Anda di halaman 1dari 3

Khutbah I mengalami gangguan, maka terganggu pula kesehatan tubuh secara

keseluruhan.
‫ َو ِبَتْو ِف ْيِقِه َتَتَح َّقُق‬، ‫ َو ِبَفْض ِهِل َتَتَّزَن ُل اْلَخ َرْي اُت َو اْلَرَب اَك ُت‬، ‫اْلَح ْم ُد ِهلِل اِذَّل ْي ِبِنْع َم ِتِه َتُّمِت الَّص اِلَح اُت‬
Kedua, secara rohani. Istilah qalb dimaknai sebagai apa yang sering kita
‫ َأْش َهُد َأْن اَل َهَل اَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل ِرَش ْيَك ُهَل َو َأْش َهُد َأْن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه‬. ‫اْلَم َقاِص ُد َو اْلَغااَي ُت‬ sebut dengan “hati”. Hati memang tak kasat mata tapi pengaruhnya
‫ اللهم َص ِإِّل ِإَو َس ْمِّل َو اَب ِر ْك َعىَل َس ِّي ِد اَن ُم َح َّم ٍد َو َعىَل آِهِل َو ْحَص ِب ِه‬. ‫َو َر ُس ْو ُهُل اَل َنَّيِب َبْع َد ُه‬ kepada setiap gerak-gerik manusia amat menentukan. Ia tempat
berpangkalnya niat. Tulus atau tidak, jujur atau pura-pura, lebih sering
‫ َفَيا آَهُّيا اَحلاُرِض ْو َن ُأْو ِص ْي ْمُك َو اَّي َي ِبَتْقَو ى ِهللا َو َط اَع ِتِه َلَع َّلْمُك‬، ‫ َأَّم ا َبْع ُد‬. ‫اُملَج اِهِد ْيَن الَّط اِه ِر ْيَن‬ hanya diketahui oleh Allah dan pemilik hati sendiri. Dalam Islam, hati
‫ َو َتَز َّو ُدوا‬، ‫ اَي َأَهُّيا اِذَّل يَن آَمُن وا اَّتُق وا اَهَّلل َح َّق ُتَقاِت ِه َو اَل َتُم وُت ِإَّن اَّل َو َأْنْمُت ُم ْس ِلُم وَن‬. ‫ُتْفِلُح ْو َن‬ merupakan sesuatu yang paling pokok. Ibarat jantung, rusaknya hati
berarti rusaknya tiap perilaku manusia secara keseluruhan. Maksud dari
‫ِإ‬
.‫َف َّن َخ َرْي الَّز اِد الَّتْقَو ى‬ hadits Rasulullah tentu lebih pada pemaknaan yang kedua ini.
‫ِإ‬
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Untuk menjaga agar hati tetap “sehat”, perlu kiranya kita menjawab
Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ‫ﷺ‬ sebuah pertanyaan: apa yang menyebabkan hati rusak? Ibnu Hajar al-
mengingatkan: Asqalani dalam kitab Munabbihât ‘ala Isti‘dâdi li Yaumil Mî‘âd
memaparkan penjelasan Imam Hasan al-Bashri bahwa setidaknya ada
‫َأَال َو َّن ْيِف اْلَج َس ِد ُم ْض َغًة ِإ َذ ا َص َلَح ْت َص َلَح اْلَج َس ُد ُّلُكُه َو َذ ا َفَس َد ْت َفَس َد اْلَج َس ُد ُّلُكُه َأَال َو َيِه‬ enam hal yang membuat hati manusia menjadi rusak.
‫ِإ‬ ‫اْلَقْلُبِإ‬
Pertama, berbuat dosa dengan berharap kelak ia bisa bertobat. Ia sadar
bahwa apa yang dilakukan adalah kedurhakaan, tapi berangan-angan ia
“Ingatlah bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik maka bisa menghapus kesalahan-kesalahan kini di kemudian hari. Ini
baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. merupakan sebuah kesombongan karena terlalu percaya diri bahwa Allah
Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR al-Bukhari dan Muslim) akan memberinya kesempatan bertobat lalu melimpahinya rahmat. Juga
masuk kategori sikap meremehkan karena perbuatan dosa dilakukan
Hadits ini bisa dimaknai dalam dua sudut pandang. Pertama, secara bukan karena kebodohan melainkan kesengajaan. Alih-alih tobat bakal
jasmani. Secara lahiriah, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬berpesan tentang datang, bisa jadi justru hati makin gelap, dosa-dosa kian menumpuk, dan
betapa vitalnya fungsi jantung (bahasa Arab: qalb) dalam tubuh manusia. kesadaran untuk kembali kepada Allah makin tumpul.
Jantung punya fungsi utama memompa darah ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah. Jantung bertugas pula menyalurkan nutrisi ke seluruh Kedua, berilmu tapi tidak mau mengamalkannya. Pepatan bijak
tubuh dan membuang sisa metabolisme tubuh. Jantung yang normal mengatakan, al-‘ilmu bilâ ‘amalin kasy syajari bilâ tsamarin (ilmu tanpa
adalah pangkal jasmani yang sehat. Sebaliknya, ketika jantung amal bagaikan pohon tanpa buah). Pengamalan dalam kehidupan sehari-
hari dari setiap pengetahuan tentang hal-hal baik adalah tujuan dari ilmu.
Hal ini juga menjadi penanda akan keberkahan ilmu. Pengertian “tidak
mengamalkan ilmu” bisa dua: mendiamkannya hanya sebagai koleksi Perusak hati yang kelima adalah tidak ridha dengan karunia Allah. Pada
pengetahuan dalam kepala, atau si pemilik ilmu berbuat yang level ini, orang bukan hanya tidak mau mengucapkan rasa syukur, tapi
bertentangan dengan ilmu yang dimiliki. Kondisi ini bisa menyebabkan juga kerap mengeluh, merasa kurang, bahkan dalam bentuknya yang
rusaknya hati. ekstrem melakukan protes kepada Allah. Allah memberikan kadar rezeki
pada hambanya sesuai dengan proporsional. Tidak ada hubungan
Ketiga, ketika seseorang beramal, ia tidak ikhlas. Setelah ilmu langsung bahwa yang kaya adalah mereka yang paling disayang Allah,
diamalkan, urusan belum sepenuhnya beres. Sebab, manusia masih sementara yang miskin adalah mereka yang sedang dibenci Allah. Bisa
dihinggapi hawa nafsu dari mana-mana. Ia mungkin saja berbuat baik jadi justru apa yang kita sebut “kurang” sebenarnya adalah kondisi yang
banyak sekali, namun sia-sia belaka karena tidak ada ketulusan berbuat paling pas agar kita selamat dari tindakan melampaui batas. Betapa
baik. Ikhlas adalah hal yang cukup berat sebab meniscayakan kerelaan banyak orang berlimpah harta namun malah lalai dengan tanggung jawab
hati meskipun ada yang dikorbankan. kehambaannya: boros, sombong, berfoya-foya, kikir, tenggelam dalam
kesibukan duniawi dan lupa akhirat, dan lain sebagainya.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Keempat, memakan rezeki Allah tapi tidak mau bersyukur. Karunia dan ‫َو َلْو َبَس َط اُهَّلل الِّرْز َق ِلِع َباِدِه َلَبَغْو ا يِف اَأْلْر ِض َو َٰل ِكْن ُيِّزَن ُل ِبَقَد ٍر َم ا َيَش اُء ۚ َّن ُه ِبِع َب اِدِه َخِبٌري‬
syukur merupakan pasangan yang tak bisa dipisahkan. Jika tidak ada ‫ِإ‬
kehidupan manusia di dunia ini yang luput dari karunia Allah, maka ‫َبِص ٌري‬
bersyukur adalah pilihan sikap yang wajib. Orang yang tak mau
bersyukur adalah orang yang tidak memahami hakikat rezeki. Jenis “Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya
anugerah Allah mungkin ia batasi hanya kepada ukuran-ukuran yang tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah
bersifat material belaka, misalnya jumlah uang, rumah, jenis makanan, menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya
dan lain-lain. Padahal, rezeki telah diterima setiap saat, berupa nikmat Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat."
bendawi maupun nonbendawi. Mulai dari napas, waktu luang, akal sehat, (QS Asy-Syura: 27)
hingga berbagai kecukupan kebutuhan lainnya seperti makan, tempat
tinggal, dan pakaian. Hanya mereka yang sanggup merenungkannya yang Keenam, mengubur orang mati namun tidak mengambil pelajaran
akan jauh dari kufur nikmat alias tidak bersyukur. darinya. Peristiwa kematian adalah nasihat yang lebih gamblang daripada
pidato-pidato dalam panggung ceramah. Ketika ada orang meninggal,
Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad mengartikan syukur kita disajikan fakta yang jelas bahwa kehidupan dunia ini fana. Liang
dengan ijrâ’ul a‘dlâ’ fî mardlâtillâh ta‘âlâ wa ijrâ’ul amwâl fîhâ kuburan adalah momen perpisahan kita dengan seluruh kekayaan,
(menggunakan anggota badan dan harta benda untuk sesuatu yang jabatan, status sosial, dan popularitas yang pernah dimiliki. Selanjutnya,
mendatangkan ridha Allah). Artinya, selain ucapan “alhamdulillah”, kita orang mati akan berhadapan dengan semua pertanggungjawaban atas apa
dianggap bersyukur bila tingkah laku kita, termasuk dalam penggunaan
kekayaan kita, bukan untuk jalan maksiat kepada Allah ‫ﷻ‬.
yang ia perbuat selama hidup di dunia.
‫‪ bersabda:‬ﷺ ‪Rasulullah‬‬

‫َّن ْا لَقَرْب َأَّو ُل َمَناِز ِل اآلِخ َر ِة َف ْن َجَنا ِم ْنُه َفَم ا َبْع َد ُه َأْيرَس ِم ْنُه َو ْن َلْم َيْنَج ِم ْنُه َفَم ا َبْع َد ُه َأَش ُّد‬ ‫‪Khutbah II‬‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ِم ْنُه‬ ‫َاْلَحْم ُد ِهلل َعلَى ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َعلَى َتْو ِفْيِقِه َو ِاْمِتَناِنِه‪َ .‬و َأْش َهُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك‬
‫َلُه َو َأْش َهُد أَّن َس ِّيَدَنا ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ى إلَى ِرْض َو اِنِه‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد ِو َع َلى‬
‫‪“Sungguh liang kubur merupakan awal perjalanan akhirat. Jika seseorang‬‬ ‫َاِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْس ِلْيًم ا ِكثْيًرا‬
‫‪selamat dari (siksaan)-nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih‬‬
‫)‪mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)-nya maka (siksaan‬‬ ‫َأَّم ا َبْعُد َفيَا َاُّيَها الَّناُس ِاَّتُقوا َهللا ِفْيَم ا َأَم َر َو اْنَتُهْو ا َع َّم ا َنَهى َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِس ِه‬
‫)‪selanjutnya akan lebih kejam.” (HR Tirmidzi‬‬ ‫َو َثـَنى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل َتعَاَلى ِإَّن َهللا َو َم آلِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنِبى يآ َاُّيَه ا اَّل ِذ ْيَن آَم ُن ْو ا َص ُّلْو ا‬
‫َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّم ٍد َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِد نَا ُمَحَّم ٍد‬
‫اَب َر َك هللا يِل َو َلْمُك ىِف ْا لُقْر آِن ْا لَع ِظ ِمْي‪َ ،‬و َنَفَع يِن َو اَّي ْمُك ِبَم اِف ْيِه ِم ْن آَيِة َو ِذْك ِر اْلَح ِكِمْي َو َتَقَّب َل ُهللا‬ ‫َو َع َلى َاْنِبيآِئ َك َو ُرُس ِلَك َو َم آلِئَك ِة ْالُم َق َّر ِبْيَن َو اْر َض الّلُهَّم َع ِن ْالُخَلَف اِء الَّراِش ِد ْيَن َأِبى َبْك ٍر َو ُع َم ر‬
‫َو ُع ْثَم ان َو َع ِلى َو َع ْن َبِقَّيِة الَّص َح اَبِة َو الَّتاِبِع ْيَن َو َتاِبِع ي الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلىَيْو ِم الِّدْيِن َو اْر َض َع َّنا‬
‫ِإ‬
‫ِم َّنا َو ِم ْنْمُك ِتَالَو َتُه َو َّنُه ُه َو الَّس ِم ْي ُع الَع ِلُمْي ‪َ ،‬و َأُق ْو ُل َق ْو يِل َه َذ ا َفأْس َتْغِفُر َهللا الَع ِظ َمْي ِإ َّنُه ُه َو‬ ‫َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا َأْر َح َم الَّراِحِم ْيَن‬
‫الَغُفْو ُر ال ِح مْي ِإ‬
‫َّر‬ ‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت َاَالْح يآُء ِم ْنُهْم َو ْاَالْم َو اِت اللُهَّم َأِع َّز ْاِإل ْس َالَم‬
‫َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِر ِكْيَن َو اْنُصْر ِعَباَدَك ْالُمَو ِّح ِد َّيَة َو اْنُصْر َم ْن َنَص َر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن‬
‫َخ َذ َل ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر َأْع َداَء الِّدْيِن َو اْع ِل َك ِلَم اِت َك ِإَلى َي ْو َم الِّدْيِن ‪ .‬اللُهَّم اْدَف ْع َع َّن ا ْالَبَالَء َو ْالَو َب اَء‬
‫َو الَّز َالِز َل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفْتَنِة َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا ِاْنُدوِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر‬
‫ْالُبْلَداِن ْالُم ْس ِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َر ِة َحَس َنًة َو ِقَن ا َع َذ اَب‬
‫الَّناِر ‪َ .‬ر َّبَنا َظَلْم َنا َاْنُفَس َنا َو اإْن َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َحْم َنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن ْالَخاِس ِر ْيَن ‪ِ .‬عَباَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َيْأُم ُر َن ا‬
‫ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذ ي ْالُق ْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذَّك ُرْو َن‬
‫َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َعلَى ِنَعِمِه َيِز ْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبْر‬

Anda mungkin juga menyukai