ُأحْ صِ ي َث َنا َء َعلَ ْي ِه ه َُو َك َما َأ ْث َنى الخي َْر ُكلَّ ُه اَل ِ َوُأ ْثنِي َعلَى، اركا ً فِ ْي ِه
َ هللا َ اَ ْل َحمْ ُد هَّلِل ِ َحمْ ًدا َك ِثيْراً َطيِّبا ً ُم َب memperbaikinya dan membersihkannya sambil menaruh perhatian memperbaiki
ُصلَّى هللا َ محمداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ؛ َّ َوَأ ْش َه ُد َأن، ْك لَ ُه
َ َوَأ ْش َه ُد َأنْ اَل ِإلَ َه ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري، َعلَى َن ْفسِ ِه amalan lahiriyah. Tidak ada jalan memperbaiki amalan lahiriyah dengan
rusaknya amalan batin. Ketika seseorang memperbaiki hatinya dengan amalan
. َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َأجْ َم ِعي َْن َو َسلَّ َم َتسْ لِيْما ً َك ِثيْرً ا
hati seperti ikhlas, iman, cinta kepada Allah dan Rasu-Nya shallallahu ‘alaihi wa
. ُ َو َراقِب ُْوهُ م َُرا َق َب ًة َمنْ َيعْ لَ ُم َأنَّ َر َّب ُه َيسْ َم ُع ُه َو َي َراه، ُهللا َت َعالَى َح َّق َت ْق َواه ِ َأمَّا َبعْ ُد عِ َبا َد
َ ِا َّتقُ ْوا: هللا sallam, maka anggota badannya pun akan istiqomah dan menjadi baik
amalannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nu’man
Ketauhilah kaum muslimin yang dirahmati Allah, bin Basyir radhiallahu ‘anhu, dia mengatakan,
Sesuatu yang paling penting bagi seorang muslim untuk diperhatikan
perbaikannya adalah hatinya, karena hati adalah sumber penggerak amal dan
gerak-gerik anggota tubuh. Apabila hati baik, maka baiklah amalan anggota
صلَ َح ْال َج َس ُد َ ((َأاَل َوِإنَّ فِي ْال َج َس ِد مُضْ َغ ًة ِإ َذا:سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول
ْ صلَ َح
َ ت
badan yang lain. Jika ia rusak, maka rusaklah amalan anggota badan tersebut. َ َت َف َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّ ُه َأاَل َوه
)) ُِي ْال َق ْلب ْ ُكلُّ ُه َوِإ َذا َف َسد
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menaruh perhatian yang sangat besar
terhadap perbaikan hati. Beliau sering memberi wasiat tentang hal ini dan “Ketauhilah sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Apabila
memanjatkan doa untuk mencapainya. Seperti dalam doa-doa beliau berikut ini: dia baik, maka baiklah jasad tersebut. Apabila dia rusak, maka rusaklah jasad
اللَّ ُه َّم اجْ َع ْل فِي َق ْل ِبي ُنورً ا tersebut. Ketauhilah, segumpal daging tersebut adalah hati.”
“Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya.”
Hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa baiknya amalan anggota badan
ٍ ك مِنْ َق ْل
ب اَل َي ْخ َش ُع ُ اللَّ ُه َّم ِإ ِّني َأع
َ ُوذ ِب seorang hamba bergantung dengan baiknya hatinya. Apabila hatinya baik, di
“Ya Allah, aku berlindung dari hati yang tidak khusyu.”
dalamnya terdapat kecintaan kepada Allah, cinta kepada apa yang Allah cintai,
takut terjatuh pada sesuatu yang Dia benci, maka gerak-gerik anggota tubuhnya
ِ الث ْوبُ اَأْل ْب َيضُ مِنْ ال َّد َن
س َّ اللَّ ُه َّم َن ِّق َق ْل ِبي مِنْ ْال َخ َطا َيا َك َما ُي َن َّقى akan baik. Berbeda halnya apabilah hatinya rusak, lebih mencintai nafsunya,
mengikuti syahwatnya, dan mendahulukan kecenderungan jiwanya, maka
“Ya Allah bersihkanlah hatiku dari dosa-dosa, sebagaimana baju putih dibersihkan dari
gerak-gerik anggota tubuhnya akan mengikuti hatinya dan tidak akan
kotoran.” menyelesihinya.
َ ت َخ ْي ُر َمنْ َز َّكا َها َأ ْن
ت َولِ ُّي َها َو َم ْواَل َها َ ت َن ْفسِ ي َت ْق َوا َها َو َز ِّك َها َأ ْن
ِ اللَّ ُه َّم آ
Ibadallah,
“Ya Allah karuniakan ketakwaan pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah
sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya.”
Hati itu tidak pernah kosong dari pemikiran, baik dia berpikir tentang akhirat dan
َ ِّت َق ْل ِبي َعلَى دِين
ِك ِ ب ْالقُلُو
ْ ب َثب َ َِّيا ُم َقل hal-hal yang maslahat untuknya atau untuk kebaikan dunia dan kehidupannya,
atau juga untuk sesuatu yang batil dan angan-angan tercela. Barangsiapa yang
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” menginginkan perbaikan pada hatinya, maka dia harus menyibukkan pikirannya
Dan masih banyak doa-doa lainnya. tentang bagaimana memperoleh kebaikan dan kesuksesan tersebut. Hendaknya
orang-orang yang mencita-citakan kesucian hati terus mengkaji tentang tauhid
Ibadallah,
lalu merealisasikan ilmunya. Mengkaji tentang surga dan neraka. Mereka juga
harus menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat dan membuang
keinginan untuk melakukan perbuatan yang memudharatkannya. Dari sinilah Apalagi sifat-sifat surga yang telah digambarkan oleh Rasulullah shallallahu
pikiran seseorang menjadi lurus, hatinya bersih dan tenang. ‘alaihi wa sallam tentang tempat tinggalnya, makanan dan minumannya,
pakaian penduduk surga, dan kebahagiaan dan suka cita yang mereka rasakan.
Ibadallah, Bayangkan! Tanah surga itu berbau wangi aroma misk, bangunan-bangunannya
terbuat dari emas dan perak, tiang-tiangnya dari lu’lu’, minumannya lebih manis
dari madu, lebih harum dari misk, dan lebih sedap dari jahe. Jika saja wajah
Sesuatu yang paling membantu seorang hamba untuk mewujudkan hati yang bidadari-bidadari surga itu ditampakkan ke dunia, maka cahayanya mampu
suci adalah dengan memperbanyak melakukan hal-hal yang bermanfaat di menerangi dunia. Penduduk surga akan mengenakan pakaian sutra yang
hatinya, agar semakin bertakwa, memperbaiki hubungan dengan Allah, terbaik. Mereka akan menikmati buah-buahan apapun tanpa mengenal musim.
menambah keyakinan, menyempurnakan keimanan, dan mengagungkan Allah Ranjang-ranjang mereka ditinggikan, dan kenikmatan-kenikmatan lainnya.
Subhanahu wa Ta’ala. Di antara hal-hal yang bermanfaat tersebut adalah Mereka senantiasa merasakan kenikmatan di dalamnya dan hidup kekal di
sebagai berikut: sana.
Perkara lainnya yang membantu seorang hamba untuk mensucikan hatinya َأ َأ
ٍ اِئر المُسْ لِ ِمي َْن مِنْ ُك ِّل َذ ْن
ب َفاسْ َت ْغفِر ُْوهُ َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ِإ َّن ُه ه َُو ِ قُ ْو ُل َه َذا ال َق ْو ِل َو سْ َت ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َس
adalah menghadirkan bayangan keindahan surga dan apa yang telah Allah
siapkan di dalamnya bagi para penghuninya. Kenikmatan yang tak pernah َ الغفُ ْو ُر
.الر ِح ْي ُم َ
terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terbetik
dalam hati manusia. Khutbah Kedua:
َ َوَأ ْش َه ُد َأنْ اَل ِإ َل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ دَ هُ اَل َش ِر ْي، ان
ك ِ المْ ِت َن
ِ َواسِ ِع ال َفضْ ِل َوالج ُْو ِد َوا، ان ِ اَ ْل َحمْ ُد هَّلِل ِ عَظِ ي ِْم اِإلحْ َس beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam “Hati yang tertelungkup”. Apabila hati
َأ َأ َ َوَأ ْش َه ُد َأنَّ محمداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ؛، لَ ُه
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َو صْ َح ِاب ِه جْ َم ِعي َْن َو َسلَّ َم َتسْ لِ ْيمًا tersebut telah gelap menghitam, maka ia akan merasakan penyakit yang
berbahaya.
. َك ِثيْرً ا
Penyakit pertama, rancu baginya mana yang benar dan mana yang salah. Jadi
هللا َت َعالَى ِ َأمَّا َبعْ ُد عِ َبا َد
َ ِا َّتقُ ْوا: هللا ia tidak mengenal mana yang baik dan tidak mengingkari yang mungkar. Lebih
dari itu, penyakit seperti ini bisa menghukumi yang baik itu sebagai kejelekan
Khatib mewasiatkan agar kita menaruh perhatian yang besar terhadap dan yang mungkar itu sebagai kebaikan, sunnah dianggap bid’ah dan bid’ah
perbaikan hati kita, mempersembahkannya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dianggap sunnah, yang benar jadi salah dan yang salah dianggap benar.
dengan ketaatan kepada-Nya. Apalagi di zaman sekarang, zaman yang penuh
fitnah dan ujian. Dari Hudzaifah bin al-Yaman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Penyakit kedua, hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dihukumi dengan hawa
sallam bersabda, nafsunya. Jadi ia senantiasa mengikuti hawa nafsunya dan menentang
petunjuka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
َ ب ُأ ْش ِر َب َها ُنك
ُّ َوَأي، ِت فِي ِه ُن ْك َت ٌة َس ْودَا ُء ٍ َفَأيُّ َق ْل، ُودا عُو ًدا ً ير ع ِ ِب َك ْال َحص ِ ُتعْ َرضُ ْالفِ َتنُ َعلَى ْالقُلُو
ص َفا َفاَل َتضُرُّ هُ فِ ْت َن ٌة َما َّ ض م ِْث ِل ال
َ َعلَى َأ ْب َي: ْن ِ ير َعلَى َق ْل َبيَ ِضا ُء َح َّتى َتص َ ِت فِي ِه ُن ْك َت ٌة َب ْيَ ب َأ ْن َك َر َها ُنكٍ َق ْل Kedua, hati yang putih. Kita memohon kepada Allah agar menjadikan hati kita
َأ ت ال َّس َم َاو ُ َأْل
وز م َُج ِّخيًا اَل َيعْ ِرفُ َمعْ رُو ًفا َواَل ُي ْن ِك ُر ُم ْن َكرً ا ِ َواآْل َخ ُر سْ َو ُد مُرْ َبا ًّدا َك ْال ُك، ُات َوا رْ ض ْ دَا َم hati yang demikian. Hati yang putih adalah hati yang teradapat cahaya
ُب مِنْ َه َواه ُأ
َ ِإاَّل َما ْش ِر keimanan. Apabila dia berhadapan dengan fitnah dan ujian, maka ia menolak
dan mengingkarinya. Karenanya semakin bertambahlah cahaya keimanan dan
bertambah kuatlah iman dan keyakinannya kepada Allah. Atas izin Allah, hati
“Fitnah-fitnah menempel dalam lubuk hati manusia sedikit demi sedikit bagaikan yang demikian akan selamat, aman, dan terjaga.
tenunan sehelai tikar. Hati yang menerimanya, niscaya timbul bercak (noktah)
hitam, sedangkan hati yang mengingkarinya (menolak fitnah tersebut), niscaya
akan tetap putih (cemerlang). Sehingga hati menjadi dua : yaitu hati yang putih Ibadallah,
seperti batu yang halus lagi licin, tidak ada fitnah yang membahayakannya
selama langit dan bumi masih ada. Adapun hati yang terkena bercak (noktah) Wajib bagi setiap muslim untuk senantiasa memperhatikan keselamatan hatinya
hitam, maka (sedikit demi sedikit) akan menjadi hitam legam bagaikan belanga terutama di zaman yang fitnah, bid’ah, dan ketidaktahuan terhadap agama Allah
yang tertelungkup (terbalik), tidak lagi mengenal yang ma’ruf (kebaikan) dan menyabar. Allah Ta’ala berfirman,
tidak mengingkari kemungkaran, kecuali ia mengikuti apa yang dicintai oleh
hawa nafsunya.” َواعْ َتصِ مُوا ِباهَّلل ِ ه َُو َم ْواَل ُك ْم َفنِعْ َم ْال َم ْولَى َونِعْ َم ال َّنصِ ي ُر
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi hati menjadi “…Dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka
dua dalam menghadapi fitnah: Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong…” (QS. Al-Hajj: 78)
Pertama, hati yang apabila berhadapan dengan fitnah ujian, maka ia akan Hendaknya setiap muslim berusaha menggapai sebab-sebab kebahagian,
menyerapnya sebagaimana spons menyerap air. Saat itulah tertoreh noktah keselamatan, dan kebaikakannya di dunia maupun di akhirat. Dan orang yang
hitam padanya. Hati yang demikian senantiasa menyerap fitnah yang pintar adalah orang yang mampu menundukkan jiwanya dan beramal untuk
dihadapinya sampai ia hitam melegam, wal ‘iyadzubillah. Inilah makna sabda kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang
mengikuti hawa nafsunya dan berandai-andai terhadap suatua angan-angan هللا :ا ُ ْذ ُكر ُْوا هللاَ َي ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َعلَى ن َِع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َ ولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ َأ ْك َب ُر َوهَّللا ُ َيعْ لَ ُم َما َتصْ َنع َ
ُون عِ َبا َد ِ
saja.
.
ان َو َعلِي ، ض اللَّ ُه َّم َع ِن ْال ُخ َل َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن اَألِئ َم ِة ال َم ْه ِد ِّيي َْن َأ ِبي َب ْك ٍر َو ُع َم َر َوع ُْث َم َ َوارْ َ
ان ِإ َلى َي ْو ِم ال ِّدي َْن ، َأ
ض اللَّ ُه َّم َع ِن الص ََّحا َب ِة جْ َم ِعي َْن َو َع ِن ال َّت ِاب ِعي َْن َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس ٍ َوارْ َ
ك َيا َأ ْك َر َم اَأل ْك َر ِمي َْن .اَللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإلسْ اَل َم َوالمُسْ لِ ِمي َْن ، ِك َوِإحْ َسا ِن َ ك َو َك َرم َ َو َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َم ِّن َ
ك َوال ُم ْش ِر ِكي َْن اَللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإلسْ اَل َم َوالمُسْ لِ ِمي َْن ،اَللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإلسْ اَل َم َوالمُسْ لِ ِمي َْن َ ،وَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ
َ ،ودَ مِّرْ َأعْ دَا َء ال ِّدي َْن َ ،واحْ ِم َح ْو َز َة ال ِّدي َْن َيا َربَّ ال َعا َل ِمي َْن .اَللَّ ُه َّم آ ِم َّنا فِي َأ ْو َطا ِن َنا َوَأصْ لِحْ
اك َيا َربَّ ال َعا َل ِمي َْن . ض َك َوا َّت َب َع ِر َ ك َوا َّت َقا َ َأِئ َّم َت َنا َووُ اَل َة ُأم ُْو ِر َنا َ ،واجْ َع ْل ِواَل َي َت َنا فِ ْي َمنْ َخا َف َ
البرِّ َوال َّت ْق َوى َ ،و َس ِّد ْدهُ فِي َأ ْق َوالِ ِه ضى َوَأعِ ْن ُه َع َلى ِ مْر َنا لِ َما ُتحِبُّ َو َترْ َ َأ
اَللَّ ُه َّم َو ِّف ْق َولِيِّ ِ
صال َِح ًة ال َناصِ َح ًة .اَللَّ ُه َّم الب َطا َن ًة ال َ العافِ َي َة َ ،وارْ ُز ْق ُه ِ ب الصِ حَّ َة َو َ َوَأعْ َمالِ ِه َ ،وَأ ْل ِبسْ ُه َث ْو َ
مْر المُسْ لِ ِمي َْن ل ِْل َع َم ِل ِب ِك َت ِاب َ َأ
ك محمد صلى هللا عليه اع ُس َّن ِة َن ِب ِّي َ ك َوا ِّت َب ِ َو ِّف ْق َج ِمي َْع وُ اَل َة ِ
ِك المُْؤ ِم ِني َْن . وسلم َواجْ َع ْل ُه ْم َرْأ َف ًة َو َرحْ َم ًة َع َلى عِ َباد َ
ك الهُدَى ت َولِ ُّي َها َو َم ْواَل َها .اَللَّ ُه َّم ِإ َّنا َنسْ َألُ َ ت َخي َْر َمنْ َز َّكا َها َأ ْن َ ت ُنفُ ْو َس َنا َت ْق َوا َها َز ِّك َها َأ ْن َ اَللَّ ُه َّم آ ِ
ِك َو َع َزاِئ َم ت َرحْ َمت َ ك م ُْو ِج َبا ِ ك ال ُهدَى َوال ُّت َقى َو ْال َع َف َة َو ْال ِغ َنى ،اَللَّ ُه َّم ِإ َّنا َنسْ َألُ َ َوال َّسدَا َد ،اَللَّ ُه َّم ِإ َّنا َنسْ َألُ َ
ْ
ار .اَللَّ ُه َّم ِإ َّنا ك َ ،وال َغ ِن ْي َم َة مِنْ ُك ِّل ِبرٍّ َوال َّساَل َم ِة مِنْ ُك ِّل ِإث ٍم َ ،و ْال َف ْو َز با ِْل َج َّن ِة َوال َّن َجا َة م َِن ال َّن ِ َم ْغف َِر ِت َ
َأ
ب ِإلَ ْي َها مِنْ َق ْو ٍل ْو ُ َأ ْ َنسْ َألُ َ
ار َو َما َقرَّ َ ك م َِن ال َّن ِ ب ِإلَ ْي َها مِنْ َق ْو ٍل ْو َع َم ٍل َ ،و َنع ُْوذ ِب َ ك ال َج َّن َة َو َما َقرَّ َ
ض ْي َت ُه لَ َنا َخيْرً ا .ضا ِء َق َ َع َم ٍل َ ،وَأنْ َتجْ َع َل ُك ِّل َق َ