Anda di halaman 1dari 4

6.

Àrjawa berarti tulus hati, berterus terang;


Yang dimaksud dengan Arjawa adalah sifat yang tulus hati dan berterus
terang. Orang yang bersifat tulus hati berarti juga tulus ikhlas. Marilah
kita perhatikan sebagai contoh ketulusikhlasan para pejuang seperti
Pangeran Diponegoro. Beliau tidak tega penjajah berkuasa, beliau rela
ditangkap. Raja Klungkung, Raja Badung dengan tulus hati berperang
Puputan dengan Belanda.
Berterus terang artinya berterang-terangan dan tidak suka berbohong,
yaitu mengungkapkan apa adanya.
Manfaat dari ajaran Àrjawa (Dasa Yamabrata) ini adalah dapat
mewujudkan ketenangan, kententeraman, kedamaian, keabadian, dan
usia yang panjang dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dengan sikap yang dimotivasi oleh sifat-sifat berterus
terang.

Sifat terbuka dan berterus terang disebutkan dapat menghindarkan kita dari
kesalahpahaman.

Karena. kesalahpahaman dapat menimbulkan masalah.

Berikut beberapa contoh sloka yang terkait dengan ajaran Arjawa :

Mānusah sarvabhūteṣu varttate vai ṣubhāśubhe,


aśubheṣu samaviṣṭam śubhesvevāvakārayet.

(Sarasamuccaya, sloka 2)

Text bok: Ri sakwehning sarwa


bhuta,iking janma wwang juga wenang
gumawayaken ikang subhasubhakarma,
kuneng panentasakena ring subhakarma
juga ikangasubhakarma phalaning dadi
wwang

Atinya :

Diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia


sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk; leburlah ke
dalam perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu; demikianlah gunanya
(pahalanya) menjadi manusia.

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa sebagai bagian dari Dasa Yama Bratha,
seperti:

 Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar,


 Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah,
 Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan,
 Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang.
 Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa "Berani karena benar
Takut karena Salah".

Tersebutlah dahulu, dua bersaudara (kakak adik) yang yamh bernama bubuksah
dan Gagaking, diuji kesaktiannya oleh seekor harimau putih saat menjalankan
tapanya di tengah hutan.
Mereka berdua senang menekuni ajaran kebenaran, tidak suka kepada hal-hal
keindahan keduniawian, sehingga mereka memutuskan untuk mencari seorang
guru agar memperoleh kemajuan.

6. Upasthanigraha berarti pengekangan nafsu kelamin


Upasthanigraha berarti pengekangan upastha (alat kelamin) dari nafsu birahi.
Upaya untuk mendapatkan kesucian jiwa bagi umat sedharma yang ingin
menjalani hidup suci, maka pengekangan jiwa atas nafsu birahi hendaknya
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Seseorang yang selalu mengumbar
hawa nafsunya adalah sebagai akibat dari yang bersangkutan telah tahu dan
merasakan nikmatnya birahi itu, sehingga selalu dipenuhi keinginan seksualnya
dengan berbagai cara yang akhirnya sampai menjadi pemerkosaan.
Memperkosa sering disebut berzinah, termasuk sikap-mental yang tidak terpuji.
Berzinah merupakan perbuatan yang sangat hina dan terkutuk. Perbuatan ini
harus dikendalikan karena bisa menimbulkan kemerosotan moral. Berzinah
artinya sikap suka memperkosa wanita atau istri orang lain. Adapun yang
termasuk perbuatan berzinah (paradara) antara lain :
a. Mengadakan hubungan kelamin dengan istri/suami orang lain.
b. Mengadakan hubungan kelamin (seksual) antara pria dengan wanita
dengan cara-cara yang tidak sah.

c. Mengadakan hubungan kelamin dengan paksa, artinya tidak atas dasar


cinta (memperkosa).
d. Mengadakan hubungan kelamin yang dilarang oleh agama.
Larangan melakukan zinah itu adalah sangat wajar, karena kalau itu dibiarkan
maka kemerosotan moral akan semakin merajalela dan memuncak. Semakin
banyak kasus pelacuran terjadi maka kehidupan kita sebagai manusia
yang menjunjung tinggi budaya dan agama akan menjadi hancur. Dengan
berbuat seperti itu menandakan sebagai jiwa manusia yang tetap terikat oleh
duniawi. Oleh sebab itu yang bersangkutan harus cepat-cepat mengendalikan
nafsu birahi agar segera memperoleh kehidupan suci. Kehidupan yang suci
sebagaimana tertulis dalam kitab suci veda yang menyatakan sebagai berikut ;
Tadvajjàticatairjivah ûuddhyate’lpenà karmanà,
yatnena mahatà càpi kyekajatàu viçuddhyate.
Mangkana tang hurip, an ûinocan pinakaûuddhi, kinlabakëràgàdi malanya,
yan alpayatna ngwang, alawas ya tan çuddhya, yapwan tibrayatna ngwang,
kumlabakë malanya, enggal ûuddhinya.

Terjemahan:
Demikian jiwa itu, yang dibersihkan agar menjadi suci, dikendalikan nafsu
birahi itu dan segala nodanya, jika kurang giat dan pandai melaksanakannya,
lemahlah jiwa itu tidak menjadi suci, beratus-ratus kelahiran lamanya, sebelum
jiwa itu menjadi suci, jika ia pandai dan sangat giat melenyapkan nodanya,
cepatlah suci jiwa itu (Sarasamuçchaya, 406).
Makna sloka suci patut dipedomani oleh setiap umat sedharma yang
mengupayakan kesucian moralnya untuk mempercepat usahanya dapat
mewujudkan kesempurnaan batin yang dicita-citakannya.
Manfaat dari ajaran Upasthanigraha (dalam ajaran Dasa Nyamabratha) ini
adalah dapat membentuk umat sedharma menjadi insan yang berkepribadian
luhur dan mencapai kesempurnaan batin “moksa” dengan sikap-mental yang
dimotivasi oleh sifat-sifat pengendalian atau pengekangan nafsu birahi yang
ada pada pribadinya.

Anda mungkin juga menyukai