Anda di halaman 1dari 13

AGAMA BUDDHA

HUKUM KARMA

DISUSUN OLEH HESTI MARGARETHA GAUTAMI NIM : 04101004001

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2010

KATA PENGANTAR
Namo Buddhaya, Puji dan syukur penyusun haturkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia dan anugerah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini merupakan tugas mata kuliah Agama Buddha. Penyusun mengharapkan agar penyusunan tugas ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua orang. Selain itu, penyusun juga mengharapkan agar memperoleh nilai yang baik dalam tugas ini, khususnya untuk mata kuliah Agama Buddha. Ucapan terima kasih disampaikan penysun kepada dosen pengasuh yang telah memberikan banyak pengarahan kepada kami, teman, dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan tugas ini. Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam penyusunan tugas ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan. Sabbe Satta Bhavantu Sukhittata. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, Sadhu, Sadhu.

Palembang, September 2010 Dosen Pengasuh, Hormat Saya,

Drs. Darwis Hidayat, MM

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i Daftar Isi........................................................................................................... ii A. Berita........................................................................................................... 1 B. Pendahuluan................................................................................................ 2 C. Pembahasan................................................................................................ 3 Proses Bekerjanya Karma........................................................................... 4 Syarat-syarat yang bisa disebut Karma....................................................... 6 Pembagian Karma....................................................................................... 7 D. Kesimpulan................................................................................................. 9 Daftar Pustaka................................................................................................... 10

ii

HUKUM KARMA
A. Berita Sriwijaya Post Kamis, 9 September 2010

B. Pendahuluan Berita pada Koran Sriwijaya Post, Kamis, 9 September 2010 mengenai Intel Kodam yang tewas terjepit pohon dan mobil merupakan salah satu berita yang berhubungan dengan hukum karma. Pada berita tersebut, sangat jelas terlihat bahwa setiap makhluk hidup memiliki karmanya sendiri, mewarisi karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, berhubungan dengan karmanya sendiri dan terlindung oleh karmanya sendiri. Mengapa demikian? Pada berita tersebut, Serda Edy (21), anggota Inteldam Kodam Palembang tewas setelah mobil yang ditumpangi menabrak pohon. Korban bersama David Iskandar (21), warga jalan Kapten Arivai Lorong Swadaya Asrama Den Intel Palembang dan Abdi (22), warga kelurahan Timbangan Kecamatan Inderalaya sedang berada di dalam mobil Suzuki Carry pick up BG 9246 AC. Mobil yang mereka tumpangi menabrak pohon di Jalinsum InderalayaPrabumulih tepatnya di Km 35 Desa Permata Biru Inderalaya Utara, Selasa, 7 September 2010 pada pukul 20.40. Mobil tersebut melaju dari arah Prabumulih menuju masuk Inderalaya Kota, dikemudikan oleh David. Korban duduk di tengah diapit Abdi dan David, ketika melaju di tempat kejadian berusaha menghindari tabrakan dengan mobil berlawanan arah sehingga sopir banting setir ke kiri. Akibatnya mobil keluar jalur dan masuk ke semaksemak di pinggir jalan dan tepat di depannya ada pohon besar sehingga menabrak pohon bagian tengah mobil. Kaca mobil pecah berantakan dan bagian depan mobil melesak ke dalam. Korban Edy tewas di TKP setelah mengalami luka benturan di kepala dan kedua tangannya patah. Ia sempat terjepit ringsekan bodi mobil dan pohon. Sedangkan, Abdi dan David hanya mengalami luka ringan akibat pecahan kaca. Polisi pun langsung, melakukan evakuasi setelah mendapatkan laporan dari warga sekitar.

C. Pembahasan Sang Buddha bersabda : "Sesuai dengan benih yang ditanam, itulah buah yang akan Anda peroleh. Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan. Pelaku keburukan, memperoleh keburukan. Jika Anda menanamkan benih yang baik, maka Anda menikmati buah yang baik." (Samyutta Nikaya I, 227). Ketika seseorang sedang bahagia dan bersuka cita, dia cenderung menilai hidup ini menyenangkan. Tetapi jika seseorang sedang menderita, maka dia akan menilai hidup ini sangat sulit, sehingga dia akan mulai mencari alasan dan cara untuk menanggulangi kesulitan tersebut. Kita cenderung bertanya, kenapa ada yang dilahirkan miskin dan menderita, sedangkan yang lainnya dilahirkan dalam berbagai keberuntungan. Kita merasa tidak mampu untuk bisa hidup sebagaimana yang diidamkan, yaitu mengalami hidup yang selalu bahagia. Sebagian orang percaya bahwa ini karena nasib, kesempatan, atau suatu kekuasaan yang tidak kelihatan diluar pengendalian kita. Akibatnya kita cenderung menjadi bingung dan putus asa. Bagaimanapun Sang Buddha mampu menjelaskan kenapa ada orang yang dilahirkan berbeda keadaannya, dan kenapa sebagian orang lebih beruntung dalam menjalani kehidupan dari yang lainnya. Sang Buddha mengajarkan, bahwa suatu kondisi yang terjadi sekarang apakah bahagia atau menderita adalah merupakan hasil akumulasi perbuatan yang dilakukan sebelumnya atau disebut karma. Sang Buddha mengatakan bahwa semua makhluk hidup mempunyai karma mereka sendiri, pelindung warisan mereka, sebab rendah atau tinggi. Karma berasal dari kata Sanskerta (Pali; kamma) yang berarti tindakan, pekerjaan atau perbuatan. Setiap perbuatan, ucapan atau pikiran yang dilakukan dengan suatu tujuan atau niat dapat disebut karma. Karma berarti suatu kehendak awal mereka, kerabat mereka,

mereka. Karmalah yang membedakan setiap makhluk hidup itu dalam keadaan

atau niat (cetana) yang baik (kusala) dan buruk (akusala). Setiap tindakan yang kita lakukan apabila berdasarkan suatu niat maka akan menciptakan karma. Sang Buddha bersabda :"Aku nyatakan, O para Bhikkhu, bahwa niat (cetana) itulah Kamma, dengan niat seseorang bertindak melalui badan jasmani, ucapan dan pikiran." (Anguttara Nikaya III ,I-117). Dengan kata lain, Karma merupakan suatu hukum moral sebab-akibat, suatu hukum alam dimana menjelaskan bahwa setiap tindakan akan membuahkan hasil tindakan tertentu atau buah karma (karma vipaka) . Sehingga apabila seseorang melakukan perbuatan mulia seperti memberikan sumbangan kepada suatu yayasan kemanusiaan, maka dia akan merasakan kebahagiaan. Sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu perbuatan yang tercela, misalnya membunuh makhluk hidup, maka dia akanmerasakan penderitaan. Sehingga dapat disimpulkan, akibat dari perbuatan karma sebelumnya menentukan keberadaan orang tersebut pada kehidupan saat ini. Karma dapat dikategorikan menurut matangnya, yaitu karma yang matang pada kehidupan ini, karma yang matang pada kehidupan berikutnya dan karma yang matang pada beberapa kehidupan yang akan datang. Sang Buddha bersabda : "Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatan jahatnya telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk. Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang buruk selama buah perbuatan bajiknya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang baik." (Dhammapada, 119-120 ). Proses Bekerjanya Karma Memang proses bekerjanya karma tidak dapat kita amati atau dibuktikan secara ilmiah, namun prinsip bahwa kita akan menuai sesuai dengan apa yang kita tanam itulah yang penting untuk kita renungkan. Proses bekerjanya karma hanyalah dapat dipahami sepenuhnya oleh seorang Buddha atau Yang Telah Tercerahkan.

Untuk mengetahui karma dari kelahiran kita sebelumnya, maka renungkanlah berbagai kejadian baik berupa penderitaan (dukkha) ataupun kebahagiaan (sukkha) yang menimpa kita dalam kehidupan saat ini. Sehingga kita tidak tersudut ke dalam suatu kondisi dimana kita harus mencela orang lain sewaktu menderita ataupun terlalu menjunjung orang lain sewaktu kita berbahagia. Karma yang berbuah dalam kehidupan ini apakah menghasilkan kebahagiaan ataupun penderitaan haruslah kita syukuri sebagai makin berkurangnya timbunan karma kita sehingga makin terbukalah peluang untuk kita keluar dari arus kelahiran dan kematian. Namun demikian kitapun tidak perlu terjebak pada sikap pesimistik dengan menyalahkan kehidupan sebelumnya yang menciptakan karma buruk pada kehidupan saat ini karena Buddhisme tidak mengajarkan fatalisme yaitu suatu sikap yang menyalahkan segala sesuatu kejadian sebagai kodrat, takdir ataupun nasib. Buddhisme mengajarkan suatu tuntunan buat kita untuk melihat kehidupan saat ini sebagai alam kehidupan yang memungkinkan manusia untuk berlatih diri keluar dari lingkaran kehidupan dan kematian. Untuk memahami kondisi bekerjanya karma sebagai suatu Hukum Sebab Akibat, kita dapat memulainya dengan mengenali adanya hukum yang bekerja di alam semesta ini. Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Dighanikaya Atthakatha II-432, dapat ditemui adanya Lima Hukum Alam (Pancaniyama Dhamma), yaitu: 1. Rtu Niyama (Utu Niyama), yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan suhu, contohnya gejala timbulnya angin dan hujan, bergantinya musim, perubahan iklim, sifat panas, dan sebagainya. 2. Bija Niyama, yaitu hukum sebab-akibat mengenai biji-bijian, contohnya sesawi berasal dari biji sesawi, gula berasal dari tebu, dan sebagainya. 3. Karma Niyama (Kamma Niyama), yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan perbuatan, contohnya perbuatan baik akan menghasilkan akibat baik, dan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat buruk. 4. Citta Niyama, yaitu hukum sebab-akibat yang berkiatan dengan hasil pikiran, misalnya proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat kesadaran, kekuatan batin, telepati, kemampuan membaca pikiran orang lain, kemampuan mengingat hal-hal yang telah terjadi, dan sebagainya.

5. Dharma Niyama (Dhamma Niyama), yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan gravitasi, berupa gejala alam yang menandai akan terlahirnya atau meninggalnya seorang Bodhisattva ataupun seorang Buddha. Hukum Karma (Kamma Niyama) merupakan salah satu dari Hukum Alam tersebut di atas yang terjadi karena prinsip Hukum Sebab dan Akibat, dimana setiap suka ataupun duka pasti ada penyebabnya. Tiada sebab maka tiada akibat. Segala penderitaan akan dapat dihindari apabila dapat diketahui sebabnya. Penyebab tunggal dari segala bentuk penderitaan adalah kemelekatan terhadap nafsu keinginan duniawi. Syarat-syarat yang bisa disebut Karma Oleh karena adanya badan (kaya), kemudian tercetuslah Cetana dalam perbuatan badan itu, maka timbullah kebahagiaan atau kesengsaraan. Oleh karena adanya pengucapan (vaci), kemudian tercetuslah Cetana dalam perbuatan badan itu, maka timbullah kebahagiaan atau kesengsaraan. Oleh karena adanya pikiran (mano), kemudian tercetuslah Cetana dalam perbuatan badan itu, maka timbullah kebahagiaan atau kesengsaraan. Oleh karena Avijja, orang didorong oleh perasaan melakukan sebuah bentuk kamma melalui perbuatan badan, ucapan dan pikiran, yang menimbulkan kebahagiaan maupun kesengsaraan dirinya sendiri atau yang dipengaruhi oleh orang lain yang melakukan hal itu. Maka itu, Cetana yang tercetus dalam perbuatan badan, ucapan dan pikiran itulah yang disebut kamma dan yang merupakan pula benih untuk bertumimballahir. Jadi, suatu perbuatan dapat disebut Kamma bila terjadinya karena adanya Cetana dan dilaksanakan dengan kesadaran atau dengan sengaja.

Pembagian Karma Menurut jangka waktunya (Pakakala Catuka) : 1. Karma yang berlaku segera/ dalam kehidupan sekarang ini (ditthadhammavedaniya kamma) 2. Karma yang berlaku sesudahnya (upapajjavedaniya kamma) 3. Karma yang berlaku untuk jangka waktu tidak terbatas ( aparapariyavedaniya kamma) 4. Karma yang kadaluarsa (ahosi kamma) Pada berita tersebut, termasuk dalam karma yang berlaku dalam kehidupan sesudahnya (upapajjavedaniya kamma). Korban Edy tersebut tewas terjepit pohon dan mobil mungkin akibat dari perbuatan masa lalunya yang berakibat atau membuahkan hasil pada kehidupannya sekarang ini. Mungkin pada masa lalunya, korban sering melakukan pemotongan hewan dan tidak pernah melepaskan makhluk hidup sehingga pada kehidupannya yang sekarang ia tewas dalam usia yang masih muda. Berbeda dengan kedua orang temannya yang hanya mengalami luka ringan akibat pecahan kaca. Menurut sifat bekerjanya (Kicca Catuka) : 1. Karma penghasil (janaka kamma) 2. Karma penunjang (upatthambaka kamma) 3. Karma pelemah (upapilaka kamma) 4. Karma penghancur (upaghataka kamma) Pada berita tersebut, termasuk dalam karma penghancur ( upaghataka kamma), bagian Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa Nama yang menjadi Kusala Vipaka. Alat-alat tubuh manusia, semuanya termasuk Kusala Vipaka. Dengan alat-alat tubuh inilah sewaktu melihat, mendengar, mencium, merasakan dan menyentuh sesuatu yang baik, disebut juga Kusala Vipaka. Tetapi, sewaktu orang itu mengalami kecelakaan, seperti tergilas mobil, jatuh dari tempat tinggi, yang menyebabkan mata buta,

telinga tuli, dll. Jika orang tersebut meninggal akibat kecelakaan inilah yang disebut Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa Nama yang menjadi Kusala Vipaka. Menurut sifat hasilnya (Pakadanapariyaya Catuka) : 1. Karma yang berat (garuka kamma) 2. Karma menjelang kematian (asanna kamma) 3. Karma kebiasaan (acinna kamma) 4. Karma yang bertimbun (katatta kamma) Pada berita tersebut, tidak dapat diketahui dalam golongan apa, karena kita tidak mengetahui apa saja karma baik dan karma buruk yang telah dilakukan korban pada masa lalu dan pada masa sekarang. Jenis karma ini tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan menjadi satu kesatuan. Oleh karena itu, segala sesuatunya belum tentu disebabkan oleh satu jenis karma, tetapi semuanya saling berhubungan. Menurut kedudukannya (Pakatthana Catuka) : 1. Akusala Kamma (perbuatan jahat) 2. Kusala Kamma (perbuatan buruk) Pada berita tersebut, kemungkinan pada masa lalu korban melakukan perbuatan jahat (Akusala Kamma) melalui perbuatan jasmani (Kaya Kamma), seperti pembunuhan, sehingga pada kehidupannya yang sekarang ia harus tewas karena terjepit pohon dan mobil. Berbeda dengan kedua temannya, yang hanya mengalami luka ringan. Mungkin mereka berdua sering melakukan perbuatan baik (Kusala Kamma) pada kehidupan yang lalu maupun pada masa sekarang, sehingga mereka terhindar dari kecelakaan tersebut.

D. Kesimpulan

Karma berasal dari kata Sanskerta (Pali; kamma) yang berarti tindakan, pekerjaan atau perbuatan. Setiap perbuatan, ucapan atau pikiran yang dilakukan dengan suatu tujuan atau niat dapat disebut karma. Karma berarti suatu kehendak atau niat (cetana) yang baik (kusala) dan buruk (akusala). Setiap tindakan yang kita lakukan apabila berdasarkan suatu niat maka akan menciptakan karma. Setiap makhluk hidup memiliki karmanya sendiri (kammasaka), mewarisi karmanya sendiri (kammadayada), lahir dari karmanya sendiri (kammayoni), berhubungan dengan karmanya sendiri (kammabandhu) dan terlindung oleh karmanya sendiri (kammapatisarana). Untuk memahami kehidupan yang lalu, lihat saja apa yang didapat pada kehidupan sekarang. Untuk mendapatkan gambaran kehidupan yang akan datang, periksalah semua perbuatan masa sekarang. Karma trerdiri dari beberapa jenis. Jenis-jenis karma ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu, segala sesuatunya belum tentu disebabkan oleh satu jenis karma, tetapi berhubungan dengan karma yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
9

http://artikelbuddhis.blogspot.com/2010/07/hukum-karma-oleh-yang-mulia bhikkhu.html Yayasan Buddhakirti. 2006. Kumpulan Naskah Dharma. Palembang. Yayasan Penerbit Karaniya dan Ehipassiko Foundation. 2005. Jadilah Pelita Ajaran Universal Buddha. Jakarta. CV Nitra Kencana Buana. 2004. Pendidikan Agama Buddha Tingkat Menengah. Jakarta. Buku The Buddha Speaks of: The Cause And Effect Sutra Penerbit Svarnadipa Sriwijaya. 2006. Paritta (Buku Tuntunan Puja Bhakti) . Palembang.

10

Anda mungkin juga menyukai