PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam Al-Qur’an banyak sekali membahas tentang qalb. Qalb sendiri memiliki
beberapa pengertian yang mendefinisikannya baik qalb sebagai bagian dari organ tubuh
manusia maupun qalb sebagai sanubari atau kalbu sebagai pusat sumber perasaan seseorang.
Dari dua pengertian ini, masing-masing qalb yang dimaksud memiliki fungsi yang berbeda.
Para ulama juga memiliki pendapat yang berbeda mengenai qalb yang berbeda walaupun pada
dasarnya saling bersinggungan.
Qalb secara jasmani adalah suatu organ manusia yang terletak di dada sebelah kiri.
Sedangkan qalb secara rohani merupakan hati yang berada dalam jiwa manusia dan berfungsi
sebagai pusat perasaan. Biasanya secara spontanitas seseorang akan otomatis mengelus
dadanya jika mengalami sesuatu yang berhubungan dengan perasaan.Inilah yang menunjukkan
bahwa hati sebagai pusat perasaan dan terletak di dada manusia.
Banyak orang memahami bahwa hati (qolbu) itu adalah segumpal daging dalam diri
manusia. Pemahaman ini tidak salah karena didasarkan pada sabda Rosululloh Saw sebagai
berikut yang memiliki Arti “… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika
dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh;
ketahuilah bahwa dia adalah hati (qolbu) “. (Riwayat Bukhori dan Muslim) Namun pemahaman
ini adalah pemahaman yang sangat mendasar yang diajarkan oleh Rosululloh Saw kepada
umatnya yang pada waktu itu masih kental dengan kejahiliyahan dan tidak mau menerima
sesuatu yang sulit difahami secara akal. Adapun maksudnya agar umatnya mudah mengerti dan
tidak timbul banyak pertanyaan yang menjadikannya kembali kepada kemusyrikan dan
kekufuran.
2. TUJUAN
1) Dapat mengetahui arti dari hati (qolbu)
2) Dapat
3. RUMUSAN MASALAH
B. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN QOLBU
Kata qalb ( (القلبberasal dari akar kata bahasa Arab yang berarti membalik. Hal ini
dikarenakan keadaan hati manusia seringkali berbolak-balik, terkadang susah, terkadang
bahagia, sesekali setuju bahkan menolak. Kondisi qalbsangatlah berpotensi untuk tidak
konsisten.[1] Kata qalb bisa diartikan sebagaiqalb yang berarti hati, yaitu suatu organ dalam
tubuh manusia dan qalbsebagai kalbu, yaitu pikiran manusia yang berkaitan dengan perasaan,
atau sesuatu yang digunakan untuk merasakan dalam pemikiran manusia.
Dimensi insaniah psikis manusia yang lain adalah Qolb, ia adalah bentukmasdar (kata
benda dasar) dari kata qalabaI yang ber arti berubah, berpindah, atau berbalik. Sedangkan
kata qolab sendiri berarti hati atau jantung. Jantung disebut qalb karena memang secara fisik
keadaanya terus-menerus berdetak dan bolak-balik memompa darah. Sedangkan dalam
pengertian psikis, qalb adalah suatu keadaan rohaniah yang selalu bolak-balik dalam
menentukan suatu ketetapan.[2]
Menurut Abdul Mujib, Kalbu Ruhani merupakan bagian esensi dari fitrah nafsani yang
berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali tingkah laku, sehingga bila ia mampu
berfungsi normal, maka kehidupan manusia akan sesuai fitrahnya. Dengan hati yang bersih
(memiliki uluhiyyat dan rabbaniat) inilah manusia tidak hanya mengenal lingkungan fisik dan
sosial tetapi juga mengenal lingkungan spiritual keagamaan dan ketuhanan.[3]
Menurut Imam Al-Ghonzali dalam bukunya Ihya Ulumuddin makna kata hati memiliki
dua pengertian:
1. Yaitu daging berbentuk lentur yang terdapat di sebelah kiri dada manusia dan di
dalamnya terdapat rongga berisi darah hitam. Hati merupakan sumber dan tambang bagi roh.
Daging dalam bentuk seperti ini juga terdapat pada hewan serta manusia yang sudah meninggal
dunia.
2. Yaitu benda yang sangat halus yang didominasi oleh sifat ruhani atau spiritual. Seluruh
anggota tubuh mempunyai hubungan dengan benda yang satu ini. Benda yang sangat halus
inilah yang mampu mengenal allah ta’ala dan menjangkau semua yang tidak dapat dijangkau
oleh pikiran[4] serta angan-angan. Dan dari hati itulah hakekat manusia dinilai oleh Allah.
Al-Ghazali tidak membahas qalb sebagai jantung atau hati dalam arti fisik (definisi
materi), tetapi entitas yang halus yang menjadi hakikat manusia (definisi spiritual). Ia tidak
terlalu membahas qalb dari definisi materi karena ia berkaitan penuh dengan masalah
kedokteran dan tidak terlalu terkait dengan ajaran agama. Lain daripada itu, jantung dan hati
atau organ tubuh lainnya hanyalah sekadar alat bagi entitas ini untuk merealisasikan
keputusannya. Tatkala jantung mati dan berhenti berfungsi, maka ikut matilah seluruh organ
tubuh secara keseluruhan, sedangkan jiwa manusia tidak ikut binasa dengan hancurnya badan.
Jadi dalam hal ini, yang dimaksud qalb menurut al-Ghazali adalah substansi non-materi yang
gaib dan tidak kelihatan.
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Mengartikan Qalbu sebagai kelembutan Rabbaniyah
Ruhaniyah yang bertempat di Qalbu ini. Qalbu dengan makna ini adalah hakikat manusia.
Dialah bagian yang menyerap, menangkap, dan memiliki pemahaman dalam diri manusia.
Dialah yang beri tugas hukum, yang akan diperhitungkan, yang akan diberikan ganjaran, dan
yang akan mendapat kecaman.
Menurut pemahaman Sa’ad Hawwa, bahwa Qalbu itu adalah rasa ruhaniyah yang halus
yang berkaitan dengan hati jasmani (bendawi), dan perasaan halus itu adalah hakikat diri
mausia. Dialah yang mengetahui, mengerti dan paham. Dialah yang mendapat perintah, yang
dicela, diberi sanksi, dan yang mendapat tuntutan. Ia memiliki hubungan dengan hati jasmani
(bendawi). Akal manusia bingung untuk mengetahui letak hubungan dan pertaliannya, padahal
pertaliannya (hubungan antara hati ruhaniyah dengan hati jasmani) sama dengan hubugan antar
watak dengan jasad, antara sifat dan yang disifati, antara pemakai alat dengan alat itu sendiri.
Antara sesuatu yang menempati tempat dengan tempat itu sendiri.
Abd Razzaq Al-Kasyanie menguraikan tentang penyebutan qalb dengan berbagai
macam nama sebagai berikut:
2. Baitul Muqaddas, yaitu kalbu lahir yang berhubungan dengan orang lain.
3. Baitul Muharram, yaitu kalbu manusia yang sempurna yang di peruntukan khusus untuk
mengenal dan mencintai Allah dan mengharamkan yang lain.
4. Baitul Izzah, yaitu kalbu yang sampai tingkat dimana seseorang sudah berada dalam
kondisi fana’.
Para ulama memiliki pendapat yang berbeda terkait dengan makna qalbdalam diri
manusia. Diantaranya sebagai berikut:[6]
ayat telah diartikan sama persis dengan ayat lainnya. Sebagian ulama
mengatakan qalb terdapat dalam dada manusia sebagaimana terdapat dalam surah Al-
Hajj/22:46
... ٤٦ ُور
ِ صدُّ ص ُر َو َٰلَ ِكن تَعۡ َمى ۡٱلقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱل
َ َٰ فَإِنَّ َها ََل تَعۡ َمى ۡٱۡل َ ۡب
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada.” (QS. Al-Hajj/22:46)
· Sebagian pula mengatakan bahwa kalbu (qalb) indentik dengan fu’ad dan aql (akal)
berpusat pada kepala seperti diterangkan dalam surah Al-A’raf/7:179
ۡ
١٧٩ وب ََّل يَ ۡف َق ُهونَ ِب َها
ٞ ُنس لَ ُه ۡم قُل ِ ۡ َولَقَ ۡد ذَ َرأنَا ِل َج َهنَّ َم َكثِ ٗيرا ِمنَ ۡٱل ِج ِن َو
ِۖ ِ ٱۡل
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah).”(QS. Al-A’raf/7:179)[7]
Jadi, pengertian Qalbu disini adalah dalam makna ruhaniah dan ia tidak dapat dilihat
dengan mata kepala, kecuali dengan penglihatn batiniah ( mukasyafah). Ia merupakan tempat
menerima perasaan kasih sayang, pengajaran, pengetahuan, berita, ketakutan, keimanan,
keislamanan, keikhsanan, ketauhidan dan ketakwaan.
2. PENGERTIAN QOLBU DALAM AL-QUR’AN
Dalam Al-Qur’an kata qalb disebutkan sebanyak 122 kali yang tersebar dalam 45 surat
dan 112 ayat. Yang menjelaskan tentang Iman terdapat di 43 ayat, meliputi QS. AlHujurat (49):
14; Al-Baqarah (2): 7, 10, 93, 97, 204;; Ali Imron (3): 8, 167; al Nisa’(4): 63, 155; al-
Maidah(5): 41; al An’am(6): 46; al A’raf (7): 100,101; al Anfal(8):24; al Taubah(9):
8,45,67,77,110,117; Yunus(10): 88; al Hijr(15): 12; al Nahl(16): 22; al Kahfi(18): 14; al
Anbiya(21): 3; al Hajj(22): 32,54; al Muminun(23): 63; al Nur(24): 50; al syu’ara(42): 24; al
Ahzab(33): 32; Fussilat(41):5; al jasiyah(45): 23; al Hujurat(49):7,14; al Mujadilah(58):22; al
Hasyr(59): 10; Saf(61):: 5; al tagabun(64): 11; al Mutafifin(83): 14. Antara lain:
ومن الناس من ىعجبك قو له فى الحىو ة الد نىا وىشهد هللا على فى قلبه وهو الد الخصام
Artinya: setengan manusia ada yang ta’ajub engkau (mendengarkan) perkataanya pada hidup
di dunia dan dia mepersiapkan kepada allah apa yang dalam hatinya, padahal di sebesar-
besar musihmu. (QS.Al-Baqarah(2): 204)
Terdapat 24 ayat yang menjelaskan bahwa qalb mampu menampung perasaan takut,
gelisah, harapan, dan ketenangan, meliputi : QS. AL Ahzab(33):26; Ali Imran(3):15, 126, 159,;
al Maidah(5): 113; al Anfal(8) 2, 10,11, 63; al Taubah(9):15, 60; al Nahl(16): 106; al
Mu’minun(23):60; al Nur(24): 37; al ahzab(33): 18; al Hadid(57): 27; al Hasyr(59): 14; al
Nazi’at(79): 7, 8, 9. Antar lain:
وماجعله هللا اَلبقسرى ولتططمنن به قلوبكم وما النصر اَل من عند هللا عزىزحكىم
Artinya: Allah tidak menjadikan demikian itu, melainkan untuk kabar gembira dan supaya
tentram hatimu. Dan tidakada kemenangan, melainkan dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah
maha perkasa lagi maha bijaksana.(QS. Al Anfal(8): 10)
Ibnu Qayyim dalam tafsir al Qayyim , tidak mengungkapkan makna qalb secara
eksplisit, namun beliau hanya menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tersebut sesuai dengan urutan
mushaf usmani. Disamping itu, Ibnu Qayyim tidak menafsirkan ayat al-Qur’an secara
keseluruhan. Term qalb yang disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 111 kali, dalam at Tafsir
al Qayyim , sebagian ditafsirkan sedikit, atau makna qalb dalam satu ayat telah diartikan sama
persis dengan ayat lainnya. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dalam menafsirkan al-Qur’an sering
menyertakan, pendapat ulama, ayat-ayat al-Qur’an lain yang setema, ini dimaksudkan untuk
memperoleh kejelasan makna dari setiap ayat-ayat yang beliau tafsiri. Term qalb dalam
pandangan yang lebih umum dipahami sebagai hati secara ruhaniah. Dalam tafsirnya, beliau
menafsirkan terma qalb disesuiakan juga dengan karakteristik qalb yang ditujukan dalam al-
Qur’an sendiri. Adapun karakteristik yang mencakup kandungan qalb , macam-macam qalb ,
dan fungsi qalb.
4. TINGKATAN – TINGKATAN QOLBU(HATI0
1) Hati yng telah kokoh dan mantap (fu’ad).
Hati itu (fu’ad) tidak pernah dusta terhadap apa saja yang telah ia lihat(Q.S.
an-Najm [53]: 11)
Hati yang mantap ini adalah hati yang telah dimiliki oleh mereka yang telah
mencapai derajad jiwa rabbani. Apa yang ditampakkan oleh hatinya, atau
dirasakan, dan diilhamkan dalam hatinya tidak ada kebohongan dan tipu daya,
sebab hati itu melihat dalam bimbingan cahaya ketuhanan (Nurullah) yang
masuk kedalam hati itu.
Yang dimaksud dengan hati yang sadar adalah hati yang telah dapat menerima
kebenaran Allah Swt, sehingga hati itu terlepas dari himpitan, kebingungan,
was-was, dan ragu-ragu tentang kebenaran-kebenaran-Nya tersebut. Hati
ridha dan ikhlas untuk mencapai dan menyakini islam sebagai ajaran dan
agama yang diridhai-Nya. Ketulusan dan keridhaan terlahir dalam segala
perbuatan dan tindakan sehari-hari tanpa merasa terpaksa dan dipaksa.
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras
lagi.
Kondisi hati dalam tingkatan ini biasanya senantiasa dihiasi oleh perasaan ragi-
ragu, was-was, dan sering berburuk sangka. Hati seperti inilah yang menjadi
makanan empuk atau sasaran iblis untuk menggoda dan menghancurkan
manusia. Hati seperti ini dimiliki oleh seseorang yang
berjiwa Lawwamah, tidak memiliki pendirian dan prinsip hidup yang jelas.
Seperti dapat kita rasakan, bahwa di dalam hati selalu ada dua kata-kata, ajakan,
seruan dan bisikan, negative atau positif, baik atau buruk, dan haq atau bathil.
Bagi hati yang mantap (fu’ad), tanpa ragu ia memilih pasti memilih yang positif,
baik, dan benar, sejauh mana kebenarannya, Allah Swt. Menyingkapnya
secara zauq (perasaan yang kuat), kasyaf(ketersingkapan hati batin)
dan musyabadah (penyaksian langsung). Begitu pula dengan hati
yang shadr (perasaan yang kuat), sebagai anugerah yang besar dari Allah Swt.
Qalbu atau hati adalah sesuatu yang lebut, halus, dan tidak tampak oleh penglihatan
manusia, tetapi keberadaannya dapat dirasakan dan diyakini. Oleh karena itu, ia harus
memperoleh perhatian yang sangat penting, karena ia merupakan pintu masuknya cahaya
ketuhanan dan kebenaran. Memelihara hati ini dapat diibaratkan dengan merawat seorang bayi
yang sangat sensitive terhadap hal-hal yang ada disekitarnya. Ia sangat membutuhkan
perlindungan, pengawasan, dan pengahasuhan yang lebut, hati-hati, dan penuh kasih sayang.
Apabila kita mengibaratkan dalam kehidupan ini, maka hidup itu adalah ruh, kehidupan
ini adalah jiwa, qalbu itu adalah raja, akal pikiran adalah perdana mentri, indrawi adalah
menteri-menteri, dan tubuh dengan segala unsur-unsur luar dan dalamnya adalah rakyat. Hidup
dan kehidupan akan menjadi besar, mulia, dan agung atau tidak tergantung kepada sang raja
itu. Jika ia memiliki power, kekuatan, daya pengaruh, dan charisma yang besar, maka orang-
orang yang ada di bawah kekuasaan-Nya secaran kehidu ara otomatis mereka mengakui
keberadaan rajanya itu dan segera mengikutinya dengan tulus, hormat, dan tawadhu’. Itulah
sebenarnya eksistensi diri ini oleh karena itu Rasulullah Saw. Mengajarkan kepada kita, agar
dapat membangun hidup dan kehidupan ini dengan penuh kerahmatan dan keseimbangan yang
penuh.
Metode yang paling utama untuk menyucikan dan menyehatkan qalbu
adalah zikrullah(menyebut dan mengingat Allah Swt). Sebagaimana diisyratkan oleh Allah
Swt. Dalam firmannya:
Artinya : dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Dalam kitab sirrurl asror karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dikemukakan sebagai berikut :
Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah Swt adalah ruh, ruh siapa? ruh Muhammad
Saw. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam hadits qudsi : “Aku ciptakan ruh Muhammad
dari cahaya-Ku”.
Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut nur kenapa disebut nur ?
karena bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk
pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda beliau Saw : “aku dari Allah dan
makhluk lain dari aku”.
Dari ruh Muhammad inilah Allah menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal
setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruh-ruh tersebut diturunkan
ke tempat yang terendah, dimasukkan kepada makhluk yang terendah, yaitu jasad. Jasad itu
sendiri diciptakan Allah dari bumi yang tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).
Setelah diwujudkan jasad itu maka Allah menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan
sebagai barang titipan pastinya Allah akan mengambil kembali titipannya itu. Ketahuilah ruh
itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah
ketika Allah bertanya kepada semua ruh :
ور ِه ْم ذُ ِريَّت َ ُه ْم َوأ َ ْش َهدَ ُه ْم َعلَ َٰى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَ ْستُ ِب َر ِب ُك ْم ِۖ قَالُوا بَلَ َٰى ۛ َش ِهدْنَا ۛ أ َ ْن تَقُولُوا يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة ِإنَّا ُ َو ِإذْ أ َ َخذَ َربُّكَ ِم ْن بَنِي آدَ َم ِم ْن
ِ ظ ُه
َُكنَّا َع ْن َٰ َهذَا غَافِلِين
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Qs. Al-
Araaf : 172).
Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at
badaniyah / biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu pula
adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Allah surah At-Takwir ayat 7 :
ُ َوإِذَاالنُّفُو
ْ س ُز ِو َج
ت
Artinya : “dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)”.
Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh.
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
QOLBU=RUH=AKAL=NAFSU
Kenapa dikatakan demikian, karena memang benar seperti itu adanya. Mari kita lihat
bersama apabila ada di hadapan kita sosok mayat. Apabila saya tanyakan, mayat ini sudah tidak
ada apanya : qolbunya, ruhnya, akalnya atau nafsunya. maka pasti jawabannya : “semuanya”.
Tidak salah apabila ada yang mengatakan qolbunya yang tidak ada, karena ketika seseorang
meninggal maka qolbunya yang selalu menjadi sumber perasa ketika masih hidup seperti ;
sedih, senang, tentram, menyesal, marah maka setelah meninggal perasaan di mayat itu hilang,
dia tidak merasakan apa-apa lagi. Tidak salah juga kalau orang berkata ruhnya yang tidak ada,
karena ruh adalah nyawa bagi mayat itu. Setelah ruhnya tidak ada maka mayat itu tidak
bernyawa lagi, tidak bernafas lagi tidak berdetak lagi jantungnya serta nadinyapun tidak
berdenyut lagi. Apabila ada yang mengatakan akalnya yang tidak ada, maka ini juga betul
karena setelah meninggalnya seseorang maka mayat orang tersebut tidak akan berfikir lagi dan
tidak akan faham lagi dengan ilmu-ilmu yang dulu pernah dipelajarinya selagi hidup. Terakhir
jika dikatakan yang tidak ada itu nafsunya, maka ini pun betul. Karena nafsu itu adalah unsur
dalam jiwa orang yang masih hidup yang memiliki keinginan-keinginan baik maupun buruk.
Dengan demikian setelah menjadi mayat maka tidak ada lagi pada mayat itu nafsunya sehingga
dia tidak memiliki keinginan apapun.
pada hakikatnya Qolbu, Ruh, Akal dan Nafsu adalah satu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan. bahkan Imam Al-Ghazali r.a mengatakan dalam kitabnya bahwa qolbu,
ruh, akal dan nafsu itu adalah satu. (syai’un wahidun). Tidak memiliki perbedaan, semuanya
merupakan hal yang sama. Sehingga jelas bahwa keempat nama tersebut pada dasarnya adalah
satu hal yang sama, memiliki fungsi dan tugas yang sama. Tinggal bagaimana kita membina,
menuntun keempat hal ini agar betul-betul mampu mengantarkan kita lebih dekat dengan Allah
swt dan mampu mengantarkan kita mencapai tujuan kita yaitu bertemu dengan-Nya. Wallahu
a’lam bish shawab
C. PENUTUPAN
KESIMPULAN
http://webtentangkita.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-qalbu-dan-tingkatan.html
http://www.teknikhidup.com/Islam/macam-macam-penyakit-hati-dalam-Islam
http://mottocinta.dorar.info/2015/01/5-macam-penyakit-hati-dalam-islam-dan.html
https://makalahislami26.blogspot.co.id/2017/10/makalah-hati-qalb-dalam-al-quran-qalb.html
Sumber :
1. Kitab Qothrul Ghoits
2. Kitab Bidayatussalikiin
3. Kitab Sirrul Asror
4. Ihya; ulumuddin
http://webtentangkita.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-qalbu-dan-tingkatan.html