntik dan minum obat pahit, terimalah suntikan dan obat pahit itu
dengan penuh kesadaran, kedamaian dan belas kasih.

- Kalau kita tidak punya penghasilan, teruslah berupaya mencari kerja atau
pemasukan dengan penuh kesadaran dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah
disana. Kalau kita harus menerima penolakan dan kegagalan, terimalah hal itu itu
dengan penuh kesadaran, kedamaian dan belas kasih. Teruslah berusaha.

Kerjakan segala apa yang sedang kita kerjakan dengan penuh kesadaran,
kedamaian, kebahagiaan dan belas kasih. Fokuslah pada yang kita
kerjakan, temukan kedamaian dan kebahagiaan disana, serta penuh welas-
asihlah dalam mengerjakannya.

Sesungguhnya juga secara seketika kita dapat membebaskan diri kita


sendiri dari bhautika tap, atau kesengsaraan dan lenyapnya ketenangan dalam
hidup akibat gangguan atau konflik yang berasal dari interaksi kita dengan sesama
mahluk lainnya. Karena kenyataan diri kita yang sejati bukanlah kemarahan,
kekecewaan, kesedihan, keputus-asaan, ketidak-puasan, dsb-nya. Melainkan
atman yang sempurna dan mahasuci.

Bagaimana menghadapi benturan atau konflik dengan orang lain dan


mahluk lain dalam kehidupan kita dengan selalu terserap dalam atman, selalu
terserap dalam samadhi ? Sadar dan damai-lah disana, serta penuh welas-asihlah
disana.

- Kalau kita dihina atau dicaci maki orang, terimalah hinaan dan caci maki itu
dengan penuh kesadaran, kerendah-hatian dan kedamaian, serta penuh welas-
asihlah disana.

- Kalau kita harus menanggung malu atau mungkin juga dipermalukan orang,
terimalah hal itu dengan penuh kesadaran, kerendah-hatian dan kedamaian, serta
penuh welas-asihlah disana. Kalau kita ditertawakan dan diberi komentar
menyakiti, terimalah komentar menyakiti dan tertawa menghina itu dengan
penuh kesadaran, kedamaian dan belas kasih.

- Kalau kita dimarahin istri, terimalah kemarahan itu dengan penuh kesadaran,
kerendah-hatian dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah disana.

- Kalau kita melakukan kesalahan, sengaja atau tidak sengaja, segera minta maaf-
lah dengan penuh kesadaran, kerendah-hatian dan kedamaian, serta penuh
welas-asihlah disana.
Terimalah semua kejadian tidak menyenangkan dalam kehidupan dengan
penuh kesadaran, penuh welas-asih, ke-rendah-hatian dan kedamaian. Karena
inilah sadhana pembayaran karma buruk dan proses pemurnian pikiran yang
sangat cepat.

Dan sesungguhnya juga secara seketika kita dapat membebaskan diri kita
sendiri dari daivika tap, atau kesengsaraan dan lenyapnya ketenangan dalam
hidup akibat dari rangkaian dinamika kosmik alam semesta yang tidak terduga
dan tidak kita ketahui, yang merupakan perpaduan antara hukum karma dan
hukum rta. Karena sekali lagi bahwa kenyataan diri kita yang sejati bukanlah
kemarahan, kekecewaan, kesedihan, keputus-asaan, ketidak-puasan, dsb-nya.
Melainkan atman yang sempurna dan mahasuci.

Bagaimana menjadikan jalan kehidupan yang tidak terduga dan tidak kita
ketahui, serta grafik kehidupan yang selalu naik-turun dalam kehidupan dengan
selalu terserap dalam atman, selalu terserap dalam samadhi ? Sadar dan damai-
lah disana, serta penuh welas-asihlah disana.

- Kalau terjadi suatu bencana tidak terduga dalam hidup kita, hadapilah dengan
penuh kesadaran dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah disana. Apapun yang
terjadi, seburuk apapun, terimalah kenyataan pahit itu dengan penuh kesadaran,
kedamaian dan belas kasih.

- Kalau kita sedang menyetir mobil di jalanan, menyetirlah dengan penuh


kesadaran dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah disana. Kalau jalanan
sedang macet total dan parah, terimalah kemacetan itu dengan penuh kesadaran,
kedamaian dan belas kasih.

- Kalau usaha kita bangkrut, selesaikanlah urusannya dengan penuh kesadaran


dan kedamaian, serta penuh welas-asihlah disana. Kalau kita harus menerima
cacian, omelan atau bahkan masuk penjara, terimalah hal itu itu dengan penuh
kesadaran, kedamaian dan belas kasih.

Sikap yang selalu penuh kesadaran, penuh welas-asih, ke-rendah-hatian


dan kedamaian pada apapun yang terjadi, adalah jalan lapang menuju kesadaran
tentang kenyataan diri yang sempurna dan mahasuci.
Ketika kita menghadapi keadaan tidak enak, tidak menyenangkan, masalah
atau konflik, reaksi harus ke dalam pikiran kita sendiri dulu dan bukan merespon
apa yang terjadi diluar. Menghadapi apapun dalam hidup reaksi kita selalu harus
ke dalam pikiran sendiri dulu, bagaimana reaksi pikiran kita : tidak senang, marah,
takut, benci, jengkel, penasaran, tegang, dsb-nya. Sadari terlebih dahulu. Sadari,
sadari dan sadari. Sampai kita sadar dan mengetahui riak-riak pikiran kita dalam
keadaan sedang tidak senang, marah, takut, benci, jengkel, penasaran, tegang,
dsb-nya.

Kemarahan, kebencian, kesedihan, ketersinggungan, rasa takut, rasa malu,


kesedihan, dsb-nya, muncul karena kita terlebih dahulu merespon apa yang
terjadi diluar. Sehingga kita terseret jauh dan tunduk kepada riak-riak pikiran,
emosi dan dualitas pikiran. Akibatnya kita marah-marah, kita merasa takut, kita
merasa sedih, dsb-nya. Kita tidak sadar kepada kenyataan diri kita yang sejati.

Bagaimana reaksi pikiran kita, tidak senang, marah, takut, benci, jengkel,
penasaran, tegang, dsb-nya. Sadari dan sadari. Sadari secara netral. Tanpa
penilaian, tanpa dualitas baik-buruk, enak-tidak enak, suka-tidak suka, suci-kotor.
Sadari sampai pikiran kita menjadi tenang-sejuk. Begitu kita sadar, secara alamiah
pikiran kita menjadi damai dan tenang, lalu kesadaran terbit muncul laksana
bulan purnama yang terang. Setelah itu, kalau diperlukan tindakan untuk
memperbaiki keadaan, yang keluar secara alamiah adalah belas kasih dan
kebaikan, dan bukan keserakahan, kemarahan atau kebencian.

Melalui praktek mendalam tentang kesadaran atman, perasaan-pikiran


negatif perlahan-lahan berpisah dengan kesadaran. Akibatnya, ada ruang diantara
perasaan-pikiran negatif dengan kesadaran. Semakin dalam praktek tentang
kesadaran atman, semakin lebar ruang diantara keduanya. Hasilnya indah sekali,
semuanya menjadi yoga. Tidak lagi diperlukan tindakan untuk melakukan yoga,
melainkan yoga menjadi alamiah, natural, mengalir dan menyatu dengan
kehidupan. Apa saja yang kita lakukan dalam kehidupan menjadi tindakan yoga,
karena perasaan-pikiran negatif telah berhenti mensabotase dan memanipulasi
kenyataan diri yang sejati, atau dengan kata lain selalu terserap ke dalam
samadhi.

Ketika semuanya menjadi yoga. Apa saja yang kita lakukan dalam
kehidupan menjadi tindakan yoga, karena kita selalu terserap ke dalam samadhi.
Praktisi yoga tingkat tinggi pasti tahu bahwa ketika pikiran masih sesempit diri ini
[ahamkara, ke-aku-an, ego], kita mudah marah, benci, tersinggung, sombong,
resah, tidak puas, dsb-nya. Semakin besar egonya maka akan semakin
menyakitkan kesengsaraan dan ketidakadilan. Inilah pe-er besar seorang yogi,
meruntuhkan ego dan semua bentuk kegelapan pikiran.

Kita dapat membadankan kesadaran atman di dalam diri. Yaitu [pertama]


dengan mengurangi penderitaan para mahluk. Karena tidak pernah ada
kedamaian dan pembebasan sempurna yang akan berhasil tercapai bila semata
bertujuan untuk diri sendiri. Selalu penuh belas kasih dan penuh kebaikan dengan
tingkat kerelaan yang sempurna. Itu semua mengurangi penderitaan para mahluk.
Termasuk tidak membalas caci-maki dan hinaan orang lain, tidak balas menyakiti
orang yang jahat, dsb-nya. Malah sebaliknya kita memberi lebih, kita
membalasnya dengan belas kasih dan kebaikan.

Dan [kedua] kenyataan bahwa semua mahluk memperebutkan


kebahagiaan dan lari dari penderitaan, sehingga alam semesta ini tidak seimbang.
Kitalah yang menjaga keseimbangan alam semesta dengan mengambil yang jelek-
jelek [penghinaan, kesengsaraan, kesusahan, dsb-nya]. Badan, pikiran dan
perasaan kita akan selalu terserap ke dalam atman, kalau selalu kita jadikan
yadnya [persembahan] bagi kebahagiaan mahluk lain. Bagi sebagian orang yang
tingkat kesucian pikirannya bagus akan mengerti, inilah yoga yang tertinggi dan
sempurna.

Bagi manusia dengan kualitas daiwa sampad [manusia dengan kualitas


kesadaran dewa], mengalami deraan rintangan, kesengsaraan dan ketidakadilan
tidak akan menjadi kutukan kehidupan, tapi menjadi berkah spiritual yang
tertinggi yang mengasah kesadaran mereka menuju kesadaran dan
kemahasucian. Karena ketika seseorang dapat melenyapkan ego dan kegelapan
pikiran-nya, sebagai hasilnya adalah pikiran yang seluas ruang.

Orang suci belum tentu berbaju putih-putih, berbaju brahmana, yogi,


pertapa, pandita, pemangku, guru spiritual, dsb-nya. Orang suci belum tentu
orang yang sudah membaca banyak kitab suci. Orang suci adalah orang yang
penuh belas kasih kepada semua, kebaikan-nya tanpa syarat dan kesabarannya
tidak terbatas, walau apapun yang terjadi. Termasuk disaat dirinya mengalami
kejadian buruk seperti dihina, dicaci-maki, disakiti, tidak punya uang, kelaparan,
sedang sakit, dsb-nya.

Orang suci yang sesungguhnya adalah orang yang sanggup mengolah apa
saja menjadi dharma. Leluhur kita menyebutnya sarwa dharma [semuanya
dharma]. Dapat mengolah adharma menjadi dharma. Dapat mengolah segala
bentuk godaan menjadi jalan pembebasan. Dapat mengolah segala bentuk
kesengsaraan dan ketidakadilan menjadi berkah spiritual yang tertinggi yang
mengantar mereka menuju kesadaran dan kemahasucian.

Badan, pikiran dan perasaan-nya selalu terserap ke dalam kesucian atman


yang sempurna, karena selalu dijadikan yadnya [persembahan] bagi kebahagiaan
mahluk lain.
Bab 4

JAGADHITA : MEMBANGUN HARMONI KOSMIK


ALAM SEMESTA

Melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling berkait-kaitan, yaitu


melaksanakan jnana yadnya, melaksanakan tapa yadnya dan melaksanakan drwya
yadnya, merupakan faktor penentu utama yang paling menentukan di dalam
upaya kita merubah kehidupan menuju kebahagiaan duniawi dan rohani.
Sedangkan faktor penunjang atau pendukung utama yang penting untuk merubah
kehidupan kita menuju kebahagiaan duniawi dan rohani adalah Panca Yadnya,
yang bertujuan untuk membangun harmoni kosmik alam semesta.

Membangun harmoni kosmik alam semesta atau jagadhita memiliki kaitan


erat dengan merubah hidup menuju kebahagiaan duniawi dan rohani. Sesuai
dengan tujuan tertinggi dalam ajaran Hindu yang diharapkan tercapai bagi semua
mahluk yaitu moksartham jagadhita ya ca iti dharma, yang berarti -dengan
dharma kita meraih pembebasan dari roda samsara [moksartham], serta
mewujudkan keharmonisan alam semesta [jagadhita]-. Artinya bahwa dalam
ajaran Hindu kita tidak semata-mata hanya memfokuskan diri pada meraih
pembebasan diri sendiri, tapi juga ada satu tugas pokok lainnya, yaitu berkarma
baik menjaga keseimbangan dan keharmonisan kosmos atau alam semesta,
karena di dalam kedua upaya inilah ada kekuatan spiritual semesta yang
sempurna, yang berguna bagi kebahagiaan semua mahluk.

Hindu tidak dapat dipisahkan dengan unsur sekala dan niskala sebagai
pedoman kehidupan. Sekala adalah alam material atau alam fisik ini yang dapat
dirasakan langsung keberadaannya dengan indriya-indriya biasa, sedangkan
niskala adalah alam halus yang tidak dapat dirasakan dengan indriya-indriya biasa.
Di dalam menata berbagai aspek kehidupan, harus ada keseimbangan antara
sekala dan niskala. Sehingga Hindu sangat banyak mengajarkan tentang
membangun kehidupan yang seimbang itu, mendorong manusia agar
membangun kehidupannya secara sekala dan niskala.

Sehingga selain melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling berkait-
kaitan, Hindu tidak dapat lepas dari Panca Yadnya. Totalitas ke-delapan yadnya ini
disebut sebagai Asta Yadnya, yaitu yadnya yang lengkap dan menyeluruh.

Panca yadnya adalah lima macam yadnya [persembahan suci] yang


berhubungan dengan upacara, yaitu melaksanakan manusa yadnya,
melaksanakan pitra yadnya, melaksanakan rsi yadnya melaksanakan butha
yadnya dan melaksanakan dewa yadnya. Dari Panca Yadnya inilah muncul salah
satu ciri menonjol pulau Bali, yaitu adanya upacara di mana-mana. Dimana secara
umum upacara di memiliki beberapa tujuan mulia, yaitu :

1. Untuk menjaga keterhubungan manusia dengan alam-alam mahasuci. Ini


agak sulit menjelaskannya dan bersifat rahasia.

2. Untuk mengharmoniskan atau menjaga keseimbangan vibrasi energi


kosmik alam semesta. Yang dapat membuat manusia merasa semakin
terhubung dengan alam semesta serta semua mahluk, semakin rendah hati
dan semakin damai.

3. Sebagai media agar semua orang berkumpul dengan tingkat pengendalian


diri yang lebih baik dari biasanya. Berkumpul saling menerangi dan
membentuk tatanan sosial yang mulia. Karena salah satu niat leluhur kita di
balik tradisi yang terselip di dalam upacara adalah agar masyarakat
berkumpul membentuk tatanan sosial yang mulia.

4. Sebagai sarana mendidik masyarakat melaksanakan dharma karena ada


ajaran suci tersembunyi di balik simbol-simbol dalam upacara.

Inilah sebabnya mengapa di tempat-tempat dimana manusia jarang


melaksanakan upacara Panca Yadnya seperti di Bali, akan terasa hawa atau vibrasi
energi kosmik alam semesta yang kering dari kedamaian.
Adanya persembahan suci [bebantenan] dalam sebuah upacara atau puja,
memiliki tiga faktor rahasia, yaitu :

1. Mengikuti dinamika hukum alam semesta, yaitu apa yang kita berikan atau
persembahkan, pasti akan kembali lagi kepada diri kita sendiri. Dalam hal
ini, kalau persembahannya itu bersih, tulus dan murni, akan kembali
kepada kita dalam bentuk tercapainya apa yang diharapkan.

2. Mengikuti norma-norma alam-alam mahasuci, yaitu kalau ada orang yang


menghaturkan persembahan dan persembahannya itu bersih, tulus dan
murni, akan sudah selayaknya orang tersebut diberikan imbal-balik berupa
karunia tertentu.

3. Persembahan merupakan perwujudan mistik dari rasa belas kasih dan rasa
terimakasih kita, ke semua mahluk dan semua arah alam semesta. Apa-apa
yang kita dapatkan dalam hidup ini, kita kembalikan ke semua mahluk dan
semua arah alam semesta dalam bentuk persembahan. Yang pada akhirnya
semuanya akan kembali kepada diri kita sendiri [sisanya tidak boleh
diceritakan karena rahasia].

Dengan sebuah catatan penting bahwa sempurnanya suatu persembahan


suci sama sekali tidak diukur dari besar-kecilnya volume banten [utama, madya,
nista] atau mewah-tidaknya sebuah upacara, melainkan ada tiga faktor yang
harus tepat-seimbang di dalam melaksanakan upacara atau yadnya. Karena
apabila ketiga faktor ini tidak tepat-seimbang, maka akan terjadilah gangguan
ketidak-seimbangan yang akan membuat upacara tidak mencapai tujuan luhurnya
dengan sempurna.

Ketiga faktor itu adalah disebut sebagai kemanunggalan kesucian tri


manggalaning yadnya, yaitu : sang yajamana [yang melaksanakan upacara], sang
widia [yang membuat banten] dan sang sadhaka [yang muput]. Artinya sumber-
sumber dan bahan upacara harus suci [bukan hasil mencuri, hasil korupsi, hasil
pemerasan, hasil pemaksaan, hasil menipu, hasil judi, dsb-nya], proses
pembuatan dan pelaksanaan upacara harus suci [tidak ada pertengkaran, tidak
ada gossip-gossip, tidak ada keluhan, dsb-nya], serta yang muput upacara
pikirannya harus bersih dan memiliki tingkat ke-siddhi-an yang mencukupi.
Kemanunggalan kesucian tri manggalaning yadnya inilah yang akan
membuat sebuah persembahan suci dalam panca yadnya menjadi sempurna.

Kalau kita semua dapat menjaga keseimbangan-keharmonisan alam


semesta baik secara sekala maupun secara niskala, secara spiritual hal ini luar
biasa terangnya. Bukan saja alam semesta yang dinyalakan terang vibrasi kosmik-
nya, tapi juga pikiran manusianya sendiri menjadi terang. Disanalah terwujud
jagadhita atau harmoni kosmik alam semesta. Acuan tercapainya jagadhita adalah
masyarakat yang perasaan dan perilakunya cenderung menjadi sejuk dan damai.
Dimana beberapa cirinya secara umum di masyarakat adalah angka kriminalitas
rendah, pembunuhan rendah, perceraian rendah, pelecehan seksual rendah,
bunuh diri rendah dan tingkat kekerabatan tinggi.

Dengan berkarma baik menjaga keharmonisan semua mahluk dan alam


semesta, baik secara sekala maupun secara niskala, manusia dan para mahluk
akan banyak sekali diselamatkan dari kekacauan kosmik, beserta seluruh
kesengsaraan yang diakibatkannya.

Sebaliknya kalau kita tidak dapat menjaga keseimbangan-keharmonisan


alam semesta baik secara sekala maupun secara niskala, konsekuensinya akan
sangat besar dan akan melebar kemana-mana. Karena jika keseimbangan kosmik
terganggu, sudah pasti yang akan datang adalah kekacauan dan kesengsaraan.

Membangun harmoni kosmik alam semesta tidak merupakan tugas dan


kewajiban kita sendiri saja, atau tugas dan kewajiban beberapa orang saja,
melainkan tugas dan kewajiban seluruh manusia. Semua manusia punya tugas
mulia untuk berkarma baik membangun harmoni kosmik alam semesta, yang
berguna bagi semua mahluk.

Caranya adalah dengan berkarma baik menjalankan jagadhita dharma yang


berguna bagi semua mahluk, sehingga jagadhita atau harmoni kosmik alam
semesta dapat tercipta di sekeliling kita. Jagadhita dharma ini disebut dengan sad
kerti. Sad artinya enam dan kerti artinya upaya untuk menegakkan kesucian atau
menegakkan keseimbangan, dimana semuanya saling berkaitan erat satu sama
lain.
Sad kerti berarti enam upaya pokok untuk menegakkan keseimbangan
kosmik alam semesta, yaitu :

1. JANA KERTI

Yang dimaksud dengan Jana Kerti adalah menegakkan keharmonisan dan


kesucian diri kita sendiri, sehingga baik tindakan, ucapan dan pikiran, maupun
interaksi dengan orang lain menghasilkan akumulasi energi positif di lingkungan
dimanapun kita berada, seperti di rumah tinggal, tempat kerja, tempat usaha,
pasar, pura, dsb-nya. Sehingga vibrasi kosmik yang positif dapat terjaga dengan
baik. Karena apa yang kita lakukan, ucapkan dan pikirkan, serta bagaimana
kualitas interaksi dengan orang lain, sesungguhnya memiliki pengaruh yang kuat
terhadap harmoni kosmik lingkungan kita sendiri.

Kalau di sebuah tempat orang-orangnya kebanyakan memiliki tindakan,


ucapan dan pikiran yang negatif, serta kualitas interaksi dengan orang lain juga
negatif, maka hal itu akan menumpuk akumulasi energi negatif di tempat
tersebut, sehingga semakin lama vibrasi kosmik di tempat tersebut akan menjadi
negatif. Vibrasi kosmik tempat tersebut yang negatif akan berbalik memantul
kembali mempengaruhi orang-orang di tempat tersebut menjadi cenderung
negatif dan sengsara.

Di tempat dimana sebagian besar orang-orangnya memiliki tindakan,


ucapan dan pikiran yang negatif, maka hal itu akan menumpuk akumulasi energi
negatif di tempat tersebut. Dan pancaran energi negatif tempat tersebut akan
memantul balik membuat orang-orang di tempat tersebut juga menjadi negatif.

Sebaliknya kalau di sebuah tempat orang-orangnya kebanyakan memiliki


tindakan, ucapan dan pikiran yang positif, serta kualitas interaksi dengan orang
lain juga positif, maka hal itu akan menumpuk akumulasi energi positif di tempat
tersebut, sehingga semakin lama vibrasi kosmik di tempat tersebut juga akan
menjadi positif. Vibrasi positif tempat tersebut akan berbalik memantul kembali
mempengaruhi orang-orang di tempat tersebut menjadi cenderung positif dan
bahagia.

Di tempat dimana sebagian besar orang-orangnya memiliki tindakan,


ucapan dan pikiran yang positif, maka hal itu akan menumpuk akumulasi energi
positif di tempat tersebut. Dan pancaran energi positif tempat tersebut akan
memantul balik membuat orang-orang di tempat tersebut juga menjadi positif.

Dalam ajaran Hindu, ada tiga macam sadhana yang kita lakukan untuk
melaksanakan dan mewujudkan jana kerti, yaitu :

1. Tri Yadnya

Jana kerti pertama-tama kita laksanakan dengan mempraktekkan tiga


sadhana tri yadnya yang saling berkait-kaitan, yaitu melaksanakan jnana yadnya,
melaksanakan tapa yadnya dan melaksanakan drwya yadnya.

Dengan keseharian yang dibimbing oleh tri yadnya kondisi pikiran kita akan
menjadi sejuk, teduh, terang dan galang apadang. Jauh lebih sedikit mahluk yang
disakiti dan jauh lebih banyak mahluk yang bisa disayangi. Hal ini tidak saja
menyegarkan pikiran orang lain dan mahluk lain, tapi sekaligus juga menyalakan
teja atau sinar suci di dalam pikiran kita.

Sehingga apapun yang kita lakukan langkah kita akan ringan, serta sekaligus
lebih mudah memancarkan vibrasi damai, kesejukan dan menciptakan harmoni.

2. Manusa Yadnya

Ini adalah yadnya atau ritual yang diselenggarakan guna pemeliharaan serta
penyucian secara spiritual terhadap manusia sejak terwujudnya jasmani di dalam
kandungan sampai akhir kehidupan. Yang membantu mencapai tujuan utama
kelahiran kita sebagai manusia, yaitu meraih kesempurnaan kesadaran.

Beberapa pelaksanaan manusa yadnya misalnya upacara jatasamskara atau


nyambutin guna menyambut bayi yang baru lahir, upacara nelu bulanin untuk
bayi yang baru berumur 105 hari, upacara otonan pertama setelah anak berumur
6 bulan, upacara mepandes atau metatah, upacara wiwaha [pernikahan], mandi
melukat di sumber-sumber mata air suci [beji atau pathirtan] pada hari-hari
rahina, dsb-nya.

Semua tujuan utama-nya adalah menguatkan vibrasi energi positif pada diri
kita sebagai manusia.
3. Rsi Yadnya

Ini adalah yadnya atau ritual yang dilakukan sebagai wujud rasa hormat dan
rasa terimakasih kepada para maharsi, para yogi dan para satguru dari semua
jaman, yang telah memberikan tuntunan dan ajaran pencerahan kepada manusia
untuk mencapai kedamaian pikiran, kesempurnaan jiwa dan pembebasan dari
roda samsara.

Hal ini juga penting dilakukan, karena hanya dengan rasa hormat dan sujud
kepada beliau, ajaran-ajaran suci beliau dapat bertahan lama di alam marcapada
ini, serta membuat ajaran-ajaran suci beliau masuk dengan jauh lebih baik ke
lubuk hati kita. Ajaran yang sudah membumi dan membadan inilah yang dapat
membantu kita manusia merealisasikan kesempurnaan kesadaran.

2. ATMA KERTI

Atma Kerti berarti upaya untuk menegakkan kesucian jiwa-jiwa yang telah
meninggalkan alam marcapada ini. Dimana dalam ajaran Hindu ada tiga macam
hal yang kita lakukan untuk melaksanakan dan mewujudkan atma kerti, yaitu :

1. Pitra Yadnya

Ini adalah yadnya atau ritual yang diselenggarakan guna mengangkat serta
menyempurnakan kedudukan atma para leluhur [pitra], agar mereka
mendapatkan tempat yang baik di alam kematian. Yadnya ini sebagai wujud
bhakti, yang dalam tradisi kita adalah untuk memberikan sesuatu yang baik dan
layak kepada para leluhur, dengan upacara jenasah [sawa vedana] sejak tahap
permulaan sampai tahap terakhir yang disebut atma vedana. Termasuk penyucian
dan pralina [kremasi / ngaben] yang kalau dilakukan dengan tepat [yang memang
benar berhasil] sangatlah membantu perjalanan atma di alam-alam kematian.

Ini dilakukan dengan rasa sadar bahwa kita memiliki dua hutang-karma
utama kepada orang tua kita dan para leluhur, yaitu hutang budi berupa warisan
badan [sarirakrit] dan hutang budi berupa kebaikan-kebaikan mereka kepada kita
[anadatha], dimana sejak bayi kita dirawat, dijaga dan dibiayai oleh mereka.
Tanpa kebaikan mereka pasti kita tidak akan berdaya dalam kelahiran kita ke
dunia ini.

Hutang karma kita kepada orang tua kita tidak akan pernah bisa kita bayar
sampai kapanpun, tapi kalau kita dapat membawa atma mereka ke alam-alam
luhur yang mahasuci dan membebaskan mereka dari siklus samsara, maka
seketika itu juga seluruh hutang karma kita kepada orang tua kita seketika akan
terselesaikan.

Kalau orang tua atau leluhur kita tidak mendapatkan tempat yang baik di
alam kematian, apalagi bertempat di alam-alam bawah, bisa jadi mereka akan
mengganggu hidup kita. Dalam istilah Bali disebut kepongor, yaitu orang tua
atau leluhur berupaya menarik perhatian kita, terkadang dengan cara menyakiti,
karena mereka mengharapkan pertolongan dari keturunannya. Tapi dengan
melaksanakan pitra yadnya yang bekerja sangat baik [yang memang benar
berhasil] guna mengangkat serta menyempurnakan kedudukan atma orang tua
atau leluhur, sudah pasti kita akan terbebas dari masalah ini.

2. Bhuta Yadnya

Ini adalah yadnya atau ritual yang kita selenggarakan bagi sarwa bhuta,
yaitu mahluk-mahluk niskala alam bawah, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan,
serta unsur-unsur alam raya beserta dinamika kekuatannya. Untuk menyomiakan
vibrasi alam yang negatif serta kekuatan kegelapan atau kesadaran rendah
sehingga menjadi damai dan harmonis.

Di sekeliling kita juga terdapat banyak mahluk-mahluk halus atau mahluk


niskala berkeliaran. Mahluk-mahluk halus ini memancarkan energi negatif yang
dapat mempengaruhi kita menjadi gelisah, pemalas, beremosi negatif atau jatuh
sakit.

Tapi kita tidak boleh memandang mereka sebagai mahluk jahat. Mereka
dulunya juga manusia, tapi mereka berubah menjadi mahluk-mahluk sengsara
karena semasa hidupnya sebagai manusia akumulasi karma buruknya bertumpuk,
atau karena samskara-nya [kecenderungan pikiran] negatif, atau karena mereka
pernah membuat kesalahan atau pelanggaran dharma yang berat, sehingga
mereka tidak dapat menemukan jalan menuju alam-alam mahasuci. Atma mereka
bergentayangan di alam-alam bawah [bhur loka] atau alam diantara alam
kehidupan dan alam kematian, yang penuh dengan kesengsaraan.

Dalam ajaran Hindu disebutkan bahwa dengan mahluk-mahluk alam bawah


manapun kita harus memiliki rasa hormat, sopan santun dan sikap belas kasih
sebagaimana selayaknya kita kepada semua mahluk. Tapi jangan meminta apapun
kepada mereka, jangan terikat kepada mereka, apalagi membiarkan diri kita
diperintah atau diperbudak oleh mereka. Karena kalau tidak hati-hati, manusia
bisa kehilangan kemanusiaannya dan akan ditarik ke alam bawah. Hal ini tentu
sangat disayangkan bila kita sudah lahir sebagai manusia, tapi kemudian harus
kehilangan kemanusiaan karena berhubungan dekat dengan mahluk-mahluk alam
bawah. Tapi jangan juga menjauhi, mengusir, apalagi memusuhi mereka, karena
mereka sesungguhnya mahluk-mahluk sengsara dan memperlakukan mereka
dengan tidak baik karmanya sangat buruk. Misalnya mengurung mereka dalam
botol, ini akan membuat mereka dendam kesumat mendalam selama ratusan ribu
tahun kepada kita.

Tentu ini bukan berarti penganut Hindu menyembah apa yang di agama
lain disebut setan. Sama sekali tidak ! Ini adalah pancaran belas kasih dan
kebaikan yang sempurna.

Agama-agama di tingkatan awal menyebut mahluk-mahluk alam bawah


atau alam kegelapan sebagai wakil alam setan dan mahluk-mahluk alam suci
sebagai wakil alam Tuhan. Tapi sesungguhnya tanpa kegelapan maka cahaya
kehilangan maknanya. Tanpa keburukan maka kesucian tidak akan memiliki arti.
Manusia baru akan dapat menemukan kembali hakikat dirinya yang utuh dan
sempurna ketika bisa menyatukan seluruh dualitas dengan kualitas belas kasih
dan kebaikan yang sama. Kalau dapat memberi ruang kepada makhluk-mahluk
dari alam kegelapan, akan lebih jernih, suci dan murni memberi penghormatan
kepada makhluk-mahluk dari alam suci.

Kepada mahluk-mahluk alam bawah kita yang harus memberi dan


melakukan kebaikan. Dengan sikap penuh rasa belas kasih, kita harus memberi
mereka tempat dan ruang, memberi mereka segehan dan sekaligus terus
mendoakan mereka agar mereka bisa keluar dan terbebaskan dari alam-alam
bawah.
Ini secara umum kita lakukan misalnya dengan yadnya atau ritual berupa
menghaturkan segehan, mecaru, dsb-nya. Yaitu memberi mereka makanan yang
disertai dengan abhiseka mantra-mantra suci agar mereka lepas dari
kesengsaraan lalu menjadi tenang-bahagia.

Ini disebut sebagai menyomiakan kekuatan-kekuatan kegelapan atau


kesadaran rendah menjadi damai dan harmonis. Begitu mereka damai dan
harmonis otomatis kehadiran mereka akan menjadi positif dan tidak akan
mengganggu kita lagi.

3. Upacara Nilapati / Penyupatan Atma

Tingkatan yadnya atau ritual terkait atma kerti paling luhur lagi adalah bila
kita secara cepat dapat mengangkat serta menyempurnakan kedudukan atma
yang masih bergentayangan atau terjebak di alam-alam bawah, agar mereka
mendapat kesempatan naik tingkat, lahir menjadi mahluk yang lebih tinggi
kesadarannya dalam siklus samsara. Atau lebih bagus lagi bila bisa
menyeberangkan mereka agar mereka dapat memasuki alam-alam suci.

Di Bali ada banyak jenis upacara tingkat tinggi yang dapat secara cepat
mewujudkan hal ini, misalnya upacara nilapati dan penyupatan atma. Upacara
nilapati adalah upacara atau ritual penyucian atma dari segala kekotoran,
kegelapan dan energi negatif, sehingga atma bisa segera memasuki alam-alam
suci. Sedangkan penyupatan atma adalah suatu upacara atau ritual yang
merupakan upaya untuk menyeberangkan atma agar dapat memasuki alam-alam
suci. Upacara tingkat tinggi seperti ini tidak saja berguna bagi mereka, atma yang
masih gentayangan atau masih berada di alam-alam bawah yang sengsara dan
tidak saja berguna bagi yang melaksanakan karena karma baiknya besar, tapi
sekaligus juga berguna bagi semua manusia. Karena begitu mereka keluar dari
alam-alam bawah untuk kemudian masuk ke alam-alam suci, otomatis mereka
tidak akan pernah mengganggu manusia lagi yang masih berada di alam
marcapada.

3. JAGAT KERTI

Jagat Kerti berarti upaya upaya luhur untuk mengharmoniskan alam


semesta, baik secara sekala maupun secara niskala. Dimana dalam ajaran Hindu
untuk melaksanakan dan mewujudkan jagat kerti ini secara garis besar terbagi
menjadi dua macam upaya pokok yang kita lakukan, yaitu :

1. Membangun harmoni kosmik lingkungan kita sendiri

Untuk membangun harmoni kosmik lingkungan kita sendiri, secara garis


besar dalam tradisi spiritual Hindu Bali kita melakukannya dengan tiga cara, yaitu :

- Asta Kosala-Kosali.

Asta kosala-kosali [atau feng shui] adalah ilmu topografi kuno mengenai
pembuatan dan tata ruang kosmik yang baik di lingkungan sekitar kita sendiri,
seperti di rumah tinggal, tempat kerja, tempat usaha, dsb-nya. Artinya bahwa
dalam pembangunan secara Bali selalu terbagi menjadi secara sekala
[pembangunan fisik, yang dapat dilihat] dan niskala [yang tidak dapat dilihat,
tetapi sesungguhnya memberi pengaruh yang nanti dapat dirasakan]. Karena
pembangunan yang hanya berdasarkan bangunan fisik semata dan melupakan
unsur niskala dapat membuat hidup kita terganggu.

Asta kosala-kosali atau tata ruang kosmik berkaitan erat dengan kerapian
hidup manusia. Tata ruang kosmik yang baik dapat membantu memperbaiki
kualitas hidup kita dengan menghasilkan dinamika, aliran dan akumulasi energi
positif yang kuat di lingkungan sekitar kita. Sebaliknya tata ruang kosmik yang
buruk akan membuat hidup kita terganggu karena menghasilkan dinamika, aliran
dan akumulasi energi negatif di lingkungan sekitar kita.

Asta kosala-kosali terbagi menjadi dua bagian ilmu yaitu asta kosala dan
asta bumi [asta mandala].

Asta kosala adalah ilmu yang mengatur tentang bentuk-bentuk bangunan


seperti misalnya ukuran panjang, lebar, tinggi, tingkatan, hiasan dsb-nya.

Asta bumi [asta mandala] adalah ilmu yang mengatur tentang tata letak
bangunan seperti misalnya pembagian ruang bangunan dan halaman, jarak antar
bangunan, dsb-nya, yang berpegang kepada tata letak ruang yang diatur dalam
konsep luan-teben [hulu-hilir], tri mandala [tiga kelas tingkatan kesucian ruang
dan bangunan], catur loka pala [tata letak empat bangunan pokok] dan dewata
nawa sanga [sembilan arah mata angin].

- Palemahan Hayu.

Palemahan berarti tanah yang ada di bumi ini beserta segala apa yang ada
diatasnya, yang telah menjadi hak milik, hak guna pakai, ataupun yang sering kita
gunakan untuk beraktifitas. Sedangkan Palemahan Hayu berarti palemahan yang
harmonis. Menciptakan harmoni di lingkungan sekitar kita sendiri berarti menjaga
palemahan, yang hasilnya adalah palemahan yang memiliki vibrasi kosmik yang
bagus.

Secara sekala menjaga palemahan kita laksanakan dengan menjaga


kebersihan, kesegaran dan kesehatan di lingkungan kita sendiri, seperti di sekitar
rumah tinggal, tempat kerja, tempat usaha, lingkungan sekitarnya, dsb-nya.
Karena lingkungan yang kotor, tidak segar dan tidak sehat tidak saja memberi
dampak tidak baik kepada diri kita sendiri, tapi juga memberi dampak tidak baik
kepada vibrasi kosmik lingkungan sekitar kita, karena cenderung akan
mengundang hal-hal yang negatif.

Secara niskala menjaga palemahan kita laksanakan dengan kegiatan


mebanten pada setiap rahinan dan hari raya di lingkungan sekitar kita sendiri,
seperti di rumah tinggal, tempat kerja, tempat usaha, dsb-nya. Dan diperkuat
dengan melaksanakan berbagai upacara pembersihan-penyucian lingkungan
sekitar kita sendiri. Tujuannya adalah menjaga vibrasi energi positif pada
lingkungan sekitar kita.

Mebanten ke palinggih [alam-alam luhur] bertujuan agar kekuatan suci


para dewa-dewi selalu hadir menjaga kesucian dan vibrasi energi positif
palemahan secara niskala.

Sedangkan mebanten ke bawah [seperti misalnya segehan] bertujuan


memberi mahluk-mahluk alam bawah makanan yang disertai dengan abhiseka
mantra-mantra suci agar mereka lepas dari kesengsaraan lalu menjadi tenang-
bahagia.
2. Membangun harmoni kosmik alam semesta

Dalam bahasa sansekerta, jagat berarti alam semesta dan kerti artinya
upaya untuk menjaga kesucian atau menjaga keseimbangan. Dan di dalam ajaran
Hindu, jagat kerti berarti upaya luhur untuk mengharmoniskan alam semesta,
baik secara sekala maupun secara niskala.

"Prewatek dewata anganyutaken laraning jagat papa klesa letuhing


bhuwana", demikian isi salah satu lontar kuno di Pulau Bali. Menyucikan alam
semesta untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat [laraning jagat],
menghilangkan kegelapan pikiran [papa klesa], serta mengharmoniskan vibrasi
energi negatif alam semesta [letuhing bhuwana]. Dimana dalam ajaran Hindu
secara garis besar kita melakukannya dengan dua cara, yaitu :

- Dewa Yadnya

Ini adalah yadnya atau ritual yang kita selenggarakan berupa pemujaan
atau berupa persembahan suci kepada Hyang Acintya beserta sinar-sinar suci-
Nya, yaitu para Dewa-Dewi, Ida Btara-Btari, dsb-nya. Dewa Yadnya
diselenggarakan dengan melaksanakan persembahyangan, puja, muspa, japa
mantra ataupun persembahan upacara yang dilaksanakan pada hari pawedalan
[piodalan], hari-hari suci, rahinan, ataupun hari-hari raya lainnya seperti Hari Raya
Galungan, Kuningan, Saraswati, Siwaratri, dsb-nya.

Pada pemujaan seperti persembahyangan, japa mantra, dsb-nya, dalam


dewa yadnya tujuannya adalah menghubungkan kesadaran kita [beserta
kesadaran semua mahluk] dengan vibrasi suci dari Beliau para dewa-dewi
mahasuci. Menyelaraskan frekuensi kita dengan Beliau untuk membantu
meningkatkan kesadaran di dalam diri. Setiap dewa atau dewi berhubungan
dengan mantra dan mudra tertentu. Mantra ini bisa sangat efektif bagi orang
yang tekun melakukan disiplin sadhana yang benar [pikiran yang bersih-jernih,
rajin berkarma baik, dsb-nya]. Ini bisa menghubungkan manusia dengan dewa
atau dewi yang dimaksud, agar kita semua memperoleh penyatuan kesucian dan
kekuatan transenden-Nya. Ini akan mengikis segala noda pikiran dan membuat
kita memperoleh karunia cahaya suci Beliau.
Sedangkan pada persembahan suci dalam dewa yadnya tujuannya adalah
mengharmoniskan vibrasi lingkungan sekitar kita melalui karunia dan vibrasi suci
dari Beliau para dewa-dewi mahasuci, yang dapat merubah dan mengatur ulang
dinamika di alam semesta ini menjadi baik. Sehingga manusia dan para mahluk
dapat terbantu untuk terhindarkan dari bencana dan malapetaka kehidupan.

- Mandala Parahyangan Suci

Di Bali kita tidak hanya banyak menyelenggarakan banyak upacara untuk


mengharmoniskan vibrasi kosmik alam semesta, tapi leluhur kita di Bali juga
mewariskan banyak sekali parahyangan suci [pura] dimana-mana dengan tujuan
untuk menjaga keharmonisan kosmik tersebut.

Leluhur kita pada jaman dahulu tidak sembarangan membuat tata aturan
kekeran atau radius kesucian pura, yaitu batas wilayah dimana bangunan lain
selain masih terkait dengan pura tidak di-ijinkan untuk dibangun apapun, untuk
menjaga kesucian pura. Ini tentu bukanlah sebuah tata aturan sembarangan,
karena parahyangan sebagai stana para dewa-dewi mahasuci adalah mandala
penjaga keharmonisan kosmik yang demikian luhur.

Sehingga karena fungsinya yang demikian penting tersebut, kita semua


wajib menjaga kesucian semua pura beserta lingkungan sekitarnya, dengan cara
misalnya dengan secara sungguh-sungguh menjaga radius kesucian pura, menjaga
kesakralan dresta pura, tidak mengeksploitasi pura sebagai obyek wisata
komersial, dsb-nya. Sehingga vibrasi kosmik kesucian pura tidak terganggu. Kalau
kita tidak menjaga kesucian semua pura beserta lingkungan sekitarnya, ini tidak
saja akan memberi dampak merusak keharmonisan kosmik. Tapi ini juga sama
saja dengan menghianati warisan kekayaan spiritual yang luhur, suci dan terang
dari leluhur kita sendiri, sekaligus menghancurkan masa depan anak-cucu kita
sendiri.

Para jaman dimana kesucian pura, kesakralan dresta pura dan radius
kesucian pura masih sangat terjaga, orang-orang suci dengan trineta atau mata
ketiga [mata bathin] beliau akan dapat melihat Pulau Bali sebagai padma
bhuwana atau alam semesta yang berwujud laksana bunga padma [simbolik
kemahasucian]. Ini tidak lain disebabkan karena parahyangan stana para dewa-
dewi mahasuci sebagai mandala penjaga keharmonisan kosmik yang demikian
luhur sangat terjaga dengan baik. Tugas mulia kita di jaman ini sebagai yang
mewarisi kekayaan spiritual yang luhur, suci dan terang ini adalah menjaganya
dengan sebaik-baiknya agar tetap sama terjaga seperti di jaman dahulu.

4. WANA KERTI

Wana Kerti berarti upaya untuk menjaga kesucian atau kelestarian tumbuh-
tumbuhan [sarva tumuwuh], hutan dan pegunungan.

Dalam tata ruang kosmik Hindu ada tiga jenis hutan, yaitu : Maha
Wana [hutan rimba yang masih asli dan belum banyak tersentuh manusia], Tapa
Wana [hutan suci tempat dimana para yogi membuat pusat pertapaan atau
pesraman] dan Sri Wana [kawasan hutan yang dimanfaatkan sebagai sumber
kemakmuran ekonomi, seperti misalnya perkebunan]. Dan ketiga jenis hutan ini
wajib kita jaga dengan sebaik-baiknya agar tidak rusak, karena kalau rusak akan
sangat mengganggu kehidupan semua mahluk hidup.

Kita manusia seharusnya sepenuhnya paham akan berbagai fungsi penting


bagian-bagian alam untuk dapat berlangsungnya kehidupan di Planet Bumi ini.
Kalau bagian-bagian alam tersebut tak terjaga dengan baik, maka sudah pasti
kehidupan manusia di Planet Bumi ini akan mendapatkan banyak gangguan,
masalah dan bahaya. Sehingga kita sebagai manusia selayaknya mengambil apa
yang ada di alam sebatas kebutuhan, jangan untuk menuruti nafsu keinginan dan
keserakahan, serta pada saat yang sama menjaga kesucian dan kelestariannya.
Dengan mengeksploitasi, mengotori, menyalahgunakan, menghambur-
hamburkan apa yang ada di alam beserta unsur-unsurnya adalah sebuah
kejahatan terhadap Ibu Pertiwi [Planet Bumi] dan semua mahluk yang ada di
dalamnya.

Secara sekala Wana Kerti kita laksanakan dengan menghormati, menjaga


kelestarian dan kealamian tumbuh-tumbuhan, hutan-hutan dan gunung. Agar
tidak rusak atau habis oleh perilaku yang serakah dan tidak terpuji yang
mengeksploitasi tumbuh-tumbuhan, hutan-hutan dan gunung, sebagai penjaga
keseimbangan alam dan kehidupan.

Secara niskala Wana Kerti kita laksanakan dengan melaksanakan berbagai


upacara yang terkait dengan menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan, hutan dan
pegunungan secara niskala, serta melestarikan pura-pura gunung dan alas angker
[hutan lindung]. Tujuannya adalah menjaga kesucian dan vibrasi energi positif
pada hutan-hutan dan gunung.

5. DANU KERTI

Danu Kerti berarti upaya untuk menjaga kesucian atau kelestarian sumber-
sumber air tawar seperti danau, berbagai sumber mata air dan sungai.

Rig Veda mengajarkan agar kita manusia menjaga kemurnian atmosfir,


kemurnian danau, sungai dan sumber-sumber mata air serta kelestarian hutan
dan tumbuh-tumbuhan dan hutan, seperti tanah pertanian, hutan rimba, lereng
gunung, hutan bakau dan kawasan hutan lainnya. Dalam Atharva Veda XVIII.1.17
disebutkan bahwa : air, tumbuh-tumbuhan dan udara [apah, isadah, vata] adalah
Tri Chanda, tiga unsur pendukung kehidupan manusia dan semua jenis binatang
di bumi ini, yang ketiganya saling terkait dan saling menguatkan satu sama lain
untuk mewujudkan harmoni.

Dalam tata ruang kosmik Hindu, danau adalah pusat penampungan sumber
mata air tawar. Dari resapan danau permukaan dan danau bawah tanah,
muncullah sumber-sumber mata air, yang lalu mengalir menjadi sungai-sungai.
Mata air adalah sumber air suci dan menjadi tempat suci utama untuk peleburan
energi-energi negatif di dalam diri kita. Dan ketiga jenis sumber mata air tawar ini
wajib kita jaga dengan sebaik-baiknya, karena kalau hal ini tidak dilakukan pasti
dampaknya akan sangat mengganggu kehidupan semua mahluk hidup.

Secara sekala Danu Kerti kita laksanakan dengan menghormati, menjaga


kelestarian dan kealamian sumber-sumber air tawar seperti danau, berbagai
sumber mata air dan sungai, serta termasuk lingkungan sekelilingnya. Agar tidak
rusak atau tercemar oleh perilaku yang tidak terpuji pada sumber-sumber air
tawar sebagai salah satu unsur alam yang paling menentukan kehidupan di bumi
ini.

Secara niskala Danu Kerti kita laksanakan dengan melaksanakan berbagai


upacara yang terkait dengan menjaga kesucian-kelestarian sumber-sumber air
tawar secara niskala, serta melestarikan pura-pura beji, pathirtan dan ulun danu.
Tujuannya adalah menjaga vibrasi energi positif pada sumber-sumber air tawar.
Di Pulau Bali kita bisa melihat adanya warisan leluhur berupa Pura
Ulundanu di setiap danau, serta ribuan Pura Beji [pathirtan, mata air suci] sebagai
penjaga kelestarian dan kealamian sumber-sumber mata air tawar, sekaligus
menjadi stana para dewa-dewi mahasuci sebagai mandala parahyangan penjaga
kesucian air dan penjaga keharmonisan kosmik yang luhur.

6. SAMUDERA KERTI

Samudera Kerti berarti upaya untuk menjaga kesucian atau kelestarian


pantai dan lautan.

Dalam tata ruang kosmik Hindu, samudera adalah tempat asal muasal
kehidupan, tempat peleburan energi-energi negatif yang beredar di alam raya
dan penjaga keseimbangan harmoni alam semesta. Kalau keseimbangan dan
harmoni samudera terganggu, maka akan berdampak kepada terganggunya
kehidupan semua mahluk hidup.

Secara sekala Samudera Kerti kita laksanakan dengan menjaga kebersihan-


kelestarian pantai dan laut, serta berbagai sumber-sumber alam yang ada
didalamnya. Karena lautan memegang peranan yang penting pada kehidupan di
bumi ini.

Secara niskala Samudera Kerti kita laksanakan dengan melaksanakan


berbagai upacara yang terkait dengan pembersihan-penyucian lautan secara
niskala, serta melestarikan pura-pura segara. Tujuannya adalah menjaga vibrasi
energi positif pada samudera.

JAGADHITA [HARMONI KOSMIK ALAM SEMESTA]

Menjaga keseimbangan, kelestarian dan harmoni kosmik alam semesta


adalah hal yang penting dalam ajaran Hindu, karena manusia dan alam adalah
satu bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Planet Bumi, habitat sekaligus
rumah kita satu-satunya ini adalah Ibu Pertiwi dan Bapa Akasha. Karena alam
semesta sebagai yang selalu memberi dan memberi, layaknya seorang Ibu dan
bapak kepada anak-anaknya, serta sebagai guru rupaka yang memperkaya
manusia dengan kebijaksanaan. Alam semesta memberi manusia tempat tinggal,
sumber kehidupan serta pengetahuan dan kita manusia punya kewajiban untuk
menjaganya dengan sebaik-baiknya. Tanpa dukungan dan kebaikan alam semesta,
kehidupan semua mahluk mutlak pasti akan terganggu. Alam semesta adalah
ayah dan ibu kita, yang memberi kita sumber kehidupan, pengetahuan dan
tempat untuk bernaung.

Dalam ajaran Hindu secara gamblang dipaparkan tentang tugas-kewajiban


kita sebagai manusia untuk terus berkarma baik menjaga kesucian, kelestarian
dan harmoni kosmik alam, baik secara sekala maupun niskala. Merusak alam atau
tidak menjaga harmoni kosmik alam semesta baik secara sekala maupun niskala
adalah sama dengan membuat karma buruk, sebaliknya menjaga alam semesta
pasti akan membawa karma baik.

Dengan berkarma baik menjaga kesucian, kelestarian dan harmoni kosmik


alam semesta dengan cara melaksanakan sad kerti secara menyeluruh, ini tidak
saja berhubungan dengan keasrian pemandangan dan keindahan vibrasi alam
yang positif, melainkan juga berkaitan dengan keindahan dan nilai positif hidup
manusia. Karena alam semesta sendiri yang akan melimpahkan vibrasi positif
yang memberi kesejukan dan kedamaian kepada manusia dan semua mahluk,
sehingga masyarakat-nya sendiri juga perasaan dan perilakunya cenderung
menjadi sejuk dan damai.
Bab 5

MOKSHARTAM : KEBAHAGIAAN RAHASIA

Tanpa keseriusan melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling berkait-
kaitan, yaitu melaksanakan jnana yadnya, melaksanakan tapa yadnya dan
melaksanakan drwya yadnya, maka kekayaan sebanyak apapun, dikenal dan
dihormati orang setinggi apapun, atau memperoleh keinginan sebanyak apapun,
maka tetaplah akan melahirkan kebingungan dan ketidak-bahagiaan. Ini yang
disebut sebagai ke-tidak-jernihan kesadaran sebagai akar kesengsaraan.

Apalagi kalau yang terjadi sebaliknya, ketika kejadian buruk, kesialan,


malapetaka dan bencana hadir dalam kehidupan. Umumnya manusia mudah
tenggelam ke dalam kesedihan dan kesengsaraan. Karena kesengsaraan yang
berlarut-larut terjadi disebabkan ketika grafik kehidupan menurun, kejadian
buruk, kesialan, malapetaka dan bencana memang saatnya hadir dalam
kehidupan manusia [karena adanya dinamika karma], sebagian besar manusia
tetap ngotot kaku hidupnya harus terus bahagia. Untuk kemudian tenggelam ke
dalam kesedihan dan kesengsaraan. Ini juga adalah ke-tidak-jernihan kesadaran
sebagai akar kesengsaraan.

Terlebih lagi apabila ketidak-seriusan melaksanakan tiga sadhana tri yadnya


yang saling berkait-kaitan ini juga diikuti dengan ketidak-seriusan melaksanakan
sad kerti atau enam upaya pokok untuk menegakkan keseimbangan kosmik alam
semesta. Dapat dipastikan semua kehidupan, baik diri sendiri maupun sekitarnya
pasti akan panas dan kacau, karena tiadanya harmoni kosmik alam semesta yang
menunjang atau mendukung kehidupan semua mahluk menuju kebahagiaan
duniawi dan rohani.

Karena sesungguhnya di dalam kedua upaya inilah [tri yadnya dan sad kerti]
ada kekuatan spiritual semesta yang sempurna, yang berguna bagi kebahagiaan
semua mahluk.
KEAJAIBAN TERTINGGI DAN TERINDAH

Peradaban bergerak menjadi semakin modern, tapi beberapa bagian dari


kehidupan ini justru menjadi semakin kompleks dan rumit. Ini terkadang
membuat kita sulit sekali mencari jalan keluar dari permasalahan kehidupan,
sehingga kita berharap datangnya keajaiban, atau mukjizat dan kejutan
keberuntungan. Tapi kebanyakan dari kita menyangka keajaiban hanya datang
dari langit saja. Lupa bahwa keajaiban yang tertinggi dan terindah sesungguhnya
datang dari diri kita sendiri.

Setelah dilaksanakan dengan tekun, suatu saat kelak kita akan menyadari
bahwa melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling berkait-kaitan, yaitu
melaksanakan jnana yadnya, melaksanakan tapa yadnya dan melaksanakan drwya
yadnya, akan memunculkan empat jenis keajaiban, atau mukjizat dan kejutan
keberuntungan dalam kehidupan, yaitu :

1. Kesembuhan

Keajaiban tiga sadhana tri yadnya yang pertama muncul dalam bentuk
kesembuhan. Mereka yang melaksanakan tri yadnya, kekebalan dan kesembuhan
tubuhnya jauh lebih baik dibandingkan dengan yang tidak melaksanakannya. Di
tengah mahalnya harga obat, tidak terjangkaunya biaya rumah sakit, tidak
tersentuhnya masyarakat miskin oleh bantuan pemerintah, dsb-nya, layak
merenungkan untuk menjaga dan melindungi kesehatan tubuh dengan
melaksanakan tri yadnya.

Tidak sebatas hanya tubuh, yang jauh lebih penting lagi adalah tri yadnya
juga akan menyembuhkan pikiran kita dari segala gangguan penyakit emosional
dan jiwa.

2. Keselamatan

Keajaiban tiga sadhana tri yadnya yang kedua, karena dia sangat
menyelamatkan, baik menyelamatkan diri kita sendiri maupun orang lain.
Perhatikan kehidupan ini. Seringkali kita baru baru sadar betapa bahayanya judi
setelah harta-benda habis. Kita baru sadar betapa bahagianya hidup dengan jujur
setelah kita masuk penjara karena korupsi. Kita baru sadar celakanya selingkuh
setelah pasangan hidup menuntut cerai. Kita baru sadar indahnya kesabaran dan
kerelaan setelah kita terlibat dalam konflik mengerikan dengan orang lain. Dsb-
nya. Berbagai godaan kehidupan ini seringkali menipu kita dan menjauhkan diri
kita dari kesadaran, serta sekaligus menjerumuskan kita ke dalam jurang
kesengsaraan.

Hampir semua tindakan adharma dalam hidup seperti korupsi, selingkuh,


pelecehan seksual dan semua tindakan menyakiti lainnya, terjadi karena
kesadaran kita diambil alih oleh hawa nafsu kita yang tidak terkendali. Hampir
semua kecelakaan dalam hidup seperti pertengkaran, konflik, dendam, dsb-nya,
terjadi karena kesadaran kita diambil alih oleh emosi kita yang terganggu.

Tidak sebatas menyelamatkan kita dari banyak badai dan kekacauan


kehidupan, tapi karma baik yang terus-menerus kita lakukan akan membawa
banyak keberuntungan dalam kehidupan.

3. Kedamaian

Keajaiban tiga sadhana tri yadnya yang ketiga adalah dia sangat
mendamaikan. Mereka yang melaksanakan tri yadnya tidak saja di dalam dirinya
sendiri dia damai, dia juga akan memancarkan vibrasi damai kepada teman, serta
sekaligus juga memancarkan vibrasi damai kepada musuh. Ia tidak saja akan
dirasakan damai oleh sahabat dan keluarga, tapi juga terasa damai di hati orang
yang jahat atau memusuhi. Tidak saja manusia damai, bahkan mahluk-mahluk
alam bawah dan binatang liar seperti harimau atau ular pun damai. Sehingga
tidak ada hal lain yang tersisa kecuali damai.

4. Kesempurnaan

Keajaiban tiga sadhana tri yadnya yang ke-empat, karena dia bisa
menghantar manusia melangkah naik menuju tangga-tangga kesempurnaan.

Banyak diantara kita yang lahir, tumbuh dewasa, menikah, mencari nafkah,
membesarkan anak dan akhirnya meninggal begitu saja. Tanpa pernah tahu dan
menyadari kenyataan diri yang sejati. Karena titik tolak dari evolusi kesadaran
selalu bermula dari ketekunan melaksanakan tiga sadhana tri yadnya.
Ketika kesedihan dan kesengsaraan datang dalam hidup kita, itulah saat
bagi kita untuk melaksanakan dharma, yaitu menumbuhkan kesabaran, kerelaan
dan pengorbanan diri.

Ketika kebahagiaan datang dalam hidup kita, itulah juga saat bagi kita untuk
melaksanakan dharma, yaitu selalu dan selalu berbagi kebahagiaan dengan
mahluk lain. Lakukan kebaikan, kebaikan dan kebaikan.

Dari sudut pandang mereka yang menyakiti atau yang hanya melihatnya,
kesabaran, kerelaan dan pengorbanan diri mungkin terlihat pasif. Tapi bagi yang
mengalaminya itu bukanlah hal yang pasif. Karena kesabaran sempurna
melibatkan perjuangan panjang yang sulit dan melelahkan, serta pengorbanan
hebat sekali. Pada awalnya melatih kesabaran, kerelaan dan pengorbanan diri
selalu disertai dengan pertempuran hebat di dalam pikiran sendiri. Ketekunan
mengasah kesabaran kemudian membuat pertempuran di dalam pikiran sendiri
semakin lama semakin kecil dan semakin kecil. Sampai akhirnya mencapai tingkat
tanpa pertempuran di dalam pikiran. Pikiran yang upeksha, jernih dan tenang-
seimbang.

Demikian juga dengan menumbuhkan belas kasih dan kebaikan tanpa


syarat di dalam pikiran. Pada awalnya membiasakan diri menjadi penuh belas
kasih dan kebaikan seolah-olah seperti mengorbankan sesuatu demi orang lain.
Terjadi pertempuran hebat di dalam pikiran. Kadang muncul rasa ketidakrelaan
karena merasa berkorban atau merasa kehilangan. Ketekunan terus-menerus
untuk menumbuhkan rasa belas kasih dan kebaikan kemudian akan membuat
perasaan berkorban dan kehilangan-nya menghilang, ketika akhirnya belas kasih
dan kebaikan menjadi sesuatu yang alami dari dalam diri.

Kejahatan, kekejaman, keserakahan, prasangka buruk, dsb-nya, ada di


semua zaman, tetapi tiga sadhana tri yadnya harus terus kita laksanakan. Karena
apa yang dapat kita petik dari tri yadnya adalah jiwa yang semakin sempurna dari
hari ke hari. Tidak saja pikiran kita sendiri yang akan menjadi damai dan bahagia,
seluruh alam semesta akan membuka rahasia keindahannya. Sungai mengalir,
deretan pegunungan, bunga bermekaran, langit biru, samudera nan luas dan
bahkan orang jahat-pun memperlihatkan keindahannya. Karena orang jahat
adalah guru alam semesta yang datang untuk melatih kesabaran kita, membakar
karma buruk kita dan membuat kita menjadi rendah hati. Membantu dan
menyelamatkan mahluk lain, sesungguhnya ternyata adalah membantu dan
menyelamatkan diri kita sendiri.

Inilah kehidupan yang rahasianya sudah terbuka. Tidak lagi diperlukan


keluhan, kesombongan, keserakahan, kemarahan, perkelahian, kesedihan, dsb-
nya. Karena semuanya hanyalah tarian semesta yang sedang melukis keindahan.
Tapi selama ini kita hanya tidak menyadarinya saja, karena sad ripu [enam
kegelapan pikiran] dan terutama sekali ahamkara [ego, ke-aku-an] mensabotase
dan memanipulasi kesadaran kita.

Sejak awal yang tidak berawal, sampai akhir yang tidak ada akhirnya,
semuanya selalu sempurna sebagaimana adanya.

Di tingkat kesempurnaan, semua kejadian dalam kehidupan, termasuk


kejadian buruk dan bencana, dipandang dan disambut dengan kedamaian dan
belas kasih sempurna. Sehingga kehidupan tidak punya wajah lain selain
keindahan sempurna. Ini yang disebut ananda atau kebahagiaan tak berkondisi,
artinya bahagia dalam kondisi apapun tanpa syarat.

Dan di tingkat kesempurnaan, semua kata-kata, bahasa dan logika manusia


tidak lagi dapat menjangkaunya. Itu sebabnya ini sering disebut sebagai
kebahagiaan rahasia.

KEBAHAGIAAN SURGAWI

Melaksanakan tiga sadhana tri yadnya yang saling berkait-kaitan, tidak saja
akan memberi keselamatan, kesembuhan, kedamaian dan kesempurnaan dalam
masa-masa kehidupan, tapi juga membuka jalan yang terang saat kematian tiba.

Sebuah proses kematian kemudian akan diikuti oleh perjalanan sang atma
memasuki alam-alam berikutnya, entah itu alam-alam bawah yang penuh
kesengsaraan, alam-alam bahagia, ataupun alam-alam suci yang bercahaya,
damai dan luhur. Sang atma akan memasuki alam yang sesuai dengan akumulasi
karma-nya dan kecenderungan kesadarannya, yang mencapai puncaknya pada
saat menjelang kematian sebagai kesadaran pikiran terakhir yang menuntunnya
atau disebut ayusya karma.
Ayusya karma atau karma penentu ke alam mana atma kita akan terbawa
pergi setelah kematian, adalah sebuah faktor penting pada saat menjelang
kematian. Ayusya karma dibentuk oleh sifat-sifat, tingkah laku dan akumulasi
karma seseorang pada kehidupannya, yang akan menentukan tingkat kesadaran
terakhirnya sebelum atma meninggalkan badan.

Setelah masa kehidupannya habis, seseorang tidak dapat memasuki sebuah


alam sesuai keinginan, harapan atau hayalan religiusnya sendiri. Tapi dia pasti
akan masuk ke alam yang sesuai dengan kecenderungan kesadaran dan akumulasi
karma-nya sendiri.

Dalam ajaran Hindu ini bukan merupakan hukuman ataupun hadiah dari
Tuhan, melainkan penyesuaian saja yang merupakan bagian dari dinamika alam
semesta itu sendiri. Dimana kesadaran yang terkait dengan sifat-sifat buruk
semuanya memiliki alam-alam dan wujud yang erat hubungannya dengan
kesadaran seperti itu. Demikian juga dengan sifat-sifat baik ataupun sifat-sifat
luhur, semuanya memiliki alam-alam dan wujud yang erat hubungannya dengan
kesadaran seperti itu.

Secara garis besar ada tiga kemungkinan perjalanan sang atma di alam
kematian, yaitu :

1. Memasuki alam-alam bawah yang penuh kesengsaraan

Orang yang semasa hidupnya sifat-sifat dan tingkah lakunya cenderung


buruk seperti mementingkan diri sendiri, sering menipu, sering menyakiti, tidak
jujur, banyak marah dan benci, atau sifat-sifat buruk lainnya, maka demikianlah
kecenderungan kesadarannya pada saat menjelang kematiannya, yang
dipengaruhi oleh kebiasaan pikiran, ucapan dan perbuatan masa kehidupannya.
Dengan kecenderungan kesadaran yang rendah dan akumulasi karma buruknya,
inilah yang bermanifestasi menjadi kekuatan langsung dari ayusya karma atau
karmanya pada saat kematian, yang menyebabkan dia akan memasuki alam-alam
bawah yang penuh kesengsaraan, dimana sifat-sifat kesadaran ini ada dan sesuai.

Dengan kata lain dia akan menemukan dirinya memasuki alam-alam yang
energinya sesuai dengan energi kesadaran dan energi karmanya sendiri. Yaitu
alam-alam bhur loka atau disebut juga sapta petala. Alam-alam ini dipenuhi oleh
mahluk-mahluk yang wujudnya tidak sempurna, ganjil atau menyeramkan dan
sangat kurang kecerdasan atma-nya [avidya]. Seperti wong samar, tonya,
memedi, gregek tunggek, dsb-nya. Dia sendiri akan sama menjadi mahluk seperti
itu. Alam ini beragam mulai dari alam-alam rendah yang penuh kesengsaraan,
alam gelap yang mengerikan dengan hukum rimba, sampai dengan alam neraka
yang sangat menyakitkan.

Orang yang semasa hidupnya mengabaikan dharma, yang berpikir tidak


perlu mengembangkan perbuatan baik dan sifat-sifat kesadaran luhur dan sering
melakukan perbuatan melanggar dharma, disaat kematian mereka akan
memasuki alam-alam bawah. Ini tentu sama saja dengan menggali sumur
kesengsaraan kita sendiri. Dalam diri orang seperti ini, energi kesadaran dan
energi karma yang ia ciptakan adalah buruk, sehingga disaat kematian dia akan
menemukan dirinya memasuki alam-alam yang energinya sesuai dengan energi
kesadaran dan energi karmanya sendiri.

Segala hal duniawi dalam kehidupan kita seketika itu juga sama sekali tidak
ada gunanya di alam kematian. Berapa besar kekuatan kekuasaan kita, berapa
agung jabatan kita, berapa banyak gunungan harta kekayaan kita, berapa dalam
orang segan dan menghormati kita, berapa banyak orang mengagumi kita, berapa
tinggi kesuksesan kita, semuanya di alam kematian seketika itu juga sama sekali
tidak ada gunanya. Satu-satunya bekal yang berguna dan bisa dipakai di alam
kematian hanya kualitas kesadaran dan akumulasi karma baik kita sendiri. Ketika
sang atma sudah masuk ke alam-alam bawah, baru tahu betapa semu-nya segala
hal duniawi yang sangat singkat dalam satu masa kehidupan. Tapi disaat itu
semuanya sudah sangat terlambat.

2. Memasuki alam-alam suci yang penuh kebahagiaan

Orang yang semasa hidupnya sifat-sifat dan tingkah lakunya jauh dari sifat
mementingkan diri sendiri sehingga jujur, tidak menyakiti, banyak mengalah,
penuh kerelaan dan banyak melakukan kebaikan-kebaikan, maka demikianlah
kecenderungan kesadarannya pada saat menjelang kematiannya, yang
dipengaruhi oleh kebiasaan pikiran, ucapan dan perbuatan masa kehidupannya.
Dengan kecenderungan kesadaran dharma-nya mencukupi dan akumulasi karma
baik-nya, inilah yang bermanifestasi menjadi kekuatan langsung dari karmanya
pada saat kematian, yang menyebabkan dia akan dapat memasuki alam-alam suci
svarga-loka yang penuh kebahagiaan, dimana sifat-sifat kesadaran ini ada dan
sesuai.

Dengan kata lain dia akan menemukan dirinya memasuki alam-alam yang
energinya sesuai dengan energi kesadaran dan energi karmanya sendiri. Yaitu
alam-alam yang dipenuhi oleh dewa-dewi yang wujudnya indah, sangat cantik dan
tampan, bercahaya dan dengan alam yang juga sangat indah, akan tetapi
kecerdasan atma-nya belum terarah sempurna. Dia sendiri akan sama menjadi
dewa atau dewi seperti itu.

Alam ini berlimpah dengan kebahagiaan indriya. Dimana istana paling


indah, pakaian paling indah, makanan paling nikmat dan musik paling merdu
semuanya ada disini. Sang atma akan merasakan kebahagiaan yang jauh melebihi
kebahagiaan dalam kehidupan manusia yang kita rasakan di bumi. Kebahagiaan
ini berasal dari kesenangan pikiran dan kesenangan indriya seperti kesenangan
sentuhan, kesenangan makanan, kesenangan pendengaran, kesenangan
penglihatan, serta kesenangan wujud. Di alam-alam suci svarga-loka ini tidak ada
kesulitan atau kesengsaraan.

Orang yang semasa hidupnya banyak melakukan kebaikan-kebaikan, hidup


jujur, tidak menyakiti, banyak mengalah, penuh kerelaan dan tidak mementingkan
diri sendiri, maka disaat kematian mereka akan memasuki alam-alam suci svarga-
loka yang penuh kebahagiaan. Dalam diri orang seperti ini, energi kesadaran dan
energi karma yang ia ciptakan adalah baik, sehingga disaat kematian dia akan
menemukan dirinya memasuki alam-alam yang energinya sesuai dengan energi
kesadaran dan energi karmanya sendiri.

3. Memasuki alam-alam mahasuci yang luhur

Orang yang semasa hidupnya tekun dan bersungguh-sungguh


melaksanakan sadhana tri yadnya, maka demikianlah kecenderungan
kesadarannya pada saat menjelang kematiannya. Dengan kecenderungan
kesadaran yang telah terarah kepada kesadaran atman, ini yang bermanifestasi
menjadi kekuatan langsung dari karmanya pada saat kematian, yang
menyebabkan dia akan dapat memasuki salah satu dari empat alam-alam luhur
mahasuci [mahar loka, jana loka, tapa loka, satya loka], dimana sifat-sifat
kesadaran ini ada dan sesuai.

Dia akan menemukan dirinya bersama para orang-orang suci dari berbagai
jaman atau sebagai mahadewa dan mahadewi, pada alam suci dengan pancaran
cahaya yang luhur dan sangat damai. Sang atma akan merasakan kedamaian yang
luas dan mendalam, yang berpusat pada kesadaran, kejernihan pikiran dan sifat
belas kasih-nya.

Mereka yang terus melaksanakan perbuatan kebaikan-kebaikan kepada


mahluk lain dan mengembangkan sifat-sifat kesadaran luhur, merekalah yang
akan bisa memasuki alam-alam tinggi yang mahasuci. Dalam diri orang seperti ini,
energi kesadaran dan energi karma yang ia ciptakan adalah suci dan luhur,
sehingga disaat kematian dia akan menemukan dirinya memasuki alam-alam yang
energinya sesuai dengan energi kesadaran dan energi karmanya sendiri.

Adanya faktor sebab dan akibat

Mengapa ada perbedaan-perbedaan perjalanan atma seperti ini, tidak lain


karena ini semua adalah hasil dari akumulasi karma dan pengembangan
kesadaran yang dibuat oleh diri kita sendiri semasa kehidupan manusia.
Semuanya ditentukan oleh pilihan perbuatan diri sendiri dan kemudian hasilnya
dialami juga oleh diri sendiri.

Akan tetapi ini semua juga tidak abadi. Ketika kekuatan ayusya karma yang
mendorong sang atma menuju ke suatu alam sudah berakhir, sang atma akan
terlahir kembali [punarbhawa] menurut karma-nya masing-masing. Mereka dari
alam-alam bawah yang sengsara yang akumulasi karma buruknya banyak bisa
terlahir kembali sebagai hewan, atau sebagai manusia yang hidupnya penuh
rintangan, kesulitan dan derita. Mereka dari alam-alam suci svarga-loka yang
penuh kebahagiaan yang akumulasi karma baiknya banyak bisa terlahir kembali
sebagai manusia yang hidupnya banyak kemudahan, keberuntungan dan
kebahagiaan. Dimana siklus samsara atau roda kelahiran-kematian yang
menjemukan ini akan masih akan terus berlangsung tanpa henti.
MOKSHA

Jika ke-aku-an atau ego [ahamkara] dan enam kegelapan pikiran [sad ripu]
lenyap maka segala bentuk kesengsaraan juga lenyap. Jika ke-aku-an dan enam
kegelapan pikiran lenyap maka tindakan-tindakan yang didasari penyebab-
penyebab karma juga lenyap, sehingga kelahiran kembali tidak terjadi lagi. Inilah
tujuan hidup tertinggi semua mahluk.

Moksha atau jivan-mukti adalah tujuan hidup yang tertinggi bagi setiap
manusia. Karena dengan mencapai moksha, kesadaran sang atma menyatu
sempurna dengan kemahasucian semesta sekaligus terbebaskan dari siklus
samsara.

Dalam penjelasan untuk orang kebanyakan, dalam bahasa sederhana agar


mudah dimengerti, tapi langsung masuk ke intisarinya yang terdalam, moksha
adalah puncak kesadaran atman dimana tercapainya samskara atau tiga kondisi
pikiran ini :

1. Upeksha [keseimbangan pikiran yang sempurna].

Ciri pertama kesadaran Atma ditandai dengan kesadaran yang sudah


melampaui segala dualitas pikiran-perasaan. Sehingga apapun yang terjadi dalam
kehidupan selalu disambut dengan senyum damai, kejernihan dan keseimbangan
pikiran yang sempurna.

2. Citta Suddhi [terbebas dari cengkeraman enam kegelapan pikiran].

Ciri kedua kesadaran Atma ditandai dengan terbebasnya kesadaran dari


cengkeraman seluruh kegelapan pikiran [sad ripu], yaitu lenyapnya : matsarya [iri
hati], kroda [marah, benci], kama [hawa nafsu, keinginan], lobha [keserakahan],
mada [kesombongan, kemabukan] dan moha [kebingungan, resah-gelisah].

3. Dayadhvam [mekar sempurnanya hati penuh belas kasih dan kebaikan].

Ciri ketiga kesadaran Atma ditandai dengan mekar sempurna-nya


dayadvham, yaitu hati penuh belas kasih dan kebaikan tanpa syarat yang tidak
terbatas kepada semua mahluk.
Ketiga ciri-ciri ini yang telah muncul dan terangkum sempurna merupakan
pertanda kesadaran atman yang telah utuh. Seorang jivan-mukta atau orang yang
sudah moksha, adalah orang yang secara konstan selalu terserap ke dalam
samadhi, selalu terserap ke dalam atman yang mahasuci. Artinya apapun yang
terjadi dalam kehidupan, siapapun yang dia jumpai, dia selalu tersenyum damai
dalam pikiran yang tenang-seimbang tidak berubah [upeksha] dan bebas dari
enam kegelapan pikiran [citta suddhi]. Serta sikap dan tindakannya selalu
didorong oleh rasa belas kasih dan kebaikan tanpa syarat yang tidak terbatas
kepada semua mahluk [dayadhvam].

Seorang yogi yang mengalami kesadaran sempurna seperti ini, dia akan
mengalami sendiri dan merasakan langsung bukan saja keheningan pikiran yang
luar biasa, tapi juga keheningan alam semesta. Serta melihat segala sesuatu yang
berbeda tetapi secara keseluruhan adalah satu kesatuan. Tidak ada lagi aku dan
kamu. Semuanya satu, manunggal. Dalam istilah Hindu Jawa disebut
"manunggaling kawulo lan gusti" atau sangkan paraning dumadi, dalam istilah
buku-buku suci Hindu disebut menyatunya Atman dengan Brahman.

Inilah tujuan hidup tertinggi semua mahluk, mencapai kesadaran atman


yang sempurna atau moksha. Sehingga kesadaran sang atma menyatu sempurna
dengan kemahasucian semesta sekaligus terbebaskan dari siklus samsara.

JAGADHITA

Sadhana dharma tingkat tinggi umumnya sulit untuk dicapai oleh orang
kebanyakan atau orang biasa kalau tidak didukung oleh alam. Vibrasi alam yang
positif, keseimbangan yang terjaga dan keharmonisan jagat, sangat membantu
proses kedamaian dan kemajuan kesadaran semua mahluk. Itu sebabnya di jalan
Hindu Dharma hal ini sangat penting dilakukan. Kita melaksanakan sad kerti
sebagai kekuatan utama spiritual semesta yang mendukung [membawa vibrasi
positif, damai dan harmonis] yang berguna bagi semua mahluk.

Sadhana dalam dan sadhana luar sebaiknya harus seimbang, mengarah


pada mikrokosmos [bhuana alit] dan makrokosmos [bhuana agung], yaitu kondisi
di dalam pikiran dan kondisi diluar. Dasarnya adalah belas kasih dan kebaikan bagi
semua mahluk. Karena vibrasi alam yang sakral dan harmonis akan mendukung
semua mahluk agar pikirannya menjadi cenderung sejuk, tenang, damai dan tidak
melanggar dharma. Serta menjaga keharmonisan dan keseimbangan alam, karena
disadari atau tidak setiap saat kita memperoleh karunia kehidupan yang
berlimpah dari alam, sudah selayaknya kita menghormati, melayani dan
memberikan kembali kepada alam.

Seringkali karena ketidak-sempurnaan kita sebagai manusia yang belum


sadar, ditambah dengan derasnya masalah-masalah kehidupan, terkadang
perasaan-pikiran negatif dan kesadaran lagi-lagi menyatu, sehingga pengalaman
buruk ini seperti iri hati, marah, benci, sakit hati, ke-tidak-puasan, dsb-nya,
terulang kembali. Namun jangan mudah putus asa. Sabarlah kepada semua
mahluk dan juga sabarlah kepada diri sendiri. Jangan berkecil-hati terhadap
ketidak-sempurnaan diri kita, tapi teruslah berjalan dengan kebesaran jiwa yang
menyegarkan. Karena jika kita menuju arah yang benar, kita semua harus
melanjutkannya. Selama kita mengarahkan pandangan ke jalan dharma, ke arah
terang, itu adalah hal yang terpenting. Manusia maju dengan cara yang berbeda-
beda, sesuai dengan garis karmanya masing-masing. Dan disini tidak ada
pencapaian yang lebih dibandingkan upaya memulai lagi dan lagi secara terus-
menerus tanpa henti.

Selalu terserap ke dalam samadhi, selalu terserap ke dalam atman yang


sempurna dan mahasuci. Kedalam pikiran kita upeksha [tenang-seimbang] dan
citta sudhi [bebas dari sad ripu atau enam kegelapan pikiran], keluar kita penuh
dengan belas kasih dan kebaikan tanpa syarat kepada semua mahluk
[dayadvham]. Inilah kebahagiaan rahasia. Dimana kehidupan tidak punya wajah
lain selain keindahan sempurna.

Mereka yang lama terserap ke dalam samadhi, suatu saat akan mengalami
pengalaman kebersatuan kosmik. Dalam bahasa sederhananya bisa melihat
dirinya di mana-mana, di pohon, binatang, mineral, manusia, dsb-nya. Sampai
disini ia akan menjadi berhenti total menyakiti, serta sangat haus melaksanakan
belas kasih dan kebaikan. Karena ketika menyakiti mahluk lain sesungguhnya
sedang menyakiti diri sendiri, saat menyayangi mahluk lain sesungguhnya sedang
menyayangi diri sendiri. Dalam pengalaman kebersatuan kosmik, seluruh alam
semesta tidak lain adalah dirimu sendiri.
Alam semesta ini adalah satu-satunya rumah bersama bagi kita semua
mahluk hidup. Kalau rumah kita ini terganggu, maka dampaknya juga akan
mengganggu kehidupan semua mahluk hidup. Sebaliknya kalau kita semua bisa
bersatu-padu berkarma baik menjaga keseimbangan-keharmonisan semua
mahluk dan alam semesta baik secara sekala maupun secara niskala, secara
spiritual hal ini luar biasa terangnya. Bukan saja alam semesta yang dinyalakan
terang vibrasi kosmik-nya, tapi juga memberi penerangan, kedamaian,
kebahagiaan hidup dan kemajuan spiritual yang berguna bagi semua mahluk.

Om shanti shanti shanti Om !


RUMAH DHARMA - HINDU INDONESIA

Kumpulan e-book lengkap dari Rumah Dharma - Hindu Indonesia bisa di-
download secara gratis tanpa dipungut biaya apapun di :

tattwahindudharma.blogspot.com

Halaman facebook Rumah Dharma - Hindu Indonesia :

facebook.com/rumahdharma
DHARMA DANA
Rumah Dharma - Hindu Indonesia

Rumah Dharma - Hindu Indonesia telah dan akan terus melakukan


penerbitan buku-buku dharma berkualitas, baik berupa e-book maupun buku
cetak, untuk dibagi-bagikan secara gratis tanpa dipungut biaya apapun.

Untuk melakukan penyebaran buku-buku dharma berkualitas, Rumah


Dharma - Hindu Indonesia memerlukan bantuan para donatur, yang sadar akan
pentingnya melakukan pembinaan kesadaran masyarakat. Semakin banyak
dharma dana yang terkumpul maka semakin banyak juga buku-buku dharma yang
dapat diterbitkan dan disebarluaskan.

Ada empat cara memanfaatkan kekayaan sebagai ladang kebaikan yang


bernilai sangat utama, salah satunya adalah ber-dharma dana untuk penyebaran
ajaran dharma. Karena ini bukan saja sebuah kebaikan mulia dengan karma baik
berlimpah, tetapi juga adalah sebuah sadhana nirjara, sadhana penghapusan
karma buruk.

Karma baik dari mendonasikan dharma dana bagi penyebarluasan ajaran


dharma adalah :

1. Donatur akan mendapatkan penghapusan berbagai karma buruk.


2. Dalam setiap reinkarnasi kelahirannya donatur akan berjodoh dengan ajaran
dharma yang suci dan terang.
3. Donatur akan mendapatkan perlindungan dharma, tidak mudah terseret
dendam kebencian, pikirannya lebih mudah tenang, serta menjadi lebih bijaksana.
4. Jika dampak penyebarannya mencerahkan masyarakat luas, donatur akan
mendapatkan perlindungan dari para Dewa-Dewi.

Transfer Dharma Dana anda ke rekening :

Bank BNI Kantor Cabang Denpasar


No Rekening : 0340505797
Atas Nama : I Nyoman Agus Kurniawan

Astungkara berkat karma baik ini para donatur mendapat kerahayuan.


TENTANG PENULIS

I Nyoman Kurniawan lahir pada tanggal 29 January


1976. Mendapatkan garis spiritualnya dari
kakeknya, Pan Siki, seorang balian usadha dari Br.
Tegallinggah Kota Denpasar.

Pada tahun 2002, memulai perjalanan spiritualnya


dengan belajar meditasi.

Pada tahun 2007 mulai memberikan komitmen


menyeluruh kepada spiritualisme dharma. Di tahun
yang sama belajar dengan Guru dharma-nya yang
pertama, serta memulai melakukan tirthayatra dan
penjelajahan ke berbagai pura pathirtan kuno,
sebagai bagian dari arahan gurunya, sekaligus juga
panggilan spiritualnya sendiri.

Pada tahun 2009 mulai belajar dengan Guru dharma-nya yang kedua, mendalami
kekayaan spiritual Hindu Bali, mendalami ajaran Tantra, menjalin pertemanan
dengan banyak Guru dan praktisi spiritual, serta tetap meneruskan melakukan
tirthayatra dan penjelajahan ke berbagai pura pathirtan kuno.

Pada tahun 2010 mulai melakukan pelayanan dharma untuk umum di halaman fb
rumah dharma, serta mulai memberikan tuntunan dan berbagi ajaran kepada
adik-adik dharmanya. Di tahun yang sama juga mulai menulis buku. Inspirasi
dharma yang didapatnya dari perjalanan ke berbagai pura pathirtan kuno,
dikombinasikan dengan ajaran dari para Guru-nya, dari praktek meditasi,
membaca puluhan buku-buku suci, serta diskusi-diskusi panjang dengan banyak
praktisi spiritual, kemudian ditulisnya menjadi berbagai buku.

Pada tahun 2015 mulai belajar dengan Guru dharma-nya yang ketiga, serta tetap
meneruskan melakukan pelayanan dharma untuk umum.

Anda mungkin juga menyukai