Universitas Indonesia
1. Pengertian Animisme
Kepercayaan animisme (dari bahasa Latin anima atau "roh") adalah kepercayaan kepada
makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan
manusia primitif. Kepercayaan animisme mempercayai bahawa setiap benda di Bumi ini, (seperti
kawasan tertentu, gua, pokok atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar semangat
tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga
dalam kehidupan seharian mereka. Diperkirakan bahwa di provinsi Kalimantan Barat masih terdapat
7,5 juta orang Dayak yang tergolong pemeluk animisme.
Selain daripada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di atas,
kepercayaan animisme juga mempercayai bahawa roh orang yang telah mati bisa masuk ke dalam
tubuh hewan, misalnya suku Nias mempercayai bahwa seekor tikus yang keluar masuk dari rumah
merupakan roh daripada wanita yang telah mati beranak. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa
memasuki tubuh babi atau harimau dan dipercayai akan membalas dendam orang yang menjadi musuh
bebuyutan pada masa hidupnya. Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang
terdapat pada agama Hindu dan Buddha, di mana dalam reinkarnasi, jiwa tidak pindah langsung ke
tubuh hewan lain yang hidup, melainkan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Pada agama
Hindu dan Buddha juga terdapat konsep karma yang berbeda dengan kepercayaan animisme ini.
Animisme atau Animisma (Latin) berarti Jiwa atau faham keagamaan juga pada manusia
primitive yang mempercayai adanya ruh pada masyarakat animis. Pertama : Penyembahan terhadap ruh
atau makhluk halus yang keluar dari orang mati. Kedua : penyembahan terhadap makhluk halus yang
menjadi unsur sendirinya. Contohnya bila orang meninggal, maka ruhnya dianggap hidup lagi dan ruh
tersebut dapat bertemu dengan ruh manusia yang masih hidup. Ia bisa menolong atau sebaliknya
mengganggu. Dan agar ruh itu mendatangkan kebaikan, maka dibuatlah upacara penyembahan.
Ruh yang dianggap berbahaya bagi orang hidup, bukan saja berasal dari manusia, tetapi juga,
binatang, tumbuh-tumbuhan, batu, dan benda-benda lain.(lihat : "Antropolog, suatu pengantar,
Koentaraningrat hlm 73).
Dari kepercayaan Animisme diatas, nampaknya berpengaruh dalam prilaku kehidupan umat
Islam di Indonesia.Yang pada akhirnya semakin berkembang dan bermunculan berbagai macam Bid'ah.
2
yang
berlebihan
dalam
Islam.
Karena
sesungguhnya
kehancuran umat-umat dimasa lampau akibat perbuatan yang berlebih-lebihan."(H.R. Imam Ahmad
dan Ibnu Abbas).
2. Pengertian Dinamisme
Perkataan dinamisme berasal dari kata yang terdapat dalam bahasa Yunani, yaitu, dunamos dan
diinggriskan menjadi dynamic yang umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
kekuatan, kekuasaan atau khasiat dan dapat juga diterjemahkan dengan daya.
Selanjutnya dinamisme ada yang mengartikan dengan sejenis paham dan perasaan keagamaan
4
yang terdapat diberbagai bagian dunia, pada berjenis-jenis bangsa dan menunjukkan banyaknya
persamaan-persamaan. demikian Honig mengartikannya. Dr, Harun Hasution tidak mendefenisikan
dinamisme secara tegas hanya menerangkan bahwa bagi manusia premitif, yang tingkat kebudayaannya
masih rendah sekali, tiap-tiap benda yang berada di sekelilingnya bisa mempunyai kekuatan batin yang
misterius.
Dalam Ensiklopedi umum dijumpai defenisi dinamisme sebagai kepercayaan keagamaan
premitif pada zaman sebelum kedatangan agama Hindu di Indonesia. Dinamisme disebut juga
preanismisme, yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda atau makhluk mempunyai mana (percaya
adanya kekuatan yang maha yang berada dimana-mana).
T.S.G. Mulia menerangkan dinamisme sebagai suatu kepercayaan bahwa pada berbagai benda
terdapat suatu kekuatan atau kesaktian, misalnya dalam api, batu-batu, tumbuh-tumbuhan, pada
beberapa hewan dan juga manusia.
Dinamisme sendiri dapat juga diartikan lebih lanjut sebagai kepercayaan kepada suatu daya
kekuatan atau kekuasaan yang teramat dan tidak pribadi, yang dianggap halus maupun berjasad yang
dapat dimiliki maupun tidak dapat dimiliki oleh benda, binatang dan manusia.
Agama dalam arti obyektif ialah segala apa yang kita percayai, sedang agama dalam arti
subyektif ialah dengan cara bagaimana kita berdiri di hadapan Tuhan dan bagaimana kita harus
berkelakuan mentaati segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Dalam uraian tentang dinamisme terdapat beberapa pengertian atau defenisi yang diberikan
terhadap dinamisme itu yang menghubungkannya langsung dengan agama. Ada yang mengatakan
dinamisme sebagai sejenis paham dan perasaan keagamaan, ada juga yang mengatakan sebagai
kepercayaan keagamaan dan juga sebagai salah satu macam bentuk struktur dari agama premitif.
Semua pengertian ini memperlihatkan suatu sikap yang sama yaitu keragu-raguan dalam
menetapkan apakah dinamisme itu termasuk agama atau bukan, dengan kata lain orang tidak berani
(tentu dengan alasan-alasan yang objektif) berkata bahwa dinamisme itu adalah agama atau sebaliknya,
dinamisme itu bukan agama.
Kembali kepada dinamisme, maka dinamisme timbul dari perasaan takjub, takut dan merasa
bahwa dirinya kecil sebagai manusia dan bergantung kepada daya-daya kekuatan sekitarnya. Mereka
melihat sesuatu yang bersifat ilahi di dunia ini, tapi tidak dilukiskannya dalam pikiran sebagai sesuatu
yang berpribadi.
Oleh sebab itu selamanya tidak terjadi hubungan engkau dan aku, tidak ada hubungan
kepribadian antara dia dengan benda pujaannya. Sebab itu segala pengertian khusus yang ada di dalam
agama seperti doa, kurban, puasa dan sebagainya itu dalam arti tertentu, dalam dinamisme diubah
bentuknya. Doa menjadi mantera, suatu perbuatan yang mengandung daya kekuatan dan menimbulkan
keajaiban-keajaiban, hilang sifatnya memohonnya kepada Allah. Doa menjadi rumus yang sakti, yang
di Jawa disebut Japamantra. Kurban menjadi suatu perbuatan magis yang mengeluarkan daya kekuatan
sendiri, lepas dari ikatan ketuhanan. Begitu juga puasa diganti dengan tarak atau bertapa untuk
mendapatkan daya kekuatan yang luar biasa.
Di dalam dinamisme pemujaan dan takut kepada daya-daya gaib yang luar biasa yang terdapat
di dunia dan pada benda-benda itu dapat dibandingkan dengan agama pagan (agama suku, agam daerah
atau agama etnis-premitif). Akan tetapi jika pemujaan itu berbalik menjadi praktek magis, maka dia
menjadi lain sama sekali, karena penyembahan berubah menjadi menggagahi dan atau memperalat
secara paksa.
Maka, sepanjang dinamisme tetap kepada kepribadiannya, yaitu memuja dan mempercayai
kekuatan gaib, tidak berbalik menjadi magis yang memperkosa kekuatan gaib itu, dapatlah kiranya dia
dimasukkan ke dalam kelompok agama pagan, syirik dan tidak ada ampunan Allah bagi orang-orang
yang menyembah selain kepada Allah.
Allah berfirman, yang artinya : Janganlah kamu sujud bersembah kepada matahari dan
jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan matahari dan bulan,
jika kamu benar-benar ingin menyebah kepada-Nya(QS. Fush-shilat : 37).
Kita sebagai kaum muslimin harus waspada, jangan sampai iman kita dikotori oleh anasiranasir animisme. Benda adalah tetap benda, apakah benda itu berwujud sebutir batu, sepotong besi atau
secarik kertas yang ditulisi, nilainya sama saja. Kesemuanya tak mungkin mengandung kekuatan ghaib,
tak mungkin mengandung gaya sakti lebih dari apa yang telah ditentukan oleh sunnatullah atau hukum
alam.
Tentang meminta pertolongan kepada roh yang telah mati dan mendatangkan roh tersebut,
haruslah kita jauhi karena hal ini dilarang oleh agama. Menurut ilmu spiritisme (Ilmu Arwah Modern),
memanggil roh orang telah mati memang mungkin, akan tetapi apakah gunanya kita memanggil roh itu,
bahkan akan mengganggu ketenangan roh bila saban-saban kita panggil, sedang roh itu tak dapat
memberi faedah apa-apa kepada kita.
Apalagi kalau kita ingat bahwa roh yang mudah dipanggil hanyalah roh-roh jahil (roh yang
dalam keadaan bingung), roh-roh pendusta, roh-roh pembohong saja, yang kesemuanya itu jelas tidak
dapat memberikan manfaat kepada kita.
bentuk apa saja seperti batu, kotak, gigi binatang dan sebagainya.
Suatu fetish adalah suatu kepercayaan yang lebih disukai berdasarkan karya-karyanya. Karena
fetish itu berkarya, maka barang-barang yang bersangkutan itu mempunyai jiwa atau roh. Roh itu
adalah suatu kekuatan yang tampak, kekuatan yang dapat membawa pemiliknya terhindar dari bahaya.
Pandangan fetish dapat bersifat pemiliknya dapat berwujud manusia, orang-perorangan,
ataupun kelompok, suatu keluarga ataupun seluruh rakyat. Fetish yang terdapat pada tentera Omaka
(Indian) yang dapat berbuat luar biasa atau ajaib.
Teori roh sebagaimana dikemukan oleh Al-Qur'an pada hakikatnya dapat didefenisikan menjadi dua,
yaitu :
1. Suatu rahasia Tuhan yang dengan itulah hidupnya tumbuh bagaikan air yang meresap ke dalam
pohon yang hidup.
2. Suatu rahasia yang menjadi makanan hai, sehingga dengan demikian hiduplah hai manusia.
Berdasarkan arti ini dapatlah Al-Qur'an itu kita namakan roh sebab Al-Qur'an itu merupakan
nur, cahaya dan tuntunan yang dapat menyembuhkan dan menghidupkan hati manusia. Dalam AlQur'an dikatakan :Demikianlah kami wahyukan padamu Al-Qur'an dari perintah kami dan roh kami.
Jadi disini roh itu berarti Al-Qur'an, untuk makanan, untuk menghidupkan hati manusia dan demikian
juga Jibril dinamakan roh, karena dialah yang membawa kebaikan dan rahasia-rahasia kerahmatan (AlQur'an) kepada nabi. Dalam Al-Qur'an disebutkan Katakanlah wahai Muhammad, bahwa yang
menurunkan Al-Qur'an itu adalah roh (Jibril) dari Tuhanmu. Demikianlah sebabnya Al-Qur'an,
Malaikat dan Rasul itu dinamakan roh. Dengan makna dan maksud bahwa semuanya itu memberi
rahmat dan menghidupkan semua hati manusia di permukaan bumi.
1. Tuhanlah yang mematikan (menidurkan) engkau diwaktu malam, dan dia mengetahui apa
yang engkau perbuat pada siang hari. Kemudian dia membangkitkan engkau pada hari itu
(kiamat) , agar dijalani masa yang telah ditentukan (Q.S 6 : 60).
2. Tuhan mematikan jiwa-jiwa ketika (tiba masanya) matinya, dan bagi yang belum mati yaitu
diwaktu tidurnya (Q.S 39 : 42).
3. Janganlah engkau kira bahwa mereka yang terbunuh karena jalan Allah itu mati, melainkan
karena mereka itu hidup di sisi Tuhannya dan mendapat rezeki, gembira atas apa saja yang
diberikan Tuhan kepada mereka berupa anugerah, dan optimislah (mereka gembira) terhadap
mereka yang menyusuli mereka dan berada di belakangnya (Q.S 3 : 169 - 170).
Di samping itu Al-Qur'an menyebutkan adanya roh-roh lain yang terpisah dari manusia, tetapi
mereka berhubungan dengan kehidupannya, kadang-kadang untuk menolong manusia dan kadangkadang tidak. Roh-roh tersebut adalah Malaikat-malaikat.
Bagi orang yang mengartikan teori animisme sama dengan teori kejiwaan,maka teori kejiwaan
dipakai juga oleh Al-Qur'an, ketika menujukkan kelemahan manusia untuk mencapai segala tujuannya
dan kelemahannya ketika menghadapi keputusan Zat Yang Maha Tinggi, serta keharusan menyerah
kepada-Nya, sebagai yang tercantum dalam ayat berikut ini, yang artinya : Adakah bagi manusia
segala yang diinginkannya? Bagi Tuhan adalah yang pertama dan terakhir.(Q.S 53 : 24 - 25)
Kalau animisme dimasukkan dalam golongan agama dengan pengertian obyektif, yaitu agama
dalam segala apa yang dipercayai maka mempercayai segala nyawa berarti mempercayai segala Tuhan.
Jadi kalau demikian artinya, maka animisme berarti mempunyai Tuhan banyak.
Bahkan Al-Qur'an menambah ukuran baru yang besar artinya bagi soal-soal ketuhanan, yaitu
membelokkan kemauan dari tujuan, ketika kebencian menjadi kasih sayang dan rasa permusuhan
menjadi kerukunan tanpa adanya campur tangan yang nyata dari alam terhadap perpindahan itu.
Daftar Pustaka
http://ikhwahmuda.wordpress.com/2009/04/04/agama-dan-pengertianagama-dalam-berbagai-bentuknya/
http://www.mail-archive.com/rantaunet@googlegroups.com/msg12461.html
http://siaksoft.net/?p=525
http://permenkaretmolor.multiply.com/journal/item/212/Animisme_Dinamis
me_dan_budaya_Lisan
http://id.wikipedia.org/wiki/Animisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamisme
10