Anda di halaman 1dari 11

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Journal of IAIN Sultan Amai Gorontalo

TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

Cara Mendiagnosa Penyakit Ujub dan Takabur


Ulfa Dj. Nurkamiden
Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo

Abstrak
Setiap zaman memiliki penyakit dan masalah tersendiri, bahkan sepanjang zaman juga
memiliki penyakit dan masalah tersendiri. seorang hamba Allah yang berhasil adalah yang bisa
mengobati penyakit-penyakit yang bersarang didalam tubuhnya, seperti ujub dan takabur. baik
penyakit-penyakit yang bersifat kontemporer ataupun penyakit-penyakit sepanjang zaman. Itulah
tanda kesuksesan dalam penyucian jiwa. Menurut Al-Junjani ujub adalah anggapan seseorang
terhadap ketinggian dirinya, padahal ia tidak berhak untuk anggapan itu. Ujub merupakan cela dan
perasaan yang sangat buruk. Diantara perangai atau karakter yang dapat kita ketahui dari
seseorang yang telah terserang virus ujub adalah karakter mereka yang selalu memandang diri dan
usahanya dalam setiap ibadah yang dilaksanakan, sehingga matanya penuh dengan hiasan amalnya
dan hatinya merasakan keunggulan dirinya. Aa’Gim (KH. Abdullah Gymnastiar) mengajak untuk
bisa melakukan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) dengan dipadu 3 M (melalui diri
sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai dari sekarang). Jika sifat-sifat baik diwujudkan dalam
kebiasaan sikap dan kehidupan sehari-hari, niscaya yang muncul adalah tampilan kepribadian yang
baik dan simpatik, yang akan menyenangkan siapa pun. Takabur adalah berbangga diri dan
cenderung memandang diri berada diatas orang lain. Menurut al-Muhasibi takabur merupakan
penyakit jiwa yang paling besar, dan dirinya akan menimbulkan berbagai petaka. Oleh karena itu,
sifat takabur cepat mendatangkan kemarahan dan siksa dari Allah SWT. Semua penyakit hati
berdampak pada langkah dan tindak perbuatan manusia. Semua itu penyebabnya adalah tidak
adanya hati yang sehat dan bersih.
Kata Kunci: Ujub, Takabur

A. Pendahuluan penyakit-penyakit yang bersarang didalam


Hati (Raja) pengatur stabilitas tubuhnya, baik penyakit-penyakit
(The Central Emotion) bagi seluruh anggota kontemporer ataupun penyakit-penyakit
tubuh manusia bukanlah semata hati jasmani sepanjang zaman. Itulah tanda kesuksesan
berupa segumpal daging, yang berbentuk dalam penyucian jiwa.
bulat memanjang, berisikan rongga-rongga, Anda dapat menyaksikan sendiri
dan mengandung darah hitam, melainkan bahwa zaman kita adalah zaman ketika
sesuatu yang sangat abstrak. Ia termasuk kehusyuan sangat sedikit tetapi cinta dunia
ihwal ruhiyah yang susah ditembus oleh dan takut mati sangat menguasai jiwa. Jika
kekuatan indrawi. Dia adalah:”Jisim yang seorang hamba tidak dapat menghilangkan
sangat halus, terletak didalam hati yang penyakit itu, maka sumbangsih pembaharuan
berupa daging, sepertinya menempelnya sangat sedikit. Ia harus memiliki
sifat pada benda yang disifatinya”. Dialah kemampuan untuk menghilangkan penyakit
yang dikatakan oleh Rasulullah sebagai seperti itu.
penentu baik dan buruknya aktivitas jasmani. Seorang pun tidak dapat
Setiap zaman memiliki penyakit mengetahui subtansi hati. Karena itu, setiap
dan masalah tersendiri, bahkan sepanjang mu‟min wajib meyakini keagungan dibalik
zaman juga memiliki penyakit dan masalah ciptaan Tuhan ini dengan mengucapkan
tersendiri. seorang hamba Allah yang “Subhanallah! Betapa maha sempurnanya
berhasil adalah yang bisa mengobati ciptaan Allah atas manusia”! Betapa karena

115
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

hati manusia yang paling tinggi diatas memperbesar rasa kesombongan kepada-
mahluk-mahluk lainnya. Nya1.
Untuk menjaga kesempurnaan dan Al-Muhasibi menerangkan
keseimbangan hati agar tetap dalam tuntunan bahwa ujub adalah sikap memuji diri
syar‟i, dibutuhkan bagi seorang hamba untuk sendiri atas perbuatan yang telah
benar-benar memelihara dan menjaga dilakukannya, kemudian dia melupakan
kondisi hati agar tetap pada jalan yang benar, bahwa hal tersebut (keberhasilan
tidak akan mudah dimasuki oleh penyakit- menyelesaikan pekerjaan) adalah karunia
penyakit yang bisa berdampak pada hati Allah SWT.
seseorang. Berkaitan denga sifat ujub
Maka sholat merupakan salah satu tersebut, Syeikh Bisyru bin Al-Harits Al-
sarana penyucian jiwa dan wujud tertinggi Hafi mengungkapkan bahwa ujub adalah
penghambaan dan kesyukuran, shalat sendiri ketika engkau mengagung-agungkan
sebenarnya merupakan tujuan. Jadi, shalat amalanmu, sedangkan amalan orang lain
merupakan sarana dan tujuan. Shalat yang engkau pandang sebelah mata. Boleh
dilakukan secara sempurna menjadi tanda dikata, sisi inilah yang paling krusial dan
bahwa jiwa dan hati tersucikan. Dengan paling kelihatan dari sekian banyak
demikian, pelaksanaan shalat secara penomena ujub yang ada.
sempurna merupakan sarana, tujuan dan Rasulullah saw. Bersabda
dampak. ‫اذا رايت مطاعا وهىي متثعا ودنيا مؤثرج واعجاب مل ذي‬
B. Pembahasan ‫راي‬
1. Ujub ‫ترايه فعليل نفسل‬
a. Pengertian Ujub “Apabila kamu berjumpa denga
Ujub dalam bahasa arab yang seseorang yang memperturutkan sifat
pengertiannya secara umum adalah pelit, mengumbar hawa nafsu,
membanggakan diri sendiri merasa heran mengutamakan dunia, dan selalu
terhadap diri sendiri sebab adanya satu dan membanggakan pendapatnya sendiri,
lain hal. maka selamatkan dirimu” (at-Tirmidji)2
Menurut Al-Junjani ujub adalah Apabila kita terjangkit penyakit ini,
anggapan seseorang terhadap ketinggian maka kita akan sulit bergaul dalam
dirinya, padahal ia tidak berhak untuk keorganisasian atau bekerja sama dengan
anggapan itu. Ujub merupakan cela dan orang lain. Rasulullah memberikan
perasaan yang sangat buruk. Hati nasehat bagi orang terjangkit penyakit ini
manusia yang ujub, disaat ia merasa ujub untuk selalu berjamaah, tolong menolong,
adalah buta sehingga ia melihat dirinya dan bekerja sama dalam kebaikan.
sebagai orang yang selamat padahal ia Dengan demikian kita ketahui bahwa
adalah celaka, ia melihat dirinya sebagai penyakit ujub, pelit, cinta dunia, dan
orang yang benar padahal ia adalah salah. mengikuti hawa nafsu merupakan
Orang yang ujub selalu meremehkan atas penyakit yang berbahaya dalam
perbuatan dosa yang dilakukan dan selalu
melupakan dosa yang telah diperbuatnya,
bahkan hatinya buta sehingga melihat
perbuatan dosa yang dilakukan sebagai
perbuatan bukan dosa dan selalu 1
An-Najar, Amin, Ilmu Jiwa Dalam
memperbanyak perbuatan dosa itu. Orang Tsawuf, Penerjemah Hasan Pustaka Azzam, Cet II,
yang ujub selalu mengecilkan perasaan Jakarta, 2001, h. 166.
2
Ramadan, Muhammad, Quantum Ikhlas,
takutnya kepada Allah SWT dan Penerjemah Alek Mahya Shofa, Abyan, Solo, 2009,
h. 40-41.

117
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

kehidupan manusia secara umum dan


         
umat Islam secara khusus.3
Ibnu Mas‟ud r.a mengatakan:
‫ القنىط والعجة‬:‫الهالك في اثنين‬       
Artinya: kehancuran manuusia terletak
…………janganlah kamu mengatakan
pada dua hal, yakni sikap pesimis dan
dirimu suci. dialah yang paling
ujub
mengetahui tentang orang yang
b. Mendiagnosa Penyakit Ujub
bertakwa.(an-Najm: 32)
Diantara perangai atau karakter
Ibnu Juraij berkata,
yang dapat kita ketahui dari seseorang
“Apabila kamu telah mengerjakan
yang telah terserang virus ujub adalah
perbuatan baik janganlah kamu katakan
karakter mereka yang selalu memandang
telah mengerjakannya"
diri dan usahanya dalam setiap ibadah
Para Salaf shalih tidak bangga dan
yang dilaksanakan, sehingga matanya
bergantung (merasa aman) dengan amal ibadah
penuh dengan hiasan amalnya dan
yang telah mereka lakukan. Mereka merasa
hatinya merasakan keunggulan dirinya.
bahwa diri mereka layak mendapat siksa neraka
Tidak sampai disitu, ai pun merasa
kerena perbuatan baik mereka mengandung
dirinya semakin bersinar dengan ibadah
lebih banyak keburukan daripada kebaikan.
dan ketaatannya. Ia akan memandang
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa
lebih dan lebih untuk memandang
Nabi Isa a.s. berkata,”Betapa banyak lampu
ketakjuban atas dirinya, sehingga
yang padam ditiup angin. Dan betapa banyak
membuat dirinya berpaling dari sikap
ibadah yang hancur dirusak ujub (berbangga
ikhlas kepada Allah SWT. Tidak terasa
diri).”(asy-Sya‟roni: 2006, 144)4
sifat ujub telah mencengkram lubuk
Inilah contoh kehancuran yang
sanubarinya, amalan demi amalan ia
disebabkan oleh sifat ujub kehancuran yang
publikasikan. Karena sikap itulah,
paling besar adalah ia merasa dirinya telah
amalannya menjadi sirna dan hangus.
sukses, hingga tidak mau lagi berusaha. Ia
Di hadapan Allah, orang yang
merasa dirinya sudah cukup, sehingga tidak
memiliki sifat ujub melupakan bahwa apa
mau mencari lagi. Setelah itu, ia akan merasa
yang ia peroleh baik dari segi ibadah
jenuh dan bosan, lebih dari itu, ia juga akan
yang telah dilakukannya, sehingga ia
merasa malas dan putus asa atau bahkan
tidak memiliki kesungguhan untuk
berhenti sama sekali dari amal dan nyaris apatis
bertobat. Lebih jauh lagi, ia lupa bahwa
karena merasa dirinya sudah cukup banyak
apa yang telah diperoleh baik dari segi
amal.
ibadah, kekayaan, maupun kesuksesan
Sebagai pakar penyakit jiwa, Al-Muhasibi
merupakan nikmat dari Allah. Ia
mengatakan jika dirimu mendapatkan pujian
meyakini bahwa apa yang telah diperoleh
dan penyucian maka janganlah lantas menjadi
dan lakukan merupakan usaha diri
ujub, karena bila engkau menjadi ujub sangat
sendiri. Orang seperti ini juga tidak takut
merugikan dan mudharat bagi agama dan jika
azab dan kemurkaan Allah karena ia
engkau telah merasa senang dengan pujian itu,
meyakini bahwa ia telah mendapat
maka segera hilang kan perasaan tersebut dan
kedudukan mulia disisinya.
alihkanlah perasaan senang itu menjadi senang
dengan ilmu pengetahuan karena betapa

3
Hawwa, Said, Tazkiyatun Nafs,
4
penerjemah Tim Kuwais: (Abdul Amin, Rusyadi, Abdul Wahab asy-Syakroni, Terapi
Musdar), Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2010, h. 231. Spritual, penerjemah E Kusdian, Pustaka hidayah,
Bandung, 2006,h.144.

118
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

bahayanya perasaan ujub terhadap agama. 3. Bergaul dengan orang yang terkena
(Najar: 2001, 166)5 penyakit ujub
Dalam pergaulan sehari-hari kita harus
c. Hakikat Sifat Ujub berhati-hati dalam memilih teman, karena pada
Hakikat sifat ujub adalah, kesombongan umumnya seseorang akan melatahi perbuatan
batin atas kesempurnaan ilmu atau amal yang temannya. Nabi saw bersabda “perumpamaan
digambarkannya melalui lisan maupun teman yang shalih dan teman yang jahat adalah
perbuatan (tindakan). Syaikhul Islam Ibnu seperti orang yang berteman dengan penjual
Taimiyah berkata: ” orang yang bersikap ujub minyak wangi dan pandai besi.”(HR. Al-
pada hakekatnya ia tak melakukan firman- Bukhari dan Muslim)
firman Allah, dan barangsiapa yang 4. Kufur nikmat dan lupa kepada Allah SWT
melaksanakan firman Allah maka ia telah Begitu banyak nikmat yang diterima
keluar dari sifat ujub.” seseorang hamba, tetapi ia lupa kepada Allah
Firman Allah SWT yang telah memberinya nikmat itu.
Sehingga hal itu menggiringnya kepada
penyakit ujub, dia membanggakan dirinya yang
   
tidak pantas dibanggakan.
Dan janganlah kamu memberi (dengan 5. Menangani suatu pekerjaan sebelum matang
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih dalam menguasainya dan belum terbina
banyak.(al-Mudatsir: 6) (al-Gajali: 2009, dengan sempurna.
329)6 Sekarang ini banyak ditemui orang-orang
d. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya yang berlagak pintar. Seperti kata pepatah
Sifat Ujub “sudah dipetik sebelum matang”. Berapa
1. Faktor keturunan dan lingkungan banyak orang yang menjadi korban dalam hal
Faktor keturunan adalah faktor yang ini, dan itu termasuk perbuatan yang sia-sia.
dibawa sejak masih dalam rahim ibunya, Adalagi orang yang mengaku seorang ulama
berwujud benih, bibit, gen atau sering juga padahal ia tidak memiliki ilmu yang cukup.
disebut kemampuan-kemampuan dasar atau Lalu ia berkomentar tentang banyak
potensi. Dia akan menyerap kebiasaan- permasalahan, yang terkadang ia sendiri tidak
kebiasaan keduanya atau salah satunya baik faham tentang itu.
yang positif maupun yang negatif. adapun 6. Jahil dan mengabaikan hakikat diri (lupa
faktor lingkungan memberikan pengaruh sangat daratan)
besar bagi diri seseorang. (al-Banjari: 2008, 27)7 Sekiranya seorang insan benar-benar
2. Sanjungan dan pujian yang berlebihan merenungi dirinya, asal muasal penciptaannya
Sanjungan berlebihan tanpa sampai tumbuh menjadi manusia yang
memperhatikan etika agama, sebagian orang sempurna, niscaya dia tidak akan terkena
yang berlebih-lebihan dalam memuji sehingga penyakit ujub.
seringkali membuat yang dipuji lupa diri. 7. Berbangga-bangga dengan nasab dan
keturunan
Seorang insan terkadang memandang
5
An-Najar, Amin, Ilmu Jiwa Dalam mulia dirinya karena darah biru mengalir
Tsawuf, Penerjemah Hasan Pustaka Azzam, Cet II, ditubuhnya. Ia menganggap dirinya lebih utama
Jakarta, 2001,h.166.
6
Al-Gojali, Imam, Ringkasan
dari si fulan dan fulan. Ia tidak mau mendatangi
Ihya’Ulumuddin, Penerjemah Abdul Rosyad Siddik, si fulan sekalipun berkepentingan. Dan tidak
AKBAR Media Aksara, Jakarta, 2009,h.329. mau mendengarkan ucapan si fulan. Ini
7
Al-Banjari, Rachamad Ramadhana, merupakan penyabab penyakit ujub.
Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-
Qur’an, DIVA Press, Jogjakarta, 2008,h.27. 8. Berlebih-lebihan dalam memuliakan dan
menghormati

119
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

Rasulullah saw melarang para sahabat kenikmatan kepada Allah, maka hilanglah
untuk berdiri menyambut beliau. Dalam sebuah sifat ujub darinya.
Hadits riwayat Abu Dawud, Rasuullah saw 11. Pembagian Penyakit Ujub Dan Terapi
bersabda”barang siapa yang suka agar orang- Pengobatannya
orang berdiri menyambutnya, maka bersiaplah “ujub atas parasnya yang cantik atau
dia untuk menempati tempatnya di ganteng, tubuhnya yang indah, kekuatannya,
neraka.”(HR. At-Tirmidzi, beliau katakan hadits keindahan suaranya, dan semua hal yang
ini hasan) berkaitan dengan tubuhnya”.
9. Lengah dari akibat yang ditimbulkan oleh Orang yang meyakini bahwa segala
penyakit ujub kelebihan dan keindahan dalam tubuhnya
Sekiranya seorang insan menyadari merupakan hasil usahanya sendiri. Ia
bahwa ia hanya menuai dosa dari penyakit ujub melupakan bahwa semua itu merupakan nikmat
yang menjangkiti dirinya dan menyadari bahwa dari Allah dan diapun mampu menghilangkan
ujub itu adalah sebuah pelanggaran, sedikitpun semua itu dengan sekejab. Terapi
ia tidak akan kuasa bersikap ujub. Apalagi jika pengobatannya yang dapat dia lakukan adalah
ia merenungi sabda Rasulullahh saw: dengan merenungi bahwa ia tercipta dari suatu
“sesungguhnya seluruh orang yang sombong yang hina (air mani) dan berahir dengan tulang
akan dikumpulkan pada hari kiamat bagaikan belulang. Wajah yang cantik dan tubuh yang
semut yang diinjak-injak indah akan hancur ketika ia dimasukkan
manusia.”(http//www.dadangkadarusman.com)8 kedalam kubur. Oleh karena itu ujub dibagi
10. Batasan-Batasan Sifat Ujub menjadi:
Ketahuilah bahwa sifat ujub bermuara a. Ujub atas kepintaran dan kecerdasannya.
dari merasa dirinya sempurna, seperti ujubnya Terapi pengobatannya adalah dengan bersyukur
orang alim yang merasa dirinya telah mencapai kepada Allah yang telah memberikan akal yang
kesempurnaan dalam ilmu, perbuatan dan cemerlang. Selain itu, ia juga harus merenungi
akhlak. Adapun batasan-batasan ujub apabila otaknya terkena sedikit saja penyakit,
diantaranya: maka ia tidak akan mampu lagi untuk berfikir,
a. Ia takut kehilangan apa yang justru mungkin orang akan mengaggapnya gila,
diperolehnya. Ini tidak dikategorikan kesurupan, atau segala macam bentuk yang
penyakit ujub. membuat orang menertawakannya. Terapi
b. Dia tidak takut kehilangan apa yang telah berikutnya adalah dengan menimbulkan rasa
diperoleh. Ia bergembira dengan apa yang takut apabila ia ujub atas kecerdasannya dan
telah didapat dengan keyakinan bahwa tidak bersyukur, maka Allah akan
semua itu kenikmatan dari Allah, bukan menghilangkan kecerdasan dari otaknya.
semata-mata upaya darinya. Ini tidak Meyakini bahwa ilmu yang diberikan Allah
dikategorikan sebagai ujub. kepadanya hanyalah sedikit, merasa bahwa apa
c. Keadaan ketiga adalah ia tidak takut yang ia tidak tahu tentang ilmu yang telah
kehilangan apa yang telah diperoleh. Dia diketahui oleh orang lain, lebih banyak dari apa
meyakini apa yang didapat semata-mata atas yang ia tahu, apalagi kalau dibanding dengan
usahanya sendiri, bukan pemberian dari ilmu Allah yang sangat luas.
Allah. ini dikategorikan sebagai ujub. b. Ujub atas garis keturunan (nasab). Seperti
Sekiranya ia menyandarkan segala ujub karena keturunan Bani Hasyim atau
keturunan kaum Quraisy, sehingga mereka
menganggap dengan kemulian kakek-neneknya
8
Sukur, Amin, Tasawuf membuat dosa. Cara pengobatannya dengan
kontemporer,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003 melihat perbuatan dirinya sendiri, yaitu jika
(http/www.dadangkadarusman.com)
perbuatan berbeda dan bahkan bertentangan
dengan perbuatan kakek-neneknya maka ujub

120
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

karena nasab merupakan satu kebodohan. Sebab kehancuran dan perpecahan pada generasi
bila mereka bangga dengan keturunan (kakek- terdahulu disebabkan karena mereka saling
neneknya) ketahuilah bahwa mereka adalah ujub atas pedapat mereka sendiri dan tidak
orang-orang yang taqwa kepada Allh SWT. mau menerima pendapat yang lain. Allah
Sesungguhnya orang tua kita terdahulu mulia berfirman “tiap-tiap golongan merasa
karena ilmu, akhlak, serta ketaatan mereka bangga dengan apa yang ada pada sisi
bukan kerena garis keturunan. mereka (masing-masing)”(al-Mu‟minun:
1. Ujub karena memiliki banyak anak, 53). Terapi pengobatannya lebih berat dari
pembantu, budak, keluarga dan pada terapi pengobatan yang lain karena
pengikut. Firman Allah orang seperti ini tidak mengetahui bahwa
yang dia lakukan salah. Apabila ia
      
mengetahui, maka akan ditinggalkan atau
berusaha untuk meninggalkannya.
  Bagaimana mungkin penyakit dapat
disembuhkan apabila ia sendiri tidak
Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak
mengetahui penyakit itu,dan penyakit yang
mempunyai harta dan anak- anak
ia tidak ketahui itu adalah kebodohan.
(daripada kamu) dan kami sekali-kali
Penderita penyakit ini hendaklah selalu
tidak akan diazab. (Saba: 35)
mengukur pendapatnya dengan dalil-dalil
yang qat‟i, baik dari Qur‟an maupun Hadits
Terapi pengobatannya dengan menyadari
ataupun mengukur dengan dalil akal yang
bahwa ia dan mereka hanyalah hamba
benar.
Allah yang lemah dan tidak mampu
Dari paparan diatas dapat diambil
memberikan bahaya dan manfaat untuk
pelajaran bahwa mutlak bagi manusia untuk
dirinya sendiri. Dengan menanyakan pada
membersihkan sifat-sifat buruk dengan jalan
dirinya “apa yang menyebabkan ia ujub,
mengokohkan sifat-sifat baik, diantaranya:
sedangkan mereka (ana-anak, keluarga,
senang bersyukur, berbaik sangka, rendah hati,
pengikut, pembantu) akan
sabar, jujur, menyadari kelebihan yang dimiliki
meninggalkannya ketika ia masuk ke liang
merupakan karunia Allah dll.
lahat, tidak ada yang bersedia
Aa‟Gim (KH. Abdullah Gymnastiar)
menemaninya. Selain itu pada hari kiamat,
mengajak untuk bisa melakukan 5 S (Senyum,
mereka akan meninggalkannya. Allah
Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) dengan dipadu
berfirman”pada hari ketika manusia lari
3 M (melalui diri sendiri, mulai dari hal yang
dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya,
kecil, dan mulai dari sekarang). Jika sifat-sifat
dari istri dan anak-anaknya.”(Abasa: 24-
baik diwujudkan dalam kebiasaan sikap dan
26)
kehidupan sehari-hari, niscaya yang muncul
2. Ujub atas harta. Terapi pengobatannya
adalah tampilan kepribadian yang baik dan
adalah dengan merenungi bahaya yang
simpatik, yang akan menyenangkan siapa pun.
datang dari hartanya, kewajiban-kewajiban
Selain itu untuk menghilangkan „nokta-
yang harus dilakukan karena hartanya, dan
nokta hitam‟yang menempel pada hati agar
banyaknya orang yang dengki karena
menjadi bening, simaklah firman Allah berikut
hartanya. Bagi oarang yang tidak
ini
menyadari hal ini, maka sesungguhnya ia
sedang berjalan menuju kebinasaan dan       
kehinaan.
3. Ujub atas pendapat yang salah. Firman       
Allah “…mereka menyangka bahwa
mereka berbuat sebaik-baiknya..”.

121
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

kedudukan, dan sebagainya. (Syukur: 2003,


        
200)10
Menurut al-Muhasibi takabur merupakan
  penyakit jiwa yang paling besar, dan dirinya
akan menimbulkan berbagai petaka. Oleh
“Dan orang-orang yang apabila telah
karena itu, sifat takabur cepat mendatangkan
mengerjakan perbuatan kotor/keji atau
kemarahan dan siksa dari Allah SWT. (Najar:
menganiyaya ddiri sendiri (zhalim),
2001, 159)
hendaklah ia ingat Allah dan mohon
2. Sebab Timbulnya Penyakit Takabur
ampun terhadap dosa-dosa mereka dan
a. Sebab pertama: ilmu
siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
Sifat takabur merupakan penyakit yang
selain dari pada Allah? Dan mereka
sangat cepat menjangkit para ulama. Mereka
tidak meneruskan perbuatan dosanya itu,
merasa kemuliaan ilmu, keindahan ilmu, dan
sebab mereka mengerti”(QS. Ali-Imran:
kesempurnaan ilmu sehingga ia merasa
135) (Syukur: 2009, 45)9
dirinya mulia, sempurna, dan menganggap
C. Takabur
rendah orang lain. Ia menganggap orang lain
1. Pengertian Takabur
bodoh. Ia ingin agar orang lain memulai
Takabur adalah berbangga diri dan
mengucapkan salam kepadanya dan apabila
cenderung memandang diri berada diatas orang
ada salah seorang yang mengucapkan salam,
lain. Allah SWT berfirman”sesungguhnya
berdiri memberikan hormat, menjawab
orang-orang yang takabur tentang
panggilannya, maka ia merasa ini merupakan
penyembahan pada-Ku, niscaya akan aku
bukti dan rasa terimakasih kepadanya atas
masukkan ke dalam neraka Jahannam kekal
pengajaran yang telah diberikan.
didalamnya.”(Ghafir ayat 60)(Al-qarni: 2002,
b. Sebab kedua: Amal dan Ibadah
54)
Orang yang mempunyai sikap takabur
Takabur bisa diartikan dengan sikap dan
berbeda dengan mereka yang beribadah
sifat menolak kebenaran (al-Kibr batharu al-
semata-mata karena Allah, mereka yang
haqq), ia menjadi salah satu sifat yang
tidak menganggap dirinya mulia, ibadah
menyebabkan kejelekan dan keburukan
yang dilakukan merupakan cara bagi-nya
seseorang. sifat dan sikap ini bisa menjadikan
yang hina untuk mendekatkan diri kepada
seseorang tertutup (terhijab) hatinya dari cahaya
Allah yang Mahamulia. Sebaliknya,
Allah.
sebaliknya, orang yang beribadah dan
Kekaguman pada diri sendiri bisa
menimbulkan rasa mulia atas dirinya dan
berakibat timbulnya sikap sombong dan angkuh
merendahkan orang lain, sesungguhnya ia
terhadap orang lain dan merendahkan serta
tidak mendekatkan dirinya kepada Allah dan
meremehkan mereka dalam pergaulan. Dalam
pantas bagi Allah untuk menyepelekan
al-Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang
ibadah yang ia lakukan.
mencela ketakaburan orang-orang musyrik dan
c. Sebab Ketiga: Garis Keturunan (Nasab)
munafik serta keengganan mereka untuk
Seorang yang memiliki nasab bagus (darah
menerima kebenaran karena rasa angkuh yang
biru) akan menganggap rendah orang yang
mereka miliki.
memiliki nasab dibawahnya, walaupun orang
Penyebab sifat dan sikap ini adalah
itu lebih tinggi ilmunya dan lebih baik amal
merasa dirinya mempunyai kelebihan, baik
perbuatannya. Terkadang, sebagian orang
dalam bidang keilmuan, kekayaan, keparasan
menganggap orang yang tidak memiliki garis
(rupa yang cantik, ganteng), kekuatan,
keturunan seperti dia adallah budak atauu
orang-orang rendahan dan menghalangi

9 10
Ibid,h.45. Ibid,h.200.

122
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

dirinya untuk selalu membanggakan diri dan tidak mengenal derajat dirinya, dia bersifat
menyebut-nyebut kemuliaan nenek takabur. Jika seorang hamba telah merasa besar
moyangnya. Ini merupakan tabiat yang dan perasaan ini terdapat dalam hatinya, maka
selalu dimiliki orang yang memiliki garis ia akan merasa sombong dan buta serta merasa
keturunan mulia, walaupun dia orang saleh bangga diri. Jika sikap ini berkelanjutan
dan pintar, kecuali apabila ia menyadari didalam dirinya, ia akan menjadi orang yang
bahwa amal perbuatannya yang menjadi ia memiliki perasaan tinggi diri, dan merasa
mulia dan terhindar dari siksa neraka. sebagai orang istimewa.
d. Sebab Keempat: Kecantikan Bentuk ketakaburan yang paling jelas
Hal ini lebih banyak dialami kaum wanita adalah ketakaburan didalam melakukan ibadah
dan orang yang selalu sombong atas kepada Allah SWT, dan ketakaburan semacam
kecantikannya. Mereka akan senang ini menurut al-Muhasibi dibagi menjadi dua
meremehkan, menjelekkan, dan bagian: pertama, seorang yang melakukan
menyebarkan keburukan orang lain. ibadah kepada Allah SWT, dan mempunyai
Sebagimana diriwayatkan ketika datang perasaan bahwa dirinya adalah orang yang
seorang wanita menemui Nabi, dan Siti paling baik dalam melakukannya, dan melihat
Aisyah berkata kepada beliau”wanita itu kepada orang-orang selainnya dengan
pendek,”dengan mengisyaratkan dengan pandangan penghinaan. Kedua, adalah orang
tangannya. Lalu beliau berkata,“kamu telah yang menolak kebenaran, padahal dirinya tahu
menggunjingnya”(ghibah). bahwa yang ditolaknya memang merupakan
e. Sebab kelima: Harta. sesuatu yang benar Macam-Macam Takabur
Hal ini dialami oleh orang kaya sombong 1. Takabur kepada Allah.
denga kekayaannya, pedagang yang 2. Takabur kepada Rasul Allah.
sombong dengan perniagaanya, tuan tanah 3. Takabur kepada sesama hamba Allah
yang sombong dengan tanahnya, atau 3. Hakikat Takabur
seseorang sombong atas pakaian, kenderaan Sifat takabur dapat dikatakan perangai di
dan binatang peliharaannya. dalam jiwa yang menunjukkan kepuasan,
f. Sebab Keenam: Kekuatan kesenangan dan kecenderungan kepada
Sebab ini meliputi kekuatan, kedigdayaan, tingkatan (martabat) di atas orang lain. Jadi,
dan kesombongan terhadap orang-orang selain menyangkut orang pertama, (yang
yang lemah. menyombongkan diri), sifat ini juga melibatkan
g. Sebab Ketujuh: Pengikut, Pendukung, orang kedua (yang dibohongi). Disinilah letak
Murid, Anak, keluarga perbedaannya dengan sifat ujub yang tidak
Kesombongan ini dimiliki oleh para memerlukan orang lain sebagai objek. Bahkan,
penguasa yang memiliki banyak pasukan dan andaikata di dunia ini tidak ada orang, kecuali
pendukung, begitu juga para ulama yang satu orang saja, kita dapat membayangkan
memiliki banyak murid dan pengikut. bahwa ia sangat mungkin bersifat ujub. Tetapi,
Secara umum kesombongan atas segala tidak demikian dengan sifat takabur. Kita tidak
kenikmatan yang ia yakini telah mencapai mungkin membayangkan terjadinya takabur
kesempurnaan walaupun sebenarrnya masih tanpa keberadaan orang lain. Jadi, hakikat
jauh dari tingkat kesempurnaan (Hawwa: takabur itu baru terwujud bila seseorang
2010, 252-256)11 mendapat tiga keyakinan di dalam dirinya.
Menurut al-Muhasibi, takabur itu timbul diantaranya
dari sifat ujub, dengki, hasud, riya, dan sumber
dari ketakaburan adalah kebodohan seseorang a. Ia melihat dirinya memiliki martabat
tentang derajat dirinya. Jika seorang hamba
b. Ia melihat pada diri orang lain juga
11
Opcit.,h.252-256. memiliki martabat

123
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

c. Bila ia menganggap martabatnya lebih Takabur termasuk di antara sifat-sifat


tinggi dari pada orang lain. yang sangat mencelakakan dan sulit untuk
dihindari. Hukum pemberantasannya adalah
Apabila tiga keyakinan di atas terdapat fardhu „ain bagi setiap individu.
pada diri seseorang, berarti di dalam dirinya,
telah tertanam sifat sombong. Hatinya akan Al-mawardi dengan tegas menganjurkan
menjadi takabur. Karena hal itulah, dihatinya untuk menjauhi sifat takabur, karena ia akan
timbul rasa gengsi, rasa berwibawa, juga mereduksikan makna keutamaan melalui
kesenangan dan kecenderungan kepada yang berbagai perbuatan yang hina. Setiap orang
diyakininya sebagai sesuatu yang besar. yang dikuasai sifat ini, maka orang itu tidak
Kewibawaan, perasaan besar, kecenderungan akan memiliki kemampuan untuk menasehati
kepada hal yang diyakini itulah perangai sifat orang lain, dan ia tidak pantas menjadi
takabur. Orang yang takabur hanya pendidik, karena kemampunnya terukur hanya
memanfaatkan orang lain buat kepentingan sebatas mengaku memiliki kemampuan itu.
dirinya (Rakhmat: 1995, 220)12 Sifat ini akan mengaplikasikan kebencian,
karena ia tidak memperdulikan unsur
4. Batasan-Batasan Takabur persahabatan (Syukur:2004, 269)13 Adapun cara
penyembuhan penyakit ini adalah:
Tuhan telah menciptakan manusia dengan
sesempura-sempurnanya penciptaan. Ketika kita  Memahami bahaya sifat ini, terutama
meyakini kesempurnaan diciptakan Tuhan atas bahayanya diahirat kelak.
diri kita, maka kita tahu didalam diri kita sudah  Melatih diri kita perlahan untuk
Tuhan „letakkan‟ apa yang menjadi kebutuhan bersikap tawadhu, baik kepada Allah
kita untuk menjalani hidup. Jadi ketika kita maupun kepada sesama mahluk.
berhadapan dengan apapun, kita selalu yakin  Merasakan hakikat kekurangan diri
menjalaninya dengan baik, tugas kita hanya dan kelebihan yang ada pada orang
berupaya menggunakan anugrah Tuhan itu lain jika sewaktu-waktu datang sifat
sebaik-baiknya. takabur.
 Menyadari kehilafan kita dengan
Ketika memiliki sifat seperti itu, tiba-tiba mengucapkan Subhanallah. Hanya
saja kita kehilangan hasrat untuk takabur. Allah yang maha sempurna dalam
Karena saya dan anda juga mereka, semua zat, sifat, dan ekerjaan-Nya. Dialah
orang-orang telah diciptakan Tuhan dengan yang pantas dengan atribut
sempurna. Sehingga, masing-masing kita kesombongan.
memiliki kesempurnaan dalam defenisi Tuhan.  Beristigfar atas kekhilapan tersebut
Maka, tidak ada ruang untuk mengagung- (Al-Qorni: 2002, 56)14
agungkan diri sendiri sambil menistakan orang
lain. Sebaliknya kita saling mengisi dan Untuk mengobati hati diperlukan terapi
berfokus untuk berkarya dengan kelebihan yang yang intens. Terapi itu biasanya bersifat
masing-masing yang kita miliki. lebih keras, dan membutuhkan kemauan
seseorang yang hendak diobati untuk sembuh.
5. Terapi Penyembuhan Takabur Sama halnya dengan orang yang kecanduan
narkoba, untuk sembuh diperlukan waktu dan
keinginan yang kuat dari si penderita. Oleh

12 13
Al-Banjari, Rachamad Ramadhana, Opcit,h.269.
14
Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al- Al-Qorni, Uwes, Penyakit Hati, PT
Qur’an, DIVA Press, Jogjakarta, 2008,h.220 Remaja Rosdakarya, Cet VIII, Bandung, 2002.

124
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

karenanya, lebih baik mencegah dari pada eksternal. Dan perwujudannya ada yang
mengobati. menjadi baik dan ada yang menjadi buruk.

Penyakit hati jika hanya bersifat fisik, Ketika manusia tidak dapat
tidak akan terlalu mempengaruhi kehidupan mengendalikan dirinya dari pengaruh
orang lain. Ia hanya akan menggerogoti fisik keburukan, secara tidak langsung dia sudah
orang yang bersangkutan hingga ia meninggal mengarahkan potensi dirinya kepada keburukan.
dunia. Berbeda jika penyakit psikis, ia tidak Dengan demikian penulis menganalisa
hanya akan menggerogoti seseorang tetapi jauh pengaruh ini dari dua aliran sebagai berikut
pada pengrusakan jiwa dan hati orang lain pula.
Jika sampai demikian, maka hancurlah dunia Dalam dunia psikolog menurut kaum
dan isinya ini. Oleh sebab itu, penjagaan hati, nativis yang dipelopori oleh Scopenhauer
harus betuk-betul dilakukan sesegera mungkin berpendapat bahwa faktor internal atau
(Syukur: 2009, 6)15 pembawaan yang lebih kuuat dari pada faktor
yang datang dari luar atau eksternal. Menurut
Semua penyakit hati berdampak pada aliran empirisme bahwa jiwa anak sejak lahir
langkah dan tindak perbuatan manusia. Semua masih bersih seperti tabularasa (kotak kosong)
itu penyebabnya adalah tidak adanya hati yang dan baru dapat berisi bila menerima sesuaru dari
sehat dan bersih. Seandainya ia memiliki hati luar.
yang sehat dan baik, niscaya hatinya akan
menjadi penunjuk arahnya, dia akan selamat Penulis dapat menarik kesimpulan dari
dari bujuk rayu setan, menolak untuk tunduk dua pendapat ini bahwa ketika manusia tidak
kepada hawa nafsunya, dan pada saat yang bisa mengendalikan dirinya maka ini tentunya
bersamaan dia mengarahkan langkahnya untuk dipengaruhi oleh salah satu faktor baik internal
menempuh perjalanan hidup manusia yang maupun eksternal atau kedua-duanya. Ini lah
diterangi oleh Syari‟at Allah SWT kemudian menurut penulis menjadi pemicu
terjadinya penyakit hati seperti ujub, takabur,
D. Analisis dengki dan lain sebagainya.

Pembuahan dalam rahim atau E. Kesimpulan


pencampuran sperma dan ovum merupakan Hati yang berpenyakit merupakan satu
awal terbentuknya eksistensi insan yang akan ungkapan yang sangat menakutkan buat setiap
dipersiapkan lahir ke bumi secara azali. Ini insan, setiap manusia diberikan potensi dan
merupakan perjanjian manusia dengan sangat dimungkinkan untuk terkena penyakit
Tuhannya untuk melaksanakan kewajibannya hati. Dengan perbagai macam perangai orang
sebagai mahluk untuk menghamba kepada-Nya. yang menimbulkan bersarangnya penyakit hati
dalam diri seseorang.
Tahapan ini yang dilalui oleh seorang Diri manusia sering menerima serangan
insan ketika ruhnya sudah bersatu dengan jasad, dari berbagai penyakit hati yang mengakibatkan
dengan membawa potensi-potensi yang akhlak manusia menjadi buruk, sering manusia
diberikan Allah sebagai wujud kesempurnaan merasa bahwa dirinya lebih sempurna, lebih
diciptakannya manusia. Terkadang ada manusia gagah, lebih cerdas yang kesemuanya
yang salah menggunakan potensi yang menimbulkan sifat membangga-banggakan apa
dimilikinya. Ini dipengaruhi oleh berbagai yana dimilikinya. Ini semua tidak sesuai dengan
faktor antaranya faktor internal dan faktor apa yang digariskan oleh Allah SWT dan
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Orang yang
terkena penyakit yang demikian menjadi malas
15
Opcit,h.6.

125
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 2 : Agustus 2016

beribadah, gemar bermaksiat, dan menjadi


hamba dari hawa nafsu. Nuh, Muhammad, Menaklukkan 7 Penyakit
Oleh karena itu diperlukan penyucian Hati, Penerjemah Husen
jiwa dari berbagai macam penyakit hati, dan
merupakan suatu keharusan. Sebagaimana yang Zaenal Mutaqin, Al-Bayan, Cet III, Bandung
Allah serukan didalam al-Qur‟an, dan itu 2006
menjadi satu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh seorang hamba untuk Rahmat, Jalaludin, Membuka Tirai Kegaiban,
mensucikan jiwanya dari penyakit hati. Renungan-renungan Sufistik,
Memfungsikan hati sebagai sentral dalam Mizan, Cet II, Bandung, 1995
setiap diri manusia, karena sesungguhnya Islam
memposisikan hati sebagai filter dari keputusan Ramadan, Muhammad, Quantum Ikhlas,
yang dihasilkan oleh pikiran manusia, Penerjemah Alek Mahya Shofa, Abyan,
menciptakan hati yang tetap sehat, suci, dan Solo, 2009
bersih. Sehingga melalui itu manusia
diharapkan dapat menggapai kebahagiaan hidup Syukur, Suparman, Etika Religius, Pusstaka
dan mendapatkan kehidupan yang sejati. Pelajar, Yogyakarta, 2004

Daftar Pustaka Syukur, Amin, Terapi Hati (Dalam Seni menata


Al-Qu’an dan Terjemahan, Departemen Agama Hati), PT Pustaka Rizki, Semarang, 2002
RI, Jakarta, Jaya Sakti Surabaya, 1989
………………, Tasawuf kontemporer,Pustaka
An-Najar, Amin, Ilmu Jiwa Dalam Tsawuf, Pelajar, Yogyakarta, 2003
Penerjemah Hasan Pustaka Azzam, Cet
II, Jakarta, 2001 (http/www.dadangkadarusman.com)

Al-Gojali, Imam, Ringkasan Ihya’Ulumuddin,


Penerjemah Abdul Rosyad
Siddik, AKBAR Media Aksara, Jakarta,
2009

Al-Banjari, Rachamad Ramadhana, Membaca


Kepribadian Muslim Seperti Membaca
Al-Qur’an, DIVA Press, Jogjakarta,
2008

Abdul Wahab asy-Syakroni, Terapi Spritual,


penerjemah E Kusdian, Pustaka hidayah,
Bandung, 2006

Al-Qorni, Uwes, Penyakit Hati, PT Remaja


Rosdakarya, Cet VIII, Bandung,
2002

Hawwa, Said, Tazkiyatun Nafs, penerjemah Tim


Kuwais: (Abdul Amin, Rusyadi,
Musdar), Pena Pundi Aksara, Jakarta,
2010

126

Anda mungkin juga menyukai