MAJALAH
ARTIKEL
Home Majalah Edisi 111 s.d. 120 Asy Syariah Edisi 115
07/08/2017
Jantung bisa pula seperti sumber air, sementara tubuh adalah ladangnya. Atau
ungkapan lain, jantung adalah tanah, sedangkan gerakan tubuh adalah tetumbuhan
yang ada di atasnya.
ُ ث َََّلَّيَ ۡخ ُر
َّجَّإَِلَّنَ ِكدٗ ا َ َُّوٱلَّذِيَّ َخب َ جَّنَبَاتُهُۥَّ ِب ِإ ۡذ ِن
َ َّر ِب ِۦه ُ َو ۡٱلبَلَدَُّٱلط ِي
ُ بَّيَ ۡخ ُر
“Tanah yang baik akan keluar (tumbuh subur) tanam-tanamannya dengan izin Allah
dan tanah yang jelek tidak bisa tumbuh (di atasnya) tumbuh-tumbuhan kecuali dalam
keadaan merana.” (al-A’raf:َّ58)
Ada yang mengatakan, baiknya jantung bisa dicapai dengan lima hal:
١٠ ُور
َِّ صد
ُّ َو ُح ِص َلَّ َماَّ ِفيَّٱل٩ ور ۡ أَفَ ََلَّيَ ۡعلَ ُمَّإِذَاَّبُ ۡع ِث َرَّ َماَّ ِف
َِّ ُيَّٱلقُب
“Maka apakah dia (manusia yang ingkar) tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa
yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan (ditampakkan) apa yang ada di dalam
dada.” (al-‘Adiyat:َّ9—10)
٩ يَ ۡو َمَّت ُ ۡبلَىَّٱلس َرآ ِئ َُّر٨ ََّّٞر ۡج ِع ِهۦَّلَقَادِر
َ علَ ٰى
َ َِّإنهُۥ
“Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya
(menghidupkannya setelah mematikannya). Pada hari ditampakkan segala
rahasia.” (ath-Thariq: 8—9)
Karena itu, pesan untuk kita semua: bersihkanlah kalbu dari noda syirik, kotoran
bid’ah, sampah maksiat, dan kerendahan akhlak.
Satu lagi yang perlu menjadi perhatian kita. Hadits ini memuat bantahan kepada para
pelaku maksiat yang ketika dilarang dari maksiat mereka berkata, “Yang penting itu
yang di sini!” sembari menunjuk dada mereka. Seperti perempuan yang tidak berhijab,
ketika dinasihati untuk menutup aurat, dia berkata, “Bagi saya yang paling penting
adalah menghijabi hati.”
Subhanallah! Memang benar, yang penting adalah apa yang ada di dalam dada, yaitu
kalbu. Di dalamnyalah letak takwa. Akan tetapi, apabila kalbu bertakwa, niscaya akan
tampak pengaruhnya pada amalan tubuh. Pastilah amalan tubuhnya pun berupa
ketakwaan.
Bagaimana bisa seseorang yang tubuhnya dia bawa berbuat maksiat, tubuhnya tidak
dihijabi dari pandangan yang bukan mahram, lalu berdalih, “Yang penting yang di
dalam, yang penting hijab hati.” Wallahul musta’an. (Lihat Syarh al-Arba’in an-
Nawawiyah, hlm. 133—134)
Kalbu yang Sehat
Jika kalbu hamba sehat, tidak ada di dalamnya selain kecintaan kepada Allah ‘azza wa
jalla, mencintai apa yang dicintai-Nya, takut kepada-Nya, dan takut apabila terjatuh
dalam perbuatan yang dibenci-Nya, niscaya akan baik gerakan seluruh anggota
tubuhnya.
Ini akan mengantarkan hamba untuk menjauhi seluruh yang diharamkan dan menjaga
diri dari syubhat karena khawatir jatuh ke dalam yang haram.
Adapun kalbu yang rusak dan dikuasai oleh hawa nafsu, lantas mengikuti semua
kesenangan jiwa walaupun dibenci oleh Allah ‘azza wa jalla , niscaya akan rusak
seluruh gerakan anggota tubuhnya. Disusul pula dengan melakukan seluruh maksiat,
mendekati yang syubhat sesuai dengan keinginan hawa nafsunya.
Di sisi Allah ‘azza wa jalla kelak, tidak bermanfaat selain qalbun salim, kalbu yang
sehat, sebagaimana firman-Nya,
٨٩ يم
َّٖ س ِل ٖ إَِلَّ َم ۡنَّأَتَىَّٱَّللََّبِقَ ۡل٨٨ ون
َ َّب ََّ َُّو ََلَّبَن
َ الٞ يَ ۡو َم َََّلَّيَنفَ ُعَّ َم
“Hari yang tidak bermanfaat padanya harta dan anak-anak, kecuali yang datang
kepada Allah dengan hati yang selamat.” (asy-Syu’ara:َّ88—89)
Maksudnya, kalbu yang selamat dari penyakit-penyakit dan seluruh hal yang dibenci.
Kalbu yang tidak ada di dalamnya selain mahabbatullah (cinta kepada Allah ‘azza wa
jalla), takut kepada-Nya, dan khawatir jatuh ke dalam urusan yang dapat menjauhkan
dari Allah ‘azza wa jalla.
Tidak akan baik sebuah kalbu kecuali apabila menetap
padanya ma’rifatullah (mengenal Allah ‘azza wa jalla ), mengetahui keagungan-Nya,
cinta dan takut kepada-Nya, berharap dan tawakal kepada-Nya.
Inilah hakikat tauhid yang merupakan makna La ilaha illallah. Tidak ada kebaikan
bagi kalbu kecuali saat menjadikan Allah Yang Maha Esa sebagai sesembahan yang
diibadahi, yang dicintai, dan ditakuti, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Sebagai penutup, kita nukilkan ucapan al-Imam al-Hasan al-
Bashri rahimahullah berikut ini. Beliau rahimahullah menghikayatkan dirinya,
“Tidaklah aku memandang mataku, tidaklah lisanku berucap, tidak pula tanganku
menggenggam, dan tidaklah kakiku melangkah, hingga aku memikirkan, apakah ini di
atas ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla ataukah di atas maksiat? Jika untuk
ketaatan, aku lakukan. Jika ternyata untuk maksiat, aku mundur, tidak jadi
melanjutkannya.”
Masya Allah! Saya, Anda, dan kita semua, bagaimana?
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah tergolong orang yang tatkala baik kalbunya dan
tidak menyisakan keinginan kepada selain Allah ‘azza wa jalla, akan baiklah anggota
tubuhnya yang lain. Anggota badannya tersebut tidak bergerak kecuali karena
Allah ‘azza wa jalla, untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan ridha-
Nya. Wallahu a’lam. (Jami’ al-Ulum wal Hikam, al-Hafizh Ibnu Rajab al-
Hambali rahimahullah, hlm. 119—121)
Ditulis oleh al-Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah
DEONEW
EVENT
AFFILIATIONNEW
O
O
aksara
F O L L OW
Hati juga sering kali terjemahan sebagai ‘heart’ (Inggris) yang bermakna jantung, karena itu
bentuknya sering digambarkan seperti jantung (♥).
Hati digunakan sebagai terjemahan ‘qalb’ (Arab) meskipun bahasa Arab menyebut hati ‘kibd’.
Hati digunakan sebagai terjemahan ‘heart’ (Inggris) yang sebenarnya adalah jantung. Lalu hati juga
digunakan sebagai terjemahan dari ‘liver’ (Inggris) atau ‘hephar’ (Latin).
Sedangkan ,
Qalbu harus ditulis dengan huruf ‘q’ karena teks Arabnya menggunakan huruf (qaf). Di Indonesia
banyak orang menuliskannya dengan huruf ‘k’ sehingga menjadi kalbu. Padahal ‘k’ adalah
transliterasi dari (kaf) dan kalau ditulis (kalbu) maknanya adalah anjing.
Jadi jauh benar bedanya antara qalbu (hatinurani) dengan kalbu (anjing).
Sebagian orang menerjemahkan qalbu dengan “hati”. Padahal hati (Inggris: liver) adalah organ tubuh
yang ada di kanan dada dan fungsinya menyaring racun atau penyakit dari darah.
Dalam Bahasa Arab hati disebut dengan ‘kibdun’ atau ‘kibdatun’. Bahasa Arab `Amiyah menyebutnya
‘kabid’. Jadi orang Arab tidak pernah memahami qalbu sebagai hati atau liver.
b) Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad
atau tubuh manusia. Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak?
c) Bahasa Arab mengenal qalbu dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot
yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri’. Jadi, qalbu adalah jantung.
Dokter qalbu adalah dokter jantung?? Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik
atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.
2. Qalbu ruhani, yaitu hati nurani. Ada juga jenis qalbu yang kedua, sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut:
“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di
qalbunya”. (HR Ibnu Majah)
Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam,bahkan keseluruhan qalbu
bisa jadi menghitam.
Apakah para penjahat jantungnya hitam? Apakah para koruptor jantungnya hitam? Tanyakanlah
kepada para dokter bedah jantung, apakah jantung orang-orang jahat berwarna hitam? Mereka akan
katakan tak ada jantung yang menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang dibuat. Lalu apa
maksud hadits Nabi di atas? Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu ruhani. Ruh (jiwa)
memiliki inti, itulah qalbu. Karena ruh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat dilihat secara visual
(intangible) maka qalbu yang menjadi inti (sentral) ruh ini pun qalbu yang tidak kasat mata. Dalam
bahasa Indonesia ‘qalbu ruhani’ disebut dengan ‘hatinurani’. Mungkin karena dianggap terlalu
panjang dan menyulitkan dalam pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi ‘hati’ saja.
Padahal ada perbedaan besar antara ‘hati’ dengan ‘hatinurani’ sebagaimana berbedanya ‘mata’
dengan ‘mata kaki’.
Rupanya, istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama memilki makna ganda.
Heart dapat bermakna jantung (heart attack, serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani
(you’re always in my heart, kamu selalu hadir di hatinuraniku). Maka apabila mendengar
perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya. Kalau yang berbicara adalah dokter medis,
tentu qalbu yang diucapkannya lebih bermakna jantung. Tapi bila dikaitkan dengan perbincangan
tentang moral, iman atau spiritualitas, maka maknanya lebih mengarah pada hatinurani yang
wujudnya ruhaniah.
Qalbu orang yang berdosa akan menghitam. Ungkapan ‘menghitam’ di sini adalah ungkapan
perumpamaan (majâzi, metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya (haqîqi). Namun bukan berarti
karena dosa tak kan nampak bekas-bekas fisiknya lalu kita akan seenaknya saja berbuat dosa.
Na`ûdzubillâh min dzâlik…
Manusia sering kali melakukan sesuatu atas dasar hawa nafsunya yang mengakibatkan perbuatan tersebut berdampak
negative ditengah-tengah masyarakat. Untuk menghindari penyesalan diakhir perbuatan yang akan dilakukan, maka
seyogyanya bertanyalah pada hati kecil, baik dan buruknya perbuatan tersebut. Oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk
memahami hatinya atau bahasa lain adalah "Qolbu".
Pengertian "Qolbu" : Menurut Syekh Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al-Husaini al-Jurjaniy didalam kitabnya "at-
Ta'rifat" : Qolbu adalah sifat lembutnya Ketuhanan yang terdapat dalam jiwa manusia.
Dalam hadis Rasulullah Saw: Dari Nu'man bin Basyir berkata: saya mendengar Rasulullah Saw. Bersabda:
أال وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله أال وهي القلب
Artinya: " Ketahuilah,sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan
menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging
tersebut adalah "Qolbu" yaitu hati ". ( Hadis Riwayat Bukhori ).
Jika kita pahami secara mendalam hadis tersebut, maka hati sangat berperan dalam kehidupan jiwa manusia, karena hati
yang bersih akan melahirkan jiwa yang bersih dan selalu taat serta tunduk terhadap titah dari Sang Ilahi Rabbi. Sebaliknya
jiwa yang kotor disebabkan karena jiwa tersebut memiliki hati yang tidak baik dan selalu melanggar aturan yang telah
digariskan oleh Allah Swt.
Fitrah manusia adalah suci dan bersih dalam menjalankan perintah agama,namun terkadang dalam perjalanan kehidupannya,
manusia sering lupa dan lalai serta terjerumus dalam sifat-sifat "syaithoniyah". Untuk mengenal lebih jauh tanda-tanda hati
manusia yang telah kotor atau sakit, berikut ini salah satu tandanya :
Adanya sifat nifaq ( Munafik ) dalam jiwa manusia, mari kita renungkan firman Allah Swt. Dalam surat al-Baqarah :
Artinya : " Dan diantara manusia ada yang berkata " kami beriman kepada Allah dan hari akhir ", padahal sesungguhnya
mereka itu bukanlah orang2 yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang2 yang beriman, padahal mereka hanyalah
menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit ( Nifaq ), lalu Allah menambah penyakitnya itu,
dan mereka mendapat adzab yang pedih, karena mereka berdusta ". ( QS.al-Baqarah : 8-10 )
Jika kita perhatikan ayat-ayat tersebut, maka sifat munafik akan menjadikan hati manusia bertambah kotor dan rusak, karena
pada dasarnya manusia yang memiliki sifat nifaq akan terlihat diluar dirinya manis akan tetapi dalam bathinnya dia memiliki
sifat-sifat syaithoniyyah, apa saja sifat-sifat tersebut,
Syekh az-Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya "al-Kassyaf", menggambarkan hati yang sakit karena sifat nifaq dalam diri
manusia adalah selalu condong untuk berbuat maksiat kepada Allah Swt. Sedangkan Syekh Abu Zahrah dalam kitab
tafsirnya "Zahratu at-Tafasir", bahwasanya hati akan menjadi keras karena sifat nifaq yang selalu menanamkan kedengkian
dan selalu menghinakan orang2 yang beriman. Penyakit hati tersebut menurut beliau tidak ada obatnya, na'udzubillah.
Ketika manusia sudah mulai malas beribadah kepada Allah Swt. Maka sebaiknya bersegeralah beristighfar untuk
mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Karena ketika kita membiarkan diri kita jauh dari Allah Swt. maka hati sedikit demi
sedikit akan kotor dan jika tidak segera di obati hati tersebut akan mengeras, sebagaimana di isyaratkan dalam al-Quran surat
al-Baqarah :
َّ ط مِ ْن َخ ْش َي ِة
َِّللا ُ ش َّققُ فَ َي ْخ ُر ُج مِ ْنهُ ْال َما ُء َو ِإ َّن مِ ْن َها لَ َما يَ ْه ِب
َّ ار َو ِإ َّن مِ ْن َها لَ َما َي َ شدُّ قَس َْوةً َو ِإ َّن مِ نَ ْالحِ َج
ُ ارةِ لَ َما َيتَفَج َُّر مِ ْنهُ ْاْل َ ْن َه َ ي ك َْالحِ َج
َ َارةِ أ َ ْو أ َ ستْ قُلُوبُ ُك ْم مِ ْن َب ْع ِد ذَلِكَ فَ ِه
َ َث ُ َّم ق
ََّللاُ بِغَافِ ٍل َع َّما تَ ْع َملُون
َّ َو َما
Artinya : " Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu2
itu pasti ada sungai2 yang airnya memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu kaluarlah mata air daripadanya. Dan
adapula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah Swt. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan ". (
QS.al-Baqarah : 74 )
Oleh karena itu untuk menghindari kerasnya hati cepatlah kembali kepada Allah dengan memohon ampunan dari-Nya,
sebagaiman Allah perintahkan kepada orang2 yang beriman :
ُي َوالَّذِينَ آ َمنُوا َمعَه َّ ار يَ ْو َم َال ي ُْخ ِزي
َّ َِّللاُ النَّب ُ ت تَجْ ِري مِ ْن تَحْ تِ َها ْاْل َ ْن َه ٍ سيِِّئَاتِ ُك ْم َويُ ْدخِ لَ ُك ْم َجنَّا َ سى َربُّ ُك ْم أَ ْن يُ َك ِفِّ َر َع ْن ُك ْم ُ َيَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا تُوبُوا إِلَى ال َّل ِه ت َْوبَةً ن
َ صو ًحا َع
ٌ َيءٍ قَد
ِير ْ ش لِّ ِ ُ
ك ى َ ل ع
َ َكَّ نإ
ِ َا نَ ل ف
ِْر ْ
غ ا و
َ َا نُور
َ ن َا نَ ل م
ْ ِم ْ تَ أ َا نب
َّ ر
َ َونُ ل وُ ق ي
َ م
ْ ه
ِ ن
ِ امَ ي
ْ َ أبِ و
َ م
ْ ه
ِ ِي
د ي
ْ َ أ ي
َْن ب
َ ى ع
َ س
ْ ي
َ م
ْ ُ
ه ُور
ُ ن
Artinya : " Wahai orang2 yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah2an Tuhan
kamu akan menghapus kesalahan2 mu dan memasukkan kamu kedalam surga2 yang mengalir dibawahnya sungai2, pada
hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang2 yang beriman bersama dengannya, sedang cahaya mereka memancar
dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, " Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami
dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (SQ.at-Tahrim:8)
Syekh al-Hafidz Ibnu katsir dalam kitabnya "Tafsir al-Quran al-'Adzim", menjelaskan bahwasanya seseorang yang bertobat
kepada Allah Swt, dia sungguh menyesali dosa2 yang telah ia lakukan dan tidak akan mengulanginya lagi.
Perbuatan manusia bersumber dari hatinya, maka ketika hatinya selamat dari sifat2 yang kotor maka perbuatan tersebut akan
mencerminkan prilaku yang islami dan jauh dari maksiat kepada Allah Swt.
Maka marilah sama2 selamatkan hati kita dari sifat-sifat yang dapat menjerumuskan diri manusia kedalam jurang kehinaan
didunia maupun diakherat kelak. Karena semua yang kita miliki baik harta benda maupun keturunan kita tidak dapat
menolong diri kita selamat dihari hisab nanti kecuali jiwa tersebut diiringi dengan hati yang bersih ( Qolbu as-Salim ),
sebagaimana diisyaratkan oleh Allah Swt, dalam surat as-Syu'ara :
Artinya : " Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah Swt. dengan
hati yang bersih". (QS.as-Syu'ara: 88-89 )
Maka ketika hati setiap jiwa manusia bersih, prilaku dia akan baik pula. Ketika prilaku baik akan menghasilkan ketaatan
kepada Allah Swt. dimanapun dia berada, dan itulah cita-cita terbesar dalam kehidupan ummat manusia.
Mudah-mudahan Allah Swt. selalu membersihkan hati kita dari sifat-sifat kotor yang dapat menjerumuskan jiwa dan raga
kita jauh dari Allah Swt menuju kepada hati yang bersih dan selamat. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
TERBUKA MATA HATI MEMPERLIHATKAN KEPADA KAMU AKAN HAMPIRNYA ALLAH S.W.T.
PENYAKSIAN MATA HATI MEMPERLIHATKAN KEPADA KAMU AKAN KETIADAAN KAMU DI
SAMPING WUJUD ALLAH S.W.T. PENYAKSIAN HAKIKI MATA HATI MEMPERLIHATKAN KEPADA
KAMU HANYA ALLAH YANG WUJUD, TIDAK TERLIHAT LAGI KETIADAAN KAMU DAN WUJUD KAMU.
Apabila hati sudah menjadi bersih maka hati akan menyinarkan cahayanya. Cahaya hati ini
dinamakan Nur Kalbu. Ia akan menerangi akal lalu akal dapat memikirkan dan merenungi tentang
hal-hal ketuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri. Renungan akal terhadap dirinya
sendiri membuatnya menyedari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya.
Kesedaran ini membuatnya merasakan dengan mendalam betapa hampirnya Allah s.w.t dengannya.
Lahirlah di dalam hati nuraninya perasaan bahawa Allah s.w.t sentiasa mengawasinya. Allah s.w.t
melihat segala gerak-gerinya, mendengar pertuturannya dan mengetahui bisikan hatinya. Jadilah dia
seorang Mukmin yang cermat dan berwaspada.
Di antara sifat yang dimiliki oleh orang yang sampai kepada martabat Mukmin ialah:
1: Cermat dalam pelaksanaan hukum Allah s.w.t.
2: Hati tidak cenderung kepada harta, berasa cukup dengan apa yang ada dan tidak sayang
membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya.
3: Bertaubat dengan sebenarnya (taubat nasuha) dan tidak kembali lagi kepada kejahatan.
4: Rohaninya cukup kuat untuk menanggung kesusahan dengan sabar dan bertawakal kepada Allah
s.w.t.
5: Kehalusan kerohaniannya membuatnya berasa malu kepada Allah s.w.t dan merendah diri
kepada-Nya.
Orang Mukmin yang taat kepada Allah s.w.t, kuat melakukan ibadat, akan meningkatlah kekuatan
rohaninya. Dia akan kuat melakukan tajrid iaitu menyerahkan urusan kehidupannya kepada Allah
s.w.t. Dia tidak lagi khuatir terhadap sesuatu yang menimpanya, walaupun bala yang besar. Dia tidak
lagi meletakkan pergantungan kepada sesama makhluk. Hatinya telah teguh dengan perasaan reda
terhadap apa jua yang ditentukan Allah s.w.t untuknya. Bala tidak lagi menggugat imannya dan
nikmat tidak lagi menggelincirkannya. Baginya bala dan nikmat adalah sama iaitu takdir yang Allah
s.w.t tentukan untuknya. Apa yang Allah s.w.t takdirkan itulah yang paling baik. Orang yang seperti
ini sentiasa di dalam penjagaan Allah s.w.t kerana dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah s.w.t.
Allah s.w.t kurniakan kepadanya keupayaan untuk melihat dengan mata hati dan bertindak melalui
Petunjuk Laduni, tidak lagi melalui fikiran, kehendak diri sendiri atau angan-angan. Pandangan mata
hati kepada hal ketuhanan memberi kesan kepada hatinya (kalbu). Dia mengalami suasana yang
menyebabkan dia menafikan kewujudan dirinya dan diisbatkannya kepada Wujud Allah s.w.t.
Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati.. Dia berasa benar-benar akan
keesaan Allah s.w.t bukan sekadar mempercayainya. Pengalaman tentang hakikat dikatakan
memandang dengan mata hati. Mata hati melihat atau menyaksikan keesaan Allah s.w.t dan hati
merasakan akan keadaan keesaan itu. Mata hati hanya melihat kepada Wujud Allah s.w.t, tidak lagi
melihat kepada wujud dirinya. Orang yang di dalam suasana seperti ini telah berpisah dari sifat-sifat
kemanusiaan. Dalam berkeadaan demikian dia tidak lagi mengendahkan peraturan masyarakat. Dia
hanya mementingkan soal perhubungannya dengan Allah s.w.t. Soal duniawi seperti makan, minum,
pakaian dan pergaulan tidak lagi mendapat perhatiannya. Kelakuannya boleh menyebabkan orang
ramai menyangka dia sudah gila. Orang yang mencapai peringkat ini dikatakan mencapai makam
tauhid sifat. Hatinya jelas merasakan bahawa tidak ada yang berkuasa melainkan Allah s.w.t dan
segala sesuatu datangnya dari Allah s.w.t.
Rohani manusia melalui beberapa peningkatan dalam proses mengenal Tuhan. Pada tahap pertama
terbuka mata hati dan Nur Kalbu memancar menerangi akalnya. Seorang Mukmin yang akalnya
diterangi Nur Kalbu akan melihat betapa hampirnya Allah s.w.t. Dia melihat dengan ilmunya dan
mendapat keyakinan yang dinamakan ilmul yaqin. Ilmu berhenti di situ. Pada tahap keduanya mata
hati yang terbuka sudah boleh melihat. Dia tidak lagi melihat dengan mata ilmu tetapi melihat
dengan mata hati. Keupayaan mata hati memandang itu dinamakan kasyaf. Kasyaf melahirkan
pengenalan atau makrifat. Seseorang yang berada di dalam makam makrifat dan mendapat
keyakinan melalui kasyaf dikatakan memperolehi keyakinan yang dinamakan ainul yaqin. Pada tahap
ainul yaqin makrifatnya ghaib dan dia juga ghaib dari dirinya sendiri. Maksud ghaib di sini adalah
hilang perhatian dan kesedaran terhadap sesuatu perkara.. Beginilah hukum makrifat yang berlaku.
Makrifat lebih tinggi nilainya dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pencapaian terhadap
persoalan yang terpecah-pecah bidangnya. Makrifat pula adalah hasil pencapaian terhadap hakikat-
hakikat yang menyeluruh iaitu hakikat kepada hakikat-hakikat. Tetapi, penyaksian mata hati jauh
lebih tinggi dari ilmu dan makrifat kerana penyaksian itu adalah hasil dari kemahuan keras dan
perjuangan yang gigih disertai dengan upaya hati dan pengalaman. Penyaksian adalah setinggi-tinggi
keyakinan. Penyaksian yang paling tinggi ialah penyaksian hakiki oleh mata hati. Ia merupakan
keyakinan yang paling tinggi dan dinamakan haqqul yaqin. Pada tahap penyaksian hakiki mata hati,
mata hati tidak lagi melihat kepada ketiadaan dirinya atau kewujudan dirinya, tetapi Allah s.w.t
dilihat dalam segala sesuatu, segala kejadian, dalam diam dan dalam tutur-kata. Penyaksian hakiki
mata hati melihat-Nya tanpa dinding penutup antara kita dengan-Nya. Tiada lagi antara atau ruang
antara kita dengan Dia. Dia berfirman:
Dia tidak terpisah dari kamu. Penyaksian yang hakiki ialah melihat Allah s.w.t dalam segala sesuatu
dan pada setiap waktu. Pandangannya terhadap makhluk tidak menutup pandangannya terhadap
Allah s.w.t. Inilah makam keteguhan yang dipenuhi oleh ketenangan serta kedamaian yang sejati
dan tidak berubah-ubah, bernaung di bawah payung Yang Maha Agung dan Ketetapan Yang Teguh.
Pada penyaksian yang hakiki tiada lagi ucapan, tiada bahasa, tiada ibarat, tiada ilmu, tiada makrifat,
tiada pendengaran, tiada kesedaran, tiada hijab dan semuanya sudah tiada. Tabir hijab telah
tersingkap, maka Dia dipandang tanpa ibarat, tanpa huruf, tanpa abjad. Allah s.w.t dipandang
dengan mata keyakinan bukan dengan mata zahir atau mata ilmu atau kasyaf. Yakin, semata-mata
yakin bahawa Dia yang dipandang sekalipun tidak ada sesuatu pengetahuan untuk diceritakan dan
tidak ada sesuatu pengenalan untuk dipamerkan.
Orang yang memperolehi haqqul yaqin berada dalam suasana hatinya kekal bersama-sama Allah
s.w.t pada setiap ketika, setiap ruang dan setiap keadaan. Dia kembali kepada kehidupan seperti
manusia biasa dengan suasana hati yang demikian, di mana mata hatinya sentiasa menyaksikan Yang
Hakiki. Allah s.w.t dilihat dalam dua perkara yang berlawanan dengan sekali pandang. Dia melihat
Allah s.w.t pada orang yang membunuh dan orang yang kena bunuh. Dia melihat Allah s.w.t yang
menghidupkan dan mematikan, menaikkan dan menjatuhkan, menggerakkan dan mendiamkan.
Tiada lagi perkaitannya dengan kewujudan atau ketidakwujudan dirinya. Wujud Allah Esa, Allah s.w.t
meliputi segala sesuatu.
Unttuk itu marilah kita kenali kesehatan kalbu kita dengan melihat kadar rasa takutnya kepada Allah,
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ِر ِإذَا الَّذِينََ ْال ُمؤْ مِ نُونََ ِإنَّ َما ََّ َْعلَ ْي َِه َْم ت ُ ِل َيتَْ َو ِإذَا قَُلُوبُ ُه َْم َو ِجلَت
ََ َللاُ ذُك َ َيت ََو َّكلُونََ َر ِِّب ِه َْم َو
َ ُعلَى ِإي َمانًا زَ ا َدتْ ُه َْم آ َيات ُ َه
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati (kalbu) mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya),
dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfaal: 2)
Bagaimana Menggetahui kalbu memiliki rasa takut kepada Allah?
1' Rasa gemetar pada tubuh dan rasa tenang pada kulit dan hati ketika mendengar Al-Qur’an, sebagaimana Allah berfirman:
َُللا
ََّ ل ََ سنََ ن ََّز َِ ِي ُمتَشَابِ ًها ِكت َابًا ْال َحدِي
َ ْث أَح ََ شعِرَ َمثَانَ َللا ِذ ْك َِر إِلَى َوقَُلُوبُ ُه َْم ُجلُو ُد ُه َْم تَلِينَُ ث ََُّم َربَّ ُه َْم يَ ْخش َْونََ الَّذِينََ ُجلُو َُد مِ ْن َهُ ت َ ْق
ََِّ ََذَلِك
َللا ُه َدى َْ ن َيشَا َُء َم
ََِّ ن بِ َِه َي ْهدِي َْ ل َو َم
َِ ض ِل ََّ ن لَ َهُ فَ َما
ْ َُللاُ ي َْ ِهَا م
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu Al-Qur’an) yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah
petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang
siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.” (QS.
Az-Zumar: 23)
1.
1. Kekhusyu’an hati ketika berdzikir kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya,
kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadiid: 16)
1.
1. Mendengarkan kebenaran dan tunduk terhadapnya, sebagaimana Allah berfirman:
َن ْال َحقَ أَنَّ َهُ ْالع ِْل ََم أُوتُوا الَّذِينََ َو ِليَ ْع َل َم
َْ ِن قُلُوبُ ُه َْم لَ َهُ بِتََْْفَتُخ بِ َِه فَيُؤْ مِ نُوا َربِِّكََ م َََّ ص َراطَ إِلَى آ َمنُوا الَّذِينََ لَ َها َِد
ََّ َِللا َوإ ِ َُم ْستَقِيم
“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang
hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati (kalbu) mereka kepadanya dan
sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan
yang lurus.” (QS. Al-Hajj: 54)
1.
1. Selalu kembali bertobat kepada Allah, Sebagaimana Allah berfirman:
َِي َم ْن
ََ الرحْ َمنََ َخش
َّ بَِ ُمنِيبَ بِقَ ْلبَ َو َجا ََء بِ ْالغَ ْي
“Yaitu orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan
(olehnya) dan dia datang dengan hati (kalbu) yang bertaubat.” (QS. Qaaf: 33)
1.
1. Ketenangan dan kewibawaan, sebagaimana Allah berfirman:
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati (kalbu) orang-orang mukmin supaya keimanan mereka
bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath: 4)
ََن َجا ُءوا َوالَّذِين َْ س َبقُونَا الَّذِينََ َو ِ ِِل ْخ َوا ِننَا لَنَا ا ْغف
َْ ِِر َربَّنَا َيقُولُونََ َب ْع ِد َِه َْم م َ ان ِ ْ ل ِب
َِ اِلي َم َ ّ ِإنَّكََ َربَّنَا آ َمنُوا ِللَّذِينََ غ
َْ ًِل قُلُو ِبنَا فِي تَجْ َع
ََ ل َو
ََرحِ يمَ َر ُءوف
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya
Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu
dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-
orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
2. Selamatnya hati dari iri hati dan dengki. sebagaimana Allah berfirman:
َص ُموا ِ ل َوا ْعت ََِّ ل َجمِ ي ًعا
َِ َللا ِب َح ْب ََ َللاِ نِ ْع َمتََ َوا ْذ ُك ُروا تَف ََّرقُوا َو ََّ علَيْك َ ُْ ف أ َ ْع َدا ًَء ُك ْنت َُْم ِإ َْذ َْم
ََ َِّإ ْخ َوانًا ِبنِ ْع َمتِ َِه َبحْ ت َُْمْْفَأَص قُلُو ِب ُك َْم َبيْنََ فَأَل
علَى َو ُك ْنت َُْمَ شفَا َ َار مِ نََ ُح ْف َرة َِ ََُّْللا يُبَيِِّنَُ َكذَلِكََ مِ ْن َها فَأ َ ْنقَذَ ُك َْم الن
ََّ ت َ ْهتَدُونََ لَ َعلَّ ُك َْم آيَاتِ َِه لَ ُك َْم
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imraan: 103)
Apabila hati kita telah demikian maka bersyukurlah kepada Allah SWT dengan mempertahankannya
dan memeliharanya agar dapat istiqomah. Nam n sebaliknya bila tanda-tanda ini belum ada maka
hendaknya banyak lagi bertaubat//
Kultum Ramadhan: 3 Obat untuk
Penyakit Hati
By
119215
Materi Kultum Ramadhan: 3 Obat untuk
Penyakit Hati
Kultum ramadhan kali ini kita akan membahas masalah tasyfiatun nufus (penyucian
jiwa), dimana menjadi sangat penting untuk pribadi-pribadi muslim saat ini. Sehingga
kewajiban untuk para da’i menyampaikannya kepada kaum muslimin, apalagi di momen
yang tepat di bulan Ramadhan yang Mulia ini. Berikut ini sajiannya:
Syukur Alhamdulillah kita haturkan ke hadhirat Allah, Sang Pemberi petunjuk, Yang
menguasai dan mengendalikan seluruh hati manusia. Puji syukur kita haturkan pula
kepada Allah, karena dengan rahmat dan hidayahnya, kita bisa merasakan nikmatnya
ibadah dan ketaatan kepada-Nya.
Seperti yang kita sadari bersama, umumnya manusia sangat sulit untuk melakukan ibadah
kepada Allah. Umumnya manusia sangat malas untuk diajak melakukan ketaatan kepada
Sang Pencipta. Mengapa?
Kita semua akan memiliki jawaban yang sama, karena manusia dibekali dengan hawa
nafsu. Hanya saja, manusia berbeda-beda. Ada yang hawa nafsunya lebih menguasi
dirinya, sehingga dia bergelimang dengan maksiat, namun dia tidak merasa bersalah. Ada
yang hati nuraninya lebih mendominasi, sehingga dia menjadi hamba yang taat.
Jika kita perhatikan, sejatinya iman, islam, dan ketaatan kepada Allah adalah sebuah
kenikmatan. Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa ibadah bisa dirasakan
kenikmatannya, diantaranya firman Allah ketika menceritakan salah satu kenikmatan
yang Allah berikan kepada para sahabat,
َاْلي َمانَ َوزَ يَّنَهُ فِي قُلُو ِب ُك ْم َوك ََّرهِ ْ َّب ِإلَ ْي ُك ُم
َ َّللاَ َحب َّ ير ِمنَ ْاْل َ ْم ِر لَعَنِت ُّ ْم َولَ ِك َّن
ٍ َِّللا لَ ْو ي ُِطيعُ ُك ْم ِفي َكث ُ َوا ْعلَ ُموا أ َ َّن فِي ُك ْم َر
ِ َّ سو َل
َالرا ِشدُون َّ صيَانَ أُولَئِكَ ُه ُم ْ سوقَ َو ْال ِع ُ ُإِلَ ْي ُك ُم ْال ُك ْف َر َو ْالف
Atas petunjuk Allah ta’ala, Allah jadikan para sahabat manusia yang bisa menikmati
lezatnya iman, bahkan Allah jadikan iman itu sesuatu yang indah pada hati para sahabat.
Sehingga kecintaan mereka kepada kebaikan, mengalahkan segalanya.
Kemudian dalam hadis dari Abbas bin Abdul Mutahalib radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ْ ِ َوب،لل َربًّا
َوبِ ُم َح َم،اْلس َْال ِم دِينًا ِ ي بِا ِ ان َم ْن َر
َ ض ِ ْ ط ْع َم
ِ اْلي َم َ َوال ِّّذَاق
ً سُ ٍد َر
“Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya, islam
sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai
rasulnya.” (HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya).
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kriteria:
Orang yang mentauhidkan Allah dengan sepenuhnya, sebagai bukti dia ridha
Allah sebagai Rabnya,
kemudian dia menjadikan syariat islam sebagai aturan hidupnya, sebagai bukti
dia ridha bahwa islam sebagai agamanya
dan dia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
hidupnya
Dalam hadis lain, yang mungkin hadis ini sering kita dengar, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda,
،ِ َوأ َ ْن ي ُِحبَّ ال َم ْر َء الَ ي ُِحبُّهُ ِإ َّال ِ ََّّلل،سولُهُ أ َ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم َّما ِس َوا ُه َما َّ َ أ َ ْن يَ ُكون:ان
ُ َّللاُ َو َر ٌ َثَال
ِ َ ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َجدَ َحالَ َوة
ِ اْلي َم
ِ َّف ِفي الن
ار َ ََوأ َ ْن يَ ْك َرهَ أ َ ْن يَعُودَ فِي ال ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ أ َ ْن يُ ْقذ
“Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan lezatnya iman: Allah dan
Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dia mencintai seseorang hanya karena
Allah, dan dia sangat benci untuk kembali kepada kekufuran, sebagaimana dia benci
untuk dilempar ke neraka.” (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya).
Semua dalil di atas menunjukkan betapa iman, islam, dan segala turunannya, merupakan
kenikmatan dan bisa dirasakan lezatnya.
Yang menjadi tanda tanya kita, mengapa banyak orang justru merasa berat atau bahkan
merasa tersiksa ketika melakukan ketaatan? Bisa jadi, bahkan termasuk kita, seringkali
masih menganggap ketaatan itu sesuatu yang sulit bagi kita. Lalu dimanakah nikmatnya
iman itu?
Seperti itu pula, orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat apapun nutrisi yang
diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha menolaknya. Dengan ini kita bisa
menemukan jawaban, mengapa banyak orang tidak merasakan nikmatnya iman? Karena
kebanyakan manusia, hati dan jiwanya sedang sakit.
Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu kita harus berusaha mengobati
penyakit itu. Karena jika sakit ini dibiarkan, selamanya kita tidak bisa merasakan
nikmatnya nutrisi dan makanan. Hati sakit yang dibiarkan, selamanya akan sulit untuk
menikmati lezatnya iman.
Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 – 17) menjelaskan bahwa
ada 3 teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga digunakan dalam
ilmu medis.
Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia akan
memberlakukan 3 hal:
ُ ]ح ْف
Pertama, [ظ القُ َّوة ِ menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter akan
menyarankan agar pasien banyak makan yang bergizi, banyak istirahat, tenangkan
pikiran, tidak lupa, sang dokter juga memberikan multivitamin. Semua ini dilakukan
dalam rangka menjaga kekuatan fisik pasien.
Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus dia lakukan
adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan
berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat dan ilmu yang
bersumber dari Al-Quran dan sunah, serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan
ketaatan. Karena ilmu dan amal, merupakan nutrisi bagi hati manusia. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari, memisalkan ilmu sebagaimana
hujan dan hati manusia sebagaimana tanah. Karena hati senantiasa butuh nutrisi berupa
ilmu.
Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan pasien
untuk menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita pasien.
Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul Qoyim,
orang yang sakit harus menghindari segala yang bisa memperparah panyakit dalam
hatinya, yaitu dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan maksiat. Dia hindarkan dirinya
dari segala bentuk penyimpangan. Karena dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi
hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bagaimana bahaya dosa
bagi hati manusia,
Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien, dokter
akan memberikan obat untuk menyerang penyakit itu. Dokter akan memberinkan
antibiotik dengan dosis yang sesuai, atau obat lainnya yang sesuai dengan penyakit
pasien.
Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan
dosa itu. (HR. Ibn Majah).
Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa dalam
dirinya.
Obat yang diberika seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan jenis dan tingkat
penyakit yang diderita pasien.
Dokter akan memberikan penanganan lebih, ketika sakit yang diderita pasien cukup
parah, bahkan sampai harus rawat inap di ICU atau bahkan CCU. Dengan rentang waktu
berbeda-beda, atau bahkan pemberian obat tanpa batas waktu. Termasuk treatment
operasi dan ampuntasi.
Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika penyakit yang diderita sangat parah,
karena pelanggaran yang dilakukan adalah dosa besar, syariat memberikan treatment
sampai pada taraf hukuman had, seperti cambuk, potong tangan, pengasingan, qishas,
denda, hingga rajam.
Sebagaimana anda tidak dibenarkan untuk menuduh dokter kejam karena melakukan
bedah operasi atau amputasi. Anda juga sangat tidak dibenarkan mengatakan islam kejam
karena memberikan hukuman kematian.
Allahu a’lam.
Semoga Allah melindungi kita dari segala penyakit hati yang berbahaya, dan menjadikan
hati kita, hati yang sehat, yang bisa merasakan lezatnya iman, islam, dan amal soleh.
Amiin..