Anda di halaman 1dari 4

Enam Hal yang Dapat Merusak Hati Manusia

Menurut Imam Hasan Al-Bashri


‫صلَ َح ْال َج َس ُد‬ َ ‫ت‬ ْ ‫صلَ َح‬ َ ‫َأالَ َوِإ َّن فِ ْي ْال َج َس ِد ُمضْ َغةً ِإ َذا‬
ُ‫ت فَ َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّهُ َأالَ َو ِه َي ْالقَ ْلب‬
ْ ‫ُكلُّهُ َوِإ َذا فَ َس َد‬
‫ َوبِفَضْ لِ ِه‬،‫ات‬ ُ ‫ْال َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ بِنِ ْع َمتِ ِه تَتِ ُّم الصَّالِ َح‬ “Ingatlah bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia

‫ق‬ ُ َّ‫ َوبِتَ ْوفِ ْيقِ ِه تَتَ َحق‬،‫ات‬ ُ ‫ات َو ْالبَ َر َك‬ ُ ‫تَتَنَ َّز ُ'ل ْال َخ ْي َر‬ baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula
seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR

ُ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َده‬.‫ات‬ ُ َ‫اص ُد َو ْال َغاي‬ِ َ‫ْال َمق‬ al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini bisa dimaknai dalam dua sudut pandang. Pertama,
ُ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬ 'َ ‫اَل َش ِر ْي‬ secara jasmani. Secara lahiriah, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬berpesan
tentang betapa vitalnya fungsi jantung (bahasa Arab: qalb)
‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ ِ َ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوب‬َ ‫ اللهم‬.ُ‫ي بَ ْع َده‬ َّ ِ‫اَل نَب‬
dalam tubuh manusia. Jantung punya fungsi utama memompa
darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Jantung
bertugas pula menyalurkan nutrisi ke seluruh tubuh dan
‫صحْ بِ ِه ال ُم َجا ِه ِدي َْن‬ َ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ membuang sisa metabolisme tubuh. Jantung yang normal adalah
pangkal jasmani yang sehat. Sebaliknya, ketika jantung
‫اضر ُْو َن‬ ِ ‫ فَيَا آيُّهَا ال َح‬،‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬.‫الطَّا ِه ِري َْن‬ mengalami gangguan, maka terganggu pula kesehatan tubuh
secara keseluruhan.
‫ي بِتَ ْق َوى' هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم‬ َ ‫ص ْي ُك ْم َوِإيَّا‬ ِ ‫ُأ ْو‬ Kedua, secara rohani. Istilah qalb dimaknai sebagai apa yang
sering kita sebut dengan “hati”. Hati memang tak kasat mata tapi

‫ق تُقَاتِ ِه‬ َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬ َ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬.‫تُ ْفلِح ُْو َن‬
pengaruhnya kepada setiap gerak-gerik manusia amat
menentukan. Ia tempat berpangkalnya niat. Tulus atau tidak,
jujur atau pura-pura, lebih sering hanya diketahui oleh Allah dan
‫ َوتَ َز َّو ُدوا فَِإ َّن‬،‫ون‬ َ ‫َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬ pemilik hati sendiri. Dalam Islam, hati merupakan sesuatu yang
paling pokok. Ibarat jantung, rusaknya hati berarti rusaknya tiap
‫َخ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق َوى‬ perilaku manusia secara keseluruhan. Maksud dari hadits
Rasulullah tentu lebih pada pemaknaan yang kedua ini.
Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ‫ﷺ‬
mengingatkan: Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Untuk menjaga agar hati tetap “sehat”, perlu kiranya kita


menjawab sebuah pertanyaan: apa yang menyebabkan hati
rusak? Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Munabbihât ‘ala Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Isti‘dâdi li Yaumil Mî‘âd memaparkan penjelasan Imam Hasan Keempat, memakan rezeki Allah tapi tidak mau bersyukur.
al-Bashri bahwa setidaknya ada enam hal yang membuat hati Karunia dan syukur merupakan pasangan yang tak bisa
manusia menjadi rusak. dipisahkan. Jika tidak ada kehidupan manusia di dunia ini yang
Pertama, berbuat dosa dengan berharap kelak ia bisa bertobat. Ia luput dari karunia Allah, maka bersyukur adalah pilihan sikap
sadar bahwa apa yang dilakukan adalah kedurhakaan, tapi yang wajib. Orang yang tak mau bersyukur adalah orang yang
berangan-angan ia bisa menghapus kesalahan-kesalahan kini di tidak memahami hakikat rezeki. Jenis anugerah Allah mungkin
kemudian hari. Ini merupakan sebuah kesombongan karena ia batasi hanya kepada ukuran-ukuran yang bersifat material
terlalu percaya diri bahwa Allah akan memberinya kesempatan belaka, misalnya jumlah uang, rumah, jenis makanan, dan lain-
bertobat lalu melimpahinya rahmat. Juga masuk kategori sikap lain. Padahal, rezeki telah diterima setiap saat, berupa nikmat
meremehkan karena perbuatan dosa dilakukan bukan karena bendawi maupun nonbendawi. Mulai dari napas, waktu luang,
kebodohan melainkan kesengajaan. Alih-alih tobat bakal datang, akal sehat, hingga berbagai kecukupan kebutuhan lainnya seperti
bisa jadi justru hati makin gelap, dosa-dosa kian menumpuk, dan makan, tempat tinggal, dan pakaian. Hanya mereka yang
kesadaran untuk kembali kepada Allah makin tumpul. sanggup merenungkannya yang akan jauh dari kufur nikmat
Kedua, berilmu tapi tidak mau mengamalkannya. Pepatan bijak alias tidak bersyukur.
mengatakan, al-‘ilmu bilâ ‘amalin kasy syajari bilâ tsamarin Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad mengartikan
(ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah). Pengamalan syukur dengan ijrâ’ul a‘dlâ’ fî mardlâtillâh ta‘âlâ wa ijrâ’ul
dalam kehidupan sehari-hari dari setiap pengetahuan tentang amwâl fîhâ (menggunakan anggota badan dan harta benda untuk
hal-hal baik adalah tujuan dari ilmu. Hal ini juga menjadi sesuatu yang mendatangkan ridha Allah). Artinya, selain ucapan
penanda akan keberkahan ilmu. Pengertian “tidak mengamalkan “alhamdulillah”, kita dianggap bersyukur bila tingkah laku kita,
ilmu” bisa dua: mendiamkannya hanya sebagai koleksi termasuk dalam penggunaan kekayaan kita, bukan untuk jalan
pengetahuan dalam kepala, atau si pemilik ilmu berbuat yang maksiat kepada Allah ‫ﷻ‬.
bertentangan dengan ilmu yang dimiliki. Kondisi ini bisa Perusak hati yang kelima adalah tidak ridha dengan karunia
menyebabkan rusaknya hati. Allah. Pada level ini, orang bukan hanya tidak mau
mengucapkan rasa syukur, tapi juga kerap mengeluh, merasa
Ketiga, ketika seseorang beramal, ia tidak ikhlas. Setelah ilmu kurang, bahkan dalam bentuknya yang ekstrem melakukan
diamalkan, urusan belum sepenuhnya beres. Sebab, manusia protes kepada Allah. Allah memberikan kadar rezeki pada
masih dihinggapi hawa nafsu dari mana-mana. Ia mungkin saja hambanya sesuai dengan proporsional. Tidak ada hubungan
berbuat baik banyak sekali, namun sia-sia belaka karena tidak langsung bahwa yang kaya adalah mereka yang paling disayang
ada ketulusan berbuat baik. Ikhlas adalah hal yang cukup berat Allah, sementara yang miskin adalah mereka yang sedang
sebab meniscayakan kerelaan hati meskipun ada yang dibenci Allah. Bisa jadi justru apa yang kita sebut “kurang”
dikorbankan. sebenarnya adalah kondisi yang paling pas agar kita selamat dari
tindakan melampaui batas. Betapa banyak orang berlimpah harta
namun malah lalai dengan tanggung jawab kehambaannya: (siksaan)-nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.”
boros, sombong, berfoya-foya, kikir, tenggelam dalam (HR Tirmidzi)
kesibukan duniawi dan lupa akhirat, dan lain sebagainya.

‫ض َو ٰلَ ِك ْن‬
ِ ْ‫ق لِ ِعبَا ِد ِه لَبَ َغ ْوا فِي اَأْلر‬ ْ ُ ‫َولَ ْو بَ َسطَ هَّللا‬
َ ‫الرِّز‬
،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬،‫َأقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي ٰه َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
ِ َ‫يُنَ ِّز ُل ِبقَ َد ٍر َما يَ َشا ُء ۚ ِإنَّهُ ِب ِعبَا ِد ِه َخبِي ٌر ب‬
‫صي ٌر‬
ِ ‫ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر الر‬
‫َّح ْي ُم‬
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-
Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi
Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba- ‫صلِّ ْي َوُأ َسلِّ ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ َوُأ‬،‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َو َكفَى‬
Nya lagi Maha Melihat." (QS Asy-Syura: 27)

Keenam, mengubur orang mati namun tidak mengambil ،‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬،‫ َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأ ْه ِل ْال َوفَا‬،‫ْال ُمصْ طَفَى‬
pelajaran darinya. Peristiwa kematian adalah nasihat yang lebih
gamblang daripada pidato-pidato dalam panggung ceramah.
Ketika ada orang meninggal, kita disajikan fakta yang jelas
ِ ‫ ُأ ْو‬،‫فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي‬
bahwa kehidupan dunia ini fana. Liang kuburan adalah momen
perpisahan kita dengan seluruh kekayaan, jabatan, status sosial, ‫ َأ َم َر ُك ْم‬،‫ْال َع ِظي ِْم َوا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‬
dan popularitas yang pernah dimiliki. Selanjutnya, orang mati

َ ‫ ِإ َّن هَّللا‬:‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْال َك ِري ِْم فَقَا َل‬
akan berhadapan dengan semua pertanggungjawaban atas apa
yang ia perbuat selama hidup di dunia. َّ ‫بِال‬
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: ‫ين آ َمنُوا‬ َ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬،‫ون َعلَى النَّبِ ِّي‬َ ُّ‫صل‬ َ ُ‫َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬
ُ‫اآلخ َر ِة فَِإ ْن نَ َجا ِم ْنهُ فَ َما بَ ْع َده‬ِ ‫از ِل‬ ِ َ‫ِإ َّن ْالقَ ْب َر َأ َّو ُل َمن‬ ٰ
ُ‫َأ ْي َسر ِم ْنهُ َوِإ ْن لَ ْم يَ ْن َج ِم ْنهُ فَ َما بَ ْع َدهُ َأ َش ُّد ِم ْنه‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬،‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ
“Sungguh liang kubur merupakan awal perjalanan akhirat. Jika َ ‫صلَّي‬
‫ْت َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ ِ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما‬
seseorang selamat dari (siksaan)-nya maka perjalanan
selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari
‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ .‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫‪.‬هللاِ َأ ْكبَ ُر ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك َ‬
‫ت َعلَى َسيِّ ِدنَا‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬فِ ْي ْال َعالَ ِمي َْن ِإنَّ َ‬
‫ك‬ ‫ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫ت ْ‬ ‫ٰ‬
‫وال ُمْؤ ِمنِي َْن ‪.‬‬ ‫اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ت اَأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬
‫ت‪ ،‬اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا‬ ‫َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ْالبَاَل َء َو ْال َغاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي‬
‫ف ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّش َداِئ َد َو ْال ِم َح َن‪َ ،‬ما ظَهَ َر ِم ْنهَا‬ ‫َوال ُّسي ُْو َ‬
‫ان ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‬
‫صةً َو ِم ْن ب ُْل َد ِ‬
‫َو َما بَطَ َن‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا َخا َّ‬
‫‪َ .‬عا َّمةً‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذي‬‫إن هللاَ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬
‫ِعبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬
‫ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى َع ِن الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم‬

Anda mungkin juga menyukai