KAJIAN PUSTAKA
A. Tidur
1. Definisi Tidur
1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka
Progresif, 1997), h. 1478.
2
Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), h. 1701.
3
Heppy el Rais, Kamus Ilmiah Popular, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), h. 197.
4
Ade Hashman, Rahasia Kesehatan Rasulullah : Meneladani Gaya Hidup Sehat Nabi
Muhammad Saw, (Jakarta : Noura, 2012), h. 202.
kematiannya, kemudian jiwa tersebut dikembalikan lagi pada jasadnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Az-Zumar : 42
6
Arief Hakim, Jangan Tidur Sore Hari !!!, (Cet. I; Jogjakarta : Diva Press, 2013), h. 23-24.
Tidur adalah keadaan normal yang berlangsung secara berkala.
Selama tidur terjadi penurunan kegiatan fisiologis yang disertai oleh
penurunan kesadaran. Tidur merupakan aktivitas pengorganisasian
ulang dan restrukturisasi memori, dengan alasan bahwa tidur dapat
membantu mengonsolidasikan dan memperbaiki memori di otak. 7
Menurut Guyton (1996), tidur merupakan kondisi tidak sadar di mana
seorang individu dapat dibangunkan oleh stimulasi atau sensori yang
sesuai, maksudnya tidur berarti suatu keadaan tidak sadar yang relatif. 8
Imam Al-Isfahani mengartikan tidur adalah suatu keadaan di mana Allah
sedang menggenggam jiwa seseorang tanpa mati. Tidur disebut juga
dengan mati kecil, sedangkan mati adalah tidur berat.9
7
Muhammad Yusuf bin Abdurrahman, Ajaibnya Bagun Pagi dan Bangun Malam : Untuk
Kesehatan Tubuh dan Jiwa, (Jogjakarta : DIVA Pres, 2013), h. 146.
8
Musriful Uliyah dan A. Aziz Alimul Hidayat, Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk
Kebidanan, (Jakarta : Salemba Medika, 2008), h. 111.
9
Kemenag RI, Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta : PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012), h. 174.
10
Ahmad Syawqi Ibrahim, Misteri Tidur, Rahasia Kesehatan, Kepribadian, dan Keajaiban
lain di Balik Tidur Anda, (Jakarta : Zaman, 2013), h. 88.
sedemikian rupa melalui gerakan-gerakan sel saraf dan pelepasan
muatan.11
11
Sigmund Freud, Tafsir Mimpi, (Yogyakarta : Jendela, 2001), h. 3.
12
Anis Masykhur, Menyingkap Tabir Kematian, (Jakarta : al-Mawardi Prima, 2003), h. 24.
13
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Kepribadian : Dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta : Ar-
Ruz Media, 2013), h. 195-196.
Tidur adalah sebuah siklus dari proses yang fisiologis dan diganti
dengan periode terjaga yang lebih lama karena tidur adalah sebuah
siklus fisiologis, tentunya ada yang mengatur siklus tidur bangun. Siklus
tidur bangun mengikuti irama sirkadian, yaitu irama yang terjadi selama
24 jam atau siklus siang malam tubuh bagian hipotalamus, yaitu
suprachiasmatic nucleus diyakini yang mengatur irama sirkadian. Irama
sirkadian dipengaruhi oleh cahaya, suhu, stress, dan aktivitas social
sekresi melatonin secara alami membantu irama sirkadian pada siklus
tidur bangun, yaitu membantu peralihan dari keadaan terjaga ke
keadaan tidur secara perlahan dan melatonin disekresi pada saat tingkat
kecerahan cahaya berkurang.14
14
Qoys Muhammad Iqbal al-Halaj, Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur, (Jakarta : FKIK UIN
Syarif Hidayatullah, 2014), h. 11.
15
Arif Hidayat Suwarna dan Widiyanto, Perbedaan Pola Tidur Antara Kelompok Terlatih
dan Tidak Terlatih, dalam jurnal MEDIKORA Vol. VX, No. 1, April 2016, h. 87.
Kedalaman tidur tidak teratur sepanjang periode tidur. Hal tersebut
tergantung pada beberapa faktor seperti faktor usia, aktivitas yang
dilakukan, penyakit yang diderita, dan lain-lain. 16 Tidur adalah suatu
keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan
yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. 17 Tidur
merupakan suatu kebutuhan yang merupakan bentuk perlindungan dari
organisme untuk menghindari pengaruh yang merugikan tubuh karena
kurang tidur.18
2. Manfaat Tidur
16
Rezita Rahma Reza, dkk., Fungsi Tidur dalam Manajemen Kesehatan, dalam jurnal
Majoriti Vol. 8, No. 2, Desember 2019, h. 247.
17
Priyo Eko Saputro, Pengaruh Terapi Rendam, (S1 Keperawatan UMP, 2015), h. 15.
18
Nindya Sekar Mayuri, Strategi Tidur Sehat Sebagai Upaya Pencegahan Terhadap
Hipertensi Dini, dalam jurnal Inkofar Vol. 1, No. 2, Desember 2017, h. 76.
19
Arief Hakim, Jangan Tidur Sore Hari !!! (Cet. I; Jogjakarta : Diva Press, 2013), h.57.
20
Sayyid Abdul Hakim Abdullah, Resep Hidup Sehat Cara Nabi SAW, (Cet. I; Solo: t.t,
2011), h. 39.
َ ِض لِ ٖ ۗه اِ َّن فِ ْي ٰذل
ك ْ َار َوا ْبتِ َغ ۤاُؤ ُك ْم ِّم ْن ف ٰ
ِ ََو ِم ْن ا ٰيتِ ٖه َمنَا ُم ُك ْم بِالَّ ْي ِل َوالنَّه
ٍ اَل ٰ ٰي
َت لِّقَوْ ٍم يَّ ْس َمعُوْ ن
21
Imamuddin Abu al-Fida Isma’il bin Katsir al-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, (Beirut: Dar al-
Ma’rifah, 1989), Juz 3, h. 402.
dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan akan hilang atau
berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat
untuk menyelesaikan persoalan yang akan dihadapi kemudian.22
Di antara waktu tidur itu adalah waktu siang hari. Berkata Imam
Ibnu Atsir : qailulah adalah istirahat di pertengahan siang walaupun
tidak tidur.24 Yakni sebagai terminal perlintasan di saat padatnya
pekerjaan atau di tengah panasnya terik matahari. Manusia
22
Masrukhin, Tidur Dalam Perspektif Hadits, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta,
2014), h. 29.
23
Aqilah Selma Amalia, Tips Hidup Sehat dan Berkah Ala Rasulullah, (Cet. I; Yogyakarta :
Abata Press, 2015), h. 38.
24
Ibnu Atsir, Nihaayah fii Ghariibil Hadits, (Beirut : Dar al Kutub Al-Islamiyah, 2002 M ), Juz
4, h. 133.
membutuhkan ketenangan, rehat dan istirahat sejenak untuk merenung
dan berfikir, serta mengusir rasa penat dan kegelisahan. Tidur juga
merupakan salah satu sifat asasi pada manusia dan kebutuhan yang
bersifat vital. Allah SWT dalam firman-Nya :
ال َما ُكنَّا نَقِ ْي ُل َواَل نَتَ َغ َّدى اِالَّ بَ ْع َد ْْال ُج ُم َع ِة زَا َد اب ُْن حُجْ ِر
َ َع َْن َسه ٍْل ق
صلَّى هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم هّٰللا
َ ِ فِ ْي َع ْه ِد َرسُوْ ِل
26
Nor Kholis Reefani, Pola Hidup dan Tidur Sehat Ala Rasulullah SAW, (Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo, 2014), h. 187-188.
27
Andreas Prasadja, Ayo Bangun! Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar, (Cet. I; Jakarta:
PT. Mizan Publika, 2009), h. 3.
3. Macam-macam Tidur
28
Nindya Sekar Mayuri, Strategi Tidur Sehat Sebagai Upaya Pencegahan Terhadap
Hipertensi Dini, dalam jurnal Inkofar Vol. 1, No. 2, Desember 2017, h. 76.
B. Ashabul Kahfi
29
Syahruddin El-Fikri, “Situs-Situs Dalam Al-Qur’an : Dari Peperangan Daud Melawan
Jalut Hingga Gua Ashabul Kahfi”, (Jakarta : Penerbit Republika, 2010), h. 272.
30
Al-Imam Al Hafizh Imanuddin Ad-Dimasqi, terj. Asmuni, “Mukhtashar Al Bidayah Wa
an-Nihayah”, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2013), h. 117.
31
Imran N. Hosein, “Surat Al-Kahfi Dan Zaman Modern”, (Kuala Lumpur, 2007), h. 152-
153.
jahiliyah disebut Ephesus. Para pemuda itu tergolong masyarakat
terhormat dan mengimani ajaran Nabi Isa as. Mereka menyembah dan
beribadah hanya kepada Allah SWT, dan tidak melakukan perbuatan
musyrik. Namun, di sisi lain, penduduk kota Thorsus malah menyembah
berhala.32
32
Ahmad Syawqi Ibrahim, Keajaiban Tidur, Misteri Tidur, Rahasia Kesehatan,
Kepribadian, dan Keajaiban lain di Balik Tidur Anda, (Jakarta : Zaman, 2013), h. 109.
33
Kemenag RI, Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta : PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012), h. 214.
untuk mencari makanan dan minuman, salah seorang di antara mereka
pergi dengan membawa beberapa dirham.
34
Ahmad Syawqi Ibrahim, Keajaiban Tidur, Misteri Tidur, Rahasia Kesehatan, Kepribadian,
dan Keajaiban lain di Balik Tidur Anda, (Jakarta : Zaman, 2013), h. 115.
35
Ahmad Syawqi Ibrahim, Keajaiban Tidur, Misteri Tidur, Rahasia Kesehatan,
Kepribadian, dan Keajaiban lain di Balik Tidur Anda, (Jakarta : Zaman, 2013), h. 118.
2. Karakteristik Ashabul Kahfi
36
Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbâh, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h.16.
37
Muhammad Nasib Ar-Rifa'I, Kemudahan Dari Allah SWT, (Jakarta : Gema Insani, 2000), h.114.