Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Pertama seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Takwa
adalah “jalan terang” menuju ke hadirat-Nya, sehingga kita akan

‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ أَ َم َرنا َ أَ ْن نُصْ لِ َح َم ِع ْي َشتَنَا ِلنَي ِْل‬ menemukan nilai-nilai kebajikan dan kemuliaan sejati, baik di dunia
maupun di akhirat kelak.
‫ت ِف ْي ِعبَا َدتِ ِه‬ ِ ‫اجبَا‬ ِ ‫ َونَقُ ْو َم بِ ْال َو‬،‫ضا َوال َّس َعا َد ِة‬ َ ‫ال ِّر‬ Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
،ُ‫ك لَه‬ َ ‫َوتَ ْق َواهُ أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬ Manusia adalah makhluk unik dan istimewa. Berbeda dengan
makhluk-makhluk lainnya, manusia dianugerahi unsur-unsur
‫ اَللَّهُ َّم‬.ُ‫ي بَ ْع َده‬ َّ ِ‫َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ اَل نَب‬ immaterial yang lengkap, yaitu: ruh, akal, hati, dan nafs (syahwat
dan ghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut jiwa
‫ف اأْل َ ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِي َْن َو َعلَى‬ ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى أَ ْش َر‬ َ (soul). Dari komponen immaterial ini, manusia hakikatnya adalah

‫ فَيَا ِعبَا َد هللا‬:‫ أَ ّما بَ ْع ُد‬،‫صحْ بِ ِه أَجْ َم ِعي َْن‬


sebagai makhluk spiritual. Masing-masing unsur tersebut memiliki
َ ‫آلِ ِه َو‬ fungsi yang berbeda. 

‫ فَقَ ْد فَا َز‬،ِ‫ص ْينِي نَ ْف ِسي َوإِيَّا ُك ْم ِبتَ ْق َوى هللا‬ ِ ‫اُ ْو‬
Ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat)
dan lebih dekat dengan Allah. Akal berfungsi untuk berfikir,

ِ‫ ِبس ِْم هللا‬،‫ قَا َل هللاُ تَ َعالَى ِف ْي ِكتَابِ ِه ْال َك ِريْم‬.‫ْال ُمتَّقُ ْو َن‬ mengingat, menghitung, dan berlogika. Hati berfungsi untuk
meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang
‫ق‬َّ ‫ يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح‬.‫َّحي ِْم‬ ِ ‫الرَّحْ َم ِن الر‬ berhubungan dengan rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa
yang berpotensi pada kesenangan dan kemarahan (nafs al-
‫تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُم ْوتُ َّن إِالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ ammarah). 
Bagi yang mampu mengendalikan “jiwa tirani” (al-nafs al-
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ammarah) dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, maka ia
Pertama kali, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt akan menjadi pribadi yang utuh. Sebaliknya, jika seseorang
yang telah menganugerahkan nikmat iman dan Islam serta kesehatan dikendalikan oleh jiwa tirani dengan memenuhi kesenangan-
sehingga kita dapat menghadiri sidang Jumat yang penuh berkah kesenangan dasar (pleasure principle), maka ia akan menjadi pribadi
ini.  yang pincang. Sebagai makhluk spiritual, manusia seharusnya
Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita mampu membersihkan hatinya dengan melakukan latihan-latihan
Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan kebaikan untuk melawan kecenderungan nafsu rendah yang
orang-orang beriman hingga akhir zaman.  menyukai dosa dan kemaksiatan.
Mengawali khutbah Jumat kali ini, khatib mengingatkan kita semua, Sidang Jumat yang dirahmati Allah
khususnya diri khatib sendiri, agar senantiasa meningkatkan takwa Di dalam jiwa manusia, sesungguhnya ada unsur energi negatif yang
kepada Allah Swt dengan sebenar-benar takwa. Yaitu, menjalankan dapat menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu
“penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang menimbulkan sifat Artinya: ”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya
sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah hasud itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan
menuturkan bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, dimana kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud). 
sifat hati tersebut selalu muncul dari zaman ke zaman. 
Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat
penyebab dari sifat-sifat tercela lainnya, yaitu: hasad (iri hati), riya membahayakan manusia. Allah menyuruh kita untuk meminta
(pamer), dan ujub (angkuh, sombong atau berbangga diri). perlindungan Allah darinya: “Dan dari kejahatan orang yang
Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dengki apabila dia dengki” (Q.S. Al-Falaq: 5) 
dahsyat adalah “hasad” atau dengki. Hasad adalah klaster problem Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat
jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri, secara kasat mata. Namun keberadaannya justru memiliki pengaruh
lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban itu sendiri. Betapa dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang lebih ganas
banyak perkelahian, percekcokan, dan peperangan fisik dengan dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski hasad
saling membunuh dan meniadakan, diakibatkan oleh munculnya tidak terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan
sikap dengki.   tatanan sosial sangat nyata.
Menurut Asy-Sya’rawi, penyakit jiwa bernama “hasad” benar-benar Secara psikologi, hasad memiliki dampak, diantaranya:
nyata. Al-Qur’an sendiri dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam 1. Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang
Alquran disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab terhadap diberikan oleh Allah (kufur nikmat).  
Rasulullah Saw. 2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang
disebabkan munculnya rasa tidak nyaman atas kebahagiaan

‫اس َع ٰلى َمٓا ٰا ٰتىهُ ُم هّٰللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ٖ ۚه‬


َ َّ‫اَ ْم يَحْ ُس ُد ْو َن الن‬
orang lain. 
2. Munculnya ghibah, fitnah dan sebagainya yang dapat
menimbulkan perpecahan dalam keluarga dan ikatan
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena
persaudaraan sesama.
karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? (QS: an-Nisa: 54)
3. Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat
menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang tak terbatas.
Demikian juga Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun
Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair
menghindari penyakit hati ini:
bin al-Awwam ra dari Nabi Saw, beliau bersabda:
ْ‫ت َك َما تَا‬
ِ ‫اِيا َّ ُكم َوال َح َس َد فَاِ َّن ْال َح َس َد يَاْ ُك ُل ْال َح َسنَا‬
‫ب‬َ ‫ط‬َ ‫ُك ُل النَّا ُر ال َح‬ ، ‫ضا ُء‬ َ ‫ اَ ْل َح َس ُد َو ْالبَ ْغ‬:‫َدبَّ إِلَ ْي ُك ْم َدا ُء اأْل ُ َم ِم قَ ْبلَ ُك ْم‬
ُ‫ َحالِقَةُ ال ِّدي ِْن الَ َحالِقَة‬، ُ‫ضا ُء ِه َي ْال َحالِقَة‬ َ ‫َو ْالبَ ْغ‬
‫ َوالَّ ِذيْ نَ ْفسُ ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه الَ تُ ْؤ ِمنُ ْوا َحتَّى‬،‫ْر‬ ِ ‫ال َّشع‬
tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan
hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci
‫ أَفَالَ أُنَبِّئُ ُك ْم بِ َش ْي ٍء إِ َذا فَ َع ْلتُ ُم ْوهُ تَ َحابَ ْبتُ ْم؟‬،‫تَ َحاب ُّْوا‬ jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya
menentang qadha’ dan qadar Allah”. (Al-Fawa’id, hal. 157).
‫أَ ْف ُشوا ال َّسالَ َم بَ ْينَ ُك ْم‬ Dampak hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu
Dawud tersebut menyebutkan bahwa hasad bisa menghancurkan
seluruh catatan amal saleh. Hasad pun bisa menimbulkan kebencian,
Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu
dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki. Pada
bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada saat yang sama ia pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan
di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. orang itu.
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab ia tidak pernah puas
maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian. dengan nikmat yang telah Allah karuniakan. Pikiran dan hatinya
(HR. Tirmizi) 
menjadi tumpul karena selalu memikirkan dan cemburu atas
Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak akan mendoronya
kepada orang lain. Hasad adalah sikap batin yang tidak senang untuk berbuat apapun dengan menghilangkan kenikmatan orang
terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk lain, termasuk mencuri, memfitnah, bahkan membunuhnya. Dampak
menghilangkannya dari orang tersebut. Menurutnya, hasad adalah terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan tumbuh
cabang dari syukh, yaitu sikap batin yang bakhil untuk berbuat baik.  suburnya kebencian. 
Dikisahkan, ada seorang raja memerintah di suatu negeri. Pada suatu
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah hari seseorang datang ke istananya dan menasehati Raja, “Balaslah
Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang orang yang berbuat baik karena kebaikan yang ia lakukan kepada
lain dan menghendaki nikmat tersebut berpindah kepada dirinya. Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat dengki pada
Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat yang diberikan Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan
Allah kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi nikmat yang dirinya.” Maksud orang itu, hendaknya kita membalas kebaikan
dianggap lebih besar. Hasad pun bisa timbul bila seseorang orang yang berbuat baik pada kita, namun kita jangan membalas
menganggap dirinya lebih berhak mendapatkan nikmat dibanding orang yang berbuat dengki dengan kedengkian lagi. Cukup kita
orang lain. biarkan saja.
Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang
atas qadha’ dan qadar Allah, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim memberi nasehat pergi, ia menghadap raja dan berkata, “Tadi orang
ra: “Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda bau. Jika Baginda tak
menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup
nikmat Allah atas hamba-Nya; padahal Allah menginginkan nikmat mulutnya, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka.”
Raja tersinggung dan berjanji akan memanggil si pemberi nasehat hidup. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa semakin banyak
esok hari. kita bersyukur kepada-Nya, justru Allah akan menambah
Sebelum orang itu dipanggil, si pendengki menghampirinya terlebih kenikmatan hingga tak terbatas.
dahulu dan mengundangnya untuk makan bersama. Si pendengki
memberi orang itu banyak bawang dan makanan yang berbau tajam,
sehingga mulut si penasehat menjadi bau. Keesokan harinya ia
‫رْ تُ ْم‬žَ‫ ْن َكف‬žِ‫ َدنَّ ُك ْم َولَ ِٕٕى‬ž‫ َكرْ تُ ْم اَل َ ِز ْي‬ž‫ ْن َش‬žِ‫ا َ َّذ َن َربُّ ُك ْم لَ ِٕٕى‬žَ‫َواِ ْذ ت‬
dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja    ‫د‬ ٌ ‫اِ َّن َع َذابِ ْي لَ َش ِد ْي‬
lalu berkata, “Kemarilah engkau mendekat.” Orang yang telah
memakan banyak bawang itu lalu mendekati Raja dan menutupi Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika
mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
mengganggu sang Raja. tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku
Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan sangat berat.” (QS: Ibrahim: 7)
bahwa orang ini sedang bermaksud untuk menghina dirinya. Sang
Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang itu.
“Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap Raja,
‫ َونَفَ َعنِي‬،‫آن ْال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِى َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬ َ ‫بَا َر‬
“Niscaya ia akan memberimu hadiah.”
Sebetulnya surat yang ditulis Raja ini bukanlah surat utuk pemberian
‫ إِنَّهُ هُ َو‬.‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ ِ َ ‫َوإِيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِم َن اآْل يا‬
hadiah. Raja sangat tersinggung, karena itu ia menulis dalam surat ‫َّح ْي ُم‬
ِ ‫ف الر‬ ُ ‫ْالبَرُّ التَّ َّوابُ ال َّر ُؤ ْو‬
itu, “Hai menteriku, jika engkau bertemu dengan orang yang
membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah Khutbah Kedua
kepala orang ini ke hadapanku.”
Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia
bertemu dengan si pendengki. “Apa yang dilakukan baginda ‫الحمد هللِ َعل َى إِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ َعل َى تَ ْوفِ ْيقِ ِه‬
kepadamu?” Pendengki ingin tahu. “Raja menjanjikanku hadiah dari
salah seorang menterinya,” ujar si pemberi nasehat seraya
َ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ ال‬.‫َواِ ْمتِنَانِ ِه‬
memperlihatkan surat dari Raja. “Kalau begitu biar aku yang ُ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬ َّ ‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد‬
َ ‫َش ِر ْي‬
membawanya,” kata si pendengki. Akhirnya, orang yang pendengki
itulah yang celaka dan mendapat hukuman mati.  ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اللهُ َّم‬.‫ال َّدا ِعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‬
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang
betul-betul musuh orang-orang beriman, dan salah satu obat yang :‫ أَ َّما بَ ْع ُد‬.‫ِو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا‬
‫فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا هللاَ فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْنتَه ُْوا َع َّما نَهَى‬
dapat menetralisirnya adalah memperbanyak syukur atas nikmat
yang kita peroleh, sekecil apapun, untuk menjaga keseimbangan
‫َوا ْعلَ ُم ْوا أَ َّن هللاَ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر بَ َدأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَّى‬ ‫ان ْال ُم ْسلِ ِمي َْن عآ َّمةً يَا‬ ‫صةً َو َسائِ ِر ْالب ُْل َد ِ‬ ‫اِ ْن ُدونِي ِْسيَّا خآ َّ‬
‫بِ َمآل ئِ َكتِ ِه ِبقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى إِ َّن هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ‬ ‫َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِ ْي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِ ْي‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه‬ ‫صلُّ ْو َن َعل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا َ‬ ‫يُ َ‬ ‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫ْا ِ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ‫َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما اللهُ َّم َ‬ ‫إن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن ْال َخ ِ‬
‫اس ِري َْن‬ ‫َو ْ‬
‫ك َو َمآلئِ َك ِة‬ ‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫آل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِ َ‬ ‫ِ‬ ‫ان َوإِيْتآ ِء ِذي‬ ‫ِعبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُر ِباْل َع ْد ِل َو ْا ِإلحْ َس ِ‬
‫َّاش ِدي َْن أَبِى‬ ‫ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬ ‫ْال ُمقَ َّربِي َْن َوارْ َ‬ ‫ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي‬
‫ص َحابَ ِة‬ ‫بَ ْك ٍر َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِ ّى َو َع ْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬ ‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‬
‫ان اِلَى يَ ْو ِم‬ ‫َوالتَّابِ ِعي َْن َوتَابِ ِعي التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم ِباِحْ َس ٍ‬ ‫َوا ْش ُكر ُْوهُ َعل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَر‬
‫ك يَا أَرْ َح َم‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬
‫َّاح ِمي َْن اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت‬ ‫الر ِ‬
‫ت‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ك‬‫اللهُ َّم أَ ِع َّز ْا ِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ك ْال ُم َوحِّ ِدين َوا ْنصُرْ َم ْن‬ ‫َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو َد ِّمرْ‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬ ‫نَ َ‬
‫ك إِلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم‬ ‫أَ ْع َدا َء ال ِّدي ِْن َواَ ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َح َن َوس ُْو َء‬
‫ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َح َن َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َع ْن بَلَ ِدنَا‬

Anda mungkin juga menyukai